Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ir. Soekamo merupakan sosok yang jasanya tidak bisa dilupakan
begitu saja dalam membangun negeri ini. Peranan besar yang telah
dilakukan oleh beliau, terutama dalam hal memerdekakan bangsa Indonesia
dari belenggu penjajahan akan selalu terpatri sebagai jasa-jasa yang tidak
akan tergerus selamanya oleh masa, Memang, jika kita amati sosok Bapak
Bangsa ini merupakan pribadi yang unik satu sama lainnya.
Sebagai sosok yang memiliki label penggerak massa, Ir. Soekarno
memiliki peranan sebagai pemain depan yang dengan jelas terlihat
bagaimana pola pikir dan cara berbicaranya ketika berada di depan podium
untuk berpidato. Ir. Soekarno adalah singa podium yang berjuluk
"Penyambung Solidaritas Rakyat". Ia memainkan peran dalam
menyampaikan pesan persatuan kesatuan untuk terciptanya Indonesia
Merdeka.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana masa kecil dan masa remaja Ir. Soekarno?
2. Bagaimana latar pendidikan Ir. Soekarno ?
3. Bagaimana keluarga Ir. Soekarno?
4. Bagaimana peranan Ir. Soekarno melawan penjajah 7
5. Bagaimana akhir kehidupan Ir. Soekarno?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui kehidupan masa kecil dan masa remaja Ir.
Soekarno
2. Untuk mengetahui latar pendidikan Ir. Soekarno
3. Untuk mengetahui bagaimana keluarga Ir. Soekarno
4. Untuk mengetahui peranan Ir. Soekarno melawan penjajah
5. Untuk mengetahui akhir kehidupan Ir. Soekarno.

2.1 Masa kecil dan Masa Remaja Ir.Soekarno


Ketika dilahirkan, Soekarno diberikan nama Koesno Sosrodihardjo
olch orangtuanya. Namun karena ia sering sakit maka ketika berumur lima tahun namanya. diubah
menjadi Soekarno oleh ayahnya. Nama tersebut diambil dari seorang panglima perang dalam kisah
Bharata Yudha yaitu Karna. Nama "Karna" menjadi "Kamo" karena dalam bahasa Jawa huruf "a"
berubah menjadi "o" sedangkan awalan "su" memiliki arti "baik".Di kemudian hari ketika menjadi
presiden, ejaan nama Soekarno diganti olehnya

sendiri menjadi Sukarno karena menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan penjajah
(Belanda) In tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda
tangan tersebut adalah tanda tangan yang tercantum dalam Teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah, selain itu tidak mudah untuk
mengubah tanda tangan setelah berumur 50 tahun. Sebutan akrab untuk Soekarno adalah
Bung Karno.

Soekamo dilahirkan dengan seorang ayah yang bernama Raden Sockemi Sosrodihardjo
dan ibunya yaitu Ida Ayu Nyoman Rai. Keduanya bertemu ketika Raden Soekemi yang
merupakan seorang guru ditempatkan di Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja, Bali.
Nyoman Rai merupakan ketunman bangsawan dari Bali dan beragama Hindu,
sedangkan Raden Sockemi sendiri beragama Islam. Mereka telah memiliki seorang putri
yang bernama Sukarmini sebelum Soekarno lahir.. Ketika kecil Soekarno tinggal
bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur.

la bersekolah pertama kali di Tulung Agung hingga akhirnya ia pindah ke Mojokerto,


mengikuti orangtuanya yang ditugaskan di kota tersebut. Di Mojokerto. ayahnya
memasukan Soekamo ke Eerste Inlandse School, sekolah tempat ia bekerja. Kemudian
pada Juni 1911 Sockamo dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS) untuk
memudahkannya diterima di Hoogere Burger School (HBS). Pada tahun 1915, Soekarno
telah menyelesaikan pendidikannya di ELS dan berhasil melanjutkan ke HBS di
Surabaya, Jawa Timur, la dapat diterima di HBS atas bantuan seorang kawan bapaknya
yang bernama H.O.S. Tjokroaminoto. Tjokroaminoto bahkanmemberi tempat tinggal
hagi Soekarno di pondokan kediamannya. Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu
dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu,
seperti Alimin, Musso, Dharsono, Haji Agus Salim, dan Abdul Muis. Soekarno
kemudian aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Dharmo yang dibentuk
sebagai organisasi dari Budi Utomo. Nama organisasi tersebut kemudian ia ganti
menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) pada 1918. Selain itu, Sockarno juga aktif menulis di
harian "Octoesan Hindia" yang dipimpin oleh Tjokroaminoto

Tamat HBS Socrabaja bulan Juli 1921 bersama Djoko Asmo rekan satu angkatan di
HBS, Soekarno melanjutkan ke Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) di
Bandung dengan mengambil jurusan teknik sipil pada tahun 1921,setelah dua bulan dia
meninggalkan kuliah, tetapi pada tahun 1922 mendaftar kembali dan tamat pada tahun
1926. Soekarno dinyatakan lulus ujian insinyur pada tanggal 25 Mei 1926 dan pada Dies
Natalis ke-6 TH Bandung tanggal 3 Juli 1926 dia diwisuda bersama delapan belas
insinyur lainnya. Prof. Jacob Clay selaku ketua fakultas pada saat itu menyatakan
"Terutama penting peristiwa itu bagi kita karena ada di antaranya 3 orang insinyur orang
Jawa". Mereka adalah Soekarno. Anwari, dan Soctedjo, selain itu ada seorang lagi dari
Minahasa yaitu Johannes Alexander

Henricus Ondang

2.2 Latar Belakang Pendidikan Ir. Soekarno

Ketika kecil Soekamo tinggal bersama kakeknya di Tulungagung, Jawa Timur.


Pada usia 14 tahun, seorang kawan bapaknya yang bernama Oemar Said
Tjokroaminoto mengajak Soekarno tinggal di Surabaya dan disekolahkan ke Hoogere
Burger School (H.B.S.) di sana sambil mengaji di tempat Tjokroaminoto. Di Surabaya,
Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam. organisasi yang
dipimpin Tjokroaminoto saat itu. Soekarno kemudian bergabung dengan organisasi Jong
Java (Pemuda Jawa). Tamat H.B.S. tahun 1920, Soekarno melanjutkan ke Technische
Hoge School (sekarang ITB) di Bandung, dan tamat pada tahun 1925. Saat di Bandung.
Soekarno berinteraksi dengan Tjipto Mangunkusumo dan Dr. Douwes Dekker, yang saat
itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij.Σ

Cancel anytime.

Pendidikan

Pendidikan sekolah dasar di Eerste Inlandse School, Mojokerto Pendidikan


sekolah dasar di Europeesche Lagere School (ELS). Mojokerto (1911)
Hoogere Burger School (HBS) Mojokerto (1911-1915) Technische Hoge School,
Bandung (sekarang berganti nama menjadi Institut Teknologi Bandung) (1920).

2.3 Keluarga Ir. Soekarno

 Ayah: Raden Soekemi Sosrodihardjo

 Ibu Ida Ayu Nyoman Rai

 Istri :-Octari (1921-1923)

 Inggit Garnasih (1923-1943)

 Fatmawati (1943-1956)

 Hartini (1952-1970)

 Kartini Manoppo (1959-1968)

 Ratna Sari Dewi (1962-1970)

 Haryati (1963-1966)

 Yurike Sanger (1964-1968)

 Heldy Djafar (1966-1969)

 Anak-Guntur Soekarnoputra

 Megawati Soekarnoputri

 Rachmawati Soekarnoputri
 Sukmawati Soekarnoputri

 Guruh Soekarnoputra (dari Fatmawati)

 Taufan Soekarnoputra

 Bayu Soekarnoputra (dari Hartini)

 Totok Suryawan (dari Kartini Manoppo)

 Kartika Sari Dewi Soekarno (dari Ratna Sari Dewi).

Presiden Soekarno semasa hidupnya dikenal memiliki pesona, sehingga dengan mudah
menaklukkan wanita-wanita cantik yang diinginkannya. Sejarah mencatat Bung Karno
sembilan kali menikah. Namun banyak yang tidak tahu wanita seperti apa yang dicintai
Sang Putra Fajar itu. Untuk urusan kriteria ternyata Bung Karno bukanlah sosok pria
neko-neko. Perhatian Bung Karno akan mudah tersedot jika melihat wanita sederhana
yang berpakaian sopan. Lalu, bagaimana Bung Karno memandang wanita
berpenampilan seksi? Pernah di satu kesempatan ketika sedang jalan berdua dengan
Fatmawati. Bung Kamo bercerita mengenai penilaiannya terhadap wanita. Kala itu Bung
Karno benar-benar sedang jatuh hati pada Fatmawati."Pada suatu sore ketika kami
sedang berjalan-jalan berdua, Fatmawati bertanya padaku tentang jenis perempuan yang
kusukai," ujar Soekaro dalam buku Bung Kamo Masa Muda terbitan Pustaka Antar
Kota. Sesaat Bung Karno memandang sosok Fatmawati yang saat itu berpakaian
sederhana dan sopan. Perasaan Bung Karno benar-benar bergejolak, dia sedikit terkejut
mendengar pertanyaan itu."Aku memandang kepada gadis desa ini yang berpakaian baju
kurung merah dan berkerudung kuning diselubungkan dengan sopan. Kukatakan
padanya, aku menyukai perempuan dengan keasliannya, bukan wanita modern yang
pakai rok pendek, baju ketat dan gincu bibir yang menyilaukan," kata Soekarno.

"Saya lebih menyukai wanita kolot yang setia menjaga suaminya dan sentiasa
mengambilkan alas kakinya. Saya tidak menyukai wanita Amerika dari generasi baru,
yang saya dengar menyuruh suaminya mencuci piring," tambahnya. Mungkin saat itu
Fatmawati begitu terpesona mendengar jawaban Sockamo yang lugas. Sampai pada
akhirnya jodoh mempertemukan keduanya. Soekarno menikah dengan Fatmawati pada
tahun 1943, dan dikarunia 5 anak yakni Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati,
dan Guruh. "Saya menyukai perempuan yang merasa bahagia dengan anak banyak. Saya
sangat mencintai anak-anak," katanya.

Menurut pengakuan Ibu Fatmawati, dia dan Bung Karno tidak pemah merayakan ulang
tahun perkawinan, Jangankan kawin perak atau kawin emas, ulang tahun pernikahan ke-
1, ke-2 atau ke-3 saja tidak pernah. Sebabnya tak lain karena keduanya tidak pernah
ingat kapan menikah. Ini bisa dimaklumi karena saat berlangsungnya pernikahan, zaman
sedang dibalut perang. Saat itu Perang Dunia II sedang berkecamuk dan Jepang baru
datang untuk menjajah Indonesia.

"Kami tidak pernah merayakan kawin perak atau kawin emas. Sebab kami anggap itu
soal remeh, sedangkan kami selalu dihadapkan pada persoalan-persoalan besar yang
hebat dan dahsyat, "begitu cerita Ibu Fatmawati di buku Bung Karno Masa Muda,
terbitan Pustaka Antar Kota, 1978 Kehidupan pernikahan Bung Kamo dan Fatmawati
memang penuh dengan gejolak perjuangan. Dua tahun setelah keduanya menikah,
Indonesia mencapai kemerdekaan. Tetapi ini belum selesai, justru saat itu perjuangan
fisik mencapai puncaknya. Bung Kamo pastinya terlibat dalam setiap momen-momen
penting perjuangan bangsa. Pasangan ini melahirkan putra pertamanya yaitu Guntur
Soekarnoputra Guntur lahir pada saat Bung Karno sudah berusia 42 tahun. Berikutnya
lahir Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh.

2.4 Peranan Ir. Soekarno 2.4.1 Masa Pergerakan Nasional

Soekarno untuk pertama kalinya menjadi terkenal ketika dia menjadi anggota Jong Jaya
cabang Surabaya pada tahun 1915. Bagi Sockarno sifat organisasi tersebut yang Jawa-
sentris dan hanya memikirkan kebudayaan saja merupakan tantangan tersendiri. Dalam
rapat pleno tahunan yang diadakan Jong Java cabang Surabaya Soekarno
menggemparkan sidang dengan berpidato menggunakan bahasa Jawa ngoko (kasar).
Sebulan kemudian dia mencetuskan perdebatan sengit dengan menganjurkan agar surat
kabar Jong Java diterbitkan dalam bahasa Melayu saja, dan bukan dalam bahasa
Belanda.

Pada tahun 1926. Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung yang
merupakan hasil inspirasi dari Indonesische Studie Club oleh Dr. Soetomo. Organisasi
ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927.
Aktivitas Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada tanggal 29
Desember 1929 di Yogyakarta dan esoknya dipindahkan ke Bandung, untuk dijebloskan
ke Penjara Banceuy. Pada tahun 1930 ia dipindahkan ke Sukamiskin dan pada tahun itu
ia memunculkan pledoinya yang fenomenal Indonesia Menggugat (pledoi), hingga
dibebaskan kembali pada tanggal 31 Desember 1931.

Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang
merupakan pecahan dari PNL. Soekamo kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933,
dan diasingkan ke Flores. Di sini, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh
nasional. Namun semangatnya tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya
kepada seorang Guru Persatuan Islam bernama Ahmad Hasan.Pada tahun 1938 hingga
tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu.Soekarno baru kembali bebas
pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.

2.4.2 Masa Penjajahan Jepang

Pada awal masa penjajahan Jepang (1942-1945), pemerintah Jepang sempat tidak
memerhatikan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia terutama untuk "mengamankan
keberadaannya di Indonesia. Ini terlihat pada Gerakan 3A dengan tokohnya Shimizu dan
Mr. Syamsuddin yang kurang begitu populer.

Namun akhirnya, pemerintahan pendudukan Jepang memerhatikan dan sekaligus


memanfaatkan tokoh-tokoh Indonesia seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan lain-lain
dalam setiap organisasi-organisasi dan lembaga lembaga untuk menarik hati penduduk
Indonesia. Disebutkan dalam berbagai organisasi seperti Jawa Hokokai, Pusat Tenaga
Rakyat (Putera), BPUPKI dan PPKI, tokoh tokoh seperti Soekarno Hatta, Ki Hajar
Dewantara, K.H. Mas Mansyur, dan lain-lainnya disebut- sebut dan terlihat begitu aktif.
Dan akhirnya tokoh-tokoh nasional bekerja sama dengan pemerintah pendudukan
Jepang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, meski ada pula yang melakukan
gerakan bawah tanah seperti Sutan Syahrir dan Amir Sjarifuddin karena menganggap
Jepang adalah fasis yang berbahaya.

Presiden Soekarno sendiri, saat pidato pembukaan menjelang pembacaan teks


proklamasi kemerdekaan, mengatakan bahwa meski sebenarnya kita bekerja sama
dengan Jepang sebenarnya kita percaya dan yakin serta mengandalkan kekuatan
sendiri.la aktif dalam usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, di antaranya adalah
merumuskan Pancasila, UUD 1945, dan dasar dasar pemerintahan Indonesia termasuk
merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan. la sempat dibujuk untuk menyingkir ke
Rengasdengklok.

2.4.3 Masa Perang Revolusi

Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional mulai mempersiapkan diri menjelang


Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah sidang Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI. Panitia Kecil yang terdiri dari delapan
orang (resmi). Panitia Kecil yang terdiri dari sembilan orang/Panitia Sembilan (yang
menghasilkan Piagam Jakarta) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI.
Soekarno-Hatta mendirikan Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa


Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945; Soekamo dan Mohammad Hatta
dibujuk oleh para pemuda untuk menyingkir ke asrama pasukan Pembela Tanah Air
Peta Rengasdengklok. Tokoh pemuda yang membujuk antara lain Soekarni, Wikana,
Singgih serta Chairul Saleh. Para pemuda menuntut agar Soekarno dan Hatta segera
memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, karena di Indonesia terjadi
kevakuman kekuasaan. Ini disebabkan karena Jepang sudah menyerah dan pasukan
Sekutu belum tiba. Namun Soekarno. Hatta dan para tokoh menolak dengan alasan
menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang Alasan lain yang berkembang adalah
Soekarno menetapkan momen tepat untuk kemerdekaan Republik Indonesia yakni
dipilihnya tanggal 17 Agustus 1945 saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, bulan
suci kaum muslim yang diyakini merupakan bulan turunnya wahyu pertama kaum
muslimin kepada Nabi Muhammad SAW yakni Al Qur-an. Pada tanggal 18 Agustus
1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil
Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi
presiden dan wakil presiden dikukuhkan oleh KNIP. Pada tanggal 19 September 1945
kewibawaan Soekamo dapat menyelesaikan tanpa pertumpahan darah peristiwa
Lapangan Ikada tempat 200.000 rakyat Jakarta akan bentrok dengan pasukan Jepang
yang masih bersenjata lengkap.

Pada saat kedatangan Sekutu (AFNEI) yang dipimpin oleh Letjen. Sir Phillip Christisen, Christison
akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia secara de facto setelah mengadakan pertemuan dengan
Presiden Soekarno. Presiden Soekarno juga berusaha menyelesaikan krisis di Surabaya. Namun akibat
provokasi yang dilancarkan pasukan NICA (Belanda) yang membonceng Sekutu (di bawah Inggris).
meledaklah Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dan gugurnya Brigadir Jenderal AWS Mallaby.
Karena banyak provokasi di Jakarta pada waktu itu, Presiden Soekarno akhirnya memindahkan
Ibukota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta. Diikuti wakil presiden dan pejabat tinggi
negara lainnya.
Σ
Kedudukan Presiden Soekarno menurut UUD 1945 adalah kedudukan Presiden selaku
kepala pemerintahan dan kepala negara (presidensiil/single executive). Selama revolusi
kemerdekaan, sistem pemerintahan berubah menjadi semipresidensiil/double executive,
Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara dan Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri
Kepala Pemerintahan. Hal itu terjadi karena adanya maklumat wakil presiden No X. dan
maklumat pemerintah bulan November 1945 tentang partai politik. Hal ini ditempuh
agar Republik Indonesia dianggap negara yang lebih demokratis

2.4.4 Masa Kemerdekaan

Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah Belanda menyebutkan sebagai Penyerahan


Kedaulatan), Presiden Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat
(RIS) dan Mohammad Hatta diangkat sebagai perdana menteri RIS. Jabatan Presiden
Republik Indonesia diserahkan kepada Mr Assaat, yang kemudian dikenal sebagai RI
Jawa-Yogya. Namun karena tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin kembali
ke negara kesatuan, maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi
Republik Indonesia dan Presiden Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat
sebagai pemangku jabatan Presiden RI diserahkan kembali kepada Ir. Soekarno.
Resminya kedudukan Presiden Soekarno adalah presiden konstitusional, tetapi pada
kenyataannya kebijakan pemerintah dilakukan setelah berkonsultasi dengannya.
Mitos Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup populer dan lebih kuat di kalangan rakyat
dibandingkan terhadap kepala pemerintahan yakni perdana menteri. Jatuh bangunnya
kabinet yang terkenal sebagai "kabinet seumur jagung" membuat Presiden Soekarno
kurang memercayai sistem multipartai, bahkan menyebutnya sebagai "penyakit
kepartaian". Tak jarang, ia juga ikut turun tangan menengahi konflik-konflik di tubuh
militer yang juga berimbas pada jatuh bangunnya kabinet. Seperti peristiwa 17 Oktober
1952 dan Peristiwa di kalangan Angkatan Udara.

Presiden Soekarno juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia Internasional,


Keprihatinannya terhadap nasib bangsa Asia-Afrika, masih belum merdeka, belum
mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri, menyebabkan presiden Soekarno,
pada tahun 1955, mengambil inisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di
Bandung yang menghasilkan Dasasila Bandung. Bandung dikenal sebagai Ibu Kota
Asia-Afrika. Ketimpangan dan konflik akibat "bom waktu" yang ditinggalkan negara-
negara barat yang dicap masih mementingkan imperialisme dan kolonialisme,
ketimpangan dan kekhawatiran akan munculnya perang nuklir yang mengubah
peradaban, ketidakadilan badan-badan dunia. internasional dalam penyelesaian konflik
juga menjadi perhatiannya. Bersama Presiden Josip Broz Tito (Yugoslavia), Gamal
Abdel Nasser (Mesir), Mohammad Ali Jinnah (Pakistan), U Nu, (Birma) dan Jawaharlal
Nehru (India) ia mengadakan Konferensi Asia Afrika yang membuahkan Gerakan Non
Blok. Berkat jasanya itu, banyak negara Asia Afrika yang memperoleh
kemerdekaannya. Namun sayangnya masih banyak pula yang mengalami konflik
berkepanjangan sampai saat ini karena ketidakadilan dalam pemecahan masalah, yang
masih dikuasai negara-negara kuat atau adikuasa. Berkat jasa ini pula, banyak penduduk
dari kawasan Asia Afrika yang tidak lupa akan Soekarno bila ingat atau mengenal akan
Indonesia.

2.4.5 Masa Keterpurukan

Situasi politik Indonesia menjadi tidak menentu setelah enam jenderal dibunuh dalam
peristiwa yang dikenal dengan sebutan Gerakan 30 September atau G30S pada 1965.
Pelaku sesungguhnya dari peristiwa tersebut masih merupakan kontroversi walaupun
PKI dituduh terlibat di dalamnya. Kemudian massa dari KAMI (Kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia) dan KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia) melakukan aksi
demonstrasi dan menyampaikan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang salah satu isinya
meminta agar PKI dibubarkan. Namun, Soekamo menolak untuk membubarkan PKI
karena bertentangan dengan pandangan Nasakom (Nasionalisme, Agama, Komunisme).
Sikap Soekarno yang menolak membubarkan PKI kemudian melemahkan posisinya
dalam politik. Lima bulan kemudian, dikeluarkanlah Surat Perintah Sebelas Maret yang
ditandatangani oleh Soekarno, Isi dari surat tersebut merupakan perintah kepada Letnan
Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan yang perlu guna menjaga keamanan
pemerintahan dan keselamatan pribadi presiden. Surat tersebut lalu digunakan oleh
Soeharto yang telah diangkat menjadi Panglima Angkatan Darat untuk membubarkan
PKI dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang.
Kemudian MPRS pun mengeluarkan dua Ketetapannya, yaitu TAP No. IX 1966 tentang
pengukuhan Supersemar menjadi TAP MPRS dan TAP No. XV/1966 yang memberikan
jaminan kepada Soeharto sebagai pemegang Supersemar untuk setiap saat menjadi
presiden apabila presiden berhalangan Soekarno kemudian membawakan pidato
pertanggungjawaban mengenai sikapnya terhadap peristiwa G30S pada Sidang Umum
ke-IV MPRS. Pidato tersebut berjudul "Nawaksara" dan dibacakan pada 22 Juni 1966.
MPRS kemudian meminta Soekarno untuk melengkapi pidato tersebut. Pidato
"Pelengkap Nawaskara" pun disampaikan oleh Soekarno pada 10 Januari 1967 namun
kemudian ditolak oleh MPRS pada 16 Februari tahun yang sama.

Hingga akhirnya pada 20 Februari 1967 Soekarno menandatangani Surat Pernyataan


Penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka. Dengan ditandatanganinya surat tersebut
maka Soeharto de facto menjadi kepala pemerintahan Indonesia. Setelah melakukan
Sidang Istimewa maka MPRS pun mencabut kekuasaan Presiden Soekarno, mencabut
gelar Pemimpin Besar Revolusi dan mengangkat Soeharto sebagai Presiden RI hingga
diselenggarakan pemilihan umum berikutnya

2.4.6 Akhir Kehidupan Ir. Soekarno

Jakarta, Selasa, 16 Juni 1970. Ruangan intensive care RSPAD Gatot Subroto dipenuhi
tentara sejak pagi. Serdadu berseragam dan bersenjata lengkap bersiaga penuh di
beberapa titik strategis rumah sakit tersebut. Tak kalah banyaknya, petugas keamanan
berpakaian preman juga hilir mudik di koridor rumah sakit hingga pelataran parkir.
Sedari pagi, suasana mencekam sudah terasa. Kabar yang berhembus mengatakan,
mantan Presiden Soekarno akan dibawa ke rumah sakit ini dari rumah tahanannya di
Wisma Yaso yang hanya berjarak lima kilometer. Malam ini desas-desus itu terbukti. Di
dalam ruang perawatan yang sangat sederhana untuk ukuran seorang mantan presiden,
Soekarno tergolek lemah di pembaringan. Sudah beberapa hari ini kesehatannya sangat
mundur. Sepanjang hari, orang yang dulu pernah sangat berkuasa ini terus memejamkan
mata. Suhu tubuhnya sangat tinggi. Penyakit ginjal yang tidak dirawat secara semestinya
kian menggerogoti kekuatan tubuhnya. Lelaki yang pernah amat jantan dan berwibawa,
dan sebab itu banyak digila-gilai perempuan seantero jagad, sekarang tak ubahnya bagai
sesosok mayat hidup. Tiada lagi wajah gantengnya. Kini wajah yang dihiasi gigi
gingsulnya telah membengkak, tanda bahwa racun telah menyebar ke mana-mana.
Bukan hanya bengkak, tapi bolong-bolong bagaikan permukaan bulan. Mulutnya yang
dahulu mampu menyihir jutaan massa dengan pidato-pidatonya yang sangat memukan,
kini hanya terkatup rapat dan kering. Sebentar-sebentar bibirnya gemetar. Menahan
sakit. Kedua tangannya yang dahulu sanggup meninju langit dan mencakar udara, kini
tergolek lemas di sisi tubuhnya yang kian kurus.

Sang Putera Fajar tinggal menunggu waktu. Dua hari kemudian, Megawati, anak
sulungnya dari Fatmawati diizinkan tentara untuk mengunjungi ayahnya. Menyaksikan
ayahnya yang tergolek lemah dan tidak mampu membuka matanya, kedua mata Mega
menitikkan airmata. Bibirnya secara perlahan didekatkan ke telinga manusia yang paling
dicintanya ini. "Pak, Pak, ini Ega..." Senyap. Ayahnya tak bergerak. Kedua matanya
juga tidak membuka. Namun kedua bibir Soekarno yang telah pecah-pecah bergerak-
gerak kecil, gemetar, seolah ingin mengatakan sesuatu pada puteri sulungnya itu.
Soekarno tampak mengetahui kehadiran Megawati. Tapi dia tidak mampu membuka
matanya. Tangan kanannya bergetar seolah ingin menuliskan sesuatu untuk puteri
sulungnya, tapi tubuhnya terlampau lemah untuk sekadar menulis. Tangannya kembali
terkulai. Soekarno terdiam lagi.

Melihat kenyataan itu, perasaan Megawati amat terpukul. Air matanya yang sedari tadi
ditahan kini menitik jatuh Kian deras. Perempuan muda itu menutupi hidungnya dengan
sapu tangan. Tak kuat menerima kenyataan, Megawati menjauh dan limbung. Mega
segera dipapah keluar. Jarum jam terus bergerak. Di luar kamar, sepasukan tentara terus
berjaga lengkap dengan senjata. Malam harinya ketahanan tubuh seorang Soekarno
ambrol. Dia coma. Antara hidup dan mati. Tim dokter segera memberikan bantuan
seperlunya. Keesokan hari, mantan wakil presiden Muhammad Hatta diizinkan
mengunjungi kolega lamanya ini. Hatta yang ditemani sekretarisnya menghampiri
pembaringan Soekamo dengan sangat hati-hati. Dengan segenap kekuatan yang berhasil
dihimpunnya, Sockamo berhasil membuka matanya. Menahan rasa sakit yang tak
terperi, Soekarno berkata lemah. "Hatta... kau di sini..?" Yang disapa tidak bisa
menyembunyikan kesedihannya. Namun Hatta tidak mau kawannya ini mengetahui jika
dirinya bersedih. Dengan sekuat tenaga memendam kepedihan yang mencabik hati,
Hatta berusaha menjawab Soekarno dengan wajar.Sedikit tersenyum menghibur. "Ya,
bagaimana keadaanmu, No?" Hatta menyapanya dengan sebutan yang digunakannya di
masa lalu. Tangannya memegang lembut tangan Soekarno. Panasnya menjalari
jemarinya. Dia ingin memberikan kekuatan pada orang yang sangat dihormatinya ini.
Bibir Soekarno bergetar, tiba-tiba, masih dengan lemah, dia balik bertanya dengan
bahasa Belanda, Sesuatu yang biasa mereka berdua lakukan ketika mereka masih bersatu
dalam Dwi Tunggal. "Hoe gaat het met jou...? Bagaimana keadaanmu?

Hatta memaksakan diri tersenyum. Tangannya masih memegang lengan Soekarno.


Soekarno kemudian terisak bagai anak kecil. Lelaki perkasa itu menangis di depan
kawan seperjuangannya, bagai bayi yang kehilangan mainan. Hatta tidak lagi mampu
mengendalikan perasaannya. Pertahanannya bobol. Airmatanya juga tumpah. Hatta ikut
menangis. Kedua teman lama yang sempat berpisah itu saling berpegangan tangan
seolah takut berpisah. Hatta tahu, waktu yang tersedia bagi orang yang sangat
dikaguminya ini tidak akan lama lagi. Dan Hatta juga tahu, betapa kejamnya siksaan
tanpa pukulan yang dialami sahabatnya ini. Sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh
manusia yang tidak punya nurani. "No..." Hanya itu yang bisa terucap dari bibirnya.
Hatta tidak mampu mengucapkan lebih. Bibirnya bergetar menahan kesedihan sekaligus
kekecewaannya. Bahunya terguncang-guncang. Jauh di lubuk hatinya.

Minggu pagi, 21 Juni 1970. Dokter Mardjono, salah seorang anggota tim dokter kepresidenan seperti
biasa melakukan pemeriksaan rutin. Bersama dua orang paramedis, Dokter Mardjono memeriksa
kondisi pasien istimewanya ini. Sebagai seorang dokter yang telah berpengalaman, Mardjono tahu
waktunya tidak akan lama lagi. Dengan sangat hati-hati dan penuh hormat, dia memeriksa denyut nadi
Soekarno. Dengan sisa kekuatan yang masih ada, Soekarno menggerakkan tangan kanannya,
memegang lengan dokternya. Mardjono merasakan panas yang demikian tinggi dari tangan yang amat
lemah ini. Tiba-tiba tangan yang panas itu terkulai. Detik itu juga Soekarno menghembuskan nafas
terakhirnya. Kedua matanya tidak pernah mampu lagi untuk membuka. Tubuhnya tergolek tak
bergerak lagi. Kini untuk selamanya. Situasi di sekitar ruangan sangat sepi. Udara sesaat terasa
berhenti mengalir.
Suara burung yang biasa berkicau tiada terdengar. Kehampaan sepersekian
detik yang begitu mencekam. Sekaligus menyedihkan. Dunia melepas salah
seorang pembuat sejarah yang penuh kontroversi. Banyak orang
menyayanginya, tapi banyak pula yang membencinya. Namun semua
sepakat, Soekarno adalah seorang manusia yang tidak biasa. Yang belum
tentu dilahirkan kembali dalam waktu satu abad. Manusia itu kini telah
tiada. Dokter Mardjono segera memanggil seluruh rekannya, sesama tim
dokter kepresidenan Tak lama kemudian mereka mengeluarkan pernyataan
resmi: Soekarno telah meninggal.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesan

Ketika dilahirkan. Soekarno diberikan nama Koesno Sosrodihardjo oleh


orangtuanya. Namun karena ia sering sakit maka ketika berumur lima tahun
namanya diubah menjadi Soekamo oleh ayahnya. Soekarno dilahirkan
dengan seorang ayah yang bernama Raden Sockemi Sosrodihardjo dan
ibunya yaitu Ida Ayu Nyoman Rai. Keduanya bertemu ketika Raden
Sockemi yang merupakan seorang guru ditempatkan di Sekolah Dasar
Pribumi di Singaraja, Bali. Ir. Soekarno mempunyai peranan yang besar
dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan. Ir. Soekamo wafat
dengan meninggalkan begitu banyak jasa untuk Indonesia sehingga beliau
dikenal sebagai bapak proklamator Kata Kata Bijak Soekarno

1. Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis,
kita tidak akan minta-minta apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-
embeli dengan syarat ini syarat itu! Lebih baik makan gaplek tetapi
merdeka, dari pada makan bestik tetapi budak. [Pidato HUT Proklamasi,
1963]

2. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.


(Pidato Hari Pahlawan 10 Nop.1961)

3. Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu


akan

lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.

4. Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang


presiden

sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah


kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang
Maha Esa. 5. Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan
takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut
adalah tidak akan

bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun.

6. Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu


bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.

7............Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai


dan persaudaraan......
3.2 Pesan

Kami sebagai penyusun makalah ini sangat menyadari bahwa materi yang
kami buat ini masih banyak kekurangan. Jadi untuk itu kami meminta
kepada saudara saudari semuanya untuk memberikan saran, kritikan, dan
hal-hal lainnya yang bisa membangun untuk menuju kepada yang lebih
baik agar manfaat dari makalah ini dapat diambil penyusun dan orang yang
membacanya.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno

http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/01/biografi-presiden-
soekarno.html
http://info-biografi.blogspot.com/2010/02/ir-sockarno.html
http://contohmakalah4.blogspot.com/2013/02/biografi-sockarno.html

https://lalumakan.wordpress.com/2013/07/02/156/
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "Dampak
Penggunaan Gawai pada Anak Usia di Bawah Umur".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.

Madiun,10 03 2023

Penulis

Ega
MAKALAH
BIOGRAFI SOEKARNO

KELOMPOK : Dy ega indra listama (12)


KELAS : IV IPA 2

SMA N 2 MEJAYAN
TAHUN AJARAN 2022/2023

Anda mungkin juga menyukai