PENDAHULUAN
sendiri menjadi Sukarno karena menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan penjajah
(Belanda) In tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda
tangan tersebut adalah tanda tangan yang tercantum dalam Teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah, selain itu tidak mudah untuk
mengubah tanda tangan setelah berumur 50 tahun. Sebutan akrab untuk Soekarno adalah
Bung Karno.
Soekamo dilahirkan dengan seorang ayah yang bernama Raden Sockemi Sosrodihardjo
dan ibunya yaitu Ida Ayu Nyoman Rai. Keduanya bertemu ketika Raden Soekemi yang
merupakan seorang guru ditempatkan di Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja, Bali.
Nyoman Rai merupakan ketunman bangsawan dari Bali dan beragama Hindu,
sedangkan Raden Sockemi sendiri beragama Islam. Mereka telah memiliki seorang putri
yang bernama Sukarmini sebelum Soekarno lahir.. Ketika kecil Soekarno tinggal
bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur.
Tamat HBS Socrabaja bulan Juli 1921 bersama Djoko Asmo rekan satu angkatan di
HBS, Soekarno melanjutkan ke Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) di
Bandung dengan mengambil jurusan teknik sipil pada tahun 1921,setelah dua bulan dia
meninggalkan kuliah, tetapi pada tahun 1922 mendaftar kembali dan tamat pada tahun
1926. Soekarno dinyatakan lulus ujian insinyur pada tanggal 25 Mei 1926 dan pada Dies
Natalis ke-6 TH Bandung tanggal 3 Juli 1926 dia diwisuda bersama delapan belas
insinyur lainnya. Prof. Jacob Clay selaku ketua fakultas pada saat itu menyatakan
"Terutama penting peristiwa itu bagi kita karena ada di antaranya 3 orang insinyur orang
Jawa". Mereka adalah Soekarno. Anwari, dan Soctedjo, selain itu ada seorang lagi dari
Minahasa yaitu Johannes Alexander
Henricus Ondang
Cancel anytime.
Pendidikan
Fatmawati (1943-1956)
Hartini (1952-1970)
Haryati (1963-1966)
Anak-Guntur Soekarnoputra
Megawati Soekarnoputri
Rachmawati Soekarnoputri
Sukmawati Soekarnoputri
Taufan Soekarnoputra
Presiden Soekarno semasa hidupnya dikenal memiliki pesona, sehingga dengan mudah
menaklukkan wanita-wanita cantik yang diinginkannya. Sejarah mencatat Bung Karno
sembilan kali menikah. Namun banyak yang tidak tahu wanita seperti apa yang dicintai
Sang Putra Fajar itu. Untuk urusan kriteria ternyata Bung Karno bukanlah sosok pria
neko-neko. Perhatian Bung Karno akan mudah tersedot jika melihat wanita sederhana
yang berpakaian sopan. Lalu, bagaimana Bung Karno memandang wanita
berpenampilan seksi? Pernah di satu kesempatan ketika sedang jalan berdua dengan
Fatmawati. Bung Kamo bercerita mengenai penilaiannya terhadap wanita. Kala itu Bung
Karno benar-benar sedang jatuh hati pada Fatmawati."Pada suatu sore ketika kami
sedang berjalan-jalan berdua, Fatmawati bertanya padaku tentang jenis perempuan yang
kusukai," ujar Soekaro dalam buku Bung Kamo Masa Muda terbitan Pustaka Antar
Kota. Sesaat Bung Karno memandang sosok Fatmawati yang saat itu berpakaian
sederhana dan sopan. Perasaan Bung Karno benar-benar bergejolak, dia sedikit terkejut
mendengar pertanyaan itu."Aku memandang kepada gadis desa ini yang berpakaian baju
kurung merah dan berkerudung kuning diselubungkan dengan sopan. Kukatakan
padanya, aku menyukai perempuan dengan keasliannya, bukan wanita modern yang
pakai rok pendek, baju ketat dan gincu bibir yang menyilaukan," kata Soekarno.
"Saya lebih menyukai wanita kolot yang setia menjaga suaminya dan sentiasa
mengambilkan alas kakinya. Saya tidak menyukai wanita Amerika dari generasi baru,
yang saya dengar menyuruh suaminya mencuci piring," tambahnya. Mungkin saat itu
Fatmawati begitu terpesona mendengar jawaban Sockamo yang lugas. Sampai pada
akhirnya jodoh mempertemukan keduanya. Soekarno menikah dengan Fatmawati pada
tahun 1943, dan dikarunia 5 anak yakni Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati,
dan Guruh. "Saya menyukai perempuan yang merasa bahagia dengan anak banyak. Saya
sangat mencintai anak-anak," katanya.
Menurut pengakuan Ibu Fatmawati, dia dan Bung Karno tidak pemah merayakan ulang
tahun perkawinan, Jangankan kawin perak atau kawin emas, ulang tahun pernikahan ke-
1, ke-2 atau ke-3 saja tidak pernah. Sebabnya tak lain karena keduanya tidak pernah
ingat kapan menikah. Ini bisa dimaklumi karena saat berlangsungnya pernikahan, zaman
sedang dibalut perang. Saat itu Perang Dunia II sedang berkecamuk dan Jepang baru
datang untuk menjajah Indonesia.
"Kami tidak pernah merayakan kawin perak atau kawin emas. Sebab kami anggap itu
soal remeh, sedangkan kami selalu dihadapkan pada persoalan-persoalan besar yang
hebat dan dahsyat, "begitu cerita Ibu Fatmawati di buku Bung Karno Masa Muda,
terbitan Pustaka Antar Kota, 1978 Kehidupan pernikahan Bung Kamo dan Fatmawati
memang penuh dengan gejolak perjuangan. Dua tahun setelah keduanya menikah,
Indonesia mencapai kemerdekaan. Tetapi ini belum selesai, justru saat itu perjuangan
fisik mencapai puncaknya. Bung Kamo pastinya terlibat dalam setiap momen-momen
penting perjuangan bangsa. Pasangan ini melahirkan putra pertamanya yaitu Guntur
Soekarnoputra Guntur lahir pada saat Bung Karno sudah berusia 42 tahun. Berikutnya
lahir Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh.
Soekarno untuk pertama kalinya menjadi terkenal ketika dia menjadi anggota Jong Jaya
cabang Surabaya pada tahun 1915. Bagi Sockarno sifat organisasi tersebut yang Jawa-
sentris dan hanya memikirkan kebudayaan saja merupakan tantangan tersendiri. Dalam
rapat pleno tahunan yang diadakan Jong Java cabang Surabaya Soekarno
menggemparkan sidang dengan berpidato menggunakan bahasa Jawa ngoko (kasar).
Sebulan kemudian dia mencetuskan perdebatan sengit dengan menganjurkan agar surat
kabar Jong Java diterbitkan dalam bahasa Melayu saja, dan bukan dalam bahasa
Belanda.
Pada tahun 1926. Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung yang
merupakan hasil inspirasi dari Indonesische Studie Club oleh Dr. Soetomo. Organisasi
ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927.
Aktivitas Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada tanggal 29
Desember 1929 di Yogyakarta dan esoknya dipindahkan ke Bandung, untuk dijebloskan
ke Penjara Banceuy. Pada tahun 1930 ia dipindahkan ke Sukamiskin dan pada tahun itu
ia memunculkan pledoinya yang fenomenal Indonesia Menggugat (pledoi), hingga
dibebaskan kembali pada tanggal 31 Desember 1931.
Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang
merupakan pecahan dari PNL. Soekamo kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933,
dan diasingkan ke Flores. Di sini, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh
nasional. Namun semangatnya tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya
kepada seorang Guru Persatuan Islam bernama Ahmad Hasan.Pada tahun 1938 hingga
tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu.Soekarno baru kembali bebas
pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.
Pada awal masa penjajahan Jepang (1942-1945), pemerintah Jepang sempat tidak
memerhatikan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia terutama untuk "mengamankan
keberadaannya di Indonesia. Ini terlihat pada Gerakan 3A dengan tokohnya Shimizu dan
Mr. Syamsuddin yang kurang begitu populer.
Pada saat kedatangan Sekutu (AFNEI) yang dipimpin oleh Letjen. Sir Phillip Christisen, Christison
akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia secara de facto setelah mengadakan pertemuan dengan
Presiden Soekarno. Presiden Soekarno juga berusaha menyelesaikan krisis di Surabaya. Namun akibat
provokasi yang dilancarkan pasukan NICA (Belanda) yang membonceng Sekutu (di bawah Inggris).
meledaklah Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dan gugurnya Brigadir Jenderal AWS Mallaby.
Karena banyak provokasi di Jakarta pada waktu itu, Presiden Soekarno akhirnya memindahkan
Ibukota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta. Diikuti wakil presiden dan pejabat tinggi
negara lainnya.
Σ
Kedudukan Presiden Soekarno menurut UUD 1945 adalah kedudukan Presiden selaku
kepala pemerintahan dan kepala negara (presidensiil/single executive). Selama revolusi
kemerdekaan, sistem pemerintahan berubah menjadi semipresidensiil/double executive,
Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara dan Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri
Kepala Pemerintahan. Hal itu terjadi karena adanya maklumat wakil presiden No X. dan
maklumat pemerintah bulan November 1945 tentang partai politik. Hal ini ditempuh
agar Republik Indonesia dianggap negara yang lebih demokratis
Situasi politik Indonesia menjadi tidak menentu setelah enam jenderal dibunuh dalam
peristiwa yang dikenal dengan sebutan Gerakan 30 September atau G30S pada 1965.
Pelaku sesungguhnya dari peristiwa tersebut masih merupakan kontroversi walaupun
PKI dituduh terlibat di dalamnya. Kemudian massa dari KAMI (Kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia) dan KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia) melakukan aksi
demonstrasi dan menyampaikan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang salah satu isinya
meminta agar PKI dibubarkan. Namun, Soekamo menolak untuk membubarkan PKI
karena bertentangan dengan pandangan Nasakom (Nasionalisme, Agama, Komunisme).
Sikap Soekarno yang menolak membubarkan PKI kemudian melemahkan posisinya
dalam politik. Lima bulan kemudian, dikeluarkanlah Surat Perintah Sebelas Maret yang
ditandatangani oleh Soekarno, Isi dari surat tersebut merupakan perintah kepada Letnan
Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan yang perlu guna menjaga keamanan
pemerintahan dan keselamatan pribadi presiden. Surat tersebut lalu digunakan oleh
Soeharto yang telah diangkat menjadi Panglima Angkatan Darat untuk membubarkan
PKI dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang.
Kemudian MPRS pun mengeluarkan dua Ketetapannya, yaitu TAP No. IX 1966 tentang
pengukuhan Supersemar menjadi TAP MPRS dan TAP No. XV/1966 yang memberikan
jaminan kepada Soeharto sebagai pemegang Supersemar untuk setiap saat menjadi
presiden apabila presiden berhalangan Soekarno kemudian membawakan pidato
pertanggungjawaban mengenai sikapnya terhadap peristiwa G30S pada Sidang Umum
ke-IV MPRS. Pidato tersebut berjudul "Nawaksara" dan dibacakan pada 22 Juni 1966.
MPRS kemudian meminta Soekarno untuk melengkapi pidato tersebut. Pidato
"Pelengkap Nawaskara" pun disampaikan oleh Soekarno pada 10 Januari 1967 namun
kemudian ditolak oleh MPRS pada 16 Februari tahun yang sama.
Jakarta, Selasa, 16 Juni 1970. Ruangan intensive care RSPAD Gatot Subroto dipenuhi
tentara sejak pagi. Serdadu berseragam dan bersenjata lengkap bersiaga penuh di
beberapa titik strategis rumah sakit tersebut. Tak kalah banyaknya, petugas keamanan
berpakaian preman juga hilir mudik di koridor rumah sakit hingga pelataran parkir.
Sedari pagi, suasana mencekam sudah terasa. Kabar yang berhembus mengatakan,
mantan Presiden Soekarno akan dibawa ke rumah sakit ini dari rumah tahanannya di
Wisma Yaso yang hanya berjarak lima kilometer. Malam ini desas-desus itu terbukti. Di
dalam ruang perawatan yang sangat sederhana untuk ukuran seorang mantan presiden,
Soekarno tergolek lemah di pembaringan. Sudah beberapa hari ini kesehatannya sangat
mundur. Sepanjang hari, orang yang dulu pernah sangat berkuasa ini terus memejamkan
mata. Suhu tubuhnya sangat tinggi. Penyakit ginjal yang tidak dirawat secara semestinya
kian menggerogoti kekuatan tubuhnya. Lelaki yang pernah amat jantan dan berwibawa,
dan sebab itu banyak digila-gilai perempuan seantero jagad, sekarang tak ubahnya bagai
sesosok mayat hidup. Tiada lagi wajah gantengnya. Kini wajah yang dihiasi gigi
gingsulnya telah membengkak, tanda bahwa racun telah menyebar ke mana-mana.
Bukan hanya bengkak, tapi bolong-bolong bagaikan permukaan bulan. Mulutnya yang
dahulu mampu menyihir jutaan massa dengan pidato-pidatonya yang sangat memukan,
kini hanya terkatup rapat dan kering. Sebentar-sebentar bibirnya gemetar. Menahan
sakit. Kedua tangannya yang dahulu sanggup meninju langit dan mencakar udara, kini
tergolek lemas di sisi tubuhnya yang kian kurus.
Sang Putera Fajar tinggal menunggu waktu. Dua hari kemudian, Megawati, anak
sulungnya dari Fatmawati diizinkan tentara untuk mengunjungi ayahnya. Menyaksikan
ayahnya yang tergolek lemah dan tidak mampu membuka matanya, kedua mata Mega
menitikkan airmata. Bibirnya secara perlahan didekatkan ke telinga manusia yang paling
dicintanya ini. "Pak, Pak, ini Ega..." Senyap. Ayahnya tak bergerak. Kedua matanya
juga tidak membuka. Namun kedua bibir Soekarno yang telah pecah-pecah bergerak-
gerak kecil, gemetar, seolah ingin mengatakan sesuatu pada puteri sulungnya itu.
Soekarno tampak mengetahui kehadiran Megawati. Tapi dia tidak mampu membuka
matanya. Tangan kanannya bergetar seolah ingin menuliskan sesuatu untuk puteri
sulungnya, tapi tubuhnya terlampau lemah untuk sekadar menulis. Tangannya kembali
terkulai. Soekarno terdiam lagi.
Melihat kenyataan itu, perasaan Megawati amat terpukul. Air matanya yang sedari tadi
ditahan kini menitik jatuh Kian deras. Perempuan muda itu menutupi hidungnya dengan
sapu tangan. Tak kuat menerima kenyataan, Megawati menjauh dan limbung. Mega
segera dipapah keluar. Jarum jam terus bergerak. Di luar kamar, sepasukan tentara terus
berjaga lengkap dengan senjata. Malam harinya ketahanan tubuh seorang Soekarno
ambrol. Dia coma. Antara hidup dan mati. Tim dokter segera memberikan bantuan
seperlunya. Keesokan hari, mantan wakil presiden Muhammad Hatta diizinkan
mengunjungi kolega lamanya ini. Hatta yang ditemani sekretarisnya menghampiri
pembaringan Soekamo dengan sangat hati-hati. Dengan segenap kekuatan yang berhasil
dihimpunnya, Sockamo berhasil membuka matanya. Menahan rasa sakit yang tak
terperi, Soekarno berkata lemah. "Hatta... kau di sini..?" Yang disapa tidak bisa
menyembunyikan kesedihannya. Namun Hatta tidak mau kawannya ini mengetahui jika
dirinya bersedih. Dengan sekuat tenaga memendam kepedihan yang mencabik hati,
Hatta berusaha menjawab Soekarno dengan wajar.Sedikit tersenyum menghibur. "Ya,
bagaimana keadaanmu, No?" Hatta menyapanya dengan sebutan yang digunakannya di
masa lalu. Tangannya memegang lembut tangan Soekarno. Panasnya menjalari
jemarinya. Dia ingin memberikan kekuatan pada orang yang sangat dihormatinya ini.
Bibir Soekarno bergetar, tiba-tiba, masih dengan lemah, dia balik bertanya dengan
bahasa Belanda, Sesuatu yang biasa mereka berdua lakukan ketika mereka masih bersatu
dalam Dwi Tunggal. "Hoe gaat het met jou...? Bagaimana keadaanmu?
Minggu pagi, 21 Juni 1970. Dokter Mardjono, salah seorang anggota tim dokter kepresidenan seperti
biasa melakukan pemeriksaan rutin. Bersama dua orang paramedis, Dokter Mardjono memeriksa
kondisi pasien istimewanya ini. Sebagai seorang dokter yang telah berpengalaman, Mardjono tahu
waktunya tidak akan lama lagi. Dengan sangat hati-hati dan penuh hormat, dia memeriksa denyut nadi
Soekarno. Dengan sisa kekuatan yang masih ada, Soekarno menggerakkan tangan kanannya,
memegang lengan dokternya. Mardjono merasakan panas yang demikian tinggi dari tangan yang amat
lemah ini. Tiba-tiba tangan yang panas itu terkulai. Detik itu juga Soekarno menghembuskan nafas
terakhirnya. Kedua matanya tidak pernah mampu lagi untuk membuka. Tubuhnya tergolek tak
bergerak lagi. Kini untuk selamanya. Situasi di sekitar ruangan sangat sepi. Udara sesaat terasa
berhenti mengalir.
Suara burung yang biasa berkicau tiada terdengar. Kehampaan sepersekian
detik yang begitu mencekam. Sekaligus menyedihkan. Dunia melepas salah
seorang pembuat sejarah yang penuh kontroversi. Banyak orang
menyayanginya, tapi banyak pula yang membencinya. Namun semua
sepakat, Soekarno adalah seorang manusia yang tidak biasa. Yang belum
tentu dilahirkan kembali dalam waktu satu abad. Manusia itu kini telah
tiada. Dokter Mardjono segera memanggil seluruh rekannya, sesama tim
dokter kepresidenan Tak lama kemudian mereka mengeluarkan pernyataan
resmi: Soekarno telah meninggal.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesan
1. Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis,
kita tidak akan minta-minta apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-
embeli dengan syarat ini syarat itu! Lebih baik makan gaplek tetapi
merdeka, dari pada makan bestik tetapi budak. [Pidato HUT Proklamasi,
1963]
Kami sebagai penyusun makalah ini sangat menyadari bahwa materi yang
kami buat ini masih banyak kekurangan. Jadi untuk itu kami meminta
kepada saudara saudari semuanya untuk memberikan saran, kritikan, dan
hal-hal lainnya yang bisa membangun untuk menuju kepada yang lebih
baik agar manfaat dari makalah ini dapat diambil penyusun dan orang yang
membacanya.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno
http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/01/biografi-presiden-
soekarno.html
http://info-biografi.blogspot.com/2010/02/ir-sockarno.html
http://contohmakalah4.blogspot.com/2013/02/biografi-sockarno.html
https://lalumakan.wordpress.com/2013/07/02/156/
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "Dampak
Penggunaan Gawai pada Anak Usia di Bawah Umur".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.
Madiun,10 03 2023
Penulis
Ega
MAKALAH
BIOGRAFI SOEKARNO
SMA N 2 MEJAYAN
TAHUN AJARAN 2022/2023