Anda di halaman 1dari 19

Biografi Soekarno

 Nama lengkap : Ir. Soekarno


 Nama panggilan : Bung Karno
 Nama kecil : Kusno
 Tempat, tanggal lahir : Blitar, 6 Juni 1901
 Agama : Islam
 Nama Isteri :
o Fatmawati
o Hartini
o Ratna Sari Dewi
 Nama Anak :
o Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, Guruh (dari Fatmawati)
o Taufan, Bayu (dari Hartini)
o Kartika (dari Ratna Sari Dewi)
 Pendidikan :
o HIS di Surabaya
o Hoogere Burger School (HBS)
o Technische Hoogeschool (THS) di Bandung
 Meninggal : 21 Juni 1970
 Dimakamkan : Blitar, Jawa-Timur

Bung Karno adalah nama populer dari Soekarno. Lahir pada 6 Juni 1901 di Blitar, Jawa Timur.
Ketika Soekarno kecil, ia tidak tinggal bersama dengan orang tuanya yang berada di Blitar. Ia
tinggal bersama dengan kakeknya yang bernama Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa
Timur. Soekarno bahkan sempat mengenyam sekolah disana walau tidak sampai selesai, karena
harus ikut bersama dengan orang tuanya yang pada waktu itu pindah ke Mojokerto. Di
Mojokerto, Soekarno kemudian disekolahkan di Eerste Inlandse School dimana ayahnya juga
bekerja disitu sebagai guru. Akan tetapi kemudian ia dipindahkan pada tahun 1911 ke ELS yang
setingkat sekolah dasar untuk dipersiapkan masuk di HBS yang ada di Surabaya. Setelah tamat
dan bersekolah di HBS tahun 1915, Soekarno kemudian tinggal di rumah Haji Oemar Said
Tjokroaminoto atau HOS Cokroaminoto yang merupakan sahabat dari ayah Soekarno.
Darisanalah Soekarno kenal dengan dunia perjuangan yang membuatnya menjadi pejuang sejati.

Biografi Soekarno : Momen Bersejarah 17 Agustus 1945

Presiden Soekarno saat proklamasi kemerdekaan RI. Sumber: Republika

Pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan


kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Jepang dimana pada tanggal ini juga diperingati sebagai
Hari Kemerdekaan Indonesia yang juga membuat Soekarno diangkat menjadi presiden pertama
Indonesia. Dalam biografi Soekarno, ia berhasil membentuk pancasila dengan timnya sebagai
dasar negara Indonesia.

Dengan proklamasi kemerdekaan ini juga membuat kawannya Mohammad Hatta dinobatkan
sebagai wakil presiden pertama Indonesia mendampingi Soekarno. Diluar sosoknya sebagai
Bapak Bangsa Indonesia, tidak banyak orang yang tahu jika Soekarno pernah menikah sebanyak
sembilan kali. Kharisma yang luar biasa dimiliki oleh Soekarno melalui penuturan orang – rang
yang dekat dengannya membuat wanita cantik terkesima dan kemudian dijadikan istri Soekarno.
Beliau tertarik dengan wanita sederhana dan sopan. Salah satu istrinya Fatmawati pernah
bertanya pada presiden Soekarno mengenai wanita yang berpenampilan seksi. Beliau menjawab
bahwa wanita yang penampilannya sopan dan sederhana lebih menarik dan lebih ia sukai.
Menurut Soekarno kecantikan seorang wanita terlihat dari keaslian, tutur bahasanya, sikapnya
dan kesederhanaan yang terpancar dari dalam dirinya.

Itulah biografi Soekarno yang dapat menjadi teladan atas perjuangan sejak kecil sampai menjadi
bapak presiden pertama Indonesia yang dikenal dunia. Semoga biografi Soekarno ini dapat
bermanfaat dan membuatmu makin mengagumi sosok bapak presiden pertama kita ya. Ikuti terus
artikel biodata lainnya hanya di AkuPaham.

Bertahun-tahun dijajah oleh para penjajah, pada akhirnya Indonesia pun bisa mengumandangkan
kemerdekaan. Kemerdekaan Indonesia yang bertepatan dengan tanggal 17 Agustus puluhan tahun
silam tentu tidak akan bisa dilepaskan dari jasa para pahlawan yang telah gugur dalam
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia ini. Salah satu pahlawan pemberani yang namanya
tidak akan pernah bisa dilepaskan dari sisi kemerdekaan negeri ini adalah Ir Soekarno.
Proklamator sekaligus Presiden Indonesia yang pertama ini memang memberikan begitu banyak
pengaruh hingga akhirnya Indonesia bisa merdeka. Sebagai bangsa yang menghargai
pahlawannya, ada baiknya kita bisa mengetahui biografi Soekarno, Sang Proklamator.
Masa kecil Ir Soekarno

Soekarno Kecil

Biografi Soekarno tentu harus diawali dari masa kecilnya lebih dulu sehingga Anda bisa
mengenal lebih dalam. Terlahir di Blitar tanggal 6 Juni 1901 dengan
nama Kusno Sosrodihardjo. Masa kecil Presiden Soekarno bersama kedua orang tuanya di Blitar
tidak dihabiskan dalam waktu lama. Ayahnya adalah Raden Soekemi Sosrodihardjo yang
merupakan seorang guru di Jawa, tepatnya di Surabaya. Sedangkan Ibunya adalah Ida Ayu
Nyoman Rai yang asalnya dari Buleleng, Bali. Selanjutnya Beliau tinggal dengan kakeknya yang
bernama Raden Hardjoko yang ada di Tulung Agung, Jawa Timur. Beliau sempat bersekolah di
sana meski tidak hingga selesai lantaran kembali ikut orang tuanya ke Mojokerto.

Pendidikan Ir Soekarno

Soekarno Muda 1922

Mengenal biografi Soekarno, tentu tak lengkap jika tak tahu tentang riwayat pendidikannya. Saat
di Mojokerto, ayah Ir Soekarno nmenyekolahkan Soekarno kecil di tempat sang ayah menjadi
guru. Tetapi di tahun 1911 ayahnya memindahkan Soekarno ke sekolah ELS atau Europeesche
Lagere School yang bertujuan agar nantinya Soekarno bisa mudah masuk ke HBS atau Hogere
Burger School yang ada di Surabaya. Tamat sekolah di Hogere Burger School di tahun 1915,
Soekarno selanjutnya tinggal bersama Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau kini banyak yang
lebih mengenal dengan nama H.O.S Cokroaminoto dimana beliau ini adalah teman dari ayah
Soekarno yang juga dikenal pendiri Serikat Islam.

Biografi Soekarno tentang pendidikan masih berlanjut dimana saat di rumah Cokroaminoto,
Soekarno yang masih muda pun mulai belajar dalam dunia politik. Soekarno muda juga belajar
untuk pidato dengan cara melakukannya sendiri di kamarnya di depan cermin. Di
sekolahnya, Hogere Burger School, Soekarno pun memperoleh banyak sekali ilmu terkait banyak
hal. Setelah menyelesaikan pendidikan di Hogere Burger School di tahun 1921, kemudian
Soekarno pindah ke Bandung lalu tinggal bersama Haji Sanusi yang kemudian melanjutkan
sekolah ke THS atau Technische Hooge School di jurusan teknik sipil dimana saat ini sudah
menjadi ITB lalu kemudian bisa lulus di tanggal 25 Mei 1926 sehingga mendapatkan gelar
Insinyur atau Ir.

Biografi Soekarno di masa pergerakan nasional

Biografi Soekarno memasuki masa pergerakan nasional dimana di tahun 1926 Soekarno muda
mendirikan Algemene Studie Club yang ada di Bandung. Ternyata organisasi ini jadi awal mula
mendirikannya Partai Nasional Indonesia dimana didirikan di tahun 1927. Selanjutnya aktivitas
Soekarno di Partai Nasional Indonesia pun menyebabkannya ditangkap oleh Belanja pada
Desember 1929 lalu memunculkan pledoi fenomenal saat itu yaitu Indonesia Menggugat. Beliau
kemudian dibebaskan saat 31 Desember 1931.

Selanjutnya Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia atau Partindo pada Juli 1932 dimana
partai ini adalah pecahan Partai Nasional Indonesia. Karena aktivitasnya ini, Soekarno pun
kembali ditangkap pada Agustus 1933 lalu diasingkan ke Flores. Pada kondisi ini, Soekarno pun
hampir dilupakan para tokoh nasional karena lokasinya yang jauh dan terasing. Meski begitu,
semangat Soekarno pun tidak pernah runtuh meski dalam pengasingan yang bisa tersirat dari
setiap surat ke Ahmad Hassan yang merupakan Guru Persatuan Islam. Biografi Soekarno masih
berlanjut dalam masa pengasingan yang dipindahkan ke Provinsi Bengkulu di tahun 1938.
Soekarno pun bisa bebas di masa penjajahan Jepang di tahun 1942.

Biografi Soekarno di masa penjajahan Jepang

Soekarno pada Jaman Penjajahan Jepang

Ketika awal masa penjajahan Indonesia oleh Jepang sekitar tahun 1942 sampai 1945, pemerintah
Kepang masih belum memperhatikan tokoh dari pergerakan Indonesia. Hal ini bisa terlihat dari
Gerakan 3A yang tokohnya adalah Shimizu dan Mr. Syamsuddin dimana mereka berdua kurang
populer. Tapi pada akhirnya pada masa pemerintahan Jepang, tokoh Indonesia ini kemudian
mulai diperhatikan lalu dimanfaatkan juga mulai dari Soekarno, Moh Hatta dan masih banyak
lagi beserta organisasinya, sehingga diusahakan bisa menarik perhatian dari penduduk Indonesia.

Masih berlanjut biografi Soekarno saat masa penjajahan Jepang dimana disebutkan ragam
organisasi mulai dari Jawa Hokokai, BPUPKI, Pusat Tenaga Rakyat (Putera) hingga PPKI
dengan tokoh mulai dari Soekarno, Moh Hatta, Ki Hajar Dewantara, hingga K.H Mas Mansyur
dan tokoh yang lainnya yang aktif dalam aktivitas pergerakan nasional. Akhirnya, para tokoh
nasional ini kemudian bekerja sama bersama pemerintah Jepang dalam mencapai kemerdekaan
Indonesia. Meski begitu, tetap ada yang melakukan gerakan bawah tanah yaitu Amir Sjarifuddin
dan Sutan Syahrir, mengingat mereka menganggap jika Jepang merupakan fasis berbahaya.

Soekarno di antara para pemimpin dunia

Soekarno bersama John F. Kennedy saat berkunjung ke Amerika Serikat

Di tahun 1943, Hideko Tojo yang merupakan Perdana Menteri Jepang mengundang para tokoh
Indonesia yakni Soekarno, Moh Hatta hingga Ki Bagoes Hadikoesoemo menuju Jepang dan
langsung diterima oleh Kaisar Hirohito. Bintang kekaisaran yaitu Ratna Suci pun diberikan
kepada ketiga tokoh tersebut oleh Kaisar Hirohito. Penganugerahan ini pun menjadikan
pemerintahan pendudukan Jepang kaget lantaran karena adanya penganugerahan bintang itu
maka ketiga tokoh dari Indonesia tersebut sudah dianggap sebagai keluarga dari Kaisar Jepang
itu.
Namun saat Agustus 1945 beliau kembali diundang Marsekal Terauchi yang merupakan
pimpinan Angkatan Darat di wilayah Asia Tenggara di daerah Vietnam dimana menyatakan jika
proklamasi Indonesia adalah urusan dari rakyat Indonesia. Tetapi karena banyaknya Soekarno
berhubungan dengan pemerintahan Jepang dan badan organisasi Jepang menjadikan Soekarno
pun justru dituduh Belanda sudah bekerja sama dengan pihak Jepang misalnya dalam kasus
romusha.

Biografi Soekarno di masa perang revolusi

Menjelang persiapan Proklamasi kemerdekaan RI, Soekarno pun mulai mempersiapkan


segalanya bersama para tokoh nasional. Setelah sudah BPUPKI selesai, terbentuklah Panitia
Kecil yang beranggotakan 8 orang resmi dan Panitia Kecil yang beranggorakan sembilan orang
dimana disebut Panitia Sembilan dan menghasilakan piagam yang dikenal dengan Piagam Jakarta
dan juga PPKI. Soekarno dan Moh Hatta pun mendirikan Negara Indonesia yang berdasar
Pancasila beserta UUD 1945.

Menjelang pembacaan teks proklamasi, Presiden Soekarno menyatakan jika meski beberapa
tokoh bekerja sama dengan pihak Jepang, namun sebetulnya rakyat Indonesia tetap
mengandalkan kekuatannya sendiri dalam mengusahakan kemerdekaan. Dalam biografi
Soekarno, disebutkan jika beliau amat aktif dalam usaha persiapan kemerdekaan misalnya
dengan merumuskan Pancasila, UUD 1945 hingga dasar pemerintahan Indonesia hingga
perumusan naskah proklamasi kemerdekaan juga. Beliau sempat juga dibujuk untuk bisa
menyingkir ke Rengasdengklok sehingga ada peristiwa Rengasdengklok yang selalu disebutkan
dalam sejarah bangsa Indonesia.

Setelah pertemuannya dengan Marsekal Terauchi di Vietnam, maka terjadilah peristiwa


Rengasdengklok di tanggal 16 Agustus 1945 dimana Soekarno dan Moh Hatta yang dibujuk
pemuda menyingkir ke asrama pasukan PETA di Rengasdengklok. Tokoh pemuda pembujuk
Soekarno dan Moh Hatta diantaranya adalah Soekarni, Wikana, Singgih hingga Chairul Saleh.
Pemuda ini menuntut Soekarno dan Moh Hatta untuk bisa segera memproklamasikan
kemerdekaan RI lantaran Indonesia sedang terjadi kevakuman kekuasaan.

Kevakuman kekuasaan ini sebetulnya terjadi lantaran Jepang sudah mengaku menyerah dan
pasukan sekutu pun belum tiba. Meski begitu Soekarno dan Moh Hatta tetap menolak
karenalasannya adalah masih menunggu kejelasan dari penyerahan Jepang ini. Alasan lain ini
adalah karena Soekarno sedang menunggu tanggal tepat yaitu 17 Agustus 1945 dimana saat itu
sedang bertepatan bulan Ramadhan dimana diyakini sebagai bulan turun wahyu untuk kaum
muslim yaitu Al-Qur’an sehingga proklamasi pun tetap dilakukan di tanggal 17 Agustus 1945.

Selanjutnya di tanggal 18 Agustus 1945, PPKI kemudian mengangkat Presiden dan Wakil
Presiden RI yang pertama yaitu Soekarno dan Moh Hatta. Pengangkatan ini kemudian
dikukuhkan di tanggal 29 Agustus 1945 oleh KNIP. Baru sebentar jadi Presiden, Soekarno di
tanggal 19 September 1945 sudah mampu menyelesaikan masalah tanpa adanya pertumpahan
darah yang ada di Lapangan Ikada dimana ada 200 ribu lebih rakyat Jakarta yang berencana
bentrok dengan pasukan Jepang dengan senjata yang masih lengkap.

Ketika sekutu datang dengan pimpinan saat itu adalah Letjen. Sir Phillip Christison, mereka pun
akhirnya mengakui dengan de facto kedaulatan Indonesia setelah adanya pertemuan dengan
Presiden Soekarno. Presiden pun berusaha keras untuk bisa menyelesaikan krisis yang saat itu
terjadi di Surabaya. Tetapi karena adanya provokasi dari pasukan Belanda dan membonceng
sekutu di bawah Inggris, pada akhirnya peristiwa 10 November 1945 tetap meledak yang
akhirnya menggugurkan pahlawan Brigadir Jendral A.W.S Mallaby.

Provokasi yang terus terjadi di Jakarta masa itu membuat kondisi pemerintahan cenderung sulit.
Karena itu Presiden Soekarno pun memutuskan memindah Ibukota yang awalnya di Jakarta
kemudian pindah ke Yogyakarta yang diikuti oleh Wakil Presiden beserta pejabat tinggi lain.
Kedudukan Presiden Soekarno berdasar UUD 1945 saat itu adalah selaku kepala pemerintahan
namun juga kepala negara. Namun selama adanya revolusi saat itu, sistem pemerintahannya
berubah menjadi semi presidensiil dimana Presiden Soekarno adalah kepala negara lalu Sutan
Syahrir menjadi Perdana menteri yakni kepala pemerintahannya. Hal ini adalah jalan agar
Indonesia menjadi negara yang lebih demokratis.

Namun perlu diketahui juga karena meski sistem pemerintahannya berubah, ketika revolusi
kemerdekaan kedudukan dari Presiden Soekarno sendiri tetap yang paling penting, terutama
ketika menghadapi peristiwa Madiun di tahun 1948 dan Agresi Militer Belanda II saat itu yang
menjadikan Presiden dan Wakil Presiden beserta pejabat tinggi ditahan oleh Belanda. Meski saat
itu sudah dibentuk Pemerintahan Darurat RI yang ketuanya adalah Sjarifuddin Prawiranegara,
namun kenyatan yang ada dunia internasional tetap mengakui jika Soekarno dan Moh Hatta
adalah pemimpin sesungguhnya di Indonesia sehingga dari kebijakannya saja yang mampu
menyelesaikan sengketa yang ada antara Indonesia dan Belanda.

Biografi Soekarno di masa kemerdekaan

Presiden Soekarno saat proklamasi kemerdekaan RI. Sumber: Republika

Setelah pemerintahan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia, Presiden Soekarno pun diangkat
sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat sdengan Mohamad Hatta sebagai Perdana
menterinya. Lalu jabatan Presiden RI diberikan kepada Mr Assaat dimana dikenal sebagai RI
Jawa-Yogya saat itu. Meski begitu, karena tuntutan Indonesia menjadi yang ingin Indonesia
kembali menjadi negara kesatuan, maka 17 Agustus 1950 RIS diubah kembali menjadi RI dan
Soekarno kembali menjadi Presiden RI. Saat itu Indonesia sedang mengalami jatuh bangun
kabinet dimana Presiden Soekarno kurang percaya pada sistem multipartai dan menyebut sebagai
penyakit kepartaian.

Selain itu, Presiden Soekarno juga memberikan banyak gagasan di dunia internasional karena
keprihatinan pada nasib bangsa di Asia-Afrika yang banyak belum merdeka dan belum memiliki
hak menentukan nasib sendiri. Hal ini juga yang menjadikan Presiden Soekarno mengambil
inisiatif mengadakan Konferensi Asia Afrika di tahun 1955 saat itu di Bandung. Di Konferensi
tersebut, para pimpinan negara ini kemudian membocarakan berbagai macam persoalan mulai
dari ketimpangan, kekhawatiran kemunculan perang nuklir, ketidakadilan badan-badan
internasional dalam hal pemecahan konflik dan banyak lagi menjadi hal yang dibicarakan di sana.

Bersama dengan Presiden Gamal Abdel Nasser (Mesir), Josip Broz Tito (Yugoslavia), U Nu
(Birma), Mohammad Ali Jinnah (Pakistan) dan Jawaharlal Nehru (India), Presiden Soekarno
mengadakan Konferensi Asia Afrika dan membuahkan Gerakan Non Blok. Atas jasanya ini,
banyak negara di kawasan Asia dan Afrika yang bisa mendapatkan kemerdekaan. Meski begitu
tak sedikit juga yang mengalami konflik panjang lantaran ketidakadilan. Atas jasa besarnya inilah
tak heran jika banyak penduduk di kawasan Asia dan Afrika yang mengenal Soekarno. Untuk
bisa menjalankan politik bebas aktif dunia internasional, maka Presiden Soekarno juga
berkunjung ke beberapa negara dan bertemu para pimpinan negara lain seperti John Fitzgerald
Kennedy (Amerika Serikat), Nikita Khruschev (Uni Soviet), Mao Tse Tung (RRC) hingga Fidel
Castro (Kuba).

Masa jatuhnya sang Presiden

Soekarno Lengser dari Istana Kepresidenan

Meski banyak sekali jasa dari Presiden Soekarno, namun beliau juga mengalami masa jatuh
dimana dimulai sejak beliau berpisah dengan Wakil Presiden Moh Hatta di tahun 1956 karena
pengunduran diri Moh Hatta dari dunia politik Indonesia. Belum lagi dengan banyaknya
pemberontakan dari separatis dan terjadi di wilayah Indonesia. Puncak pemberontakan ini pun
terjadi dengan adanya G 30 S PKI dimana menjadikan Presiden Soekarno tidak mampu
memenuhi impiannya untuk menjadikan bangsa Indonesia sejahtera serta makmur.

Setelah itu Soekarno mengalami pengucilan yang dilakukan oleh Presiden pengganti yaitu
Soeharto. Soekarno yang sudah tua pun kerap sakit dan akhirnya wafat di tanggal 21 Juni 1970 di
Jakarta tepatnya di Wisma Yaso. Jenazah beliau dikuburkan di Blitar dan sampai saat ini menjadi
ikon Blitar. Tiap tahun, jutaan wisatawan kerap dikunjungi wisatawan baik dari dalam maupun
luar negeri, apalagi saat ada haul Bung Karno.

Penghargaan yang diperoleh Soekarno

Penghargaan Presiden Soekarno pada 24 Mei 2956 di New York, Amerika Serikat.
Semasa hidup, Soekarno memperoleh banyak penghargaan mulai dari gelar Doktor Honoris
Causa yang didapat dari 26 universitas dari dalam dan luar negeri. Beliau juga mendapatkan
penghargaan berupa bintang kelas satu yakni The Order of the Supreme Companions yang
diberikan Thabo Mbeki yakni Presiden Afrika Selatan karena mampu mengembangkan
solidaritas secara internasional demi bisa melawan bentuk penindasan dari negara maju. Itulah
sekelumit biografi Soekarno, sang Proklamator kebanggaan Indonesia yang bisa dijadikan bahan
pembelajaran untuk seluruh rakyat Indonesia atas kegigihan, semangat dan kecerdasannya demi
membangun negara.
Biografi KI Hajar Dewantara

Beliau merupakan tokoh pendidikan indonesia dan juga seorang pahlawan Indonesia. Mengenai
biografi dan profil Ki Hajar Dewantara sendiri, beliau terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi
Soerjaningrat yang kemudian kita kenal sebagai Ki Hadjar Dewantara.

Ki Hajar Dewantara Muda (liputan6.com)

Beliau sendiri lahir di Kota Yogyakarta, pada tanggal 2 Mei 1889, Hari kelahirannya kemudian
diperingati setiap tahun oleh Bangsa Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Beliau sendiri
terlahir dari keluarga Bangsawan.

Ia merupakan anak dari GPH Soerjaningrat, yang merupakan cucu dari Pakualam III. Terlahir
sebagai bangsawan maka beliau berhak memperoleh pendidikan untuk para kaum bangsawan.

Mulai Bersekolah

Dalam banyak buku mengenai Biografi Ki Hajar Dewantara, Ia pertama kali bersekolah di ELS
yaitu Sekolah Dasar untuk anak-anak Eropa/Belanda dan juga kaum bangsawan. Selepas dari
ELS ia kemudian melanjutkan pendidikannya di STOVIA yaitu sekolah yang dibuat untuk
pendidikan dokter pribumi di kota Batavia pada masa kolonial Hindia Belanda.

Sekolah STOVIA kini dikenal sebagai fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Meskipun
bersekolah di STOVIA, Ki Hadjar Dewantara tidak sampai tamat sebab ia menderita sakit ketika
itu.
Menjadi Wartawan

Ki Hadjar Dewantara cenderung lebih tertarik dalam dunia jurnalistik atau tulis-menulis, hal ini
dibuktikan dengan bekerja sebagai wartawan dibeberapa surat kabar pada masa itu, antara lain,
Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan
Poesara. Gaya penulisan Ki Hadjar Dewantara pun cenderung tajam mencerminkan semangat
anti kolonial.

Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di
negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan
saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan
untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka,
dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu!
Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan
sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang
tidak ada kepentingan sedikit pun baginya – Ki Hadjar Dewantara.

Tulisan tersebut kemudian menyulut kemarahan pemerintah Kolonial Hindia Belanda kala itu
yang mengakibatkan Ki Hadjar Dewantara ditangkap dan kemudian ia diasingkan ke pulau
Bangka dimana pengasingannya atas permintaannya sendiri.

Pengasingan itu juga mendapat protes dari rekan-rekan organisasinya yaitu Douwes Dekker dan
Dr. Tjipto Mangunkusumo yang kini ketiganya dikenal sebagai ‘Tiga Serangkai’. Ketiganya
kemudian diasingkan di Belanda oleh pemerintah Kolonial.

Berdirinya organisasi Budi Utomo sebagai organisasi sosial dan politik kemudian mendorong Ki
Hadjar Dewantara untuk bergabung didalamnya, Di Budi Utomo ia berperan sebagai propaganda
dalam menyadarkan masyarakat pribumi tentang pentingnya semangat kebersamaan dan
persatuan sebagai bangsa Indonesia.

Munculnya Douwes Dekker yang kemudian mengajak Ki Hadjar Dewantara untuk mendirikan
organisasi yang bernama Indische Partij yang terkenal.

Di pengasingannya di Belanda kemudian Ki Hadjar Dewantara mulai bercita-bercita untuk


memajukan kaumnya yaitu kaum pribumi. Ia berhasil mendapatkan ijazah pendidikan yang
dikenal dengan nama Europeesche Akte atau Ijazah pendidikan yang bergengsi di belanda. Ijazah
inilah yang membantu beliau untuk mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang akan ia buat
di Indonesia.

Di Belanda pula ia memperoleh pengaruh dalam mengembangkan sistem pendidikannya sendiri.


Pada tahun 1913, Ki Hadjar Dewantara kemudian mempersunting seorang wanita keturunan
bangsawan yang bernama Raden Ajeng Sutartinah yang merupakan putri paku alaman,
Yogyakarta.

Mengenai Biografi Ki Hajar Dewantara, Dari pernikahannya dengan R.A Sutartinah, beliau
kemudian dikaruniai dua orang anak bernama Ni Sutapi Asti dan Ki Subroto Haryomataram.
Selama di pengasingannya, istrinya selalu mendampingi dan membantu segala kegiatan suaminya
terutama dalam hal pendidikan.

Kembali Ke Indonesia dan Mendirikan Taman Siswa

Kemudian pada tahun 1919, ia kembali ke Indonesia dan langsung bergabung sebagai guru di
sekolah yang didirikan oleh saudaranya. Pengalaman mengajar yang ia terima di sekolah tersebut
kemudian digunakannya untuk membuat sebuah konsep baru mengenai metode pengajaran pada
sekolah yang ia dirikan sendiri pada tanggal 3 Juli 1922, sekolah tersebut bernama Nationaal
Onderwijs Instituut Tamansiswa yang kemudian kita kenal sebagai Taman Siswa.

Di usianya yang menanjak umur 40 tahun, tokoh yang dikenal dengan nama asli Raden Mas
Soewardi Soerjaningrat resmi mengubah namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara, hal ini ia
maksudkan agar ia dapat dekat dengan rakyat pribumi ketika itu.

Semboyan Ki Hadjar Dewantara

Ia pun juga membuat semboyan yang terkenal yang sampai sekarang dipakai dalam dunia
pendidikan Indonesia yaitu :

Penghargaan Pemerintah Kepada Ki Hadjar Dewantara

Selepas kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tahun 1945, Ki Hadjar Dewantara kemudian
diangkat oleh Presiden Soekarno sebagai Menteri pengajaran Indonesia yang kini dikenal dengan
nama Menteri Pendidikan. Berkat jasa-jasanya, ia kemudian dianugerahi Doktor Kehormatan dari
Universitas Gadjah Mada.

Selain itu ia juga dianugerahi gelar sebagai Bapak Pendidikan Nasional dan juga sebagai
Pahlawan Nasional oleh presiden Soekarno ketika itu atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan
bangsa Indonesia. Selain itu, pemerintah juga menetapkan tanggal kelahiran beliau yakni tanggal
2 Mei diperingati setiap tahun sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Ki Hadjar Dewantara Wafat pada tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di
Taman Wijaya Brata. Wajah beliau diabadikan pemerintah kedalam uang pecahan sebesar 20.000
rupiah.
Biografi Moh Hatta

Biografi Moh Hatta Singkat

Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat pada tanggal 12 Agustus 1902. Nama asli
dari Moh Hatta adalah Mohammad Athar. Muhammad Djamil, ayahnya merupakan seorang
pemuka agama yang meninggal ketika Moh Hatta berusia 8 bulan. Sehingga Moh Hatta
dibesarkan oleh keluarga ibunya yang merupakan keluarga saudagar.

Ketika remaja, Moh Hatta mendalami agama Islam, bahasa Belanda hingga mengikuti berbagai
macam ceramah dan pertemuan politik. Tidak hanya pertemuan yang dipimpin oleh Sutan Ali
Said yang notabene seorang lokal saja. Melainkan Moh Hatta juga mengikuti pertemuan yang
diisi oleh luar Jawa seperti Abdul Moeis dari Serikat Islam.

Perjuangan Moh Hatta

Perjuangan Moh Hatta tidak berhenti disini, dalam biografi Moh Hatta menyebutkan bahwa
sekembalinya Hatta ke tanah air beliau diasingkan kembali. Hal ini bermula ketika Hatta bersama
Sjahrir membentuk PNI. Namun berbeda dengan Bung Karno yang membuat Partindo. Hal inilah
yang membuat pertemuan antara Hatta dan Soekarno tidak baik karena selisih pendapat.

Hatta merasakan ditolak oleh publik dengan adanya pemberontakan yang ia lakukan untuk
Belanda. Namun, ketika ia berkunjung ke Jepang, justru ia dijuluki Gandhi of Java dan mendapat
sambutan luar biasa. Hanya tiga bulan di Jepang, Hatta kembali ke tanah air Mei 1993.

Pemerintah Belanda yang merasa ngeri akan semangat muda di Indonesia, membuat Bung Karno
dan Hatta diasingkan di tempat berbeda. Tahun 1934 Hatta dan teman-temannya dipenjara di
Glodok, Januari 1935 mereka diasingkan kembali di Boven Digul Papua. Dimana tempat ini
merupakan tempat pengasingan yang paling mengerikan.

Di tempat pengasingan tanpa jeruji besi ini, Hatta mengalami masa-masa terberat. Namun, Moh
Hatta justru menjadi lebih rajin dan produktif dengan menulis buku. Hingga mengajarkan segala
macam pengetahuan kepada rekannya.
Setahun berada di Digul, Hatta dipindahkan ke Banda Neira tahun 1936, kemudian tahun 1942
beliau dipindahkan kembali ke Sukabumi.

Kisah Moh Hatta Saat Masa Kependudukan Jepang Menuju Kemerdekaan (1942-1945)

Pada masa kependudukan Jepang, Moh Hatta dibebaskan. Namun empat serangkai yaitu Bung
Karno, Moh Hatta, KH Mas Mansyur dan Ki Hajar Dewantara harus menghadapi musuh
imperialis yang tidak mau kompromi untuk silang pendapat.

Akhirnya Hatta memberanikan diri berdiskusi dengan Mayjen Harada agar membebaskan
Indonesia dan mengakui kemerdekaan Indonesia. Dan untuk timbal baliknya Indonesia akan
mendukung Jepang dalam Perang Pasifik melawan sekutu. Kemudian dibentuklah Putera (Pusat
Tenaga Rakyat) oleh Jepang untuk mengendalikan rakyat dalam Perang Pasifik, untuk kerja
paksa dan bantuan militer.

Pada tanggal 7 dan 9 Agustus 1945, bom atom menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki. Hal ini
membuat hampir seluruh tentara Jepang kembali ke negaranya. Akhirnya Bung Karno dan Bung
Hatta mengambil tindakan tegas dengan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanggal 17
Agustus 1945.

Kisah Moh Hatta Mempertahankan Kemerdekaan (1945-1949)

Setelah proklamasi dilaksanakan, Bung Karno diangkat menjadi presiden dan Bung Hatta sebagai
wakil presiden. Meskipun proklamasi sudah dibacakan, namun perjuangan belum selesai sampai
disini. Karena Indonesia harus mendapatkan pengakuan dunia internasional mengenai
kemerdekaan Indonesia.

Untuk mempertahankan kemerdekaan ini, Indonesia melakukan perjanjian Linggarjati dan agresi
militer 1-2 yang justru merugikan NKRI. Bahkan setelah 3 tahun berlalu, Belanda masih belum
mau mengakui kedaulatan NKRI dan berusaha merebut kembali dengan perjanjian internasional
dan agresi militer.

Indonesia mengalami kekalahan pada 19 Desember 1948 yang mengakibatkan Soekarno dan
Moh Hatta ditangkap. Saat-saat kritis, TNI menunjukkan taringnya dengan melakukan serangan 1
Maret 1949 dan memaksa Belanda melakukan perundingan ulang Perjanjian Roem-Royen.
Dimana perjanjian ini harus dihadiri oleh Moh Hatta pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag.

Moh Hatta sangat berperan penting dalam kemerdekaan Indonesia. Saat Konferensi Meja Bundar,
beliau berargumentasi dan mendesak Belanda serta mengambil simpati negara lain. Hingga
akhirnya beliau pulang dengan senyum penuh kemenangan atas NKRI.
Keteladanan Moh Hatta

Moh Hatta merupakan pahlawan yang memiliki kiprah yang sangat penting bagi Indonesia
sehingga siapapun yang mengetahui biografi Moh Hatta pasti akan sangat kagum. Beliau
memiliki karakter yang patut untuk kita teladani. Keteladanan Moh Hatta sebagai negarawan ini
bisa menjadi contoh bagi masyarakat Indonesia sekarang ini.

1. Berprinsip Teguh

Moh Hatta memiliki prinsip yang teguh dalam perjuangannya, idealisme yang tinggi serta
prinsipnya untuk hidup sederhana, jujur dan sabar. Salah satu contoh keteguhan dirinya adalah
ketika dia berjanji tidak akan menikah apabila Indonesia belum merdeka. Janji ini benar-benar
dijalankannya, karena beliau menikah dengan Rachmi Hatta pada tanggal 18 November 1945.

Selain itu, Moh Hatta juga berani mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden karena tidak
sepemikiran dengan Soekarno pada tanggal 1 Desember 1956.

2. Berjuang Tanpa Kekerasan

Dalam perjuangannya, Moh Hatta selalu mengedepankan diplomasi dan perjuangan politik
melalui organisasi politik. Kemampuannya berorganisasi ia pelajari di Belanda ketika ia
membentuk Indische Vereniging. Organisasi ini berubah menjadi Perhimpunan Indonesia yang
diketuai oleh Moh Hatta selama 4 tahun.

3. Bekerja Sistematis

Sifat lain yang bisa kita teladani dari Moh Hatta adalah kehati-hatiannya. Beliau selalu hati-hati
dan merencanakan apapun dengan matang. Banyak orang yang menilai beliau sangat kalem,
meski demikian Hatta sangat terukur dalam melakukan banyak hal. Apalagi yang menyangkut
masyarakat Indonesia.

Salah satu karya yang Moh Hatta keluarkan adalah UUD 1945 Pasal 33 dan pencantuman
penjaminan HAM di UUD 1945.

4. Rajin Membaca Buku

Moh Hatta merupakan seorang kutu buku. Kecintaannya dengan buku membuatnya menjadi
pribadi yang sangat cerdas dan teliti. Beliau mulai mengoleksi buku sejak umur 17 tahun. Bahkan
dia tidak pernah berhenti membaca dan belajar dalam keadaan apapun.

Bahkan ketika ia berada di dalam penjara di Den Haag pada tahun 1927-1928 sera di Banda
Neira dan Boven Digul. Beliau tetap membawa buku-bukunya sebanyak 16 peti. Buku yang ia
miliki pun sangat banyak dengan berbagai bahasa, seperti Inggris, Perancis, Jerman da Belanda.
5. Pribadi Yang Teratur Dan Tepat Waktu

Moh Hatta merupakan pribadi yang teratur dan tepat waktu terhadap hal kecil sekalipun. Salah
satunya adalah ia yang selalu meneteskan obat ke matanya 6 kali sehari tanpa terlewat sedikitpun.
Bahkan ia melakukannya selama enam tahun.

Tidak akan pernah habis untuk mempelajari biografi Moh Hatta yang memiliki pemikiran dan
karakter tersebut. Beliau adalah cermin perjuangan yang bisa kita jadikan motivasi dan inspirasi

Moh Hatta mundur dari wapres pada tanggal 1 Desember 1956. Tanggal 23 Oktober 1986
bersama Bung Karno beliau mendapat gelar Pahlawan Proklamator. Dan Moh Hatta wafat pada
tanggal 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Kemudian tanggal 7 November 2012 Bung Karno dan Bung Hatta ditetapkan sebagai Pahlawan
Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Itulah biografi Moh Hatta secara lengkap mulai dari masa kecil hingga masa perjuangan
mempertahankan NKRI. Semoga kisah dan perjuangan beliau bisa menjadi inspirasi bagi kita
semua.
Biografi & Profil RA Kartini

Kita semua tentunya mengenal siapa itu RA Kartini, sang pahlawan emansipasi wanita Indonesia.
Siapa sangka semangatnya untuk memajukan pendidikan bagi wanita Indonesia justru timbul
pada saat beliau dipingit. Ingin tahu kisah selengkapnya? Simak artikel ini untuk mendapatkan
biografi lengkap RA Kartini.

Biografi RA Kartini

Nama

RA Kartini

Tempat, Tanggal Lahir

Jepara, 21 April 1879

Meninggal

Rembang, 17 September 1904

Warga Negara

Indonesia

Profesi

Tokoh Emansipasi Wanita

Pasangan

K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat (m. 1903–1904)

Anak

Soesalit Djojo Adhiningrat


Orangtua

R.M. Adipati Ario Sosroningrat (Ayah), M.A. Ngasirah (Ibu)

Buat kamu yang mengagumi sosok RA Kartini tapi tak terlalu mengetahui biodata lengkap
beliau, kamu berada di tempat yang tepat. Artikel ini akan membahas tentang biografi dan profil
RA Kartini secara lengkap, mulai dari kehidupan pribadi hingga lika-liku perjalanannya untuk
mewujudkan keinginannya memajukan bangsa.

Sejak zaman sekolah, mungkin kamu sudah sangat familier dengan lagu Ibu Kita Kartini. Barang
kali lagu tersebut adalah awal kamu mengenal sosok pahlawan wanita ini. Nama beliau memang
dikenal di seluruh nusantara lantaran jasa-jasanya yang luar biasa untuk bangsa, khususnya bagi
para perempuan Indonesia.

Tokoh pelopor kebangkitan perempuan pribumi ini lahir dari pasangan R.M. Adipati Ario
Sosroningrat dan M.A. Ngasirah di Jepara pada tanggal 21 April 1879. Sayangnya, beliau wafat
di usianya yang terbilang masih muda, yaitu 25 tahun, tepatnya beliau wafat di Rembang pada
tanggal 17 September 1904.

Untuk mengetahui biografi dan profil RA Kartini secara lengkap, lebih baik baca informasi di
bawah ini. Setelah membacanya, mungkin kamu akan semakin terinpirasi dengan sosok beliau.

Kehidupan Pribadi

Jika membahas biodata RA Kartini, rasanya kurang lengkap jika tidak mengupas tentang
kehidupan pribadi beliau. Nah, berikut ini telah kami sajikan informasinya yang mungkin akan
menjawab rasa penasaranmu.

1. Lahir dari Kalangan Bangsawan

Salah satu sosok emansipasi wanita Indonesia ini terlahir dari kalangan priyayi atau kaum
bangsawan Jawa. Beliau memiliki nama asli Raden Ajeng Kartini Djojo Adiningrat. Gelar Raden
Ajeng merupakan gelar yang digunakan sebelum beliau menikah. Setelah menikah, gelar tersebut
diganti dengan singkatannya, yaitu RA.

Ayahnya, R.M. Adipati Ario Sosroningrat merupakan putra dari Pangeran Ario Tjondronegoro
IV, seorang bangsawan yang menjabat sebagai Bupati Demak pada tahun 1850. Sang ayah
rupanya meneruskan jejak kakeknya lantaran beliau juga menjabat sebagai bupati di Jepara pada
tahun 1881.

Sementara itu, sang ibunda, M.A. Ngasirah bukanlah dari keluarga bangsawan. Sang ibu
merupakan anak dari pasangan Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Maradono yang merupakan
rakyat biasa. M.A. Ngasirah sendiri merupakan seorang guru agama yang mengajar di
Telukawur, Jepara.

Beliau merupakan istri pertama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, akan tetapi bukan istri
utamanya. Selain dirinya, sang suami memiliki istri lain yang datang dari kalangan bangsawan
juga, yaitu Raden Adjeng Woerjan, seorang wanita keturunan langsung dari Raja Madura.

Hal tersebut dilakukan lantaran jika hendak menjadi seorang bupati, beliau harus mematuhi
aturan pemerintah Belanda, yaitu menikah dengan wanita dari kalangan bangsawan. Perlu
diketahui, sebelum menjadi Bupati Jepara, beliau adalah seorang Wedana (kepala wilayah
administrasi kepemerintahan di antara kabupaten dan kecamatan).

RA Kartini sendiri merupakan putri ke-5 dari sebelas bersaudara, yaitu kandung dan tiri. Dari
semua saudara kandungnya, beliau merupakan anak perempuan tertua.

2. Riwayat Pendidikan

Dalam pembahasan biodata dan profil RA Kartini ini, kami akan membahas tentang riwayat
pendidikan yang ditempuhnya. Karena terlahir dari keluarga terpandang, tokoh emansipasi
wanita ini pun mendapatkan kesempatan mengenyam bangku pendidikan di sekolah bergengsi
yang tidak bisa dengan mudah didapatkan oleh perempuan lain seusianya.

Beliau bersekolah di Europese Lagere School (ELS). Salah satu pelajaran yang wajib dikuasai
oleh siswa di sekolah ini adalah bahasa Belanda. Namun, setelah menginjak usia 12 tahun, beliau
harus tinggal di rumah karena sudah masuk usia pingit dan tidak boleh keluar dari rumah.

3. Tak Berhenti Belajar Saat Menjalani Aturan Pingit

Surat Kartini untuk Rosa Abendanon


Sumber: Wikimedia Commons
Alih-alih berdiam diri di rumah, beliau pun memilih menggunakan waktunya untuk belajar.
Karena menguasai bahasa Belanda, beliau juga sering menulis surat untuk teman-
teman korespondensi yang berada dari Belanda. Salah satunya adalah seorang teman yang banyak
mendukungnya, yaitu Rosa Abendanon.

Beliau kemudian mulai tertarik dengan cara berpikir wanita Eropa yang lebih bebas dan maju
dibandingkan wanita pribumi setelah membaca berbagai buku, majalah, dan surat kabar dari
Benua Biru ini. Dari hal ini, beliau berkeinginan untuk memajukan kaum wanita pribumi agar
bisa menaikkan derajatnya.

Pada saat itu, Kartini juga banyak membaca surat kabar Semarang, yaitu De Locomotief. Selain
itu, beliau juga berlangganan paket majalah leestrommel yang di dalamnya terdapat majalah
kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan juga majalah wanita yang juga beberapa kali memuat
tulisannya, yaitu De Hollandsche Lelie.

Sebelum usianya mencapai 20 tahun, beliau sudah membaca beberapa buku inspiratif dan
terbilang cukup berat untuk dipahami wanita seusianya. Beberapa judul di antaranya adalah Max
Havelaar karya Eduard Douwes Dekker, Surat-Surat Cinta karya Multatuli, De Stille Kraacht
(Kekuatan Gaib) yang ditulis oleh Louis Coperus, dan sederet buku lainnya di mana semuanya
berbahasa Belanda.

4. Menikah

Dalam biografi dan profil lengkap RA Kartini, tercatat bahwa beliau menikah dengan seorang
Bupati Rembang yang telah memiliki 3 istri, yaitu K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo
Adhiningrat pada 12 November 1903. Sang suami merupakan seorang pria yang sangat
pengertian terhadap keinginan istrinya.

Saat menikah, Kartini tetap semangat untuk menjadi guru dan mendirikan sekolah. Suami RA
Kartini pun mendukung dan memberi kebebasan pada istrinya untuk mendirikan sekolah wanita
di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor Rembang.

Pada tanggal 13 September 1904, pasangan ini dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi
nama Soesalit Djojo Adhiningrat. Namun sayangnya, Kartini meninggal empat hari setelah
melahirkan. Beliau kemudian dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

Anda mungkin juga menyukai