Anda di halaman 1dari 12

Ir.

Soekarno
Dikenal sebagai Presiden pertama Republik Indonesia sekaligus pencetus Pancasila, beliau lebih
akrab di panggil Bung Karno ini berasal dari Blitar, dia merupakan pahlawan Proklamasi
bersama dengan Mohammad Hatta.

Presiden Soekarno sangat disegani oleh para pemimpin negara-negara di dunia pada waktu itu.
Soekarno dilahirkan di Surabaya tepatnya pada tanggal 6 Juni 1901 dengan nama asli bernama
Koesno Sosrodihardjo, karena sering sakit yang mungkin disebabkan karena namanya tidak
sesuai maka ia kemudian berganti nama menjadi Soekarno.

Kehidupan Presiden Soekarno


Ayah beliau bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibu bernama Ida Ayu Nyoman Rai.
Orang tuanya bertemu di Bali ketika ayahnya menjadi guru di Bali dan ibunya merupakan
bangsawan di Bali. Soekarno diketahui memiliki saudara atau kakak kandung perempuan
bernama Sukarmini.

Masa Kecil dan Masa Muda Soekarno

Mengenai kisah hidup Presiden Soekarno, semasa kecilnya ia tidak tinggal bersama dengan
orang tuanya yang berada di Blitar. Ia tinggal bersama kakeknya yang bernama Raden
Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur, Soekarno bahkan sempat bersekolah disana
walaupun tidak sampai selesai ikut bersama dengan orang tuanya pindahh ke Mojokerto.

Di Mojokerto, Soekarno kemudian di sekolahkan di Eerste Inlandse School dimana ayahnya juga
bekerja disitu sebagai guru. Namun ia dipindahkan tahun 1911 ke ELS (Europeesche Lagere
School) yang setingkat sekolah dasar untuk dipersiapkan masuk di HBS (Hogere Burger School)
di Surabaya. Setelah tamat dan bersekolah di HBS tahun 1915, Soekarno kemudian tinggal di
rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau H.O.S Cokroaminoto yang merupakan kawan dari
ayah Soekarno.

Soekarno, Kartosuwiryo dan Muso


H.O.S Cokroaminoto dikenal sebagai pendiri dari Serikat Islam (SI). Di rumah Cokroaminoto
lah Soekarno berkenalan dengan para pemimpin Sarekat Islam (SI) seperti Haji Agus Salim dan
Abdul Muis. Soekarno juga akrab dengan Muso, Alimin, Darsono dan Semaun yang kelak
dikenal sebagai tokoh berhaluan kiri dan juga Kartosuwiryo yang kelak mendirikan Darul Islam
dan memimpin pemberontakan melawan Soekarno.

Mereka bersama-sama tinggal di rumah H.O.S Cokroaminoto untuk menimba ilmu dan belajar
berorganisasi melalui Sarekat Islam (SI). Disini jiwa nasionalismenya akan bangsa Indonesia
menjadi sangat besar. Soekarno juga sempat ikut dalam organisasi pemuda tahun 1918 yang
bernama Tri Koro Darmo yang kemudian berubah nama menjadi Jong Java. Soekarno bahkan
aktif sebagai penulis di koran harian bernama Oetoesan Hindia yang dikelola oleh
Cokroaminoto.

Di rumah Cokroaminoto, Soekarno muda mulai belajar berpolitik dan juga belajar berpidato
meskipun cenderung ia lakukan sendiri di depan cermin di kamarnya. Di sekolahnya yaitu
Hoogere Burger School atau HBS, Soekarno mendapat banyak ilmu pengetahuan

Pada tahun 1921 setelah lulus dari Hoogere Burger School atau HBS, Soekarno muda kemudian
pindah ke Bandung dan tinggal dirumah Haji Sanusi, disini Soekarno kemudian akrab dengan
Douwes Dekker, Tjiptomangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara.

Soekarno kemudian masuk ke Technische Hoogeschool (THS) jurusan teknik sipil. Technische
Hoogeschool (THS) kelak berubah menjadi ITB (Institut Teknologi Bandung) seperti sekarang.
Di tahun yang sama yakni 1921, Soekarno menikah dengan Siti Oetari anak sulung dari H.O.S
Cokroaminoto. Soekarno sempat berhenti kuliah setelah dua bulan masuk di THS namun di
tahun 1922 ia mendaftar lagi dan kemudian mulai kuliah dan kemudian lulus pada tanggal 25
Mei 1926 dengan gelar Ir (Insinyur).

Tamat dari THS, Soekarno mendirikan Biro Insinyur tahun 1926 bersama Ir. Anwari yang
mengerjakan desain dan rancang bangunan. Ia juga bekerja sama dengan Ir. Rooseno merancang
dan membangun rumah.

Selama di Bandung, Soekarno mendirikan Algemeene Studie Club (ASC) yang kemudian
menjadi cikal bakal dari Partai Nasional Indonesia yang berdiri pada tanggal 4 Juli 1927. Disini
Soekarno kemudian mulai mengamalkan ajaran Marhaenisme. Tujuan dari pembentukan partai
Nasional Indonesia adalah agar bangsa Indonesia bisa merdeka dan terlepas dari Jajahan
Belanda.

Soekarno Dipenjara Oleh Pemerintah Kolonial


Dari keberanian Soekarno ini kemudian pemerintah kolonial Belanda menangkapnya di
Yogyakarta dan memasukkannya ke penjara Banceuy di Bandung. Kemudian tahun 1930,
Soekarno dipindahkan ke penjara Suka Miskin. Dalam penjara ini kebutuhan hidupnya semua
berasal dari istrinya yang setia menemaninya yaitu Inggit Ganarsih yang menikah dengan
Soekarno pada tahun 1923 yang sebelumnya Soekarno telah menceraikan Siti Oetari secara baik-
baik pada saat masih di Bandung.

Inggit yang juga dibantu oleh kakak Soekarno bernama Sukarmini sering membawakan makanan
kepada Soekarno di penjara Suka Miskin, hal itulah yang kemudian membuat pengawasan di
penjara Suka Miskin makin diperketat.

Menurut Biografi Presiden Soekarno dari beberapa sumber, ia dikenal belanda sebagai seorang
tahanan yang mampu menghasut orang lain agar berpikir untuk merdeka sehingga ia kemudian
dianggap cukup berbahaya.

Beliau kemudian diisolasi dengan tahanan elit tujuannya agar tidak bisa mendapatkan informasi
yang berasal dari luar penjara. Tahanan elit ini sebagian besar merupakan warga Belanda yang
mempunyai kasus seperti penggelapan, korupsi dan juga penyelewengan, inilah yang menjadi
tujuan Belanda agar topik pembicaraan mengenai bagaimana caranya untuk memerdekakan
Indonesia tidak sesuai karena rata-rata tahanan elit yang bersama Soekarno adalah orang
Belanda.

Topik yang biasa ia dengar sama sekali tidak penting seperti soal makanan dalam penjara dan
juga cuaca. Selama berbulan-bulan di Suka Miskin menngakibatkan Soekarno putus komunikasi
dengan teman-teman seperjuangannya, namun itu bukanlah hal yang sulit baginya untuk
mendapatkan informasi dari luar.

Akhirnya Soekarno menemukan ide baru, dimana ia menggunakan telur sebagai media untuk
berkomunikasi dengan istrinya. Jika teman Soekarno mengalami musibah atau mendapat kabar
buruk maka telur yang dibawa oleh istrinya adalah telur asin, itupun beliau hanya dapat
menduga-duga sebab ia tidak tahu secara pasti apa yang terjadi diluar sana. Untuk berbicara
dengan Inggit, Soekarno diawasi secara ketat dan juga barang bawaan yang dibawa oleh inggit
dari luar penjara selalu diperiksa secara teliti.

Kemudian Soekarno dan inggit akhirnya menemukan cara yang dianggapnya paling mudah
dalam berkomunikasi agar tidak diketahui oleh Belanda yakni dengan media yang sama
sebelumnya yaitu Telur dimana cara yang digunakan sedikit berbeda yaitu dengan menusuk
jarum ke telur.

Jika satu tusukan pada telur berarti kabar baik, jika tusukan sebanyak dua kali pada telur artinya
seorang teman Soekarno tertangkap namun jika terdapat tiga tusukan berarti aktivis kemerdekaan
yang ditangkap cukup besar.
Selama berada dipenjara, orang tuanya tidak pernah sekalipun mengunjungi Soekarno alasannya
adalah orang tua Soekarno tidak sanggup melihat Soekarno dipenjara, Ia kurus dan hitam selama
berada di penjara karena itulah yang menurut ibu Wardoyo sehingga orang tua soekarno tidak
mau menjenguk Soekarno.

Agar orang tuanya tidak panik Soekarno sering beralasan bahwa ia sering bekerja dibawah
teriknya sinar matahari sehingga kulit-kulitnya menghitam selain itu dalam penjara ia ingin
memanaskan tulang-tulangnya karena dalam penjara, ruangannya sangat gelap, lembab dan juga
dingin karena sinar matahari tidak ada.

Soekarno dan Pembelaan "Indonesia Menggugat"


Kasusnya disidangkan oleh Belanda melalui pengadilan Landraad di Bandung, ketika sudah
delapan bulan berlalu yaitu pada tanggal 18 Desember 1930. Soekarno dalam pembelaanya
membuat judul bernama "Indonesia Menggugat" yang terkenal. Dimana ia mengungkapkan
bahwa bangsa Belanda sebagai bangsa yang serakah yang telah menindas dan merampas
kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Dari pembelaannya itu kemudian sehingga membuat Belanda semakin marah sehingga PNI
bentukan Soekarno dibubarkan pada bulan Juli 1930. Setelah keluar dari penjara bulan desember
1931, Soekarno kemudian bergabung dengan Partindo tahun 1932 karena ia sudah tidak
memiliki partai lagi dan ia kemudian didaulat sebagai pemimpin Partindo namun ia kembali
ditangkap oleh Belanda dan kemudian diasingkan ke Flores.

Dibuang ke Bengkulu dan Bertemu dengan Mohammad Hatta dan Fatmawati

Tahun 1938, ia kemudian dibuang ke Bengkulu, disini Soekarno bertemu dengan Mohammad
Hatta yang akan menjadi teman seperjuangannya yang kemudian keduanya akan
memproklamasikan Kemerdekaan bangsa Indonesia. Di Bengkulu juga Soekarno kemudian
berkenalan dengan Fatmawati yang kelak menjadi istri Soekarno dan ibu negara pertama.
Fatmawati merupakan putri dari Hassan Din yang mengajak Soekarno untuk mengajar di
Sekolah Muhammadiyah di Bengkulu.

Tahun 1942, kekuasaan Belanda di Indonesia berakhir setelah Jepang masuk menyerbu
Indonesia. Soekarno yang sempat akan dipindahkan oleh Belanda ke Australia namun gagal
setelah dicegat oleh Jepang. Soekarno kemudian kembali ke Jakarta. Jepang kemudian
memanfaatkan Soekarno berserta pemimpin Indonesia lainnya untuk menarik hati penduduk
Indonesia.

Soekarno dan Jalan Berliku Menuju Kemerdekaan Indonesia


Jepang bahkan menunjuk Soekarno untuk memimpin tim persiapan kemerdekaan bangsa
Indonesia yaitu BPUPKI dan PPKI setelah berjanji memberikan kemerdekaan bagi Indonesia.
Soekarno bahkan sempat terbang ke Jepang untuk bertemu dengan Kaisar Hirohito.

Soekarno terus menerus melakukan pendekatan dan kerjasama dengan Jepang dengan tujuan
agar Indonesia segera diberi kemerdekaan. Segala persiapan untuk kemerdekaan Indonesia
dilakukan oleh Soekarno seperti merumuskan Pancasila dan UUD 45 sebagai ideologi dan dasar
negara serta perumusan teks proklamasi kemerdekaan bersama Mohammad Hatta dan Ahmad
Soebardjo.

Sebelum mengumumkan kemerdekaan Indonesia pada bulan agustus 1945, Soekarno bersama
Mohammad Hatta bersama pemimpin Indonesia yang lainnya terbang ke Dalat, Vietnam untuk
menemui pimpinan tertinggi kekaisaran Jepang di Asia Tenggara yaitu Marsekal Terauchi.
Menjelang proklamasi kemerdekaan, terdapat perbedaan pandangan antara golongan tua dan
golongan tua.

Terjadinya Peristiwa Rengasdengklok


Golongan Tua menghendaki agar kemerdekaan Indonesia dipersiapkan secara matang dan
golongan muda menghendaki agar kemerdekaan Indonesia diproklamasikan secepatnya. Hal
inilah yang kemudian membuat golongan muda melakukan penculikan terhadap Soekarno dan
Mohammad Hatta pada tanggal 16 agustus 1945 dan membawa mereka ke daerah
Rengasdengklok dengan tujuan agar segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia dan
menjauhkannya dari pengaruh Jepang. Peristiwa penculikan ini kemudian dikenal dengan nama
Peristiwa Rengasdengklok.

Mengetahui Soekarno dan Mohammad Hatta dibawa ke Rengasdengklok membuat Ahmad


Soebardjo kemudian menjemput Soekarno dan Mohammad Hatta. Sutan Syahrir yang dikenal
sering berseberangan pendapat dengan
Advertisement

Soekarno marah mendengar para golongan muda menculik Soekarno dan Hatta dan menyuruh
mereka membwanya kembali ke Jakarta.

Tiba di Jakarta, Soekarno dan Muhammad Hatta beserta pemimpin lainnya bertemu dengan
Laksamana Maeda di rumahnya di Jl. Imam Bonjol. Laksamana Maeda kemudian menjamin
keselamatan Soekarno dan para pemimpin lain dan mempersilahkan Soerkarno dan Muhammad
untuk merumuskan teks proklamasi kemerdekaan. Bersama dengan Ahmad Soebardjo mereka
bertiga merumuskan teks proklamasi kemerdekaan yang kemudian diketik ulang oleh Sayuti
Melik.

Memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia dan Menjadi Presiden Pertama Indonesia


Pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno dan Juga Moh Hatta memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia dari penjajahan Jepang dimana pada tanggal tersebut juga diperingati sebagai Hari
kemerdekaan bangsa Indonesia dimana pancasila kemudian dibentuk oleh Soekarno sebagai
dasar dari negara Indonesia.

Proklamasi kemerdekaan inilah yang kemudian membawa Ir. Soekarno bersama dengan
Mohammad Hatta diangkat sebagai Presiden dan Wakil Presiden Pertama Republik Indonesia
dalam sejarah bangsa Indonesia. Diluar sosoknya sebagai Bapak bangsa Indonesia, tidak banyak
yang tahu jika Soekarno pernah menikah sebanyak sembilan kali, kharisma yang luar biasa
dimiliki oleh Soekarno melalui penuturan orang-orang yang dekat dengannya, itulah mengapa
wanita-wanita cantik dapat dengan mudah terpikat dengannya dan dijadikan isterinya. Beliau
tertarik dengan wanita yang sederhana dan juga berpakaian sopan.

Istrinya yaitu Fatmawati pernah bertanya pada presiden Soekarno mengenai wanita yang
berpenampilan seksi namun beliau menjawab bahwa wanita dengan penampilan yang sopan dan
sederhana dan juga tampil apa adanya lebih menarik untuk disukai sebab kecantikan seorang
wanita terlihat dari keaslian atau kesederhanaannya.

Soekarno tak menyukai wanita yang berpenampilan seksi seperti memakai rok pendek yang ketat
dan memakai lipstik seperti orang yang modern pada umumnya, percaya atau tidak artis Amerika
Marylin Monroe sangat menyukai kharisma dari seorang Presiden Soekarno.

Wanita idaman Soekarno yaitu wanita yang setia, konservatif dan juga bisa menjaganya. Beliau
sangat senang ketika wanita itu bisa melayaninya dan menjaganya, Pandangannya tentang
wanita-wanita Amerika yang menyuruh suaminya mencuci piring membuat fatmawati menjadi
terkesima dan juga terpesona akan kesederhanaan dari seorang Soekarno sehingga fatmawati rela
menemaninya hingga akhir hayatnya.

Indonesia Selama Pemerintahan Presiden Soekarno


Selama pemerintahan Presiden Soekarno, Indonesia sebagai negara baru ketika itu bertahan dari
berbagai permasalahan yang kerap menggoyahkan stabilitas negara Indonesia. Pertama kali
dengan agresi militer yang dilakukan oleh Belanda yang kembali menjajah Indonesia setelah
Jepang menyerah. Kemudian muncul pemberontakan PKI yang dipimpin oleh Muso (kawan
lama Soekarno) dan Amir Syarifudin, Pemberontakan Permesta, Pemberontakan Republik
Maluku, Pemberontakan APRA oleh Westeling, dan pemberontakan Darul Islam atau DI/TII
oleh Kartosuwiryo yang merupakan kawannya sendiri ketika Soekarno masih muda.

Meskipun banyak dilanda masalah pada awal-awal lahirnya negara, dibawah pemerintahan
Soekarno, Indonesia mulai terkenal di mata Internasinal. Banyak pemimpin dunia seperti John F.
Kennedy yang merupakan presiden Amerika ketika itu dan Fidel Castro yaitu presiden Kuba dan
pemimpin negara lain menaruh hormat pada Presiden Soekarno.

Indonesia ketika itu dikenal sebagai negara non blok, dan sempat berhubungan erat dengan Rusia
dan ditandai dengan pembelian senjata untuk pertahanan secara besar-besaran dari Rusia dan
juga untuk melawan Belanda ketika sedang melakukan upaya pembebasan Irian Barat. Selain itu
Indonesia melalui presiden Soekarno membentuk poros Jakarta-Beijing-Moskow yang membuat
konfrontasi dengan blok barat semakin tinggi.

Hal ini juga membuat Indonesia semakin berhaluan kiri ditandai dengan semakin
berkembangnya komunis ketika itu dimana muncul istilah 'NASAKOM' yang dicetuskan oleh
Presiden Soekarno.

Indonesia bahkan sempat berganti sistem pemerintahan dari sistem parlementer menjadi
presidensil dari tahun 1945 hingga 1960an. Dan pada tahun 1960an pergolakan politik yang amat
hebat terjadi di Indonesia, penyebab utamanya adalah adanya pemberontakan besar oleh PKI
(Partai Komunis Indonesia) yang dikenal dengan sebutan G30-S/PKI dimana dari peristiwa ini
kemudian membuat akhir cerita dari pemerintahan Presiden Soekarno dan juga orde lama
berakhir.

Hal ini ditandai dengan adanya "Supersemar" atau Surat Perintah Sebelas Maret di tahun 1966
yang terkenal dan masih menjadi kontroversi sejarah sebab naskah aslinya tidak diketahui
keberadaannya sampai sekarang. Supersemar dikeluarkan oleh Presiden Soekarno dan berisi
himbauan dari Presiden Soekarno ke Soeharto agar bisa mengendalikan Keamanan dan juga
ketertiban negara yang ketika itu sedang kacau dan juga berisi mandat pemindahan kekuasaan
dari Soekarno ke Soeharto yang kelak menjadikan Soeharto sebagai Presiden yang baru bagi
bangsa Indonesia.

Akhir Jabatan Sebagai Presiden


Setelah jabatannya sebagai Presiden berakhir ditandai dengan diangkatnya Soeharto sebagai
Presiden, Ir Soekarno kemudian banyak menghabiskan waktunya di istana Bogor, lama-
kelamaan kesehatannya terus menerus menurun sehingga ia mendapat perawatan oleh tim dokter
kepresidenan hingga tepatnya pada tanggal 21 Juni 1970 Presiden Soekarno atau Bung Karno
menghembuskan nafas terakhirnya di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.

Kepergian sang Proklamator sekaligus Bapak Bangsa Indonesia ke pangkuan Yang Maha Kuasa
menyisakan luka yang dalam bagi rakyat Indonesia pada waktu itu. Jenazah dari bung Karno
kemudian dibawa di Wisma Yaso, Jakarta setelah itu jenazahnya kemudian dibawa ke Blitar,
Jawa Timur untuk dikebumikan dekat dengan makam ibunya Ida Ayu Nyoman Rai.

Gelar "Pahlawan Proklamasi" diberikan oleh pemerintah karena jasa-jasanya kepada bangsa
Indonesia. Kisah perjuangan Bung Karno kemudian diangkat ke dalam layar lebar yang berjudul
"Soekarno : Indonesia Merdeka" yang digarap oleh sutradara terkenal Hanung Bramantio
dimana Ario Bayu berperan sebagai Tokoh Soekarno, Inggit yang diperankan oleh Maudy
Koesnaedi dan Fatmawati yang diperankan oleh Tika Bravani.

Isu bahwa kematian Soekarno karena di bunuh secara perlahan.


Banyak yang berpendapat dan yakin bahwa Presiden Soekarno dibunuh secara perlahan-lahan
dimana presiden Soeharto secara ketat mengawasi dan mengatur pengobatan Ir Soekarno ketika
ia sakit. Di Wisma Yaso di Jln gatot Subroto ia ditahan sehingga ketika sakit ia tidak bisa
kemana-mana sehingga penahanan inilah yang kemudian membuat ia menderita lahir dan batin,
keluarganya pun tidak diperbolehkan secara bebas untuk menjenguk Soekarno.

Ketika sakit, banyak resep obat yang tidak dapat ditukar dengan obat dimana resep itu diberikan
oleh dr. Mahar Mardjono yang memimpin tim dokter ketika itu. Sehingga banyak tumpukan
resep ketika itu di meja penahanan Ir. Soekarno. resep tersebut dibiarkan saja dan tidak pernah
ditukarkan dengan obat.
Banyak yang mengatakan penguasa yang baru memang sengaja membiarkan soekarno sakit dan
makin parah sehingga mempercepat kematiannya. Alat-alat kesehatan yang berasal dari Cina
untuk menyembuhkan Soekarno ditolak oleh Presiden Soeharto ketika itu. Rachmawati
Soekarnoputri menuturkan bahkan sekedar menebus obat sakit gigi pun harus seizin presiden
Soeharto.

Daftar istri Presiden Ir. Soekarno

 Oetari
 Inggit Garnasih, memiliki anak dari Soekarno bernama Ratna Juami (anak angkat) dan
Kartika (anak angkat)
 Fatmawati, Dari Fatmawati kemudian Ir. Soekarno memiliki anak bernama Guntur
Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati
Soekarnoputri dan Guruh Soekarnoputra
 Hartini, Dari Hartini Ir. Sokarno kemudian memiliki anak bernama Taufan
Soekarnoputra dan Bayu Soekarnoputra
 Kartini Manoppo , Ir. Soekarno memiliki anak bernama Totok Suryawan Soekarnoputra
 Ratna Sari Dewi, Ir Soekarno memiliki anak bernma Karina Kartika Sari Dewi
Soekarno
 Haryati, Ir. Soekarno memiliki anak bernama Ayu Gembirowati
 Yurike Sanger
 Heldy Djafar

Berikut Kutipan Kata Kata Bijak Dari Presiden Soekarno

1. Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak akan
minta-minta apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu
! Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, dari pada makan bestik tetapi budak. [Pidato
HUT Proklamasi, 1963]
2. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. (Pidato Hari
Pahlawan 10 Nop.1961)
3. Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit
karena melawan bangsamu sendiri.
4. Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada
batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas
segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
5. Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu
kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan
kemajuan selangkah pun.
6. Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat
berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.
7. ……….Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan
persaudaraan……
8. Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih
ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita selesai ! Berjuanglah terus dengan
mengucurkan sebanyak-banyak keringat.
9. Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1
pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia
10. Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari
Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya
11. Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna
sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.

PENDIDIKAN

 Pendidikan sekolah dasar di Eerste Inlandse School, Mojokerto


 Pendidikan sekolah dasar di Europeesche Lagere School (ELS), Mojokerto (1911)
 Hoogere Burger School (HBS) Mojokerto (1911-1915)
 Technische Hoge School, Bandung (sekarang berganti nama menjadi Institut Teknologi
Bandung) (1920)

PENGHARGAAN

 Gelar Doktor Honoris Causa dari 26 universitas di dalam dan luar negeri antara lain dari
Universitas Gajah Mada, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas
Padjadjaran, Universitas Hasanuddin, Institut Agama Islam Negeri Jakarta, Columbia
University (Amerika Serikat), Berlin University (Jerman), Lomonosov University (Rusia)
dan Al-Azhar University (Mesir).
 Penghargaan bintang kelas satu The Order of the Supreme Companions of OR Tambo
yang diberikan dalam bentuk medali, pin, tongkat, dan lencana yang semuanya dilapisi
emas dari Presiden Afrika Selatan, Thabo Mbeki, atas jasa Soekarno dalam
mengembangkan solidaritas internasional demi melawan penindasan oleh negara maju
serta telah menjadi inspirasi bagi rakyat Afrika Selatan dalam melawan penjajahan dan
membebaskan diri dari politik apartheid. Penyerahan penghargaan dilaksanakan di
Kantor Kepresidenan Union Buildings di Pretoria (April 2005).

Peranan Soekarno dalam sejarah


1945, Agustus
Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada hari Jumat, 17
Agustus, pukul 10 pagi di Pegangsaan Timur (sekarang Jalan Proklamasi), Jakarta.

Kabinet pertama RI dibentuk hanya dua hari setelah Proklamasi Kemerdekaan. Ahmad Soebardjo
menjadi Menteri Luar Negeri pertama RI. Tanggal 19 Agustus menjadi hari berdirinya Kementerian Luar
Negeri RI.

1945, September
Lapangan Gambir (kini Lapangan Monas) menjadi ajang ribuan rakyat Indonesia mendengarkan pidato
Presiden Soekarno menyambut Proklamasi Kemerdekaan RI.

1946, April
Indonesia mengirimkan misi diplomatik pertamanya ke Belanda untuk berunding dengan pihak Sekutu
dan Belanda.

1946, Agustus
Diplomasi bantuan beras Indonesia untuk rakyat India yang sedang dilanda bencana kelaparan.
Pemerintah India membalas dengan mengirimkan obat-obatan, pakaian, dan mesin yang dibutuhkan
Indonesia.

1947
"Indonesia Office" atau Kantor Urusan Indonesia didirikan di Singapura, Bangkok, dan New Delhi untuk
menjadi perwakilan resmi Pemerintah RI, sekaligus menembus blokade ekonomi Belanda terhadap
Indonesia.

Radio "Voice of Free Indonesia" disiarkan untuk pertama kalinya dari Yogyakarta.

1947, Maret
Indonesia dan Belanda menandatangani Perjanjian Linggarjati, dimana pihak Belanda mengakui
kedaulatan RI hanya sebatas Jawa, Sumatra, dan Madura.

Pemerintah Mesir yang diwakili oleh Abdul Mounem menyampaikan pengakuan resminya terhadap
kemerdekaan Indonesia.

1947, Oktober
Kedatangan Komisi Tiga Negara (Committee of Good Offices) ke Indonesia, mengemban mandat Dewan
Keamanan PBB untuk mengatasi sengketa Indonesia - Belanda. Para anggota Komisi adalah Hakim
Richard C. Kirby (Australia), mantan Perdana Menteri Paul van Zeeland (Belgia), dan Rektor University
of North Carolina Dr. Frank B. Graham (AS).

1948
Mufti Agung Haji Amin El Husni berkunjung ke Indonesia untuk menyampaikan dukungan dan simpati
rakyat Palestina atas perjuangan kemerdekaan Indonesia.

1948, Januari
Perjanjian gencatan senjata Indonesia-Belanda ditandatangani di atas kapal USS Renville. Mewakili
pihak Indonesia adalah Perdana Menteri Amir Sjarifuddin. Perjanjian Renville merupakan hasil kerja
Komisi Tiga Negara (KTN).

1948, September
Wakil Presiden merangkap Perdana Menteri RI Mohammad Hatta menyampaikan prinsip-prinsip
kebijakan luar negeri RI yang bebas dan aktif di hadapan Sidang Badan Pekerja Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP).

1948
Untuk menembus blokade ekonomi Belanda, Menteri Kemakmuran RI Dr. A.K. Gani berangkat dalam
sebuah misi diplomatik ke Kuba untuk mengembangkan hubungan perdagangan dengan negara-negara
Amerika Latin. Pada tahun yang sama, Indonesia menandatangani kontrak dagang dengan pengusaha AS
dan membina hubungan dengan Bank Dunia.

1948, Desember
Belanda menggelar agresi militer untuk kedua kalinya terhadap Indonesia. Presiden Soekarno, Wapres
Moh. Hatta dan Menteri Luar Negeri Agus Salim ditangkap Belanda di ibukota Yogyakarta dan kemudian
diasingkan ke Pulau Bangka, Sumatra.

Sidang Kabinet Darurat RI kemudian menunjuk Menteri Kemakmuran Sjafruddin Prawiranegara agar
membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). A.A. Maramis yang saat itu sedang berada
di New Delhi menjadi Menteri Luar Negeri PDRI.

1949, Januari
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi agar Belanda dan Indonesia segera menghentikan segala
aktifitas militer. Belanda diminta DK PBB untuk segera melepaskan semua tahanan politik yang ditahan
sejak awal Agresi Militer II.

Untuk membantu Indonesia yang sedang diserang Belanda, India dengan dukungan Birma
menyelenggarakan Konferensi Asia mengenai Indonesia di New Delhi. Konferensi dipimpin langsung
oleh PM India Jawaharlal Nehru. Semua delegasi yang hadir saat itu, mulai dari negara-negara Asia
hingga Australia dan Selandia Baru dari Pasifik, mengutuk Agresi Militer II Belanda.

Pemerintah Birma (kini Myanmar) memberikan dukungan bagi perjuangan Indonesia melawan Belanda
dengan mengizinkan pesawat "Indonesian Airways" Dakota RI-001 Seulawah untuk beroperasi di Birma.
Pesawat Seulawah adalah hadiah dari rakyat Aceh kepada Presiden Soekarno.

Selain itu, Birma juga memberikan bantuan peralatan radio yang memungkinkan Indonesia membangun
jaringan komunikasi radio antara pusat pemerintahan RI di Jawa - PDRI di Sumatera - Perwakilan RI di
Rangoon - Perutusan RI untuk PBB di New York.

1949, Juli
Konferensi Inter-Indonesia diselenggarakan diantara "negara-negara federal" di Hindia Belanda, seperti:
Jawa Tengah, Bangka, Belitung, Riau, Kalimantan Barat, Dayak Besar. Dalam Konferensi tersebut,
negara-negara tersebut mendukung penyerahan tanpa syarat kedaulatan mereka kepada Republik
Indonesia.

1949, Desember
Persetujuan Meja Bundar ditandatangani di Den Haag, mengakhiri konflik diantara Indonesia dan
Belanda.

Pada hari yang sama (27 Desember 1949), Wakil Kerajaan Belanda menyerahkan kekuasaan formal
kepada Pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS) di Jakarta, yang diwakili oleh Sri Sultan Hamengku
Buwono IX selaku Penjabat Perdana Menteri RIS.

Presiden RIS Soekarno kemudian membentuk kabinet pertamanya. Perdana Menteri merangkap Menteri
Luar Negeri RIS adalah Mohammad Hatta.

Amerika Serikat (AS) menjadi negara pertama yang membuka perwakilan diplomatik di Jakarta setelah
penyerahan kedaulatan Belanda kepada RIS, hanya tiga hari setelah Konperensi Meja Bundar di Den
Haag. Merle Cochran menjadi Duta Besar pertama AS untuk Indonesia. Langkah AS itu kemudian segera
disusul oleh Inggris, Belanda, dan China.

MASA AWAL KIPRAH DIPLOMASI INDONESIA

1950
Dalam kunjungan ke Pakistan, Presiden Soekarno bertemu dan menyampaikan penghargaan kepada para
prajurit Pakistan yang berjuang di pihak Indonesia di masa revolusi melawan Belanda.

1950, Agustus
Indonesia kembali dipulihkan sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1950, September
Indonesia secara resmi diterima menjadi anggota ke-60 Perserikatan Bangsa - Bangsa (PBB).

1950, Desember
Perundingan antara Indonesia dan Belanda mengenai masalah Irian Barat. Delegasi RI dipimpin oleh
Mohammad Roem. Dalam perundingan tersebut, Belanda menolak menyerahkan Irian Barat kepada
Indonesia.

1955
PM Republik Rakyat China Chou En-Lai dan Menlu RI Soenario menandatangani Perjanjian Dua
Kewarganegaraan di Jakarta. PM Chou En-Lai berada di Indonesia dalam rangka menghadiri Konferensi
Asia-Afrika.

1955, April
Konferensi Asia-Afrika (KAA) diselenggarakan di Bandung, tanggal 18 - 24 April. Sebanyak 29 negara
dari kedua benua menghadiri Konferensi tersebut, termasuk 5 negara penggagas KAA Burma, India,
Indonesia, Pakistan, dan Sri Lanka. KAA merupakan konferensi pertama yang diadakan oleh negara-
negara bekas jajahan di Asia dan Afrika setelah Perang Dunia II.

KAA 1955 menandai kebangkitan bangsa-bangsa terjajah, dengan disepakatinya Dasa Sila Bandung yang
menegaskan hubungan antarbangsa berdasarkan asas kemerdekaan dan keadilan.

1956
Indonesia untuk pertama kalinya mengirimkan pasukan Kontingen Garuda dalam misi penjaga
perdamaian PBB di Gurun Sinai, Timur Tengah.

1956, Mei
Presiden Soekarno menandatangani Undang-Undang No. 13 Tahun 1956 mengenai pembatalan sepihak
Uni Indonesia - Belanda, karena sikap tidak bersahabat Belanda dan penolakannya untuk menyerahkan
kembali Irian Barat kepada Indonesia.

Pada tahun yang sama, Presiden Soekarno berkeliling ke negara-negara AS, China, Uni Soviet, dan
Yugoslavia untuk mendapatkan dukungan bagi perjuangan merebut kembali Irian Barat.

1958, Januari
Indonesia dan Jepang menandatangani Perjanjian Perdamaian di Jakarta. Penandatanganan dari pihak
Indonesia adalah Dr. Subandrio.

1959
Laili Roesad dilantik menjadi Duta Besar RI untuk Belgia dan Luksemburg. Beliau adalah duta besar
perempuan pertama Indonesia.

1960, Agustus
Pada tanggal 17 Agustus, Indonesia menyatakan memutuskan hubungan diplomatik dengan Belanda dan
melakukan persiapan militer untuk membebaskan Irian Barat. Untuk menindaklanjuti hal tersebut,
berbagai misi untuk mendapatkan bantuan persenjataan dikirimkan antara lain ke China, Uni Soviet, dan
Yugoslavia.
1960, September
Presiden Soekarno di hadapan Sidang Majelis Umum PBB ke-15 menyampaikan pidatonya yang berjudul
"Membangun Dunia Baru" (To Build the World Anew).

Dalam pidato tersebut, Presiden Soekarno menyerukan "Kekuatan Dunia Baru" (New Emerging Forces,
NEFOS) untuk bangkit menuju tatanan dunia yang lebih adil dan seimbang, melampaui dominasi negara-
negara besar di dunia yang secara ideologis terbagi ke dalam Blok Barat dan Blok Timur.

Untuk mewujudkan hal tersebut, Indonesia bertemu dengan para kepala pemerintahan Ghana, India,
Mesir, dan Yugoslavia guna mempersiapkan penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non-
Blok I di Beograd, Yugoslavia pada tahun 1961.

1961
KTT Gerakan Non-Blok I diselenggarakan di Beograd, Yugoslavia. Presiden Soekarno dan Perdana
Menteri Nehru dari India diutus oleh forum untuk menyampaikan hasil-hasil KTT GNB I, masing-masing
ke Washington dan ke Moskow.

KTT GNB 1961 dan Konferensi Asia-Afrika 1955 mengukuhkan peranan historis RI dalam membangun
suatu tatanan dunia baru untuk negara-negara berkembang berdasarkan prinsip kemerdekaan, perdamaian,
dan keadilan.

1961, Desember
Presiden Soekarno mengeluarkan Tri Komando Rakyat (Trikora) yang menyerukan kepada rakyat
Indonesia untuk membebaskan Irian Barat dari penjajahan Belanda. Komando Mandala dibentuk di
Makassar untuk mengatur perjuangan bersenjata membebaskan Irian Barat.

1962, Agustus
Perjanjian New York ditandatangani oleh pihak Indonesia dan Belanda. Menurut isi perjanjian, Belanda
menyerahkan Irian Barat kepada Pemerintahan Sementara PBB (UN Temporary Executive
Administration, UNTEA).

1963, Mei
UNTEA menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia. Untuk memperingati perjuangan pembebasan Irian
Barat, sebuah Tugu Peringatan didirikan di Lapangan Banteng pada tanggal 18 Agustus.

1963, September
Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan Malaysia, menyusul pembentukan Federasi
Malaysia yang mencakup daerah-daerah bekas jajahan Inggris di Kalimantan Utara.

Presiden Soekarno menyerukan "konfrontasi fisik" dengan Malaysia, yang menyebabkan banyak
terjadinya insiden bersenjata antara tenaga sukarelawan Indonesia dengan tentara Malaysia yang dibantu
Inggris, Australia, dan Selandia Baru di sepanjang daerah perbatasan di utara Kalimantan
Ahmad Yani
Ahmad Yani dilahirkan pada 19 Juni 1922 di Purworejo Jawa Tengah di keluarga Wongsoredjo.
Ahmad yani ikut pindah keluarganya ke Batavia pada tahun 1927. Ahmad Yani menjalani
pendidikan dasar di HIS (Setingkat Sekolah Dasar)Bogor selesai pada tahun 1935. Berlanjut
dengan menempuh pendidikannya ke MULO (setingkat SMP), berada pada kelas B Afd dikota
yang sama yaitu Bogor. Di biografi Jenderal Ahmad Yani disebutkan, selepas selesai dari
MULO pada tahun 1938, Ia pindah ke Jakarta untuk melanjutakan pendidikan ke AMS
(setingkat SMU) masuk pada bagian B dan hanya bertahan sampai kelas dua karena kena wajib
militer.

Pada tahun 1940, pemerintah Hindia Belanda melakukan kebijakan wajib militer. Dari sisnilah
pendidikan Militer Ahmad Yani dimulai. Ahmad Yani mempelajari tentang topografi militer di
Malang jawa Timur, namun belum sempat selesai terganggu oleh kedatangan pasukan Jepang pada
tahun 1942. Ia dan keluarganya kembali ke daerah Jawa Tengah. Dalam biografi Jenderal Ahmad
Yani disebutkan, pada tahun 1943 Ia bergabung dengan pasukan Peta (Pembela Tanah Air) dan
menjalani pelatihan di Magelang. Tahap selanjutnya, Ia menjalani pendidikan komandan peleton
Peta di Bogor jawa Barat. Selesai dari Bogor, kembali lagi ke Magelang dan menjadi instruktur.
Pada tahun tersebut, dia mengawali karier militer dengan pangkat Sersan

Pada masa awal kemerdekaan, ahmad yani bergabung dengan tentara Republik Indonesia untuk
mempertahankan kemerdekaan dari Belanda yang masih terus merongrong. Ahmad Yani
membentuk battalion dan dirinya yang menjadi komandan serta menorehkan kemenangan pertama
di Magelang, saat belanda mencoba mengambil alih Magelang dan digagalkan oleh dirinya beserta
pasukan. Maka Ahmad Yani mendapat Julukan ``Juruselamat Magelang``. Pada biografi
Jenderal ahmad yani disebutkan, setelah terbentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR), ia
ditugaskan menjadi komandan TKR di Purwokerto. Saat terjadi Agreis Militer Belanda Pertama,
ahmad yani dan pasukannya yang berada didaerah Pingit berhasil menghalau serangan Belanda
melalui perang gerilya. Agresi Militer Belanda yang kedua dilancarkan kembali, Dia diberikan
kepercayaan sebagai komandan Wehrkreise II untuk wilayah pertahanan Kedu. Setelah Indonesia
berdaulat, muncul gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam
Indonesia) diwilayah Jawa Tengah. Ahmad Yani ditugaskan untuk menumpas pemberontakan
tersebut. Dalam rangka tugas tersebut ahmad Yani membentuk pasukan khusus yang diberi nama
``The Banteng Raiders``. Pasukan DI/TII berhasil dikalahkan. Ia bertugas di staf Angkatan Darat.

Pada lintasan biografi Jenderal Ahmad Yani dijelaskan, pada Desember 1955 Ia mendapat tugas
belajar selama 9 bulan di Komando dan Staf Umum College, Fort Leavenwort, Texas kembali
pada 1956. Kemudian mengikuti pendidikan dua bulan pada special Warfare Course di Inggris.
Setelahnya, Ahmad Yani dipindah ke Markas Besar Angkatan Darat di Jakarta menjadi anggota
staf umum untuk Abdul Haris Nasution. Selanjutnya menjabat Asisten Logistik Kepala Staf
angkatan darat. Karirnya naik menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat untuk organisasi dan
kepegawaian. Pada tahun 1958 terjadi pemberontakan PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik
Indonesia) di Sumatera Barat. Saat itu ia berpangkat kolonel dan mendapat mandate sebagai
komandan komando Operasi 17 Agustus dan berhasil menumpas pemberontak. Keberhasilannya
menjadikan Ia mendapat promosi jabatan pada 1 September 1962 menjadi Wakil Kepala Staf
Angkatan Darat ke-2. Setahun kemudian, tepatnya 13 November 1963 menjadi Panglima
Angkatan Darat yang otomatis menjadi Menteri di Kabinet Presiden Soekarno.

Pada era akhir kepemimpinan, Presiden Soekarno lebih condong kepada haluan Komunis dan
memaksakan ideologi Nasakom. Pada tanggal 31 Mei 1965, Ahmad yani dan nasution juga
bersebrangan pendapat dengan PKI tentang rencana pembentukan tentara angkatan kelima, yaitu
buruh dan tani yang dipersenjatai. Pada saat PKI melancarkan Gerakan 30 September, Ahmad yani
menjadi menjadi salah satu target operasi tersebut. Pada tanggal tersebut, rumah Ahmad yani di
Jalan Latuhahary No.6 di Menteng Jakarta Pusat, dikepung oleh sekitar 200 orang. Para penculik
masuk kerumah Ahmad Yani, masuk ke rumah dan memaksa Ahmad Yani untuk ikut mereka dan
mengatakan akan dihadapkan pada Presiden. Ahmad yani meminta untuk mandi dan berganti
pakaian, namun ditolak oleh para penculik dan terjadi insiden hingga penembakan yang
menewaskan Ahmad Yani pada 1 Oktober dini hari di depan kamar tidurnya. Penculik membawa
jenazah Ahmad Yani ke Lubang Buaya di Jakarta Timur dan dimasukkan ke dalam sumur bekas
bersama para Jenderal yang dibunuh lainnya. Dalam rekam sejarah biografi Jenderal Ahmad Yani
disebutkan, Jenazah para korban G-30 S PKI diangkat dari sumur pada tanggal 4 Oktober 1965
dan di makamkan di TMP Kalibata tanggal 5 setelah melalui upacara kenegaraan. Ahmad Yani
dan rekan-rekannya yang terbunuh, dinyatakan sebagai Pahlawan Revolusi melalui Keppres
Nomor 111/KOTI/1965 dan pangkatnya dinaikkan secara anumerta menjadi Jenderal Anumerta.
Kini bekas rumah Ahmad yani dijadikan sebagai museum public yang suasananya dibuat sama
dengan kondisi semula tahun 1965. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, Namanya kini
terkenang sebagai nama jalan hampir di tiap kota seluruh Indonesia.

Pendidikan
 HIS (setingkat SD) Bogor, tamat tahun 1935
 MULO (setingkat SMP) kelas B Afd. Bogor, tamat tahun 1938
 AMS (setingkat SMU) bagian B Afd. Jakarta, berhenti tahun 1940
 Pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang
 Pendidikan Heiho di Magelang
 PETA (Tentara Pembela Tanah Air) di Bogor
 Command and General Staff College di Fort Leaven Worth, Kansas, Amerika Serikat,
tahun 1955
 Special Warfare Course di Inggris, tahun 1956

Bintang Kehormatan
 Bintang RI Kelas II
 Bintang Sakti
 Bintang Gerilya
 Bintang Sewindu Kemerdekaan I dan II
 Satyalancana Kesetyaan VII, XVI
 Satyalancana G: O.M. I dan VI
 Satyalancana Sapta Marga (PRRI)
 Satyalancana Irian Barat (Trikora)
 Ordenon Narodne Armije II Reda Yugoslavia (1958) dan lain-lain

Penghargaan
 Pahlawan Revolusi (SK Presiden Nomor 111/KOTI/1965)

Anda mungkin juga menyukai