Anda di halaman 1dari 5

Biografi Singkat Presiden Soekarno, dari Penjara Sukamiskin ke Istana Negara

Ir. Soekarno adalah salah satu figur yang memiliki peranan penting dalam kemerdekaan Indonesia.
Perjuangan Ir. Soekarno dimulai pada saat dirinya berumur 15 tahun, ia berguru pada H.O.S
Tjokroaminoto sang pemimpin organisasi pergerakan nasional, Syarekat Islam (SI).

Seiring dengan berjalannya waktu, Soekarno menjadi tokoh yang paling ditakutkan oleh Belanda.
Pemikirannya tentang nasionalisme dan kemerdekaan Indonesia membuat 'Putra Sang Fajar' ini
dijebloskan ke penjara oleh pemerintah kolonial Belanda.

Perjalanan Soekarno untuk Indonesia merdeka memang dipenuhi batu terjal. Namun, pada akhirnya
mimpinya tercapai dan Republik Indonesia terbentuk sampai sekarang ini. Untuk mengetahui sejarah
Soekarno selengkapnya, baca biografi singkat Presiden Soekarno berikut.

Biodata Presiden Soekarno

Selama masa hidupnya, Bung Karno kerap berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Hanya
beberapa tahun hidup dengan orang tuanya, Soekarno kecil sudah melalang buana ke berbagai daerah
di Indonesia. Sebelum mengetahui jejak hidup Bung Karno selengkapnya, berikut ini biodata Presiden
Soekarno yang perlu kamu ketahui.

Nama: Dr. (H.C.) Ir. H. Soekarno

Alias: Presiden Soekarno, Bung Karno, Pak Karno, Achmed Soekarno, Koesno Sosrodihardjo

Lahir: Surabaya, 6 Juni 1901

Meninggal: Jakarta, 21 Juni 1970 (umur 69)

Orang Tua: Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai

Istri: Oetari, Inggit Garnasih, Fatmawati Soekarno, Hartini, Kartini Manoppo, Ratna Sari Dewi, Haryati,
Yurike Sanger dan Heldy Djafar.

Pendidikan:

Sekolah Dasar di Eerste Inlandse School, Mojokerto

Sekolah Dasar di Europeesche Lagere School (ELS) Mojokerto (1911)

Hoogere Burger School (HBS) Mojokerto (1911 - 1915)


Technische Hogeschool/Institut Teknologi Bandung, Bandung (1920)

Masa Kecil dan Pendidikan

Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, merupakan putra dari Raden Soekemi Sosrodihardjo
dan Ida Ayu Nyoman Rai. Ayah dari Bung Karno merupakan seorang guru yang pernah mengajar di Bali.
Sedangkan, ibundanya adalah anak dari bangsawan Hindu Bali.

Soekarno kecil tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulungagung, Jawa Timur. Kemudian,
ia pindah bersama orang tuanya di Mojokerto dan bersekolah di Eerste Inlandse School. Pada Juni 1911,
Bung Karno dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS).

Tepat tahun 1915, Soekarno diterima di Pendidikan Menengah Umum atau Hogere Burger School (HBS)
di Surabaya. Di sana, ia berguru dan tinggal bersama politisi pendiri Sarekat Islam (SI), Haji Oemar Said
(H.O.S.) Cokroaminoto.

Setelah menyelesaikan pendidikan di HBS, Soekarno melanjutkan pendidikannya dengan mengambil


jurusan teknik sipil di Technische Hoogeschool te Bandoeng atau ITB pada tahun 1921. Soekarno
mendapatkan gelar insinyur (Ir.) tahun 1926.

Perjuangan Ir. Soekarno pada Masa Penjajahan Belanda


Soekarno mulai aktif berorganisasi saat tinggal di Surabaya. Pemikirannya dipengaruhi oleh para
pemimpin Sarekat Islam, seperti: Alimin, Musso, Darsono, Haji Agus Salim dan Abdul Muis. Kemudian,
Soekarno juga aktif di organisasi pemuda Tri Koro Dharmo dan menulis di harian Oetoesan Hindia.

Soekarno pindah ke Bandung dan tinggal bersama anggota Sarekat Islam, Haji Sanusi. Di sana Soekarno
berinteraksi dengan pemimpin National Indische Partij, Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo dan
Dr. Douwes Dekker.

Di tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemeene Studie Club (ASC) yang nantinya menjadi Partai
Nasional Indonesia (PNI). Pemerintah Belanda terancam dengan aktivitas Soekarno di organisasi
tersebut, maka pada 29 Desember 1929 Soekarno ditangkap dan dijebloskan ke penjara Banceuy.

Pada tahun 1930, Soekarno dipindahkan ke penjara Sukamiskin. Soekarno dibebaskan setelah dirinya
membaca pledoinya yang fenomenal Indonesia Menggugat di hadapan pemerintah Hindia Belanda,
anggota PNI dan masyarakat umum.

Perjuangan Soekarno masa Pendudukan Jepang

Setelah bebas pada 31 Desember 1931, Soekarno kemudian bergabung dengan Partai Indonesia
(Partindo) dan kembali ditangkap dan diasingkan ke Flores. Tahun 1938 Soekarno dipindahkan ke
Provinsi Bengkulu dan kembali menghirup kebebasan saat Jepang datang pada tahun 1942.

Pada awalnya, Soekarno begitu mendukung kedatangan Jepang untuk mencapai kemerdekaan
Indonesia. Pemerintah pendudukan Jepang pun memang memanfaatkan tokoh-tokoh nasional seperti
Soekarno dan Mohammad Hatta.
Lembaga atau organisasi seperti Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI dan PPKI adalah
bentukan Jepang. Soekarno begitu aktif dalam organisasi tersebut. Berbeda dengan tokoh gerakan
bawah tanah seperti Sutan Syahrir dan Amir Sjarifuddin yang menganggap Jepang berbahaya.

Pada tahun 1943, Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ki Bagoes Hadikoesoemo mendapat undangan ke
Jepang dan diterima langsung oleh Kaisar Hirohito. Pemimpin Jepang tersebut memberikan mereka
tanda anugerah Bintang Kekaisaran (Ratna Suci).

Soekarno pada masa pendudukan pemerintah Jepang aktif menyiapkan kemerdekaan Indonesia. Dia
tergabung dalam BPUPKI dan PPKI untuk merumuskan Pancasila, UUD 1945 dan dasar negara.

Setelah mendengar Jepang menyerah pada sekutu, pada 16 Agustus 1945, golongan muda
memanfaatkan momentum untuk menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Hal ini dilakukan
agar proklamasi kemerdekaan Indonesia digaungkan secepatnya.

Tanggal 17 Agustus 1945, bertepatan dengan bulan suci Ramadan, Soekarno dan Hatta
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Berita kemerdekaan disebarluaskan melalui radio Hoso
Kanriyoko dan Harian Soeara Asia.

Setelah proklamasi kemerdekaan, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat menjadi Presiden dan Wakil
Presiden oleh PPKI pada 18 Agustus 1945. Sebelum ini, Soekarno telah merumuskan dasar negara
Pancasila pada sidang BPUPKI, 1 Juni 1945.

Presiden Republik Indonesia Pertama


Kiprah Soekarno menjadi Presiden tidak hanya mencakup nasional saja, melainkan di dunia internasional
Soekarno cukup vokal mengungkapkan pemikirannya. Soekarno diketahui begitu menyoroti isu
kemerdekaan tiap bangsa di dunia.

Tercatat bahwa Soekarno pernah menghimpun negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin untuk
membentuk Gerakan Non Blok (GNB) pada Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 di Bandung.
Soekarno juga kerap menemui berbagai pemimpin negara lain seperti Fidel Castro, John Kennedy, Nikita
Khrushchev, sampai Mao Tse Tung.

Pada 1963 - 1966, Soekarno pernah membuat ketegangan hubungan dengan negeri Jiran. Dia tidak
menyetujui adanya penggabungan Federasi Malaya yang terdiri dari Malaysia, Singapura, dan koloni
kerajaan Inggris.

Menurutnya, koloni tersebut akan membuat kemerdekaan Indonesia terancam. Pada tahun 1965,
situasi politik Indonesia makin panas dengan adanya Gerakan 30 September atau G30S PKI. Enam
jenderal dibunuh dalam peristiwa tersebut, kemudian para mahasiswa menyampaikan Tri Tuntutan
Rakyat (Tritura) agar partai PKI (Partai Komunis Indonesia) dibubarkan

Anda mungkin juga menyukai