SOEKARNO
SANG PROKLAMATOR KEMERDEKAAN INDONESIA
Pendidikan Soekarno
Soekarno pernah mengenyam pendidikan di sekolah tempat ayahnya bekerja, yakni di
Eerste Inlandse School di Mojokerto. Eerste Inlandse School adalah sekolah Belanda untuk
anak-anak bumiputera atau pribumi. Pada Juni 1911, Soekarno kemudian pindah ke
Europeesche Lagere School (ELS) yang merupakan sekolah dasar untuk anak-anak keturunan
Eropa, timur asing, atau pribumi terkemuka.
Setelah menamatkan studi di ELS, Soekarno kemudian melanjutkan pendidikannya ke
Hogere Burger School (HBS) di Surabaya pada 1915. HBS merupakan sekolah lanjutan
tingkat menengah pada masa kolonial Belanda. Selama bersekolah di HBS, Soekarno tinggal
di rumah teman ayahandanya, yakni H.O.S. Tjokroaminoto yang merupakan salah satu tokoh
pergerakan Indonesia dan pendiri Sarekat Islam.
Saat berada di Surabaya, Soekarno juga aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri
Koro Dharmo yang menjadi bagian dari Budi Utomo dan kemudian berubah nama menjadi
Jong Java pada 1918. Saat bersekolah di HBS, Bung Karno juga telah aktif menulis di
Oetoesan Hindia, sebuah surat kabar harian yang dipimpin Tjokroaminoto.
Pada 1921, Soekarno lulus dari HBS dan melanjutkan studinya di jurusan teknik sipil
Technische Hoogeschool te Bandoeng yang kini dikenal dengan nama Institut Teknologi
Bandung (ITB). Selama mengenyam pendidikan di Bandung, Soekarno tinggal di rumah Haji
Sanusi yang juga merupakan anggota Sarekat Islam. Bung Karno pun telah berinteraksi
dengan sejumlah tokoh-tokoh perjuangan Indonesia, seperti Ki Hajar Dewantara, Tjipto
Mangunkusumo, Dr Douwe Dekker, yang kala itu memimpin National Indische Partij.
Soekarno lulus kuliah pada 1926 dan memperoleh gelar insinyur. Kemudian, namanya
dikenal sebagai Ir Soekarno.
Setelah keluar dari penjara, Bung Karno kemudian bergabung dengan organisasi pecahan
PNI, yakni Partai Indonesia (Partindo), pada Juli 1932. Akan tetapi, Belanda kembali
menangkap Soekarno dan membuangnya ke pengasingan di Flores pada Agustus 1933.
Soekarno juga sempat diasingkan ke Bengkulu pada 1938 hingga 1942 sebelum akhirnya
bebas ketika Indonesia dijajah Jepang. Selama penjajahan Jepang, Soekarno memiliki peran
penting dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Jepang sengaja menggandeng
beberapa tokoh Indonesia, seperti Soekarno dan Mohammad Hatta, untuk menarik simpati
rakyat pribumi dengan janji kemerdekaan.
Soekarno aktif dalam organisasi-organisasi bentukan Jepang, seperti Badan
Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Soekarno juga merupakan tokoh yang mengusulkan
rumusan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia Merdeka. Puncaknya, pada 17 Agustus
1945, Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.