Anda di halaman 1dari 6

RESUME : BAB 2

ISLAM DAN SYARIAH ISLAM

Makna Islam
Islam, memiliki makna dan pengertian yang begitu luas dan berbeda menurut cara
pandang masing-masing orang. Ketidaktahuan dan kesalahpahaman tentang islam, membuat
banyak orang berpendapat dan beranggapan bahwa islam adalah sebatas agama transendental
yang hanya mengatur hubungan antara manusia dan tuhan. Bahkan, ada pendapat yeng lebih
memojokkan bahwa islam adalah penghambat kemajuan peradaban.
Dari sisi bahasa , kata “islam” berasal dari kata “ aslama, yuslimu, islaman “ yang
artinya “tunduk dan patuh “. Jadi seseorang yang tunduk dan patuh kepada kepala negara,
secara bahasa, bisa dikatakan “aslama li-rais ad-daulah”. Inilah makna generik atau makna
bahasa dari kata islam.
Akan tetapi, makna islam itu sendiri, secara terminologi bahwa tidak bisa dikatkan
sekadar tunduk dan patuh saja. Dia sudah menjadi istilah khusus dalam khazanah kosa kata
dasar islam . Secara terminologi, makna islam digambarkan oleh Nabi Muhammad SAW
dalam sabda beliau :
“islam adalah bahwasanya engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada tuhan selain Allah dan
bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, engkau menegakkan sholat,
menunaikan zakat, melaksanakan shaum ramadan, dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah-
jika berkemampuan melaksanakannya”. (HR Muslim)
Oleh karena itu, kata islam, artinya adalah agama yang di bawa Nabi Muhammad
SAW, Nabi terakhir. Agama islam berbeda dengan agama-agama yang lain yang ada saat ini
dan diyakini oleh umat islam, sebagai kelanjutan dari agama para nabi sebelumnya . Jadi,
islam adalah sebagai pedoman hidup dan berkehidupan yang dikeluarkan langsung oleh Allah
SWT agar manusia tunduk, patuh dan pasrah kepada ketentuan-Nya untuk meraih derajat
kehidupan lebih tinggi yaitu kedamaian, kesejahteraan, dan keselamatan baik dunia maupun
di akhirat.
Berikut beberapa makna islam yang mencakup uraian diatas, yaitu:
 Tunduk serta patuh (aslama)  Kedamaian (siliim)
 Pasrah berserah diri (sallama)  Kesejahteraan, kebahagiaan,
 Tangga / derajat (sullam) keselamatan (salama)
Makna manusia
Manusia adalah makhluk yang dimuliakan Allah SWT, karena mempunyai roh dan
keistimewaan berupa akal serta diberi tugas untuk menjalankan peran sebagai khalifah di
muka bumi.
Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan, al-
naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang, jinak, ramah,
atau makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’). Al-abd berarti manusia
sebagai hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan nabi
Adam.
Namun dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk
yang paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran
dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.
Allah selaku pencipta alam semesta dan manusia telah memberikan informasi lewat
wahyu Al-quran dan realita faktual yang tampak pada diri manusia. Informasi itu diberi- Nya
melalui ayat-ayat tersebar tidak bertumpuk pada satu ayat atau satu surat. Hal ini dilakukan-
Nya agar manusia berusaha mencari, meneliti,memikirkan, dan menganalisanya. Tidak
menerima mentah demikian saja. Untuk mampu memutuskannya, diperlukan suatu peneliti
Alquran dan sunnah rasul secara analitis dan mendalam. Kemudian dilanjutkan dengan
melakukan penelitian laboratorium sebagai perbandingan, untuk merumuskan mana yang
benar bersumber dari konsep awal dari Allah dan mana yang telah mendapat pengaruh
lingkungan.

Dasar-Dasar Ajaran Islam


1. Aqidah
Dalam pengertian umun, aqidah adalah rukun iman. Aqidah merupakan fundamental
dari keyakinan dan keimanan (sense of faith). Dalam membangun keyakinan, seorang muslim
tentang aqidah, dibutuhkan totalitas tidak cukup dengan logika yang dimiliki karena aspek-
aspek yang diyakini dalam aqidah (yang meliputi kepercayaan kepada Allah SWT., malaikat,
kitab-kitab, para Rasul dan Nabi, hari kiamat, qodo dan qodar). Hal itu bersifat transenden,
tidak secara langsung korelatif dengan problem-problam dan kaidah-kaidah ekonomi.
Akidah merupakan dasar keseluruhan tatanan kehidupan dalam Islam, termasuk
tatanan ekonomi. Tatanan dalam Islam merupakan bagian dari akidah yaitu bertugas untuk
memperdalam akar-akarnya, menyebarluaskan cahayanya, dan membentenginya dari segala
rintangan, serta merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Ekonomi Islam adalah
ekonomi yang berlandaskan ke-Tuhanan. Ia terpancar dari akidah ke-Tuhanan, akidah tauhid.
Akidah yang dengan sengaja diturunkan Allah pada Rasulnya untuk manusia.
Hubungan ekonomi Islam dengan akidah Islam tampak jelas dalam banyak hal,
seperti pandagan Islam terhadap alam semesta yang disediakan untuk kepentingan manusia.
Hubungan ekonomi Islam dengan akidah dan syariah tersebut memungkinkan aktivitas
ekonomi dalam Islam menjadi ibadah.
2. Syari’ah
Adapun kosa kata syariah dalam bahasa Arab memiliki arti jalan yang ditempuh atau
garis yang seharusnya dilalui. Dari sisi, terminologi bermakna pokok-pokok aturan
hukum yang digariskan oleh Allah SWT untuk dipatuhi dan dilalui oleh seorang
muslim dalam menjalani segala aktivitas hidupnya (ibadah) di dunia. Ikatan Akuntan
Indonesia (2007) syariah merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur aktivitas
umat manusia yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan
interaksi vertikal dengan Tuhan maupun interaksi horizontal dengan sesama makhluk.
Prinsip syariah yang berlaku umum dalam kegiatan muamalah (transaksi syariah)
mengikat secara hukum bagi semua pelaku dan pemangku kepentingan (stakeholder)
entitas yang melakukan transaksi syariah.
Syariah secara etimologis berarti peraturan atau undang-undang, yaitu peraturan-
peraturan mengenai tingkah laku yang mengikat, harus dipatuhi dan dilaksanakan
sebagaimana mestinya. Secara terminologis syariah dapat berarti luas dan khusus. Dalam
pengertian yang luas, syariah Islam berarti seluruh ketentuan ajaran agama Islam yang
bersumber dari Al-qur’an dan hadits yang berarti meliputi aqidah, akhlak, dan amaliyah
(perbuatan nyata). Dalam pengertian yang khusus, syariah berarti ketentuan-ketentuan atau
peraturan agama Islam yang mencakup hanya bidang amaliyah saja (perbuatan nyata) dari
umat Islam dan tidak termasuk di dalamnya bidang aqidah dan bidang akhlak.
3. Akhlak
Akhlak dalam Islam mengatur hubungan manusia dengan Allah, dengan Rasul (Surat
Ali 'Imran ayat 31-32), dengan sesama manusia (Surat Al Baqarah ayat 83), dan alam (Surat
Al Baqarah ayat 30) serta pada diri sendiri (Surat Al Baqarah ayat 44).
Akidah, syariah, dan akhlak terkait satu sama lain, tidak bisa dipisah-pisahkan karena
ketiganya diperlukan untuk membentuk kepribadian yang utuh pada diri seorang muslim.
Hukum Islam
Hukum Islam atau disebut juga hukum syara' merupakan hukum Allah yang mengatur
perbuatan manusia yang di dalamnya mengandung tuntutan untuk dikerjakan atau
ditinggalkan oleh para mukalaf. Hukum syara' hanya dapat diambil dari Al Quran, Sunah
Nabi, Ijma', dan Qiyas. Semua firman Allah berupa perintah, larangan, janji, ancaman, dan
lainnya merupakan bagian dari hukum yang universal.
Kepatuhan terhadap hukum yang telah ditetapkan oleh Allah adalah sebuah
keniscayaan dan semua amal perbuatan manusia di dunia akan dipertanggungjawabkan di
hadapan Allah di hari akhir. Amal perbuatan manusia hanya dianggap benar jika amal
tersebut adalah amal yang dilaksanakan sesuai dengan syariah berdasarkan hukum Allah.
Artinya amal yang diterima Allah adalah amalan yang bersumber dari ketetapan yang telah
diturunkan Allah.
Empat mazhab fiqh yang bersumber pada Para ahli fikih seperti al-imam abu hanifah, al –
imam malik, al-imam as-syafi’i dan al imam-ahmad Hanbali membagi hukum Islam menjadi
lima yaitu:
1. Wajib, yang dibagi menjadi wajib 'ain (kewajiban yang dibebankan kepada semua
mukalaf) dan wajib kifayah ( yang jika sudah ada yang mengerjakan maka kewajiban
itu gugur).
2. Sunah
3. Haram
4. Makruh
5. Mubah
Seseorang dikatakan telah mengamalkan hukum syara' jika dia memang telah mengetahui
hukum syara' atas perbuatannya, kemudian ia berniat melakukannya berlandaskan syariah.
Hukum Islam tidak hanya mengatur ibadah mahdhah tetapi juga mengatur perbuatan yang
sifatnya duniawi seperti jual-beli, belajar, menikah, dan lain sebagainya karena Islam tidak
memisahkan agama dengan urusan dunia.

Sasaran Hukum Islam


Penyucian Jiwa
Penyucian jiwa dimaksudkan agar manusia mampu berperan sebagai sumber kebaikan
bagi masyarakat dan lingkungannya. Allah memerintahkan manusia yang beriman kepada-
Nya untuk shalat, zakat, puasa, dan haji, yang dijamin oleh Allah akan memberikan dampak
positif bagi kehidupan manusia bila dilakukan dengan benar dan niat yang benar pula.
Dengan demikian ibadah tersebut dapat menumbuhkan rasa kasih sayang, jiwa tolong-
menolong, kesetiakawanan sosial sehingga akan tercipta masyarakat yang aman dan
tenteram.
Menegakkan Keadilan dalam Masyarakat
Semua manusia akan dinilai dan diperlakukan Allah secara sama, tanpa melihat latar
belakang strata sosial, agama, kekayaan, keturunan, warna kulit, dan sebagainya,
sebagaimana dijelaskan Allah dalam surat Al Maidah ayat 8 dan surat An Nahl ayat 90.
Keadilan merupakan harapan dan fitrah manusia sehingga Allah melarang untuk berbuat
tidak adil.
Mewujudkan Kemaslahatan Manusia
Mewujudkan kemaslahatan manusia dalam Islam dikenal dengan Maqashidusy
Syariah yang dari segi bahasa berarti maksud dan tujuan adanya hukum Islam yaitu untuk
kebaikan dan kesejahteraan umat manusia di dunia dan di akhirat.
1. Memelihara Agama (al Muhafazhah 'alad Dien)
Untuk memelihara agamanya, Allah mewajibkan manusia untuk shalat, zakat, puasa, haji.
Apabila tidak melakukannya maka ia mendapat dosa karena meninggalkan apa yang
diperintahkan Allah. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa ibadah dapat
menyucikan jiwa sehingga manusia menjadi sumber kebaikan bagi, rahmat bagi alam
semesta.
2. Memelihara Jiwa (Al Muhafazhah 'alan Nafs)
Memelihara jiwa adalah memelihara hak untuk hidup secara terhormat agar manusia
terhindar dari pembunuhan, penganiayaan, fitnah, cacian, dan perbuatan buruk lainnya. Allah
sebagai sang pencipta telah mengatur bentuk-bentuk pemeliharaan jiwa, contohnya Allah
melarang membunuh bila melanggar maka ada hukum qishash yaitu hukuman yang setara
dengan kejahatan yang dilakukan atas diri manusia. Namun bila hukum ini bisa dibatalkan
jika permintaan maaf diterima atau meminta diyat. Contoh lainnya Allah menghalalkan
makanan yang sebelumnya haram apabila keadaan seorang hamba benar-benar darurat.
Selain itu Allah melarang perbuatan fitnah karena dampaknya lebih buruk dari pembunuhan.
Tanpa syariah Islam, terbukti aturan manusia tak bisa mencegah dan tak bisa
menjerakan manusia untuk berbuat aniaya terhadap orang lain; apakah bentuknya melukai,
menyerang secara fisik, sampai membunuh jiwa.
Setiap hari media massa menyiarkan bagaimana dengan mudahnya seseorang
menganiaya orang lain. Begitu gampangnya pula orang membunuh orang lain hanya gara-
gara hal sepele. Bahkan kasus terbaru di Kalimantan Barat, betapa bejatnya seorang anggota
kepolisian dengan sadis membunuh dan kemudian memutilasi dua anak kandungnya sendiri
yang masih kecil.

3. Memelihara Akal (Al Muhafazhah 'alal 'Aql)


Menjaga akal bertujuan agar tidak rusak sehingga mengakibatkan seseorang melakukan
perbuatan buruk di masyarakat. Jika akal seseorang rusak maka dampaknya bukan hanya
pada diri sendiri tetapi masyarakat juga ikut menanggung dampaknya. Oleh karena itu harus
ada sanksi hukum untuk orang yang dengan sengaja melakukan tindakan yang dapat
membahayakan akalnya.
4. Memelihara Keturunan (Al Muhafazhah 'alan Nasl)
Memelihara keturunan adalah memelihara kelestarian manusia dan membina sikap mental
generasi penerus agar terjalin rasa persahabatan dan persatuan di antara sesama umat
manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pernikahan yang sah yang sesuai dengan
ketentuan syariah sehingga terbentuk keluarga yang tenteram dan saling menyayangi. Untuk
memelihara keturunan diterapkan hukuman yang keras bagi orang yang melakukan zina.
5. Memelihara Harta (Al Muhafazhah 'alal Mal)
Banyak orang yang tahu bahwa mencuri, merampok, ghashab (menipu) dan korupsi adalah
tindakan yang salah. Lalu mengapa banyak anggota masyarakat yang melakukan semua
kejahatan itu?
Selain karena faktor kesejahteraan yang diabaikan oleh negara, faktor sanksi yang ringan
menjadi alasan bagi para pelaku tindak kejahatan tersebut. Ada kecenderungan angka
kriminalitas terus meningkat dari tahun ke tahun.
Menjaga harta bertujuan agar harta yang dimiliki oleh manusia diperoleh dan
digunakan sesuai dengan ketentuan syariah. Aturan syariah mengatur proses perolehan dan
pengeluaran harta. Dalam memperoleh harta harus bebas dari riba, judi, menipu, merampok,
mencuri, dan tindakan lainnya yang dapat merugikan orang lain. Sedangkan penggunaan
harta juga harus sesuai dengan tuntunan syariah, seperti kewajiban membayar zakat sesuai
ketentuan, tidak boros, dan tidak kikir.
Dari penjelasan di atas sangat jelas bahwa ketentuan-ketentuan syariah bertujuan
untuk kemaslahatan bagi manusia dan juga lingkungannya. Seharusnya manusia sebagai
makhluk ciptaan-Nya mau tuntuk, patuh, dan pasrah kepada ketentuan syariah dari Allah.
Meskipun demikian Allah memberikan kebebasan bagi manusia untuk memilih dan Allah
memberikan akal manusia sebagai alat untuk memilih dan menerima konsekuensinya.

Anda mungkin juga menyukai