Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. TUJUAN

C. WAKTU DAN TEMPAT

BAB II DASAR TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

A. ALAT DAN BAHAN

B. CARA KERJA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
B. PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah memberikan niknat
dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan hasil
praktikum mengenai . Shalawat serta salam kami sampaikan kepada Nabi muhammad saw.
Adapun tujuan kami membuat laporan ini adalah adalah salah satu evaluasi belajar kami dan
laporan ini juga bertujuan agar kami lebih memahami tentang kandungan glukosa dan protein
di dalam urine.

Ucapan terimah kasih kami sampaikan kepada guru pembimbing pelajaran biologi yakni
Ibu Irni Novriyanti,S.pd. yang telah membantu kami dalam melakukan eksperimen atau
praktikum dan menyelesaikan laporan praktikum kami.

Kami masih dalam proses belajar, masih butuh banyak bimbingan dari guru pembimbing
kami. Untuk saran dan kritik akan membangun kami untuk dapat lebih baik kedepannya.
Kelelahan pembuatan laporan ini akan sirna manakala laporan ini dapat bermanfaat bagi
orang lain. Atas perhatian pembaca, kami selaku pembuat laporan praktikum mengucapkan
banyak terima kasih.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakuh.

Camba, 27 Februari 2018

Penulis

Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem ekskresi adalah system yang berperan dalam proses pembuangan zat yang sudah tidak
diperlukan atau zat yang membahayakan tubuh, dalam bentuk larutan. Urine atau air seni adalah
cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian dikeluarkan dalam tubuh melalui proses
urinasi. Urine normal berwarna jernih transparan warna kuning muda. Urine beraasal dari zat
warna empedu. Urine berbau khas jika diberikan agak lama, berbau ammonia pada kisar 6.8-7.2.
kandungan air, urea, asam urat, ammonia, keratin, asam oksalat, asam fosfat, asam sulfat, klorida.
Volume urine normal, kisaran 900-1200 mL.

Manusia memiliki organ atau alat-alat ekskresi yang berfungsi membuang zat sisa hasil
metabolisme. Zat sisa hasil metabolisme merupakan sisa pembongkaran zat makanan, misalnya:
karbondioksida (CO2), air (H20), amonia (NH3), urea dan zat warna empedu. Zat sisa
metabolisme tersebut sudah tidak berguna lagi bagi tubuh dan harus dikeluarkan karena bersifat
racun dan dapat menimbulkan penyakit.

B. Tujuan Penelitian

Mengetahui kandungan glukosa dan protein dalam urine serta mengamati karakteristik urine.

C. Waktu dan Tempat

Praktikum ini di lakukan pada hari Selasa, 27 Februari 2018 jam 10.15-12.15 WITA.
dan bertempat di ruang dan sekitar kelas XI MIPA 3.
BAB II
DASAR TEORI

A. Struktur Ginjal
Ginjal terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar (korteks) yang mengandung jutaan alat
penyaring (nefron). Setiap nefron terdiri atas badan malpighi (renal cospuscle), tubulus kontortus
proksimal, bagian tebal dan bagian tipis lengkung henle, tubulus kontortus distal.
Badan malpighi terdiri atas berkas kapiler yang disebut glumerulus yang dikelilingi kapsul
Bowman. Lembaran dalam yang menutupi kapiler glomerulus dinamakan lapisan viseral, lembaran
luar membentuk batas luar tebal malpighi disebut lapissan parietal kapsula Bowmann yang dilapisi
sel epitel pipih. Antara dua lapisan terdapat ruang kapsula yang menerima filtrat. Setiap badan
malpighi mempunyai kutub vaskuler tempat arteri aferen masuk dan arteri eferen keluar
meninggalkan glomerulus, dan kutub urinarius, tempat tubulus proksimalis dimulai. Lapisan
parietal yang berdinding selapis sel epitel pipih begitu sampai di kutub urinaria epitel berubah
menjadi epitel kubus. Lapisan viseral mengalami modivikasi selama perkembangan embrional.
Sel-sel lapisan internal dinamakan podosid, mempunyai badan sel dimana muncul beberapa
tonjolan primer. Setiap tonjolan primer mempunyai banyak tonjolan sekunder yang menutupi
kapiler glomerulus. Tonjolan sekunder ini saling bertautan, membatasi ruang yang membentuk
celah filtrasi.

Antara sel-sel endotel kapiler dan podosid yang berlubang-lubang merupakan lapisan
basalis. Membran ini merupakan struktur struktur kontinyu yang memisahkan darah kapiler dari
ruang kapsular. Di samping se endotel dan podosid, kapiler glomerulus mempunyai sel mesangial.
Sel mesangial ini bersifat kontraktil dan memainkan peranan dalam regulasi filtrasi glumerulus,
juga mensekresi berbagai senyawa, mengambil kompleks imun dan terlibat dalam produksi
penyakit glomerulus, juga bekerja sebagai makrofag dan berperan membersihkan lamina basalis
dari zat-zat tertentu yang tertimbun dalam matrik selama filtrasi.
Tubulus kontortus proksimal manusia panjangnya + 15mm, dengan diameter 55µm.
Dindingnya dibentuk oleh selapis sel tunggal kuboid yang saling menjalin satu dengan yang lain
dan disatukan oleh tautan kedap apikal. Pada apeks sel yang menghadap ke lumen tubulus terdapat
banyak mikrovili yang panjangnya 1µm , bentukan ini dinamakan brush border (batas sikat) yang
berfungsi membantu absorpsi zat-zat (peptida, glukosa) yang keluar dari darah selama filtrasi.
Tubulus proksimal berakhir dengan segmen tipis pars desenden lengkung henle yang
mempunyai epitel sel pipih yang tipis. Segmen tipis ini berakhir dalam segmen tebal pars asenden
yang sel-selnya berbentuk kuboid yang banyak mengandung mitokondria. Pars asenden tebal
lengkung henle mencapai glomerulus dan tubulus berdekatan dengan arteriol aferen dan eferen,
dimana dinding arteriol aferen mengandung sel jukstaglomerulus (penskresi renin). Pada titik ini
epitel tubulus dimodifikasi membentuk makula densa. Sel jukstaglomerulus, makula densa dan sel
lapis bergrandula bersama-sama dikenal sebagai aparatus jukstaglomerulus.
Tubulus kontortus distal, epitel kuboidnya lebih rendah daripada tubulus proksimal,
mempunyai mikrovili sedikit. Tubulus distal bersatu membentuk tubulus koligen yang berjalan
melewati korteks dan medula renalis yang akan bermuara di pelvis renalis pada apeks piramid
medula.

B. Proses pembentukan urine


1. Filtrasi (penyaringan)
Proses filtrasi terjadi di kapsul Bowman dan glomerulus. Dinding luar kapsul Bowman
tersusun dari satu lapis sel epitel pipih. Antara dinding luar dan dinding dalam terdapat ruang
kapsul yang berhubungan dengan lumen tubulus kontortus proksimal. Dinding dalam kapsul
Bowman tersusun dari sel-sel khusus (prodosit).
Proses filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik (tekanan darah) dan
tekanan onkotik (tekanan osmotik plasma), dimulai ketika darah masuk ke glomerulus, tekanan
darah menjadi tinggi sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut
melewati pori-pori endotelium kapiler, glomerulus, kemudian menuju membran dasar, dan
melewati lempeng filtrasi, lalu masuk ke dalam ruang kapsul Bowman.
2. Reabsorpsi (penyerapan)
Proses reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal, lengkung henle, dan sebagian
tubulus kontortus distal.reabsorpsi dilakukan oleh sel-sel epitel di seluruh tubulus ginjal.
Banyaknya zat yang direabsorpsi tergantung kebutuhan tubuh saat itu. Zat-zat yang direabsorpsi
adalah air, glukosa, asam amino, ion-ion Na+, K+, Ca2+, Cl-, HCO3-, HbO42-, dan sebagian urea.
Reabsorpsi terjadi secara transpor aktif dan transpor pasif. Glukosa dan asam amino
direabsorpsi secara transpor aktif di tubulus proksimal. Reabsorpsi Na+, HCO3- dan H2O terjadi
di tubulus kontortus distal.
Proses reabsorpsi dimulai ketika urine primer (bersifat hipotonis dibanding plasma darah) masuk
ke tubulus kontortus proksimal. Kemudian terjadi reabsorpsi glukosa dan 67% ion Na+, selain itu
juga terjadi reabsorpsi air dan ion Cl- secara pasif. Bersamaan dengan itu, filtrat menuju lengkung
henle. Filtrat ini telah berkurang volumenya dan bersifat isotonis dibandingkan cairan pada
jaringan di sekitar tubulus kontortus proksimal. Pada lengkung henle terjadi sekresi aktif ion Cl- ke
jaringan di sekitarnya. Reabsorpsi dilanjutkan di tubulus kontortus distal. Pada tubulus ini terjadi
reabsopsi Na+ dan air di bawah kontrol ADH (hormon antidiuretik). Di samping reabsorpsi, di
tubulus ini juga terjadi sekresi H+, NH4+, urea, kreatinin, dan obat-obatan yang ada pada urine.
Hasil reabsorpsi ini berupa urine skunder yang memiliki kandungan air, garam, urea dan
pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urine.
3. Augmentasi (pengumpulan)
Urine sekunder dari tubulus distal akan turun menuju tubulus pengumpul. Pada tubulus
pengumpul ini masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine
sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urin dibawa ke pelvis renalis, urin mengalir melalui ureter
menuju vesika urinaria (kantong kemih) yang merupakan tempat penimpanan sementara urin.

C. Sifat-sifat urine
Urine memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1.Volume urine normal orang dewasa 600 – 2500 ml/hari, ini tergantung pada banyaknya air dan
makanan yang di konsumsi serta keadaan mental/fisik individu. Produk akhir nitrogen dan kopi,
teh, alkohol menpunyai efek diuresis.
2.Berat jenis berkisar antara 1,003 – 1,030.
3.Reaksi urine biasanya asam dengan pH kurang dari 6 (bekisar 4,7-8). Bila masukan protein
tinggi, urine menjadi asam sebab fosfat dan sulfat berlebihan dari hasil katabolisme protein.
Keasaman meningkat pada asidosis dan demam. Urine menjadi alkali karena perubahan urea
menjadi amonia dan kehilangan CO2 di udara. Urine menjadi alkali pada alkaliosis seperti setelah
banyak muntah.
4. Warna urine normal adalah kuning pucat atau ambar. Pigmen utamanya urokrom, sedikit
urolobin dan hematopofirin. Pada keadaan demam, urine berwarna kuning tua atau kecoklatan,
pada penyakit hati pigmen empedu mewarnai urine menjadi hijau, coklat, atau kuning tua. Darah
(hemoglobin) memberi warna seperti asap sampai merah pada urine. Urine sangat asam
mengendapakan garam-garam asam urat dengan warna dadu.
5. Urine segar beraroma sesuai dengan zat-zat yang dimakan.

D. Unsur-unsur dalam urine


1. Unsur-unsur normal dalam urine.
a. Urea (25-30 gram) merupakan hasil akhir dari metabolisme protein pada mamalia.
b. Amonia, pada keadaan normal terdapat sedikit dalam urine segar. Pada penderita diabetes
millitus, kandungan amonia dalam urinenya sangat tinggi.
c. Kreatinin dan kreatin (kreatinin : produk pemecahan kreatin), normalnya 20-26 mg/kg pada laki-
laki, dan 14-22 mg/kg pada perempuan.
d. Asam urat, adalah hasil akhir terpenting oksidasi purin dalam tubuh. Asam urat sangat sukar
larut dalam air, tetapi mengendap membentuk garam-garam yang larut dengan alkali. Pengeluaran
asam urat meningkat pada penderita leukimia, penyakit hati berat.
e. Asam amino: hanya sedikit dalam urine. Pada penderita penyakit hati yang lanjut karena
keracunan, maka jumlah asam amino yang diekskresikan meningkat.
f. Klorida (terutama NaCl), pengeluarannya tergantung dari masukan.
g. Sulfur, berasal dari protein yang mengandung sulfur pada makanan.
h. Fosfat di urine adalah gabungan dari natrium dan kalium fosfat, berasal dari makanan yang
mengandung protein berikatan denagn fosfat.
i. Oksalat dalam urine rendah. Pada penderita hiperoksaluria jumlah oksalat relatif tinggi.
j. Mineral: Na, Ca, K, Mg ada sedikit dalam urine.
k. Vitamin, hormon dan enzim dalam urine sedikit.

2. Unsur abnormal dalam urine.


Protein: Proteinuria (albuminuria) yaitu adanya albumin dan globulin dalam urine dengan
konsentrasi abnormal. Proteinuria fisiologis terdapat + 0.5% protein, ini dapat terjadi setelah
latihan berat, setelah makan banyak protein, atau sebagai akibat dari gangguan sementara pada
sirkulasi ginjal bila seseorang berdiri tegak. Kasus kehamilan disertai Proteinuria sebesar 30-35%.
Proteinuria patologis, disebabkan karena adanya kelainan dari organ ginjal karena sakit. Misalnya
nefrosklerosis suatu bentuk vaskuler penyakit ginjal, dihubungkan dengan hipertensi arterial.
Proteinuria pada penyakit ini meningkat dengan makin beratnya kerusakan ginjal. Proteinuria
dapat juga terjadi karena keracunan tubulus ginjal oleh logam-logam berat (raksa(Hg), arsen(As),
bimut(Bi)).
Glukosa: glukosuria tidak tetap dapat ditemukan setelah stress emosi (pertandingan atletik
yang menegangkan), 15% kasus glikosuria tidak karena diabetes. Galaktosuria dan laktosuria
dapat terjadi pada ibu selama kehamilan, laktasi maupun menyapih. Pentosuria terjadi sementara
sesudah makan makanan yang mengandung gula pentosa. Benda-benda keton dapat terjadi pada
saat kelaparan, diabetes, kehamilan, anestesia eter. Terdapat bilirubin, dan adanya kandungan
darah karena kerusakan pada ginjal.

E. Gangguan Pada Ginjal


Beberapa kelainan dan gangguan fungsi ginjal adalah sebagai berikut.
1. Nefritis
Nefritis : kerusakan pada glumerulus akibat alergi racun kuman, biasanya disebabkan oleh
bakteri Steptococcus. Nefritis mengakibatkan seseorang menderita Uremia dan oedema. Uremia:
masuknya kembali asam urin dan urea ke pembuluh darah. Oedema adalah penimbunan air di kaki
karena reabsorpsi air terganggu.
2. Batu ginjal
Batu ginjal terbentuk karena pengendapan garam kalsium di dalam rongga ginjal, saluran
ginjal, atau kantong kemih. Batu ginjal berbentuk kristal yang tidak larut. Kandungan batu ginjal
adalah kalsium oksalat, asam urat, dan kristal kalsium fosfat. Endapan garam ini terbentuk jika
seseorang terlalu banyak mengonsumsi garam mineral dan terlalu sedikit mengonsumsi air.
3. Albuminuria
Albuminuria adalah ditemukannya albumin pada urine. Adanya albumin dalam urine
merupakan indikasi adanya kerusakan pada membran kapsul endotelium. Selain itu dapat juga
disebabkan oleh iritasi sel-sel ginjal karena masuknya substansi seperti racun bakteri, eter, atau
logam berat.
4. Glikosuria
Glikosuria adalah ditemukannya glukosa pada urine. Adanya glukosa dalam urine
menunjukkan adanya kerusakan pada tabung ginjal.
5. Hematuria
Hematuria adalah ditemukannya sel darah merah dalam urine. Hematuria disebabkan
peradangan pada organ urinaria atau iritasi akibat gesekan pada batu ginjal.
6. Ketosis
Ketosis adalah ditemukannya senyawa keton di dalam darah. Hal ini dapat terjadi pada
orang yang melakukan diet karbohidrat.
7. Diabetes Militus
Diabetes militus adalah penyakit yang disebabkan pankreas tidak menghasilkan atau hanya
menghasilkan sedikit insulin. Insulis : hormon yang mampu mengubah glukosa menjadi glikogen
sehingga mengurangi kadar gula dalam darah. Selain itu, Insulis juga membantu jaringan tubuh
menyerap glukosa sehingga dapat digunakan sebagai sumber energi. Diabetes militus juga dapat
terjadi jika sel-sel di hati, otot, dan lemak memiliki respons rendah terhadap insulin. Kadar glukosa
di urin penderita diabetes militus sangat tinggi. Ini menyebabkan sering buang air kecil, cepat haus
dan lapar, serta menimbulkan masalah pada metabolisme lemak dan protein.
8.Diabetes Insipidus
Diabetes Insipidus adalah penyakit yang menyebabkan penderita mengeluarkan urine
terlalu banyak. Penyebabnya adalah kekurangan hormon ADH (dihasilkan oleh kelenjar hipofisis
bagian belakang). Jika kekurangan ADH, jumlah urine dapat naik 20-30 kali lipat dari keadaan
normal.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan :

1. Tabung reaksi

2. Rak tabung reaksi

3. Penjepit

4. Pembakar spritus

5. Korek

6. Urine

7. Larutan biuret

8. Larutan benedict

9. Kertas lakmus.

B. Cara Kerja

Kegiatan 1,

Uji protein

1. Memasukkan 2 mL urine kedalam tabung reaksi.

2. Menambahkan 5 tetes larutan biuret, dan membiarkan selama 5 menit.

3. Mengamati perubahan warna yang terjadi.

4. Menyimpulkan tentang urine yang telah di uji.

· Kegiatan 2

Uji glukosa

1. Memasukkan 2 mL urin kedalam tabung reaksi.

2. Menambahkan 5 tetes larutan benedict.

3. Menjepit dengan penjepit, kemudian memanaskan dengan lampu spritus.

4. Mencatat perubahan warna yang terjadi.

5. Menyimpulkan tentang urine yang telah di uji.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 2. hasil pengamatan

Kelompok Uji Fisik Uji Protein Uji Glukosa


Warna Tingkat pH Warna Kandungan Warna Warna Kandungan
Kekeruhan Protein Awal Akhir Glukosa
I A Kuning Normal 5
keruh
B Hijau -
C Hijau Kuning 1-1,5%
Keruh

B. Pembahasan

Ada 2 jenis kandungan yang telah di uji, yaitu uji protein dan uji glukosa.

Yang pertama yaitu menguji kandungan protein dalam urine, dengan menggunakan larutan
biuret 5 tetes dan membiarkan selama 5 menit, semula warna pada urine yaitu kuning setelah di
beri biuret dan di biarkan selama 5 menit ternyata perubahan warna yang terjadi yaitu tetap kuning
dan tidak terjadi endapan , berarti dapat diketahui bahwa urine tersebut tidak mengandung protein.

Kemudia yang kedua yaitu menguji kandungan glukosa dalam urine, dengan
menambahkan 5 tetes larutan benedict dan memanaskan hingga mendidih, warna mula mula pada
urine yaitu kuning dan setelah di panaskan warna urine berubah menjadi kuning kehijauan, dan
tidak terjadi endapan dalam urine tersebut, dari hal itu dapat diketahui bahwa urine tersebut tidak
mengandung glukosa

Serta mengamati karakteristik urine. Jika urine tersebut berwarna kuning, maka urine
tersebut normal dan pH normal urine adalah 4,7-8.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan :

- Jadi di dalam urine mengandung klorida dan amonia namun tidak mengandung protein dan
glukosa, itu berarti bahwa urine tersebut sehat.

B. Saran :

- Perlu dilakukan lebih banyak percobaan lagi, agar bisa mengamati lebih teliti tentang
kandungan di dalam urine.
DAFTAR PUSTAKA

Saktiyono. 2008. Seribu Pena Biologi. Jakarta : Erlangga

Syamsuri Istamar, dkk. 2007. Biologi SMA Kelas XI. Malang : Erlangga

Tim LBB SSCintersolusi. 2012. TEXT BOOK SSCIntersolusi : SSCI

Pratiwi D. A. 2007. Biologi Untuk SMA Kelas XI. Jakarta : Erlangga

https://www.google.com/laporan-biologi-uji-urin/LAPORAN-UJI-URINE dimas_kicir.htm

diakses : pada pada 28 april 2013

https://www.google.com/laporan biologiujiurin/LaporanPraktikumUjiUrin _ Islamic Science's


Blog.htm

diakses : pada pada 28 april 2013


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai