INDONESIA
Hal yang telah dilakukan para pemuda dalam perjalanan sejarah bangsa ini adalah
perubahan yang mereka sadari. Mereka memahamu terlebih dahulu lingkungan dan realitas
sosial yang terjadi pada masa itu. Segala yang dilakukan merupakan sebuah interpretasi
terhadap situasi dan kondisi lingkungan sosial di sekitarnya. Dengan demikian, pemuda
selalu menjadi aktor penting dalam proses perjuangan bangsa ini. Mempersiapkan dan
mempertahankan kemerdekaan serta mengkritisi sistem pemerintahan pada era kemerdekaan
telah menjadi bagian yang tidak dapat dilepaskan dari gerakan para pemuda.
Pendidikan bagi kaum muda menjadi faktor penting dalam membukan wawasan.
Wawasan kaum muda terbuka setelah diberlakukannya politik etis oleh pemerintah Hindia
Belanda yang menciptakan kaum muda terpelajar. Kaum muda terpelajar ini tidak lagi
melihat realitas sosial seperti apa adanya, tetapi mereka mempersoalkan tentang bagaimana
seharusnya. Realitas sosial mereka hadapi ketika itu adalah penjajahanm kebodohan, dan
kemiskinan. Pada masa itu, cara untuk menaikkan derajat bangsa ini adalah dengan
melepaskan diri dari belenggu penjajahan dan menjadi negara merdeka yang dapat
menentukan nasibnya sendiri.
Pada awal kebangkitan nasional, seluruh gerakan dan pemikiran kaum muda
disalurkan melalui organisasi-organisasi dengan berbagai macam ideologi. Segala peristiwa
yang dialami pada masa kolonial tidak hanya sekedar dijalani, tetapi juga dijadikan sebagai
sesuatu yang dapat mendewasakan wawasan, sikap, dan tindakan para pemuda.
Kaum muda terpelajar menjadi perintis utama dalam munculnya ide tentang
kemerdekaan. Bukan hanya kaum muda terpelajar yang ada du Indonesia saja yang bergerak
untuk menentang penjajahan, tetapi juga pemuda yang memperoleh kesempatan untuk belajar
di negeri Belanda. Mereka ikut mendirikan organisasi perintis yang mempunyai inisiatif bagi
maa depan bangsa. Organisasi tersebut diberi nama Perhimpunan Indonesia.
1
9
Pada awal 1920-an, lahir sejumlah organisasi kepemudaan yang bersifar kedaerahan,
seperti Jong ( muda) Java, Jong Sumatranen, Jong Celebes, Jong Ambon, dan lain-lain.
Organisasi-organisasi ini masih terikat pada solidaritas kesukuan dan mulai menyadari arti
pentingnya persatuan dan kesatuan. Dari pemikiran kaum muda ini lahirlah sebuah peristiwa
penting, yaitu Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada 28 Oktober 1928, Peristiwa ini telah
menjadi puncak percakapan para pemuda dalam mencari identitas baru dari sebuah bangsa.
Satu hal penting yang kita peroleh dari pemerintahan fasis ini adalag diajarkannya
para pemuda Indonesia tentang kemiliteran. Mereka diajarkan kemiliteran melalui berbagai
organisasi militer bentukan Jepang, seperti Seinendan dan Gokukotai atau Laskar Pelajar. Hal
ini membuat para pemuda sadar bahwa perjuangan mencapai kemerdekaan tidak hanya
melalui diplomasi, tetapi juga melalui perjuangan fisik. Hal yang nantinya menjadi salah satu
faktor dari saluran perjuangan bangsa. Proklamasi dan pada masa perang kemerdekaan telah
memperlihatkan arti dari pengalaman kaum muda yang diperoleh pada masa pendudukan
Jepang.
Gerakan kaum muda tidak berhenti sampai kemerdekaan saja. Ketika akhirnya
Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk, muncul persoalan politik dan ketatanegaraan.
Contohnya, upaya-upaya mempertahankan kemerdekaan, disentegrasi, dan penyelewengan
terhadap UUD 1945 serta Pancasila. Sejarah telah mencatat, berakhirnya Demokrasi
Terpimpin menjadi Orde Baru dan pada masa Orde Baru yang digantikan dengan era
Reformasi tidak dapat lepas dari peran para pemuda sebagai pelaku sejarah.
Kebijakan sistem tanam paksa (1830) dan politik pintu terbuka (1870) sangat
menyengsarakan pendudukan bumiputra. Melihat kondisi ini, tokoh-tokoh humanis dari
kelompok sosial demokrat di Belanda mengeluarkan sejumlah gagasan baru untuk mengubah
kebijakan politik pemerintah kolonial yang menyengsarakan ini. Dalam kelompok ini,
tercatat nama-nama seperti Conrad Theodore van Devender dan van Kool yang gigih
memperjuangan politik yang lebih menyejahterakan pribumi kepada parlemen Belanda.
1
9
Mereka menunjukkan sejumlah butkti tentang buruknya kondisi sosial ekonomi masyarakat
jajahan di Hindia Belanda akibat eksploitasi yang berlebihan. Menurut mereka, pemerintah
Belanda sudah seharusnya melakukan upaya atau gagasan lain yang dapat mendatangkan
kemakmuran bagi rakyat di tanah jajahan. Gagasan baru itu kemudian terwujudnya dalam
politik etis pada 1901. Inti kebijakan ini adalah pengadaan trigasi untuk meningkatkan
produksi pertanian rakyat, melaksanakan migrasi untuk mengurangi kepadatan penduduk
Jawa agar perbaikan ekonomi lebih merata, dan menyelenggarakan edukasi untuk penduduk
bumiputra.
Untuk edukasi, pemerintah Hindia Belanda memperluas jaringan sekolah rendah yang
memungkinkan anak-anak dari kalangan rakyar biasa dapat memperoleh pendidikan.
Sebelumnya, hanya anak-anak bumiputra dari golongan bangsawan atau yang berstatus tinggi
di dalam masyarakat saja yang dapat memperoleh pendidikan. Kebutuhan masyarakat
terhadap pendidikan ternyata sangat tinggi. Sekolah tidak hanya tempat untuk memperoleh
pengetahuan dan membuka wawasan, tetapi pendidikan akan meningkatkan derajat dan status
sosial seseorang.
Ada dua kategori sekolah formal pada masa itu, yaitu pendidikan untuk bumiputra
dan nonbumiputra. Untuk pendidikan nonbumiputa disebut dengan sekolah desa (volkschool),
dibangun di desa-desa dengan biaya yang diperoleh dari penduduk setempat, tetapi tetap
memperoleh subsidi dan pengawasan dari pemerintah kolonial. Pendidikan dinyatakan selesai
ketika anak-anak ini telah menampat pelajaran hingga kelas tiga. Hasil pendidikan hanya
untuk mencapai target memiliki kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Adapun bagi
anak-anak yang cukup cerdas dan orang tuanya mampu membiayai boleh melanjutkan ke
sekolah lanjutan (vervolgschool) dengan lama pendidikan dua tahun. Tamat dari pendidikan
1
9
tersebut, mereka akan mendapat julukan sebagai semicendikiawan. Julukan itu tampaknya
memang tidak terlalu berlebihan untuk masa itu karena banyak dari kalangan mereka
melahirkam organisasi pergerakan kebangsaan. Golongan ini sudah dapat dipandang sebagai
golongan terpelajar jika diabndingkan dengan penduduk desa lainnya. Sekolah semacam ini
juga dikenal dengan sebitan Tweede Klase School atau orang Jawa menyebutnya sebagai
“sekolah ongko loro”. Anak-anak yang tamat dari sekolah ini dapat dipekerjakan sebagai
pegawai administrasi rendahan di kantor-kantor milik Belanda.
Untuk sekolah nonpribumi, ada Holland Inlandsche School (HIS) yang mempunyai
program pendidikan selama tujuh tahun. Mereka juga dapat bersekolah do sisni, selain anak-
anak Belands, juga anak-anak dari golongan bangsawan bumiputra, orang terkemuka, atau
mempunyai status sosial tinggi dengan tingkat ekonomi yang mapan. Mereka dilatih untuk
menjadi pegawai negeri dengan pengantar bahasa Belanda. Selain itu, didirikan pula sekolah
yang lebih bersifat khusus, seperti Europeesche Lagere School ( ELS), meskipun sebenarnya
tingkatnya setara dengan “sekolah ongko loro”, tetapi dalam proses belajarnya menggunakan
bahasa Belanda sebagai pengantar.
Untuk pendidikan menengah umum yang bersifat lebih khusus adalah Hoogere
Burger School (HBS) dengan program pendidikan selama lima tahun. Selanjutnya, ada
sekolah yang bersifat lebih umum, seperti Meer Uitbreid Lager Onderwijs (MULO) dengan
program pendidikannya selama tiga tahun. Berawal dari MULO, mereka dapat melanjutkan
ke Algemene Middlebare Scholen (AMS) selama tiga tahun. Setelah tamat HBS atau AMS,
mereka dapat melanjutkan ke sekolah tinggi.
Oleh karena itu, golongan muda terpelajar ini bukan saja menginginkan kesetaraan
dalam segala hal, tetapi juga terpanggil untuk membangun dan memimpin pergerakan
kemerdekaan. Suatu pandangan baru yang dapat mengubah realitas sosial yang lebih baik di
masa yang akan datang.
2. Gerakan Kebangsaan
Pada dasarnya, pelaksanaan edukasi melalui Politik Etis atau Politik Balas Budi oleh
pemerintah kolonial Belanda memberikan kesempatan yang luas kepada bumiputra untuk
memperoleh pendidikan. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, kebijakan ini telah
memunculkan golongan elite baru yang berpendidikan Barat dan sadar akan harga dirinya.
Mereka merasa kecewa atas realitas sosial yang mereka hadapi dalam situasi pemerintahan
kolonial di masa itu.
Kesadaran akan harga diri inilah yang kemudian mendorong kaum muda terdidik
untuk mendirikan organisasi, baik yang bercorak politik maupun sosial budaya. Atas inisiatif
para pemuda pelajar School Tot Opleiding van Inlandesche Artsen (STOVIA) didirikanlah
organisasi Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Organisasi ini bertujuan memperbaiki
kehidupan masyarakat yang masih terbelakang dan ingin meningkatkan kualitas kehidupan
mereka melalui pendidikan. Sikap nonpolitis yang ditunjukkan oleh organisasi ini membuat
Boedi Oetomo dapat bekerja sama dengan pemerintahan Belanda. Pemerintahan kolonial
Belanda bahkan menilai bahwa lahirnya organisasi ini sebagai hasil positif dari kalangan
priayi Jawa terpelajar yang bersikap kooperatif terhadap pemerintahan Belanda. Van
Devender dalam majalah De Gids mengatakan terkait lahirnya Boedi Oetomo “Keajaiban
telah terjadi, putri pelita yang tidur itu telah bangkit.”
Tiga tahun setelah Boedi Oetomo, lahir organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) yang
didirikan oleh Haji Samanhudi di Solo pada 1911. Tujuannya untuk menghadapi persaingan
dalam bidang perdagangan, terutama orang-orang Tionghoa. Organisasi yang berdiri karena
latar belakang masalah sosial dan ekonomi ini berkembang dengan pesat ketika H. O. S.
1
9
Tjokeoaminoto menjadi pemimpinnya. Namun, pada akhirnya, organisasi ini berkecimpung
di bidang politikdan mengubah namanya menjadi Sarekat Islam (SI). Sifat organisasinya
yang terbuka memungkinkan masuknya tokoh-tokoh muda yang berhaluan kiri dan radikal,
seperti Semaun, Darsono dan Tan Malaka.
Konflik ideologi yang bersifat internal terjadi dalam tubuh Sarekat Islam. Kelompok
yang berhaluan kiri (komunis) makin radikal. Keadaan ini disusul dengan perpecahan dalam
tubuh organisasi, anggotanya kemudian memisahlan diri dan membentuk organisasi baru
berhaluan komunis pada 1921, yaitu Partai Komunis Indonesia (PKI).
PNI tidak berusia lama. Pada akhir 1931, partai ini bubar karena Ir. Soekarno
ditangkap pemerintah kolonial Belanda. Tokoh pimoinan lainnya kemudian mendirikan
Partai Indonesia (Partindo). Namun, pendirian partai baru ini menimbulkan perpecahan.
Sebagian dari mereka kemudia membentuk partai baru yang diberi nama PNI Baru yang
dipimpin oleh Hatta. Dalam programnya, PNI Baru lebih menitikberatkan pada pembinaan
kader.
3. Gerakan Kepanduan
Gerakan kaum muda lainnya adalah gerakan kepanduan (sekarang dikenal dengan
pramuka), sebuah wadah organisasi yang jauh lebih tertata. Gerakan ini semula dipelopori
oleh orang belanda bernama Baden Powell Kegiatan kepanduan pertama didirikan di Jakarta
pada 1912.
1
9
Awalnya, organisasi kepanduan ini hanya diperuntukkan bagi orang kulit putih
kemudian namanya diganti menjadi Nedelands Indische Padvinders Vereeniging.
Keanggotaannya pun meluas dan terbuka untuk pemuda Indonesia.
Berikut ini adalah cerita singkat cerita tentang beberapa tokoh pelopor penggerak
kaum muda dan pemikiran politiknya. Meraka berasal dari beberapa aliran/ideologi yang
berperan penting bagi perkembangan organisasi kaum muda pada pergerakan nasional.
a. Soetomo
Nama dokter lulusan STOVIA ini memang tidak dapat dipisahkan dari organisasi
sosial budaya yang berdiri pada 20 Mei 1908 dengan nama Boedi Oetomo. Sebelum
mendirikan organisasi ini, Soetomo sempat bekerja sebagai dokter di beberapa kota, seperti di
Lubuk, Pakam, Malang, Kepanjen, Blora, dan Magetan.
Soetomo juga memandang petani bahwa petani merupakan salah satu unsur yang
harus dibina, mengingat wilayah Hindia Belanda merupakan negara pertanian dan sebagia
besar rakyatnya adalah petani.
b. Haji Samanhudi
Haji Samanhudi adalah salah satu tokoh pergerakan Islam modern. Khususnya
dibidang perdagangan. Seluruh potensi yang ia miliki digunakan untuk memperjuangkan
kondisi ekonomi rakyat yang terjajah. Dapat dikatakan Haji Samanhudi adlah seorng pemikir
ekonomi kerakyatan yang pertama di Indonesia. Lahir di Solo pada 1878, di desa Sodokan
Laweyan, dengan nama kecil Supardi Wiryowikoro. Ayahnya adalah seorang pedagang batik
yang namanya cukup terkenal di kota itu, yaitu Haji Muhammad Zein.
Ketika Boedi Oetomo berdiri pada 1908, dengan para anggotanya yang berasal dari
etnis Jawa dan terpelajar, hal ini pun memberikan inspirasi kepadanya untuk mendirikan
organisasi yang anggotanya berasal dari kalangan pedagang muslim. Pada 1911 berdirilah
sebuah organisasi yang diberi nama Sarekat Dagang Islam di Kota Solo. Organisasi ini
dengan cepat menarik perhatian para pedagang pribumi, tidak hanya di kota solo, tetapi juga
dari kota kota lainnya. Sebagai ketua Samanhudi kemudian mulai menyampaikan ide-idenya,
diantaranya memperkuat sektor perekonomian. Namun yang bergerak di bidang ekonomi
1
9
yang taat asas dan mengikui semua peraturan perundangan-undangan yang dikeluarkan oleh
pemerintah kolonial. Hal ini membuat keberadaan organisasi ini diakui secara ilegal.
c. Tan Malaka
Tan Malaka memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Republik
Indonesia. Namun, namanya hampir tidak pernah disebut dalam buku pelajaran sejarah,
apalagi ketika rezim Orde Baru berkuasa. Hal ini karena ideologi Tan Malaka adalah aliran
marxisme. Setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965, tokoh ini dilarang untuk diketahui
apalagi dipelajari di tanah pendidikan.
Tan Malaka lahir pada 2 juni 1987 di desa Suliki, Pandam Gadang, Sumatera Barat,
dari keluarga terpandang dengan nama asli Ibrahim. Pendidikan dasarnya dimulai ketika ia
memasuki Sekolah Latihan Guru di Bukittinggi. Tan malaka merupakan siswa yang cerdas
disekolahnya. Kecerdasan yang dimilikinya menarik perhatian salah seorang gurunya yang
bernama G.H.Horensma yang berkebangsaan belanda. Ia kemudian mencarikan dana
beasiswa agar Tan Malaka dapat bersekolah di sekolah guru di Haarlem, Belanda. Haarlem
merupakan sebuah kota kecil yang nyaris mengalami kabangkrutan karena ditinggalkan oleh
ratusan pabrik bir yang gulung tikar. Di tempat ini, Tan Malaka mulai berkenalan dengan
sosialisme atau marxisme.
Marxisme merupakan ideologi yang berasal dari ajaran Karl Marx. Dalam ajarannya,
Karl Marx menggariskan bahwa penindasan yang terjadi dalam sebuah masyarakat berakar
dari ulah para kapitalis atau para pemilik modal. Dalam mencaro keuntungan, para kapitalis
ini tidak ragu-ragu untuk melakukan eksploitasi dari hasil kerja para buruh. Mereka akan
memberikan upah yang rendah atau mengikat para buruh ini dengan utang yang diperlukan
untuk menutup kebutuhan hidup sehari-hari.
lahir di sebuah desa yang kecil benama Talawi, dekat sawahlunto Sumatra barat, 23
Agustus 1903, Mohammad Yamin, adalah anak ketigadari lima brsudara. Utsman ayahnya,
bekerja diperkebunan kopi milik sebuah perusahaan Belanda sebagai seorang pengawas.
kelak saat dewasa,ia berperan besar bagi tumuhnya identitas kebangsaan Indonesia.
Partai politik menjadi wadah yamin guna menyalurkan aspirasi politiknya, ia sempat
bergaung dengan partaindo dan gerindro, sebelum akhirnya mendirikn parpindo (Partai
persatuan Indonesia) pada 1939. Yamin beberpa kalimenduduki jaatan penting di
pemerintahan. Perselisihannya dengan Gerindro malah membawanya menduduki jabatan
1
9
sebagai anggota volsraad (dewan rakyat Era kolonialisme Belanda) karena dicalonkan oleh
kelompok minangkabau pada periode 1938-1942. Ketika jepang mengambil alih kekuasaan
Belanda atas Nusantara, ia percaya menjaat sebgai penasehat (sanyo) pada Departemen
Propaganda (sendebu). Menjelang masa akhir pendudukan jepang. Yamn terliat dalam badan
penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan (dokuritsu Junbi Cosakai). Ketika cita-cita
kemerdekan semakin mendekati kenyataan, ia bergabung dengan panitia Sembilan menyusun
piagam Jakarta yang nantinya disebut pancasila, ideology Negara Indonesia.
b. Mohammad Natsir
Mohammad Natsir menempuh pendidikan awalnya di sekolah kelas II di maninjau
1916. Hanya berselang beberapa bulan, ia memutuskan pindah ke sekolah swasta hollandsch
inlednsche school (HIS) adabiyah di padang.
Pasca menamatkan pendidikannya di HIS. Natsir bersejolah di meerd uitgebreid
lageree school (MULO) di padang lewat jalur beasiswa. Pendidikan di mulo dapat ia
rampungkan oada 1927. Kemudian natsir melanjutkan pendidikankannya di algemenee
midelbare school (AMS) mengambil jurusan sastra barat klasik dan lulis tiga tahun berselang.
Ia sempat menolak tawaran beasiswa di racg rogeschool (sekolah tinggi hukum) karena ingin
memperdalam pajaran agama Islam.
Nafas pergerakan seorang natsir diasah dengan berbagai organisasi. Ketika ia masih
sekolah, ia masuk keorganisasian natijip. Bahkan menduduki jabatan sebagai wakil ketua
pada 1929 - 1932. Berawal dari keaktifannya di JIP. Natsir mulai merambah dunia politik
dengan menjadi ketua parati islam indonesia ( PII) cabang bandung. Ketika jepang mulai
memggantikan belanda untuk menduduki nusantara. Natsir memegamg jabatan sebagai
jawatan pangajaran kotapraja Bandung dan menjadi sekretasi majelis Islam ala Indonesia
(MIAI). Setelah Indonesia merdeka, Natsir megang pucuk pimpinan partai tersebut pada
1948 sampai 1959.
Kembalinya Indonesia menjadi negara kesatuan menyebabkan beberapa konflik yang
muncul dari daerah. Sebagai perdana meteri sejak 6 seprember 1950. Natsir Harus
1
9
menghadapi berbagai persoalan seperti saparatisme yang dilancarkan oleh Andi Aziz,
Republik Maluku Selatan DI/TII : masalah otonomi di Aceh serta mengembalikan laskar
pejuang ke masyarakat. Kabinet yang dipimpinnya tidak lama. Ia harus melepaskan
jabatannya sejak April 1951 dan kembali memimpin fransi masyuni di parlemen.
Tak hanya berkiprah dibidang politik, latar belakang pendidikan agamanya yang kuat
sejak kecil membawanya mendapat pengakuat di dunia internasional. Pada 1976, ia diangkat
sebagai wakil presiden mukhtamar alam Islam yang berpusat di Karachi, Pakistan sehingga
menjadi liga muslimin dunia. Ia juga tercatat sebagai dari majelis ta'sisi rabithah alam Islam
pada 1972.
Setelah tak aktif di bidang politik praktis, natsir masih memyumbangkan perannya
bagi pemerintah indonesia. Ia turut membantu pemerintahan. Dalam memulihan hubungan
demgam beberapa negara seperti Malaysia, jepang dan negara negara Timur Tengah.
Natsir menghembuskan nafas terakhirnya pada 7 Februari 1993. Namun, jejak jasanya
bagi Indonesia terasa. Tak hanya memajukan dunia keIslaman Indonesia yang mampu
melancarkan agitasi terhadap pendudukan asing, tetapi ia menumbuhkan sikap cinta tanah air
serta menjaga Indonesia tetap bersatu. Sebagai apresiasi, pemerintah Indonesia
mengganjarnya gelar pahlawan nasional berdasarkan keputusan presiden RI.
c. Silas Papare
Setelah menghirup alam kebebasannya kembali, konferensi Meja Bundar pada 1949
yang di proyeksikan sebagai penyelesaian konflik antara Indonesia dengan Belanda,
melibatkan Silas Papare sebagai delegasi Republik Indonesia, mewakili Partai Kemerdekaan
Irian. Ia juga terlibat dalam pembentukan Kompi Irian di Markas Besar Angkatan Darat
dengan tujuan mengembalikan Irian ke pangkuan Indonesia pada forum internasional tahun
1951. Pemerintah lalu membentuk Provinsi Irian Barat sebagai tandingan Pemerintah
Belanda pada 1954. Titik terang baru nampak ketika perundingan di New York yang
menghasilkan “New York Agreement” dimana Belanda setuju untuk mengembalikan Irian ke
Pemerintah Republik Indonesia. Silas Papare ditunjuk pemerintah menjadi anggota delegasi
Indonesia mewakili Irian Barat pada perundingan yang diselenggarakan pada 1962 tersebut.
Silas Papare memberikan andil besar bag kembalinya Irian menjadi bagian integral
Republik Indonesia. Ia menjadi pelopor bagi tumbuhnya cinta tanahnair dan nasionalisme di
Papua. Pemerintah membalas jasanya dengan menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional
pada 14 September 1993.
Maria Walanda Maramis berasal dari Mando yang lahir pada 1872 dan berasal dari
keluarga yang cukup mapan. Pada 1878, kedua orang tuanya wafat karena wabah penyakit
kolera. Setelah kedua orang tuanya meninggal, ia beserta saudara-saudaranya diasuh oleh
paman dari puhak ibu yang juga merupakan keluarga terpandang di Maumbi. Ia dan kakak
perempuannya, Ance, kemudian disekolahkan di Sekolah Melayu, Maumbi, dengan pelajaran
utamanya membaca, menulis, berhitung, dan menyanyi.
Pada 1890, Maria kemudian menikah dengan Joseph Frederick Calesung dan
dikarunia tiga orang anak. Maria sebenarnya masih ingin melanjutkan sekolah ke Batavia,
tetapi tidak diizinkan oleh pamannya. Suaminya adalah seorang guru bahasa Melayu dan
mengajar di salah satu sekolah Belanda di Manado, sehingga setelah menikah Maria pindah
lagi ke Manado.
1
9
Maria berpendapat bahwa perempuan seharusnya diberi kesempatan untuk mengeyam
pendidikan agar menjadi istri dan ibu yang baik bagi anak-anakmya. Dalam organisasi
PIKAT, Maria merumuskan tiga tujuan utama, yaitu sebagai berikut.
1) Menyediakan wadah bagi perempuan Minahasa agar saling mengenal dan bergaul.
2) Membina dan mendidik kaum muda perempuan Minahasa sebagai calon ibi yang
akan melahirkan generasi penerus bangsa.
3) Membiasakan Munahasa mengemukakakan dan merumuskan pendapat, pandangan,
serta pemikirannya secara bebas.
Pada masa awal kemerdekaan, pemerintahan yang baru terbentuk ini harus
menhadapu sejumlah permasalahan yang harus segara diselesaikan, seperti menyususn
pemerintahan,membentuk komite nasional sebagai pembantu presiden, mengurus taanan
jepang,menyelesaikan sejumalh konfilk yang terjadi anatara para pemuda dan rakyat baik
dengan jepang maupun dengan tentara sekutu dan NICA.
Bentrokan bersenjata terbesar antara para pemuda dan tentara jepang terjadi di
Semarang, ribuan pemuda gugur dalam pertempuran yang berlangsung selama lima hari.
September hingga memasuki awal November 1945, keadaan di Indonesia memang semakin
rumit dan genting. Hal ini disebabkan masuknya tentara sekutu ke kota-kota besar di Jawa.
Rakyat Indonesia dengan cepat meberikan reaksi pertempuran yang tercatat dalam
sejarah, antara oktober hingga desember 1945 terjadi pertempuran di Medan, Palembang,
Surabaya, dan bandung. Pertempuran terbesar terjadi di Surabaya pada 10 november 1945.
Ribuan nyawa melayang demi mepertahankan kemerdekaan. Untuk itu mengenang peristiwa
tersebut, setiap 10 november diperinagati hari pahlawan. Dibandung perjuangan rakyatnya
kemudian dikenang sebagai peristiwa bandung lautan api.
1
9
C. Gerakan Pemuda dan Mahasiswa yang Memengaruhi Perubaham Tata Negara
di Indonesia
Pada awal 1965 kondisi dan situasi politik semakin terasa tidak kondusif. Politik luar
negri Indonesia pun telah menginagtkan konsep bebas aktif. Situasi konflik politik dalam
negri sendiri makin menujukkan kondisi yang meresahkan. PKI berhasil melakukan
konsolidasi dalam tubuh partainyasendiri sejak tahun 1960-1965. Pada masa itu kegiatan
politik mjncul dipermukaan selalu menonjolkan kegiatan PKI dalam segala bidang. Hal ini
menjukkan bahwa partai ini telah duduk dengan kokoh dalam percaturan politik di Indonesia.
Dikalangan mahasiswa, berkembang perteruan antara kelompok cosentrasi berakan
mahasiswa Indonesia (CGMII),organisasi mahasiswa yang berafiliasi dengan PKI.
Konflik pro dan kontra terhadap PKI terus berlanjut hingga akhirnya bermuara pada
sebuah tragedi nasional, yakni meletusnya peristiwa gerakan 30 September 1965. Gerakan ini
melibatkan anggota PKI dan kelompok tentara dari kesatuan Resiment Cakrabirawa yang di
pimpin oleh Letnan Kolonel Untung sebagai dalang dari peristiwa tersebut.
Sementara itu, kondisi perekonomian negara semakin merosot. Hal ini menimbulkan
keprihatinan bagi KAMI, terutama ketika pemerintah mengumumkan pemotongan nilai mata
uang rupiah dari nilai semua Rp.1.000 menjadi bernilai Rp. 1 untuk nilai uang baru.
pada 12 Januari 1966 KAMI bersama-sama dengan rakyat beserta Front Pancasila
dan kesatuan aksi lainnya mendatangi DPR-GR mengajukan Tritura yang berisi:
2. Reformasi
Reformasi memiliki pengertian sebagi sebuah gerakan radikal yang bertujuan
memperbaiki kondisi masyarakat atau negara di segala bidang reformasi menghendaki
digantinya tatanan kehidupan lama dengan sebuah tatanan kehidupan baru, bedasarkan pada
1
9
hukum yang berlaku dan mengarah kepada sebuah perbaikan pada 21 Mei menjadi
momentum penting dari sejarah sosial politik di Indonesia.
Keterpurukan perekonomian Indonesia pada masa akhir Orde Baru didorong adanya
krisis di dunia perbankan nasional. Pemerintah Indonesia saat itu telah melikuidasi 16 bank
swasta dan pada 1997 melakukan pengawasan terhadap 40 bank bermasalah melalui Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Perlu kita pahami bahwa peristiwa reformasi 1998 tidak hanya sekedar periode
pergantian kekuasaan, tetapi juga harus dimaknai sebagai sebuah akumulasi dari krisis
multidimensional. Hal ini merupakan dampak dari sistem politik yang tidak demokratis. Di
samping itu, kurangnya kemandirian dari lembaga-lembaga negara dalam membuat kebijakan
yang memihak kepada kepentingan rakyat. Pada akhirnya berujung pada sebuah aksi massa
yang menyuarakan tuntutan terhadap beberapa masalah, yakni sebagai berikut.
a) Mengganti kepemimpinan nasional selama 30 tahun lebih berada di tangan Presiden
Soeharto.
b) Melakukan amandemen UUD 1945.
c) Menghapus dwifungsi ABRI.
d) Memberikan otonomi daerah yang seluas-luasnya.
e) Penegakan supermasi hukum.
f) Dibentuk pemerintahan yang bebas korupsi,kolusi dan nepotisme (KKN).
1
9
Kesimpulan
1. Politik Etis yang digagas oleh van Devender dan kawan-kawannya meliputi program
irigasi, imigrasi, dan edukasi yang bertujuan menyejahterakan pribumi.
2. Dalam pelaksanaan Politik Etis, terjadi banyak penyimpangan, seperti pada irigasi,
banyak dibangun untuk mengalirkan air ke perkebunan-perkebunan milik swasta dan
bukan ke sawah-sawah milik rakyat. Penduduk yang dipindahkan dai Jawa untuk
mengurangi kepadatan penduduk, ternyata di pekerjakan di Sumatera menjadi
kuli/buruh di perkebunan milik Belanda dengan upah rendah.
3. Gerakan pemuda yang telah membentuk organisasi akhirnya bertemu dalam sebuah
kongres yang dilaksanakan di Jakarta dan Yogyakarta. Dalam kongres pada 28
Oktober 1928, mereka sepakat mengucapkan ikrar membangun sebuah identitas
kebangsaan, yaitu bertanah air, berbangsa, dan berbahasa satu, yaitu Indonesia.
4. Terdapat beberapa tokoh penggeraj jaum muda dan tokoh pergerakan kaum muda.
Tokoh penggeraj kaum muda diantaranya Soetomo, H.Samanhudi, dan Tan Malaka.
Adapun tokoh pergerakan kaum muda di antaranya Muhammad Yamin, Mohammad
Natsir, Silas Papare, dan Maria Walanda Maramis.
5. Kebankitan gerakan pemuda/mahasiswa telah berhasil menghentikan penyelewengan-
penyelewengan pemerintah terhadap UUD 1945 dan Pancasila, dan mengubah tatanan
ketatanegaraan dari Demokrasi Terpimpin ke Orde Baru, dan Orde Baru ke era
Reformasi.
6. Sebagai generasi muda bangsa harus tetap mengembangkan nasionalisme, yakni rela
berkorban, cinta tanah air, dan bangga sebagai bangsa Indonesia.
1
9
Tanya Jawab
1
9
Daftar Pustaka
Hapsari, Ratna & Adil, M. 2016. Sejarah Indonesia Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta.
Erlangga
1
9