Anda di halaman 1dari 12

PESAN MORAL DALAM FILM GERAKAN MAHASISWA

INDONESIA TAHUN 1998

(ANALISIS TAYANGAN DEMOKRASI INDONESIA)

Disusun oleh:

ADITYA MUHAMMAD IQBAL

SMA NEGERI 3 SINGKAWANG

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan Laporan Pendidikan
Kewarganegaraan dengan judul "Analisis Fim Demokrasi Indonesia" tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin saya upayakan dan didukung bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam
merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada saya membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi
saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil
manfaatnya dan besar keinginan saya dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat
permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

Singkawang, 3 Oktober 2020

Penyusun

Aditya Muhammad Iqbal

i|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1

A. Latar Belakang......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1

C. Tujuan...................................................................................................................... 1

D. Manfaat.................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 2

A. Sejarah Kejadian 1998............................................................................................. 2

B. Kronologi Kerusuhan 1998...................................................................................... 3

C. Respon Terkait Kerusuhan 1998............................................................................. 6

D. Pelajaran dan Penyelidikan Kerusuhan 1998.......................................................... 7

E. Akhir Kerusuhan 1998............................................................................................. 7

BAB III PENUTUP............................................................................................................. 8

A. Kesimpulan.............................................................................................................. 8

B. Saran........................................................................................................................ 8

Daftar Pustaka...................................................................................................................... 9

ii | P a g e
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerusuhan ini di latar belakangi oleh keruntuhan ekonomi krisis finansial Asia 1997,
adanya kritik terhadap pemerintahan orde baru yang saat itu dipimpin oleh Presiden Soeharto
dan juga dipicu oleh tragedi Trisakti yang hingga sampai saat ini masih dikenang yang
mengakibatkan empat mahasiswa Universitas Trisakti terbunuh pada unjuk rasa 12 Mei 1998.
Selain itu, kerusuhan ini juga menimbulkan tindak penindasan terhadap etnis-Tionghoa.

Beberapa jenderal yang tidak memiliki hubungan dengan perekonomian, memprovokasi


masyarakat dengan mengatakan bahwa etnis-Tionghoa lah penyebab krisis moneter ini. Hal
itu dikarenakan, orang Tionghoa lah yang melarikan uang rakyat ke luar negeri, sengaja
menimbun sembako sehingga rakyat Indonesia sengsara dan kelaparan, dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah Demokrasi yang tejadi di Indonesia?

2. Apa peran mahasiswa dalam kegiatan penegakan demokrasi di indonesia?

3. Bagaimana Solusi yang dilakukan pemerintah dalam menangani kasus tersebut?

4. Apa pesan moral dalam kejadian kerusuhan 1998?

C. Tujuan

Berdasarkan Rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas maka peneliti dapat
mengambil tujuan penelitian yang akan dikaji dalam penelitian ini, sebagai berikut : Untuk
mengetahui apa saja sejarah yang terkandung dalam film Dibalik 98.

D. Manfaat

Laporan ini diharapkan memberikan pengetahuan serta menambah wawasan bagi pembaca
dan penulis

BAB II
1|Page
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kejadian 1998

Kerusuhan Mei 1998 adalah kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa yang terjadi
di Indonesia pada 13 Mei-15 Mei 1998, khususnya di Ibu Kota Jakarta namun juga terjadi di
beberapa daerah lain. Kerusuhan ini diawali oleh krisis finansial Asia dan dipicu oleh tragedi
Trisakti di mana empat mahasiswa Universitas Trisakti ditembak dan terbunuh dalam
demonstrasi 12 Mei 1998. Hal inipun mengakibatkan penurunan jabatan Presiden Soeharto,
serta pelantikan B. J. Habibie. Pada kerusuhan ini banyak toko dan perusahaan dihancurkan
oleh amuk massa—terutama milik warga Indonesia keturunan Tionghoa. Konsentrasi
kerusuhan terbesar terjadi di Jakarta, Medan dan Surakarta. Terdapat ratusan wanita
keturunan Tionghoa yang diperkosa dan mengalami pelecehan seksual dalam kerusuhan
tersebut. Sebagian bahkan diperkosa beramai-ramai, dianiaya secara sadis, kemudian
dibunuh. Dalam kerusuhan tersebut, banyak warga Indonesia keturunan Tionghoa yang
meninggalkan Indonesia. Tak hanya itu, seorang aktivis relawan kemanusiaan yang bergerak
di bawah Romo Sandyawan, bernama Ita Martadinata Haryono, yang masih seorang siswi
SMU berusia 18 tahun, juga diperkosa, disiksa, dan dibunuh karena aktivitasnya.

Sampai bertahun-tahun berikutnya Pemerintah Indonesia belum mengambil tindakan


apapun terhadap nama-nama yang dianggap kunci dari peristiwa kerusuhan Mei 1998.
Pemerintah mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan bahwa bukti-bukti konkret tidak
dapat ditemukan atas kasus-kasus pemerkosaan tersebut, tetapi pernyataan ini dibantah oleh
banyak pihak. Sebab dan alasan kerusuhan ini masih banyak diliputi ketidakjelasan dan
kontroversi sampai hari ini. Namun umumnya masyarakat Indonesia secara keseluruhan
setuju bahwa peristiwa ini merupakan sebuah lembaran hitam sejarah Indonesia, sementara
beberapa pihak, terutama pihak Tionghoa, berpendapat ini merupakan tindakan pembasmian
(genosida) terhadap orang Tionghoa, walaupun masih menjadi kontroversi apakah kejadian
ini merupakan sebuah peristiwa yang disusun secara sistematis oleh pemerintah atau
perkembangan provokasi di kalangan tertentu hingga menyebar ke masyarakat.

B. Kronologi Kerusuhan 1998

2|Page
1. Krisis Finansial Asia
Krisis  keuangan yang melanda hampir seluruh Asia Timur pada Juli 1997, tentunya
mengakibatkan kekacauan dan kepanikan yang dirasakan negara-negara ASEAN. Indonesia
adalah salah satu dari tiga negara yang terkena dampak krisis yang paling parah.

Terjadinya penurunan rupiah terhadap dolar mengakibatkan berbagai perusahaan yang


meminjam dolar harus membayar biaya yang lebih besar dan juga para pemberi pinjaman
menarik kredit secara besar-besaran sehingga terjadi penyusutan kredit dan kebangkrutan.

Inflasi rupiah yang diperparah dengan banyaknya masyarakat yang menukarkan rupiah
dengan dolar AS, ditambah kepanikan masyarakat terkait tingginya kenaikan harga bahan
makanan, menimbulkan aksi protes terhadap pemerintahan orde baru. Kritikan dan aksi unjuk
rasa pun mulai bermunculan dan kian memanas.

Berdasarkan berbagai keterangan dan kronologis kerusuhan mei 1998 yang sudah saya
baca di berbagai sumber terkait, kerusuhan ini diawali di Medan, Sumatera Utara pada 2 mei
1998. Pada saat itu, para mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa yang berujung anarkis.

Kemudian, pada 4 mei 1998, sekelompok pemuda melakukan aksi pembakaran di


beberapa titik di kota Medan. Adanya sentimen anti-polisi juga menimbulkan kebencian
massa terhadap polisi sehingga berbagai infrastruktur dan fasilitas aparat keamanan dirusak 
dan dihancurkan.

2. Terbunuhnya Empat Mahasiswa Trisakti


Setelah itu, keadaan semakin mencekam setelah aksi demo krisis moneter yang dilakukan
mahasiswa menelan 4 korban jiwa. Empat korban itu adalah mahasiswa dari Universitas
Trisakti yang ditembak mati oleh aparat keamanan. Peristiwa tewasnya empat mahasiswa
Universitas Trisakti itu dikenal sebagai Tragedi Trisakti. Tidak terima dengan peristiwa
kematian empat mahasiswa tersebut, massa pun semakin mengamuk.

3. Penindasan Terhadap Etnis Tionghoa


Tidak hanya berhenti sampai aksi unjuk rasa dan bentrokan dengan aparat keamanan,
kerusuhan juga bergulir dengan menindas etnis Tionghoa terutama wanita. Sentimen bangsa
pribumi terhadap pendatang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda.  Etnis Tionghoa
yang datang ke Indonesia dijadikan pemungut pajak, pengambil insentif dari warga dan juga
perantara perdagangan.
3|Page
Hal ini tentu saja, menimbulkan stigmatisasi dan sentimen negatif bangsa Indonesia
terhadap etnis Tionghoa yang dianggap melakukan penindasan dan pengambil alih kekuasaan
di Indonesia serta berkembangnya isu anti-Tionghoa yang dikenal licik.

Ditambah lagi, etnis Tionghoa jika dilihat secara ekonomi berada dalam posisi yang stabil
dan strategis serta sukses sehingga menjadikannya dislike minority (kaum minoritas yang
tidak disukai) dan kelompok yang disisihkan.

Selain itu, rasa benci dan curiga mulai bergulir terkait etnis Tionghoa diduga bagian dari
rezim Soekarno yang komunis dan bertentangan dengan kepercayaan yang dianut mayoritas
bangsa Indonesia.

Penindasan yang dilakukan kepada etnis-Tionghoa sungguh memilukan dimana toko-toko,


dan rumah mereka dijarah, dibakar, dan dihancurkan. Bukan hanya itu saja, nasib wanita
Tionghoa pun sangat menyayat hati. Mereka menjadi korban pemerkosaan, pelecehan,
penganiayaan dan pembunuhan. Para perusuh menargetkan wanita Tionghoa sebagai sasaran
utama dikarenakan wanita Tionghoa adalah target yang lemah dan tidak bisa melawan.

Berdasarkan hasil analisis Ita F.Nadia, seorang aktivis tim relawan, alasan wanita
Tionghoa dikatakan golongan triple minority sehingga dijadikan target amukan massa karena
1. Wanita,
2. Berasal dari etnis Tionghoa yang minoritas,
3. Beragama non-muslim sehingga mereka paling tepat dijadikan target dalam
kerusuhan berbasis politik karena mereka pasti akan sulit membela diri.
Pemerkosaan yang dilakukan oleh para perusuh terhadap wanita Tionghoa dilakukan
secara gang rape dimana korban diperkosa oleh beberapa orang secara bergantian dalam
waktu yang bersamaan. Pemerkosaan banyak dilakukan di rumah korban dan beberapa di
tempat umum bahkan didepan orang lain.
Tanpa pandang bulu, para perusuh menyekap wanita Tionghoa yang dijumpai baik itu
dijalan, dirumah mereka bahkan di kendaraan transportasi (taksi, angkot, bus) kemudian
wanita Tionghoa tersebut disiksa, dilecehkan, diperkosa, dirusak fisiknya, di mutilasi,
dibakar, dibunuh dan perbuatan keji lainnya.

Tentu saja, hal itu menimbulkan trauma psikis yang berat dan bekas luka yang
menyakitkan bagi wanita-wanita tersebut. Harga diri, impian, cita-cita dan kebahagian terasa

4|Page
sirna semuanya, hanya meninggalkan luka dan keputusasaan yang mendalam. Mereka
menjadi trauma terhadap laki-laki yang tidak dikenal serta sering mengalami ketakutan dan
kecemasan yang tiada henti.

Beberapa dari korban ada yang bunuh diri karena tidak sanggup menjalani hidup lagi
setelah apa yang dialami, ada yang menjadi gila, ada yang sampai diusir keluarganya, dan ada
pula yang pergi keluar negeri untuk melupakan segala yang terjadi dan bahkan mengganti
identitas diri.

Pemerkosaan juga terjadi kepada Ita Martadinata Haryono, seorang siswa SMA berusia 18
tahun. Bukan hanya itu, pada 9 Oktober 1998, Ita yang sudah bergabung menjadi Tim
Relawan dibunuh secara keji di rumahnya sebelum pergi ke Amerika Serikat untuk memberi
kesaksian di hadapan beberapa kelompok internasional pembela HAM terkait kasus
penindasan yang terjadi.

Korban-korban pemerkosaan ini hanya bisa diam, lantaran diancam oleh pelaku untuk
tidak membuka mulut kalau tidak seluruh anggota keluarganya yang lain dan mereka juga
akan diperkosa dengan lebih kejam lagi. Bukan hanya itu saja, alasan diamnya para korban
adalah karena adanya rasa takut, malu dan trauma yang berat membuat mereka tertahan
dalam sedih dan mencoba berusaha melupakan kejadian itu.

C. Respon Terkait kerusuhan 1998

Pemerintahan Indonesia mendapat kecaman keras dari Singapura, Taiwan, Malaysia,


Thailand dan Amerika Serikat yang dianggap gagal dalam melindungi warga negaranya
berikut sikap apatis yang ditunjukkan pemerintahan Indonesia yang tidak tanggap mengatasi

5|Page
kerusuhan tragis ini yang berlangsung lebih dari sehari. Oleh karena itulah, negara-negara
tersebut mengambil langkah diantaranya :

1. Singapura
Membuka Bandara Internasional Changi selama 1 x 24 jam dan siap menerima kedatangan
korban kerusuhan.

2. Taiwan
Menyampaikan protes kepada pemerintah Indonesia serta mengirimkan pesawat untuk
membawa para korban kerusuhan.

3. Malaysia
Sekretasi Partai Aksi Malaysia, Lin Juxiang, meminta Komite HAM PBB untuk
menyelidiki peristiwa pemerkosaan bergilir yang terjadi pada wanita etnis Tionghoa
Indonesia dan kasus pembunuhan yang terjadi, serta menyerahkan hasil penyelidikan
Internasional untuk diadili. Selain itu, Malaysia menggelar aksi demonstrasi guna mendukung
penuh korban kerusuhan.

      4. Amerika Serikat


Melaporkan tindak kekerasan pada kerusuhan mei 1998 dan menyampaikan kecaman
keras atas kejadian tersebut. Selain itu, Amerika juga memaksa pemerintah Indonesia
menghentikan kerusuhan ini dan juga mengirimkan sejumlah kapal perangnya di Indonesia
untuk mengangkut korban kerusuhan.

Gejolak yang terjadi dan desakan disertai kecaman terhadap sikap pemerintah Indonesia,
mendasari terbentuknya Tim Gabungan Pencari Fakta ( TGPF ) yang dibentuk oleh presiden
B.J.Habibie guna mengusut kasus kerusuhan 13-15 Mei 1998.

D. Pelaporan Dan Penyelidikan Kasus Kerusuhan Mei 1998

Berdasarkan hasil penyelidikan TPGF, ditemukan ada 85 perempuan yang menjadi korban
kekerasan seksual dengan rincian 52 korban pemerkosaan, 14 korban penganiayaan, 10

6|Page
korban penganiayaan seksual, dan 9 korban pelecehan seksual. Meskipun, tim sudah dibentuk
tetapi oknum-oknum yang mendalangi kerusuhan mei 1998 masih belum terungkap dan
kasus ini terkesan ditutupi.

Berbagai pengaduan dan pelaporan dari Tim Relawan terkait kasus pemerkosaan massal
terhadap wanita etnis Tionghoa yang ditujukan ke pemerintahan Indonesia, sempat diragukan
dan dibantah pemerintah dengan menyebutkan bahwa bukti-bukti konkret tidak terdapat pada
kasus-kasus pemerkosaan tersebut. Hal itu tentu saja, memicu bantahan dan kecaman dari
berbagai pihak.

Meskipun pada akhirnya, kasus pemerkosaan itu telah terbukti, tetap saja kasus ini masih
tidak mendapat titik terang, dan pemerintah dianggap tidak serius menanggapi kasus ini
dengan tidak mengambil tindakan apapun terhadap nama-nama yang dianggap bertanggung
jawab atas kerusuhan ini yang mungkin masih hidup sampai sekarang.

Beberapa pihak berpendapat kerusuhan ini sudah direncanakan oleh beberapa petinggi
pemerintahan dan beberapa lagi berpendapat bahwa kerusuhan ini diprovokasi oleh pihak-
pihak tertentu. Etnis Tionghoa Indonesia pun menganggap kejadian ini adalah bentuk
kejahatan genosida (pembasmian dan pemusnahan) terhadap etnis Tionghoa.

E. Akhir Kerusuhan 1998

Kerusuhan mei 1998 ini menghasilkan pengunduran diri Presiden Soeharto yang dipaksa
mundur pada 21 Mei 1998 dan dilanjutkan dengan pembentukan Kabinet Reformasi
Pembangunan di bawah pimpinan Presiden B.J.Habibie.

Pada akhirnya, Tim Gabungan Pencari Fakta ( TGPF ) yang dibentuk oleh Presiden B.J.
Habibie, tidak berhasil mengusut tuntas oknum-oknum yang terlibat kerusuhan mei 1998 ini
dan terkesan ditutupi dari publik. Kerusuhan mei 1998 berakhir begitu saja tanpa ada
pengambilan tindakan lebih lanjut dan hanya menjadi sejarah kelam bagi bangsa Indonesia.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
7|Page
Film ini mengisahkan tentang runtuhnya pemerintahan Orde Baru dengan ditandai
mundurnya Presiden Soeharto. Pendekatannya sendiri bukan sudut pandang politis,
melainkan soal kemanusiaan. Film Dibalik 98 merupakan film yang mengkisahkan tentang
kehidupan sebuah keluarga yang terdiri dari tiga anggota. Setelah menganalisis dengan
metode semiotika Roland Barthes dan mengkonfirmasikannya dengan teori symbol dan teori
pandangan, maka berikut ini hasil analisis yang telah disimpulkan oleh peneliti :

Pesan moral yang terdapat dalam film Dibalik‟98 yakni dalam film mengandung pesan
moral tentang nilai-nilai kemanusiaan. Pesan moral yang terkandung dalam film ini dapat
dijadikan motivasi bahwa menjalin sebuah persahabatan tidaklah mudah dalam segala kondisi
yang terjadi, senang maupun susah. Pesan moral lainnya yaitu tentang kesabaran, tanggung
jawab dan kasih sayang. Sesulit apapun kehidupan yang dirasakan tetaplah berupaya
mengedepankan nilai-nilai tersebut. Pesan moral dalam film ini juga ditujukan pada para pria
dan wanita di segala penjuru dunia untuk sama-sama memiliki rasa menyayangi dan
mengasihi. sehingga dikondisi sesulit dan semudah apapun mereka akan tetap bersama. Cinta
dan kasih sayang merupakan bukti kalau persahabatan tidak akan lekang oleh waktu

B. Saran

Setelah membaca laporan berjudul “Analisis Tayangan Demokrasi Indonesia” . Saya juga
memiliki saran untuk para pembaca. Saran saya adalah agar pembaca mencermati konflik di
dalam laporan tersebut dan mengambil pelajaran untuk diterapkan dalam kehidupan nyata.

DAFTAR PUSTAKA

Aryono. (2018, Mei 18). Kesaksian Kerusuhan Mei 1998. Dipetik Oktober 3, 2020, dari
Historia: https://historia.id/politik/articles/kesaksian-kerusuhan-mei-1998-DBKzr

8|Page
ID, A. B. (2015, April 7). Film Dokumenter Tragedi Jakarta 1998 (Gerakan Mahasiswa
Indonesia) [Eng Sub]. Dipetik Oktober 3, 2020, dari Youtube:
https://www.youtube.com/watch?v=3nNEgaIu-mA

Landler, M. (2019, Juni 3). Melihat Balik Detik-Detik Kerusuhan 1998 yang Memulai
Demokrasi Indonesia. Dipetik Oktober 3, 2020, dari matamatapolitik:
https://www.matamatapolitik.com/historical-detik-detik-kerusuhan-pro-demokrasi-
mei-1998-di-jakarta/

Lestari, S. (2018, Mei 20). Perkosaan Mei 1998 'tak pernah terungkap, tak pernah
dituntaskan'. Dipetik Oktober 3, 2020, dari BBC News:
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-44134808

Rahman, V. E. (2019, Mei 21). Pemerkosaan dan Sejarah Kelam Kerusuhan Mei 1998 di
Surabaya. Dipetik Oktober 3, 2020, dari IDN Times:
https://jatim.idntimes.com/news/indonesia/vanny-rahman/pemerkosaan-dan-sejarah-
kelam-kerusuhan-mei-1998-di-surabaya

Shalihah, N. F. (2020, Mei 13). Mengingat Kerusuhan Mei 1998, Bagaimana Kronologinya?
Dipetik Oktober 3, 2020, dari Kompas:
https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/13/092900265/mengingat-kerusuhan-
mei-1998-bagaimana-kronologinya-?page=all

Tivany, A. (2018, Mei 19). Pengakuan Para Pelaku Penjarahan Mei 98, Korban Operasi
Kerusuhan Sistematis. Dipetik Oktober 3, 2020, dari Vice:
https://www.vice.com/id/article/a3av7e/pengakuan-para-pelaku-penjarahan-mei-98-
korban-operasi-kerusuhan-sistematis

Wikipedia. (2018, April 1). Kerusuhan Mei 1998. Dipetik Oktober 13, 2020, dari Wikipedia:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kerusuhan_Mei_1998

9|Page

Anda mungkin juga menyukai