Anda di halaman 1dari 3

BUDAYA INDONESIA DI CURI MALAYSIA

Pernyataan Pendapat (Tesis)

Satu lagi budaya Indonesia yang dicuri Malaysia, yaitu tari Pendet. Tari Pendet yang sangat
dicintai masyarakat Bali telah digunakan negeri Jiran itu untuk promosi pariwisatanya. Manuver
ini menambah panjang daftar pencaplokan budaya Indonesia. Sebelumnya, negeri serumpun itu
mengakui lagu "Rasa Sayange", batik, alat musik angklung, dan reog ponorogo sebagai
budayanya. Kita marah dan menuntut Malaysia menyampaikan permohonan maaf serta menarik
kembali iklan itu

Argumentasi

Ketika kasus tari Pendet ramai dipersoalkan Indonesia. Seorang produser iklan pariwisata
Malaysia dengan enteng menjawab. "Tidak ada salahnya kami mempromosikan tarian Indonesia.
Karena tema yang kami angkat adalah The Truly Asia." Akan tetapi, si produser itu lupa bahwa
triknya terlalu mudah dibaca. Penjelasan tentang tari Pendet berasal dari Indonesia tidak ada di
bawah iklan.

Pernyataan Ulang Pendapat

Kita sebagai bangsa besar dengan kekayaan budaya. tiada tara boleh saja kesal dan marah, tetapi
itu semua tidak menyelesaikan masalah. Besok atau lusa, hanya soal waktu, Malaysia akan
mengklaim lagi budaya Indonesia sebagai budayanya. Jika Indonesia ribut, mereka tinggal
melayangkan permohonan maaf. Adapun hal yang penting adalah citra sebagai The Trully Asia
sudah terbentuk.
MENGHADAPI ERA GELAP EKONOMI

Dunia di ambang resesi. Sejumlah pengamat ekonomi, Bank Dunia, maupun Dana Moneter
Internasional (IMF) telah melihat potensi ke arah itu. Indikatornya, kata mereka, antara lain
semakin melambatnya perekonomian di sejumlah negara maju, seperti Amerika Serikat, sebagian
wilayah Eropa, dan Tiongkok.

Selain itu, inflasi yang bergerak cepat di sejumlah negara juga berpotensi memperparah
krisis. Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva menyebut roda perekonomian di wilayah
Eropa melambat karena harga gas alam melonjak sebagai dampak konflik Rusia-Ukraina.
Sementara itu, perlambatan ekonomi Tiongkok terjadi akibat kebijakan zero COVID policy dan
volatilitas (melonjaknya harga) di sektor properti.

IMF memprediksi sekitar sepertiga dari ekonomi dunia akan mengalami kontraksi
setidaknya dua kuartal berturut-turut tahun ini dan tahun depan. Itu artinya, resesi global
membayang di depan mata. Dunia pun menghadapi era kegelapan ekonomi.

Pada The 1st Joint Finance and Agriculture Ministers Meeting di Washington DC, Amerika
Serikat, Selasa (11/10) malam waktu setempat atau Rabu WIB, Menteri Keuangan Sri Mulyani
juga menyampaikan hal yang kurang lebih senada. Dia menyebut krisis pangan akan
menghampiri dunia dalam kurun waktu 8-12 bulan ke depan.Dalam menyikapi hal tersebut,
Presiden Jokowi memerintahkan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) untuk membuat
kajian yang cepat tentang antisipasi yang dapat dilakukan pemerintah dalam melakukan mitigasi
krisis energi, pangan, dan keuangan, baik makro maupun mikro. Gubernur Lemhannas Andi
Widjajanto dalam kanal Youtube Sekretariat Presiden, kemarin, mengatakan Presiden
mendorong lembaganya untuk fokus melakukan kajian dalam lima hal, yaitu konsolidasi
demokrasi, transformasi digital, ekonomi hijau, ekonomi biru, dan Ibu Kota Negara (IKN).

Titah Presiden ini tentu harus dilaksanakan sungguh-sungguh. Pemerintah memang harus
punya cetak biru untuk mengantisipasi krisis, sehingga dapat mengambil sejumlah langkah yang
tepat. Berbeda halnya ketika pandemi COVID-19, di saat seluruh negara tidak siap, kali ini
sejumlah lembaga internasional maupun para pakar telah memberi warning tentang ancaman
resesi global.

Peringatan ini tentu harus ditindaklanjuti dengan menyiapkan sejumlah langkah strategis
yang melibatkan sejumlah instansi/lembaga terkait. Selain membuat kajian untuk memitigasi
risiko di tengah ketidakpastian ini, langkah lain yang diperlukan ialah meningkatkan kolaborasi,
baik di tingkat nasional maupun global. Seperti halnya saat pandemi, tidak ada satu pun negara
yang bisa menghindar dari situasi sulit itu.

Apalagi di era inflasi dan suku bunga tinggi seperti sekarang ini, tentu dibutuhkan adanya
kerja sama di antara negara-negara di dunia. Sikap egois akan membuyarkan semua upaya keluar
dari kondisi yang oleh para pengamat disebut sebagai perfect long storm (badai panjang yang
sempurna).

Di dalam negeri, seluruh elemen bangsa juga harus merapatkan barisan. Apalagi
antarinstansi pemerintah. Tidak boleh ada ego sektoral, baik di antara kementerian/lembaga
maupun pemerintah daerah. Tiap-tiap kepala daerah harus mampu membangun situasi sosial dan
politik yang kondusif untuk menjaga stabilitas ekonomi, terutama dengan menekan laju inflasi,
menjaga pasokan dan ketersediaan pasokan pangan maupun energi.

Selain menjaga stabilitas, langkah lain yang diperlukan ialah berhemat.


Kementerian/lembaga maupun pemerintah daerah harus mengencangkan ikat pinggang. Kurangi
anggaran untuk proyek-proyek yang tidak perlu. Lebih baik dana itu disimpan untuk membantu
masyarakat bila krisis betul-betul terjadi.

Sejauh ini, Indonesia memang belum terdampak krisis. Direktur Pelaksana IMF bahkan
mengapresiasi Indonesia yang bisa meraih pertumbuhan ekonomi tinggi di tengah kondisi dunia
yang berat. Indonesia, kata dia, ibarat titik terang di tengah kondisi ekonomi global yang
memburuk. Namun, pujian ini jangan membuat kita lengah dan terlena. Kewaspadaan dan
kehati-hatian perlu agar kita tidak terombang-ambing dan tenggelam dalam badai.

Fakta: Selain itu, inflasi yang bergerak cepat di sejumlah negara juga berpotensi
memperparah krisis. Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva menyebut roda perekonomian
di wilayah Eropa melambat karena harga gas alam melonjak sebagai dampak konflik Rusia-
Ukraina. Sementara itu, perlambatan ekonomi Tiongkok terjadi akibat kebijakan zero COVID
policy dan volatilitas (melonjaknya harga) di sektor properti.

Opini: Titah Presiden ini tentu harus dilaksanakan sungguh-sungguh. Pemerintah memang
harus punya cetak biru untuk mengantisipasi krisis, sehingga dapat mengambil sejumlah langkah
yang tepat. Berbeda halnya ketika pandemi COVID-19, di saat seluruh negara tidak siap, kali ini
sejumlah lembaga internasional maupun para pakar telah memberi warning tentang ancaman
resesi global.

Anda mungkin juga menyukai