Anda di halaman 1dari 10

PERAN INDONESIA DALAM

PANGGUNG DUNIA
PUTU DEVITA HARDIANNI GIRI
27
XII IPS 6
Pada 2 September 1948, sebagai Wakil Presiden
merangkap Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan
Mohammad Hatta memberikan keterangan kepada
Badan Pekerja KNIP tentang kedudukan politik Negara
Indonesia saat itu RI menghadapi berbagai kesulitan
yang tidak sedikit. Perundingan dengan Belanda yang
dimediasi oleh Komisi Tiga Negara dari PBB terputus.
Dari dalam negeri oposisi dari aksi Front Demokrasi
Rakyat (FDR) yang dipimpin oleh Muso menghebat.
menangkis serangan-serangan yang ditujukan kepada
pemerintah RI, diadakan sidang BP KNIP. Mengenai
pertentangan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet
dalam perang dingin di masa itu, fraksi FDR PKI
dalam Badan Pekerja mendesak supaya RI memilih
pihak Uni Soviet. Terkait desakan tesebut, Hatta
INDONESIA DALAM menyatakan bahwa politik RI tidak memilih pro ini
atau pro itu, melainkan memilih jalan sendiri untuk
PANGGUNG DUNIA mencapai kemerdekaan. Sejak keterangan Hatta
tersebut politik luar negeri RI disebut politik bebas dan
aktif. Bebas artinya menentukan jalan sendiri, tidak
terpengaruh oleh pihak manapun juga; aktif artinya
menuju perdamaian dunia dan bersahabat dengan
segala bangsa.
A. Landasan Ideal dan Konstitusional Politik Luar Negeri
Indonesia Bebas Aktif
Landasan Ideal dalam pelaksanaan politik luar negeri Indonesia adalah Pancasila yang merupakan
dasar negara Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dijadikan sebagai pedoman,
pijakan dalam melaksanakan politik luar negeri Indonesia. Mohammad Hatta menyebutnya sebagai
salah satu faktor yang membentuk politik luar negeri Indonesia. Kelima sila yang termuat dalam
Pancasila, berisi pedoman dasar bagi pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara yang ideal
dan mencakup seluruh sendi kehidupan manusia. Hatta lebih lanjut mengatakan, bahwa Pancasila
merupakan salah satu faktor objektif yang berpengaruh atas politik luar negeri Indonesia. Hal ini
karena Pancasila sebagai falsafah negara mengikat seluruh bangsa Indonesia, sehingga golongan
atau partai politik manapun yang berkuasa di Indonesia tidak dapat menjalankan suatu politik
negara yang menyimpang dari Pancasila.
Sedangkan landasan konstitusional dalam pelaksanaan politik
luar negeri Indonesia adalah Pembukaan Undang-Undang Tujuan politik luar negeri bebas aktif adalah untuk mengabdi
Dasar (UUD) 1945 alinea pertama kepada tujuan nasional bangsa Indonesia yang tercantum dalam
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang menyatakan:
bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
perikemanusiaan dan perikeadilan” dan alinea mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
keempat”....dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan keadilan sosial....”
sosial....”.

Kemudian agar prinsip bebas aktif dapat dioperasionalisasikan dalam politik luar negeri Indonesia, maka setiap
periode pemerintahan menetapkan landasan operasional politik luar negeri Indonesia yang senantiasa berubah
sesuai dengan kepentingan nasional.
page 3
B. Politik Luar Negeri Bebas Aktif dan Pelaksanaannya
Lahirnya Politik Luar Negeri Bebas Aktif : yang artinya dalam menjalankan politik luar
negerinya Indonesia tidak hanya tidak memihak tetapi juga “aktif“ dalam usaha memelihara
perdamaian dan meredakan pertentangan yang ada di antara dua blok tersebut dengan cara “bebas“
mengadakan persahabatan dengan semua negara atas dasar saling menghargai.

Politik Luar Negeri Indonesia Masa Demokrasi Parlermenter 1950-1959 : Pada


kondisi kemampuan militer dan ekonomi yang kurang, Indonesia mampu meraih simpati publik
internasional dan berhasil mendapatkan pengakuan kedaulatan secara resmi melalui perundingan.Sejak
pertengahan tahun 1950 an, Indonesia telah memprakarsai dan mengambil sejumlah kebijakan luar negeri
yang sangat penting dan monumental, seperti, Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955.
Konsep politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif merupakan gambaran dan usaha Indonesia untuk
membantu terwujudnya perdamaian dunia. Salah satu implementasinya adalah keikutsertaan Indonesia
dalam membentuk solidaritas bangsa-bangsa yang baru merdeka dalam forum Gerakan Non-Blok (GNB)
atau (Non-Aligned Movement/ NAM).

Politik Luar Negeri Indonesia Masa Soekarno (Demokrasi Terpimpin):


Soekarno dengan gencar melancarkan politik luar negeri aktif namun tidak diimbangi dengan kondisi
perekonomian dalam negeri yang pada kenyatannya morat- marit akibat inflasi yang terjadi secara
terus-menerus, penghasilan negara merosot sedangkan pengeluaran untuk proyek-proyek Politik
Mercusuar seperti GANEFO (Games of The New Emerging Forces) dan CONEFO (Conference of
The New Emerging Forces) terus membengkak. Hal inilah yang pada akhirnya menjadi salah satu
penyebab krisis politik dan ekonomi Indonesia pada masa akhir pemerintahan Demokrasi Terpimpin.

page 4
B. Politik Luar Negeri Bebas Aktif dan Pelaksanaannya
Politik Luar Negeri Indonesia Pada Masa Orde Baru :
Beberapa sikap Indonesia dalam melaksanakan politik luar negerinya antara lain; menghentikan konfrontasi dengan
Malaysia. Upaya mengakhiri konfrontasi terhadap Malaysia dilakukan agar Indonesia mendapatkan kembali kepercayaan
dari Barat dan membangun kembali ekonomi Indonesia melalui investasi dan bantuan dari pihak asing. Tindakan ini juga
dilakukan untuk menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia meninggalkan kebijakan luar negerinya yang agresif.
Konfrontasi berakhir setelah Adam Malik yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Luar Negeri menandatangani
Perjanjian Bangkok pada tanggal 11 Agustus 1966 yang isinya mengakui Malaysia sebagai suatu negara.
Selanjutnya Indonesia juga terlibat aktif membentuk organisasi ASEAN bersama dengan Singapura, Malaysia, Thailand
dan Filipina. Dalam pembentukan ASEAN Indonesiamemainkan peranan utama dalam pembentukan organisasi ASEAN.
ASEAN merupakan wadah bagi politik luar negeri Indonesia. Kerja sama ASEAN dipandang sebagai bagian terpenting
dari kebijakan luar negeri Indonesia. Ada kesamaan kepentingan nasional antara negara-negara anggota ASEAN, yaitu
pembangunan ekonomi dan sikap non komunis.

page 5
Politik Luar Negeri Indonesia Era Reformasi.

B.J.Habibie Abdurahman Wahid


Pada masa awal reformasi yang dimulai oleh Pada masa pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid,
pemerintahan Presiden B.J.Habibie, pemerintah hubungan RI dengan negara-negara Barat mengalami
Habibie disibukkan dengan usaha memperbaiki sedikit masalah setelah lepasnya Timor- Timur dari
citra Indonesia di kancah internasional yang NKRI. Presiden Wahid memiliki cita-cita
sempat terpuruk sebagai dampak krisis ekonomi di mengembalikan citra Indonesia di mata internasional.
akhir era Orde Baru dan kerusuhan pasca jajak Untuk itu beliau banyak melakukan kunjungan
pendapat di Timor-Timur. Lewat usaha kerasnya, kenegaraan ke luar negeri. Dalam setiap kunjungan
Presiden Habibie berhasil menarik simpati dari luar negeri yang ekstensif, selama masa pemerintahan
Dana Moneter Internasional/International yang singkat Presiden Wahid secara konstan
Monetary Funds(IMF) dan Bank Dunia untuk mengangkat isu-isu domestik dalam setiap
mencairkan program bantuan untuk mengatasi pertemuannya dengan setiap kepala negara yang
krisis ekonomi. dikunjunginya. Termasuk dalam hal ini, selain isu
Timor-Timur, adalah soal integritas tertorial Indonesia
seperti kasus Aceh, Papua dan isu perbaikan ekonomi.

page 6
Politik Luar Negeri Indonesia Era Reformasi.

Susilo Bambang
Megawati Yudhoyono (SBY)
Pada era pemerintahan Megawati, disintegrasi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dilantik menjadi Presiden
nasional masih menjadi ancaman bagi keutuhan ke-6 Republik Indonesia pada tanggal 20 Oktober 2004. SBY
teritorial. Selain itu, pada masa pemerintahan merupakan Presiden Indonesia pertama yang dipilih melalui
Megawati juga terjadi serangkaian ledakan bom di mekanisme pemilihan umum secara langsung. SBY berhasil
tanah air. Sehingga dapat dipahami, jika isu mengubah citra Indonesia dan menarik investasi asing dengan
terorisme menjadi perhatian serius bagi menjalin berbagai kerjasama dengan banyak negara pada masa
pemerintahan Megawati. pemerintahannya, antara lain dengan Jepang. Perubahan-
perubahan global pun dijadikannya sebagai peluang. Politik luar
negeri Indonesia di masa pemerintahan SBY diumpamakan
dengan istilah ‘mengarungi lautan bergelombang’, bahkan
‘menjembatani dua karang’. Hal tersebut dapat dilihat dengan
berbagai insiatif Indonesia untuk menjembatani pihak-pihak
yang sedang bermasalah. Indonesia tidak pandang bulu bergaul
dengan negara manapun sejauh memberikan manfaat bagi
Indonesia.

page 7
C.Peran Indonesia Dalam Upaya Menciptakan Perdamaian
Dunia
Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955
Pada tanggal 18 April 1955 Konferensi Asia Afrika dilangsungkan di Gedung Merdeka Bandung. Konferensi dimulai
pada jam 09.00 WIB dengan pidato pembukaan oleh Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno. Sidang-sidang
selanjutnya dipimpin oleh Ketua Konferensi Perdana Menteri RI Ali Sastroamidjojo.Konferensi Asia Afrika di
Bandung melahirkan suatu kesepakatan bersama yang merupakan pokok-pokok tindakan dalam usaha menciptakan
perdamaian dunia. Ada sepuluh pokok yang dicetuskan dalam konferensi tersebut, maka itu disebut Dasasila Bandung.

Gerakan Non-Blok/ Non Align Movement(NAM)


Indonesia bisa dikatakan memiliki peran yang sangat penting dalam proses kelahiran organisasi ini. Lahirnya
organisasi Gerakan Non Blok dilatar belakangi oleh kekhawatiran para pemimpin negara-negara dunia ketiga
terutama dari Asia dan Afrika terhadap munculnya ketegangan dunia saat itu karena adanya persaingan antara Blok
Barat dan Blok Timur. Dengan dipelopori oleh lima pemimpin negara Indonesia, India, Pakistan, Burma dan
Srilangka. Terselenggaralah sebuah pertemuan pertama di Kolombo (Srilangka) pada 28 April-2 Mei 1952,
dilanjutkan dengan pertemuan di Istana Bogor pada 29 Desember 1954. Dua konferensi diatas merupakan cikal
bakal dari terselenggaranya Konferensi Asia-Afrika / KAA di Bandung pada 18 April-25 April 1955 yang dihadiri
oleh wakil dari 29 negara Asia dan Afrika.

page 8
C.Peran Indonesia Dalam Upaya Menciptakan Perdamaian
Dunia
Misi Pemeliharaan Perdamaian Garuda
Dalam rangka ikut mewujudkan perdamaian dunia, maka Indonesia memainkan sejumlah peran dalam
percaturan internasional. Peran yang cukup menonjol yang dimainkan oleh Indonesia adalah dalam rangka
membantu mewujudkan pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Dalam hal ini Indonesia
sudah cukup banyak pengirimkan Kontingen Garuda (KONGA) ke luar negeri. Sampai tahun 2014
Indonesia telah mengirimkan kontingen Garudanya sampai dengan kontingen Garuda yang ke duapuluh tiga
(XXIII).
Pembentukan ASEAN

Menjelang berakhirnya konfrontasi Indonesia-Malaysia, beberapa pemimpin bangsa-bangsa Asia Tenggara semakin
merasakan perlunya membentuk suatu kerjasama regional untuk memperkuat kedudukan dan kestabilan sosial
ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Pada tanggal 5-8 Agustus di Bangkok dilangsungkan pertemuan antarmenteri
luar negeri dari lima negara, yakni Adam Malik (Indonesia), Tun Abdul Razak (Malaysia), S Rajaratman
(Singapura), Narciso Ramos (Filipina) dan tuan rumah Thanat Khoman (Thailand). Pada 8 Agustus 1967 para
menteri luar negeri tersebut menandatangani suatu deklarasi yang dikenal sebagai Bangkok Declaration.

page 9
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai