Anda di halaman 1dari 11

RANGKUMAN SEJARAH PEMINATAN

“REUNIFIKASI JERMAN”

Kelompok 11 :
Imelia
Raska Yulad Alfith

XII IPS 5

SMA Negeri 1 Dramaga


Tahun Ajaran
2022/2023
I. Latar Belakang Terjadinya Reunifikasi Jerman

Yang menjadi latar belakang terjadinya reunifikasi jerman yaitu


kekalahan Jerman pada saat Perang Dunia II yang mengakibatkan negara Jerman
terbagi menjadi 4 zona kependudukan di bawah kekuasaan Amerika Serikat,
Inggris, Perancis, dan Uni Soviet.
Perang Dunia II berlangsung antara 1939-1945. Perang ini memiliki
cakupan yang lebih luas dibanding dengan Perang Dunia I. Perang Dunia II
dilakukan oleh Jerman, Italia, dan Jepang di mana saat itu merupakan negara yang
suka perang. Tindakan-tindakan bangsa tersebut meliputi pengambilan wilayah
kekuasaan yang bukan milik mereka.
Sebab umum terjadinya Perang Dunia kedua sendiri yaitu sebagai berikut:
1. Kegagalan Liga Bangsa-Bangsa (LBB) dalam menciptakan perdamaian
dunia Adanya perlombaan senjata Terjadinya Malaise (krisis ekonomi)
2. Berkembangnya ideologi totaliter dan ultranasionalisme. Ideologi totaliter
yang berkembang seperti Nazisme di Jerman dengan semboyannya
Lebensraum, fasisme di Italia dengan semboyannya Irredenta, dan Jepang
dengan semangat Hakko Ichi U.
3. Adanya politik aliansi mencari kawan persekutuan
4. Pertentangan antarnegara atau pertempuran antar negara untuk
memperebutkan wilayah.
5. Adanya politik balas dendam (revanche idea) Jerman terhadap Perancis,
karena Jerman merasa dihina dengan Perjanjian Versailles.

Adanya pembagian zona tersebut sudah diatur dalam perjanjian Postdam


yang disepakati pada tanggal 2 Agustus 1945. Dalam perjanjian Postdam
tersebut, Jerman Timur berada di bawah kekuasaan Uni Soviet menjadi
Republik Demokratik Jerman, dan Jerman Barat di bawah kekuasaan Amerika
Serikat, Inggris, dan Perancis yang digabungkan membentuk Republik Federal
Jerman (Jerman Barat). Pembatasan wilayah antara Jerman Barat dan Jerman
Timur dilakukan dengan membangun Tembok Berlin yang mulai dibangun pada
tahun 1961, yang menjadi tanda perang dingin antara kedua kubu.
Namun, ketegangan kedua belah pihak mereda Ketika pemimpin Jerman
Timur Willi Stoph melakukan kunjungan politik pertama sejak tahun 1949.
Kunjungan politik pada tahun 1972 membawa dampak baik bagi kedua negara.
Bahkan diadakan penandatanangan perjanjian kerja sama dalam ekonomi,
politik, dan kebudayaan. Meskipun, warga dari Jerman Barat maupun Jerman
Timur masih belum diberi kebebasan untuk saling berkunjung.
Tahun 1981, kanselir Jerman Barat Helmet Schidmit melakukan
kunjungan balasan dan menjadi indikasi perbaikan hubungan antara keduanya.
Kemudian sekitar 35.000 warga Jerman Timur menjadi imigran gelap di Jerman
Barat walaupun adanya pelarangan migrasi. Hingga masyarakat Jerman mulai
saling melakukan pertemuan rahasia untuk menggabungkan diri.
Beberapa faktor yang mendorong latar belakang terjadinya Reunifikasi Jerman :
o Kegagalan kebijakan Glanost dan Perestroika di Uni Soviet.
Penerapan kebijakan Glasnost (keterbukaan politik) dan Perestroika
(restrukturisasi ekonomi) yang diterapkan Michael Gorbachev pada
tahun 1985 tidak mampu membawa dampak positif bagi Uni Soviet dan
negara-negara bawahannya. Hal ini yang mendorong rakyat Jerman
Timur untuk melakukan pemberontakan dan revolusi demi lepas dari Uni
Soviet.
o Pemerintah komunis Jerman Timur yang otoriter
Masyarakat Jerman Timur pada masa pendudukan Uni Soviet mengalami
banyak kesulitan dalam segi sosial, ekonomi dan politik. Hal tersebut
merupakan disebabkan oleh penerapan kebijakan otoriter Uni Soviet
yang membatasi aktivitas masyarakat Jerman Timur.
o Kemajuan Jerman Barat
Jerman Barat yang berada di bawah Amerika Serikat mengalami
kemajuan yang sangat pesat dalam segala bidang. Hal tersebut
menimbulkan keinginan masyarakat Jerman Timur untuk melakukan
reunifikasi.

Sejarah Jerman Barat dan Jerman Timur


Pembagian wilayah Jerman kepada 4 negara tersebut tidak berlangsung lama.
Hal ini karena para pemenang Perang Dunia II terbelah menjadi 2 blok besar:
kubu Uni Soviet versus kubu AS. Pendirian Republik Federal Jerman tersebut
memicu wilayah timur yang dikuasai Soviet melakukan hal serupa. Pada 7
Oktober 1949, berdiri Republik Demokratik Jerman.
Wilayah Jerman kemudian terbelah menjadi dua, baik secara administratif,
politik ataupun ideologi. Jerman Barat condong kepada blok AS serta
dipengaruhi oleh liberalisme-kapitalisme. Sebaliknya, Jerman Timur memihak
pada blok Uni Soviet yang berhaluan komunis. Keberadaan kedua negara baru
ini turut memanaskan perang dingin antara blok AS vs Uni Soviet. Berlin yang
secara geografis termasuk wilayah timur Jerman pun ikut terbagi mengikuti
pembagian Jerman Timur dan Jerman Barat tersebut. Kota Berlin Barat menjadi
ibu kota Jerman Barat, sedang Berlin Timur menjadi wilayah Jerman Timur.
Pemerintahan 2 negara itu berlangsung selama hampir 3 dekade, sebelum
akhirnya memutuskan melakukan reunifikasi pada 1990. Selama tiga dekade
berdirinya Jerman Barat dan Jerman Timur, terjadi perbedaan sangat kontras
dalam perkembangan kedua negara.
Berkat dukungan Amerika Serikat dan Inggris, Jerman Barat berkembang menjadi
negara dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Sementara itu, kondisi ekonomi
di Jerman Timur yang berada di bawah pengaruh Uni Soviet justru sebaliknya.
Perbedaan taraf ekonomi dan kualitas hidup kedua negara itu pun memicu migrasi
besar-besaran penduduk Jerman Timur ke Jerman Barat sejak 1950-an. Migrasi ini
pada akhirnya disikapi dengan keras oleh pemerintah Jerman Timur.
Sejarah Runtuhnya Tembok Berlin
Memasuki periode 1970-an, tensi antara blok sosialis Jerman Timur dengan blok
liberalis Jerman Barat mulai mengendur. Kanselir Jerman Barat waktu itu, Willy
Brandt, mengambil kebijakan untuk memulihkan hubungan diplomatik dengan
Jerman Timur. Namun, meskipun hubungan diplomatik membaik, Jerman Timur
tetap mempertahankan kebijakan ketat perihal batas negara. Tembok Berlin sebagai
simbol pemisahan Jerman Barat dan Timur juga masih dijaga rapat. Perjalanan dari
Jerman Timur ke Jerman Barat pun dipersulit.
Meskipun demikian, keinginan penduduk Jerman Timur untuk pergi ke Jerman
Barat tetap tinggi. Mobilisasi warga Jerman Timur ini kian membesar saat Uni
Soviet mengalami kemunduran pada dekade 1980-an. Pada dekade itu, Uni Soviet
mengalami kemunduran lantaran korupsi dan perang dingin yang tidak berbuah
hasil. Puncaknya, pada 1985, pemimpin Soviet, Mikhail Gorbachev, menerapkan
kebijakan politik bernama Glasnost dan Perestroika. Kebijakan tentang reformasi
birokrasi dan keterbukaan informasi itu menjadi awal kejatuhan rezim komunis Uni
Soviet. Tak lama kemudian, warga Jerman Timur mulai aktif memprotes rezim pro-
Uni Soviet di negaranya dengan menunjukkan ketidakpercayaan publik dan
menuntut reformasi.

II. Kronologi Reunifikasi Jerman

Pada 3 Oktober 1990, Jerman Kembali Bersatu setelah keadaan politik kedua
negara mulai tidak stabil dan warga melakukan Gerakan untuk menyatukan Jerman
Barat dan Jerman Timur. Reunifikasi Jerman yang terjadi pada 3 Oktober 1990 ini
didasari traktat “”2 Plus 4” yang diteken di Moskow pada 12 September 1990.
Traktat “2 Plus 4” adalah perjanjian yang disepakati oleh enam negara, yaitu
Republik Federal Jerman dan Republik Demokratik Jerman, sera 4 pemenang
Perang Dunia II yaitu Amerika Serikat, Inggris (Britania Raya), Uni Soviet,
Perancis. Sejarah Jerman Barat dan Jerman Timur bediri memang berkaitan dengan
Perang Dunia II. Ketika Nazi Jerman yang dipimpin Adolf Hitler tumbang pada
1946 dan Perang Dunia II berakhir, wilayah jerman dibagi dan diserahkan kepada 4
negara sekutu sebagai pemenang perang.
Dimulai pada awal tahun 1989, muncul Gerakan-gerakan masyarakat Jerman
Timur yang menuntut adanya demokratisasi politik dan ekonomi. Demonstrasi ini
memuncak pada tanggal 9 November 1989 dengan penghancuran Tembok Berlin.
Penghancuran tembok berlin ini menandakan keruntuhan dari rezim komunis di
Jerman Timur dan disebut sebagai “Tirai Besi”.
Poses reunifikasi mulai tampak terasa pada 4 November 1989, saat lebih dari
500 ribu warga Jerman Timur berdemonstrasi di Berlin Timur. Peristiwa ini disusul
dengan bubarnya Kabinet Jerman Timur dan Politbiro Partai Komunis sebagai
lembaga tertinggi di Jerman Timur. Lima hari setelahnya, tembok Berlin dan
perbatasan lainnya dinyatakan terbuka. Mulai saat itu pula, jutaan warga Jerman
Timur melakukan kunjungan ke Berlin Barat.
Proses reunifikasi Jerman secara resmi pertama kali dicetuskan pada pertemuan
empat menteri luar negeri pemenang Perang Dunia II serta dua rekannya dari negara
Jerman Barat dan Jerman Timur pada bulan Februari 1990 di Ottawa, Kanada. Hasil
pertemuan inilah yang dikenal dengan rumusan Dua Plus Empat. Kanselir Jerman
Timur Helmut Kohl dan Hans Modrow dari Jerman Timur setuju untuk
mempersiapkan penyatuan mata uang dan ekonomi kedua negara. Sehingga pada 24
April 1990, Kohl dan de Maiziere menetapkan penyatuan ekonomi dan moneter
dengan Deutsche Mark sebagai mata uang Jerman.
Hancurnya tembok pembatas meskipun perbatasan masih dijaga ketat, ribuan
orang Jerman Timur mulai berani melarikan diri ke Jerman Barat. Peristiwa tersebut
mendorong diadakan pemilihan umum bebas pertama di Jerman Timur pada 18
Maret 1990. Wakil rakyat terpilih kemudian diberi mandat untuk berunding dengan
Jerman Barat membahas tentang pernyatuan kembali. Jerman Timur, Jerman Barat,
Britania Raya, Prancis, Amerika Serikat dan Uni Soviet segera mengadakan
pertemuan untuk membahas mengenai syarat-syarat Penyatuan kembali Jerman.
Pertemuan diselenggarakan di sejumlah tempat, seperti di Berlin Timur, Paris,
Bonn, dan Moskow. Negosiasi antara negara-negara tersebut melahirkan Perjanjian
Dua Plus Empat atau Perjanjian Penyelesaian Akhir, yang secara resmi memberikan
kedaulatan penuh kepada Negara Jerman.

III. Akhir Peristiwa


Pada 22-23 Agustus 1990, Parlemen Rakyat atau Volkskammer memutuskan
bahwa Republik Demokratik Jerman akan bergabung dengan Republik Federal
Jerman. Perwakilan kedua Jerman kemudian menandatangi Perjanjian Persatuan
atau Einigungsvertrag pada 31 Agustus 1990.
Kemudian, pada 12 September 1990 telah ditandatangani rumusan penyatuan
Jerman di pertemuan Moskow, hingga negara Jerman secara resmi dipersatukan
kembali pada 3 Oktober 1990. Artinya, enam negara bagian Jerman Timur yaitu
Brandenburg, Mecklenburg-Vorpommern, Sachesn, Sachsen-Anhalt, Thüringen,
dan Berlin bersatu secara resmi dengan Federal Jerman (Jerman Barat).
Pada sidang Volkskammer yang diadakan pada 20 September 1990, parlemen
sepakat tentang reunifikasi. Realisasi penyatuan Jerman secara resmi terwujud pada
3 Oktober 1990, bertempat di Gedung Reichstag. Dengan begitu, Republik
Demokratik Jerman tidak ada lagi dan 16 juta warganya resmi bergabung dengan
Jerman Barat, membentuk negara Republik Federal Jerman yang baru dan bersatu.
Pada 3 Oktober 1990 ini pula, kebangkitan nasionalisme Jerman direalisasikan
pada upacara kenegaraan di Gedung Philharmonis, Belin. Sehingga, peristiwa
bersejarah ini dikenal oleh masyarakat Jerman sebagai Hari Penyatuan Jerman.
Setelah Perang Dunia II berakhir, diadakan perjanjian damai antara negara-negara
yang bertikai. Perjanjian tersebut antara lain:
1. Perjanjian Postdam, perjanjian kesepakatan antara Amerika Serikat, Uni Soviet,
dan Inggris untuk menentukan nasib Jerman pasca Perang Dunia II. Dilakukan
pada 17 Juli hingga 2 Agustus 1945
2. Perjanjian San Fransisco, perjanjian damai antara Sekutu dan Jepang pada 8
September 1951.
3. Perjanjian Paris, perjanjian antara Sekutu, Italia, Romania, Hongaria, Finlandia,
dan Bulgaria pada 1947.
Faktor Penyebab Runtuhnya Jerman Timur Menjadi Pemicu tumbuhnya
reunifikasi Jerman
Runtuhnya Jerman Timur, betapapun dahsyatnya tidak lepas dari potret dasar
bagaimana pola hubungan negara dan rakyat (warga negara) yang terjadi. Relasi
negara dan rakyat menjadi dimensi fundamental bagi sebuah pola hubungan itu.
Pasca PD II, Jerman diketahui telah terpecah menjadi dua bagian, yakni Jerman
Barat yang lebih Pro-Barat dan Jerman Timur yang lebih berorientasi ke Timur,
atau dengan bahasa yang lugas dikontrol oleh Uni Sovyet. Proses demikian itu,
berimplikasi pada kebijakan dan sikap masing-masing negara terhadap rakyat-
nya. Jerman Timur sangat berambisi pula untuk mengontrol dan mengarahkan
secara sangat ketat terhadap rakyatnya, untuk membangun kebudayaan Timur
yang sosialis dan anti-Barat. Implikasi fundamental hal itu, yakni lahirnya
tindakan represif negara melalui instrument suprastruktur yang dimiliki. Rakyat
direpresi sedemikian rupa dan oleh karenanya kehidupan rakyat menjadi tertekan
dan otomatis kebebasannya dirampas oleh negara.
Negara dalam konteks demikian, seperti yang dikemukakan Foucault
menjadi serba tahu dan merasa menjadi pihak yang paling memiliki otoritas untuk
meng-arahkan rakyat. Itulah fenomena negara yang sudah memetamorfosa
wajahnya menjadi negara panaptikon (Foucault, 1997:104). Yakni, suatu model
penerapan teknologi disiplin yang keras dan ketat dalam rangka melakukan
penaklukan terhadap individu warga negara.
Faktor fundamental dibalik apa yang tampak dari permukaan peristiwa
politik itu, mestinya dapat ditelusuri dan dibongkar. Faktor fundamental itu terkait
dengan, apa yang disebut Jung dengan ketidaksadaran bersama (collective
uncounsciousness) yang bergerak ruang batin rakyat. Fenomena sejarah menurut
Jung, juga bertolak dari ketidaksadaran bersama; oleh karena itu, sejarah merupa-
kan pengulangan pengalaman manusia, wujud dari ketidaksadaran kolektif yang
demikian itu (Darma, 2004:145-146). Otoriterisme negara, diduga bukanlah
sebagai faktor fundamental sebagai penyebab runtuhnya negara Jerman Timur.
Sebagai suatu fenomena yang menyajikan pengalaman historis tersebut, peristiwa
runtuhnya Jerman Timur perlu dibaca dan didedah untuk dapat mengungkapkan
hal yang paling mendasar di balik realitas. Pengungkapan ‘penga-laman’ yang
mendasar di balik realitas itulah yang terpenting dalam konteks menerobos esensi
dari fenomena yang sebenarnya (Hogan, 2007:108). Praksis-nya, maka dalam
membaca fenomena runtuhnya Jerman Timur pun perlu untuk masuk pada
wilayah esensi di balik kenyataan peristiwa yang tampak di permukaan sejarah.
Terdapat dua hal yang patut dicatat untuk mendeskripsikan peristiwa
runtuhnya Jerman Timur. Pertama, runtuhnya Jerman Timur terjadi tidaklah
semata-mata karena faktor otoriter dan represifnya negara terhadap rakyat. Praktik
otoriter dan represifnya negara terhadap rakyat tidak dapat dimasukkan dalam
kategori penyebab fundamental. Praktik otoriter dan represifnya negara hanyalah
peman-tik bagi penyebab fundamental yang sebenarnya. Kedua, penyebab
fundamental yang sebenarnya, yakni adanya dorongan (hasrat) yang besar dalam
diri masyarakat Jerman Timur, yang telah empat puluh tahun lebih berpisah
dengan saudaranya sesama bangsa Jerman, yang ada di Jerman Barat, untuk
bersatu kembali.
Dorongan yang besar dalam diri masyarakat Jerman Timur itu mampu
menciptakan endapan psikologis berpuluh-puluh tahun. Endapan psikologis
selama berpuluh-puluh tahun itu membentuk ketidaksadaran bersama (collective
uncounsciousness), yang kemudian menjadi kesadaran bersama (collective
counsciousness). Endapan psikologis tersebut berupa kejenuhan, kemuakan,
sekaligus hadirnya harapan bagi dunia baru sebuah bangsa yang diimpikan.
Proses ketidaksadaran bersama kemudian menjadi kesadaran bersama
untuk mendesakkan gerakan revolusi di Jerman Timur menemukan titik mo-
mentumnya manakala hal itu dipantik dengan bentuk otoriterisme dan represivitas
negara Jerman Timur. Otoriterisme dan represivitas—sekali lagi—hanyalah
momentum bagi warga Jerman Timur untuk menyalurkan dan menunaikan
hasrat politiknya untuk bersatu kembali dengan warga Jerman dibagian barat.
Dampak Perang Dunia II
Perang Dunia II memberikan dampak luas di berbagai bidang. Berikut beberapa
dampaknya, di antaranya:
1. Lahirnya PBB untuk menggantikan posisi LBB
2. Perekonomian dunia mengalami kekacauan
3. Amerika Serikat muncul sebagai negara kreditor
4. Jerman dan Jepang tumbuh menjadi negara industri
5. Mengurus pengungsi akibat perang
6. Menyediakan makanan bagi orang terlantar
7. Mengerjakan kembali tanah pertanian yang rusak akibat perang
8. Persaingan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet mengakibatkan
beberapa negara terpecah
9. Uni Soviet atau Rusia berubah menjadi kekuatan raksasa super power
menjadi pesaing Amerika Serikat
10. Munculnya politik aliansi yang berdasarkan kepada Collective Security,
sehingga timbul organisasi pakta pertahanan seperti NATO, PAKTA
WARSAWA, SEATO, dan METO.

IV. Nilai yang didapat bagi kehidupan saat ini


Banyak sekali nilai-nilai yang didapat bagi kehidupan saat ini dengan adanya
tindakan Reunifikasi yang terjadi pada negara Jerman nilai yang bisa kita
dapatkan adalah bahwa persatuan dapat memberikan dampak dan perubahan yang
baik bagi suatu negara, selain itu kerjasama dapat menimbulkan suatu hasil yang
optimal, serta nilai yang dapat dilihat dari adanya tindakan reunifikasi tersebut
yaitu adanya -rasa semangat yang tinggi untuk mencapai segala sesuatu, dan nilai
yang paling penting dari adanya reunifikasi adalah tidak adanya perbedaan untuk
menjadi satu kesatuan yang dimana hal tersebut memiliki maksud bahwa
meskipun negara Jerman memiliki perbedaan sebelumnya akan tetapi perbedaan
tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa masyarakat yang ada pada negara
Jerman untuk bersatu kembali dan membentuk suatu kesatuan yang utuh. Selain
itu nilai-nilai yang dihasilkan memiliki hikmah tersendiri baik negara Jerman,
sekutu maupun negara Indonesia sendiri.

Hikmah adanya Jerman bersatu bagi negara berkembang seperti Indonesia yang
cinta damai adalah dapat menjalin kerjasama dan menjaga kedamaian dunia. Dari
tahun 1981 hingga 2016, Kementerian Luar Negeri Jerman mendukung sekitar
2.800 proyek di 144 negara, di antaranya konservasi koleksi manuskrip kuno dari
Timbuktu di Mali, atau pembuatan daftar benda budaya secara digital untuk
Suriah, digitalisasi musik tradisional di Kamerun, atau pemugaran Candi
Borobudur di Indonesia.
Menghadapi peluang dan tantangan baru, Jerman yang tergabung secara
multilateral menerima tanggung jawab lebih besar yang diperolehnya sejak
reunifikasi tahun 1990. Melalui berbagai usaha, Jerman berkontribusi pada
penyelesaian konflik politik, serta pengembangan kelembagaan yang memelihara
perdamaian dan yang turut mencegah krisis dalam rangka mandat perdamaian
PBB. Dengan maksud mendukung PBB lebih lanjut dalam upaya pencegahan
krisis, andil Jerman di bidang itu telah ditingkatkan tiga kali lipat, seperti
disampaikan Menteri Luar Negeri Maas dalam pidato di hadapan PBB pada
triwulan kedua 2018. Karena pemeliharaan keamanan tidak terbatas pada
pertahanan militer saja, Jerman juga meningkatkan upayanya di bidang bantuan
humaniter dan politik kebudayaan luar negeri.

Dengan demikian hikmah adanya Jerman bersatu bagi negara berkembang seperti
Indonesia yang cinta damai adalah dapat menjalin kerjasama dan menjaga
kedamaian dunia. Dari tahun 1981 hingga 2016, Kementerian Luar Negeri Jerman
mendukung sekitar 2.800 proyek di 144 negara, di antaranya konservasi koleksi
manuskrip kuno dari Timbuktu di Mali, atau pembuatan daftar benda budaya
secara digital untuk Suriah, digitalisasi musik tradisional di Kamerun, atau
pemugaran Candi Borobudur di Indonesia

secara garis besar, bersatunya Jerman dianggap kemenangan Amerika Serikat dan
sekutunya melawan Uni Soviet, yang tak lama kemudian ikut bubar. Dampak
bersatunya Jerman dapat dilihat di bawah ini, yakni
1. Runtuhnya pengaruh komunisme di Jerman Timur. Muncul kesenjangan
ekonomi antara negara-negara bagian, di mana bekas wilayah Jerman
Barat lebih berkembang dibandingkan bekas wilayah Jerman Timur.
2. Runtuhnya Tembok Berlin pada 9 November 1989. Jerman bersatu
memakai mata uang Deutsche Mark, yang dulunya merupakan mata uang
dari Jerman Barat. Dengan demikian, secara garis besar, bersatunya
Jerman dianggap kemenangan Amerika Serikat dan sekutunya melawan
Uni Soviet, yang tak lama kemudian ikut bubar.

V. Kesimpulan
o Reunifikasi Jerman adalah peristiwa penyatuan Kembali Jerman Barat
dan Jerman Timur menjadi satu negara. Reunifikasi Jerman berlangsung
pada sekitar tahun 1990, Reunifikasi Jerman diawali dengan peristiwa
demonstrasi masyarakat Jerman Timur dan peruntuhan Tembok Berlin
pada November 1989.
o Bersatunya kembali kedua negara Jerman itu merupakan kebanggaan
tersendiri bagi warganya. Hal itu didasari oleh kenyataan tidak adanya
intervensi atau bantuan negara asing dalam rangka penyatuan kembali
(reunifikasi) kedua negara yang sudah empat puluh tahun lebih berpisah.
Satu situasi yang tidak diperkirakan; bahkan oleh dinas rahasia Uni
Sovyet KGB saat itu (Gonscharenko dan Ridwan, 2009:1).
o Penyatuan Kembali Negara Jerman membawa dampak pada beberapa
bidang. Pengaruh reunifikasi Jerman bagi kehidupan social global pada
tahun 1990 yaitu dengan meningkatnya angka pengangguran. Hal ini
disebabkan oleh biaya persatuan ulang yang sangat tinggi hingga
menyebabkan pertumbuhan ekonomi jerman tersendat. Walaupun
Jerman Barat berusaha melakukan investasi besar-besaran, banyak
industry di Jerman Timur yang hancur dan terpaksa tutup.
o Perpecahan yang terjadi pada negara Jerman awal mula terjadi akibat
adanya kekalahan negara Jerman pada saat perang dunia ke-2.
o Pada saat terjadinya reunifikasi Jerman, masyarakat dan rakyat Jerman
sepakat untuk menghancurkan tembok Berlin
o Tembok Berlin sendiri merupakan tembok pembatas ketika negara Jerman
dipisahkan atau belum bersatu.
o Tembok Berlin 9-10 November 1989 ditandai perubahan radikal dalam
hubungan internasional, melambangkan awal dari era baru. Penyatuan
kembali Jerman yang mengikutinya merupakan langkah maju lainnya bagi
Jerman dan seluruh Eropa.
o Beberapa generasi orang Jerman mengalami trauma dan masih mengingat
kehidupan seperti dulu yakni Timur dikelola oleh Uni Soviet dan Barat
oleh Sekutu Barat.
o Pecahnya Jerman diawali oleh kekalahan Jerman pada perang dunia II.
Kekalahan Jerman dalam Perang Dunia II mengakibatkan negara ini
terbelah menjadi dua negara yaitu, Jerman Barat dan Jerman Timur.
Pembagian wilayah Jerman diatur dalam perjanjian Postdam pada 2
Agustus 1945.
o Pemisahan dua Jerman dimulai pada malam 12-13 Agustus 1961.13
o Bismarck memproklamirkan Raja Wilhelm II sebagai pemimpin negara
Jerman bersatu yang baru, yang disebtu sebagai Reich Jerman.
o Alasan Jerman timur ingin bersatu dengan Jerman barat yaitu Jerman
Timur dilanda isu tentang keterbukaan dan restrukturisasi ekonomi pada
awal 1990. Hal itu dipicu oleh kemerosotan ekonomi Jerman Timur di satu
pihak, dan daya tarik perkembangan pesat perekonomian di Jerman Barat
di lain pihak.
o Muncul kesenjangan ekonomi antara negara-negara bagian, di mana bekas
wilayah Jerman Barat lebih berkembang dibandingkan bekas wilayah
Jerman Timur.
VI. REFERENSI

Darma, Budi. (2004). Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa


Departemen Pendidikan Nasional.

Gonscharenko, Roman dan Ridwan, Asril. (2009). Reunifikasi Jerman: Satu


Keajaiban Semua Berjalan Damai. [Online]. Diakses dari
http://www.dw-world.de/dw/article/0,,4862958,-00.html.

Yohana, Yessi Kostensus. (2010). Representasi Sejarah Masyarakat Jerman


Timur Dalam Film Goodbye, Lenin.Jakarta: FIB UI

Ningsih, Lestari Widya. 92021, 19 April). Reunifikasi Jerman: Latar Belakang,


Kronologi, dan Dampaknya. [Online]. Diakses dari
https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/19/150410579/reunifikasi-jerman-
latar-belakang-kronologi-dan-dampaknya?page=all.

Yahya, Amril Rizal. (2022, 25 Agustus). Sejarah Jerman barat dan Jerman Timur Serta
Reunifikasi pada 1990. [Online]. Diakses dari
https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/19/150410579/reunifikasi-jerman-
latar-belakang-kronologi-dan-dampaknya?page=all.

Anda mungkin juga menyukai