4. Pemerintah Orde Baru telah berhasil melaksanakan pemilu sebanyak enam kali.
Kemukakan pemilu tersebut!
Pemilihan Umum pada masa Orde Baru dilakukan selama 6 kali, yaitu pada tahun
1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Pemilihan umum ini memilih anggota DPR
(Dewan Perwakilan Rakyat) dan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah). Anggota
DPR yang tergabung dalam MPR kemudian memilih presiden. Pada masa ini banyak
terjadi pelanggaran pemilihan umum untuk memastikan kemenangan Partai
Golongan Karya, dengan pembatasan partai politik dan menekan pemilih untuk
memilih Partai Golongan Karya.
5. Mengapa pada pemilu tahun 1971 sangat berbeda dengan pemilu tahun 1955?
Hal yang sangat signifikan yang berbeda dengan Pemilu 1955 adalah bahwa para
pejebat negara pada Pemilu 1971 diharuskan bersikap netral. Sedangkan pada Pemilu
1955 pejabat negara, termasuk perdana menteri yang berasal dari partai bisa ikut
menjadi calon partai secara formal.
Fusi partai yang terjadi pada tahun 1973 disebabkan oleh jatuh bangunnya
pemerintahan periode Orde Lama (sebelum tahun 1973). Pada periode pemerintahan
ini perubahan kabinet sering terjadi, sehingga banyak partai yang yang
menggabungkan diri menjadi 1 partai yang dikenal dengan sebutan fusi partai.
7. Bagaimana politik luar negeri Indonesia pada masa orde baru?
Pemerintah Orde Baru secara resmi masih menggunakan politik bebas-aktif sebagai
dasar untuk menjalankan politik luar negeri Indonesia. Penerapan politik luar negeri
bebas-aktif pada masa Soeharto sangat bertolak belakang dengan politik bebas-aktif
masa Soekarno yang bersifat revolusioner dan konfrontatif. Dalam buku Hubungan
Luar Negeri Indonesia Selama Orde Baru (1994) karya Bantarto Bandoro, Pemerintah
Orde Baru menerapkan politik luar negeri yang low profile. Politik tersebut
berorientasi pada pembangunan dan kesejahteraan rakyat melalui kerja sama dengan
negara lain. Kerja sama yang dilakukan ditujukan untuk mendapatkan pinjaman
modal dan penangguhan hutang luar negeri demi membantu pemulihan krisis
ekonomi Indonesia.