Anda di halaman 1dari 3

Nama : Irmayla Syifa Nabhana (19)

Kelas : XII MIPA 1

1. Jelaskan tentang konsep Trilogi Pembangunan dan makna yang terkandung di


dalamnya!
 Konsep Trilogi Pembangunan adalah suatu rencana pembangunan nasional yang
dilaksanakan pada masa pemerintahan orde baru di bawah pimpinan Presiden
Soeharto. Konsep Trilogi Pembangunan ini dibuat sebagai pedoman bagi pemerintah
untuk menentukan kebijakan politik, sosial maupun ekonomi dalam melaksanakan
pembangunan nasional di Indonesia. Trilogi pembangunan terdiri dari tiga hal
meliputi Stabilitas Nasional yang dinamis, Pertumbuhan yang cukup tinggi, dan
Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada cita-cita keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Makna yang terkandung didalam Konsep Trilogi
Pembangunan adalah tiga point diatas harus dikembangkan secara serasi dan saling
memperkuat. Contohnya pemerataan pembangunan telah dicapai, serta pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi, karena tidak ada stabilitas nasional yang kuat, termasuk
stabilitas politik, ekonomi, sosial budaya, hukum, pertahanan dan keamanan, maka
akan terjerumus kedalam hal-hal yang tidak baik.

2. Bagaimana tanggapan Letjen Soeharto terhadap para perwira tinggi Angkatan


Darat yang akan menyusul Presiden Soekarno ke Istana Bogor?
 Setelah tiga perwira tinggi menghadap Presiden Soekarno di Istana bogor, presiden
lalu mengeluarkan surat perintah yang ditujukan kepada Letjen Soehaeto yang dikenal
sebagai supersemar atau surat perintah 11 Maret 1966. Sebagai pengemban
supersemar, Soeharto segera mengambil tindakan untuk menata kembali kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dgn Pancasila dan UUD 1945.

3. Sebagai pengemban Supersemar, Letjen Soeharto segera mengambil Tindakan


untuk menata kembali kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Terangkan Tindakan yang dilakukan
oleh Letjen Soeharto tersebut!
 Supersemar atau Surat Perintah Sebelas Maret mengubah sejarah Indonesia untuk
selamanya. Surat itu berisi perintah dari Presiden Soekarno untuk Letnan Jenderal
Soekarno, Panglima Angkatan Darat. Isinya pemberian wewenang untuk memulihkan
keamanan dan ketertiban setelah peristiwa G30S PKI. Secarik surat perintah itulah
yang mengubah peta politik di Indonesia secara drastis. Atas wewenang yang
diberikan, Soeharto langsung mengambil alih komando. Dia membubarkan Partai
Komunis Indonesia (PKI) dan menangkapi orang-orang yang dicurigai terlibat
gerakan 30 September.

4. Pemerintah Orde Baru telah berhasil melaksanakan pemilu sebanyak enam kali.
Kemukakan pemilu tersebut!

 Pemilihan Umum pada masa Orde Baru dilakukan selama 6 kali, yaitu pada tahun
1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Pemilihan umum ini memilih anggota DPR
(Dewan Perwakilan Rakyat) dan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah). Anggota
DPR yang tergabung dalam MPR kemudian memilih presiden. Pada masa ini banyak
terjadi pelanggaran pemilihan umum untuk  memastikan kemenangan Partai
Golongan Karya, dengan pembatasan partai politik dan menekan pemilih untuk
memilih Partai Golongan Karya.

5. Mengapa pada pemilu tahun 1971 sangat berbeda dengan pemilu tahun 1955?

 Hal yang sangat signifikan yang berbeda dengan Pemilu 1955 adalah bahwa para
pejebat negara pada Pemilu 1971 diharuskan bersikap netral. Sedangkan pada Pemilu
1955 pejabat negara, termasuk perdana menteri yang berasal dari partai bisa ikut
menjadi calon partai secara formal.

6. Jelaskan tentang fusi partai yang terjadi pada tahun 1973!

 Fusi partai yang terjadi pada tahun 1973 disebabkan oleh jatuh bangunnya
pemerintahan periode Orde Lama (sebelum tahun 1973). Pada periode pemerintahan
ini perubahan kabinet sering terjadi, sehingga banyak partai yang yang
menggabungkan diri menjadi 1 partai yang dikenal dengan sebutan fusi partai.
7. Bagaimana politik luar negeri Indonesia pada masa orde baru?

 Pemerintah Orde Baru secara resmi masih menggunakan politik bebas-aktif sebagai
dasar untuk menjalankan politik luar negeri Indonesia. Penerapan politik luar negeri
bebas-aktif pada masa Soeharto sangat bertolak belakang dengan politik bebas-aktif
masa Soekarno yang bersifat revolusioner dan konfrontatif. Dalam buku Hubungan
Luar Negeri Indonesia Selama Orde Baru (1994) karya Bantarto Bandoro, Pemerintah
Orde Baru menerapkan politik luar negeri yang low profile. Politik tersebut
berorientasi pada pembangunan dan kesejahteraan rakyat melalui kerja sama dengan
negara lain. Kerja sama yang dilakukan ditujukan untuk mendapatkan pinjaman
modal dan penangguhan hutang luar negeri demi membantu pemulihan krisis
ekonomi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai