Anda di halaman 1dari 3

Sejarah Perkembangan Teknologi Transportasi Air

Perkembangan transportasi air berkaitan dengan kapal dan perahu. Transportasi air
pertama kali dikembangkan oleh bangsa Mesir . Pada 6000 sebelum Masehi bangsa Mesir
mengebangkan transportasi air sebagai sarana perdagangan menuju semenanjung Arab.
Transportasi air yang pertama kali digunakan adalah kapal yang terbuat dari kayu cemara, serta
menggunakan tenaga angin dayung sebagai penggerak. Penemuan mesin uap1 pada abad ke-18
menyebabkan transportasi air semakin berkembang. Pada 1802 Symington 2 berhasil menemukan
teknologi kapal uap. Penemuan tersebut kemudian disempurnakan oleh Robet Fulton3 dengan
memodifikasi kapal uap dengan kincir (paddle wheel). Kapal ini dimanfaatkan sebagai kapal
penumpang yang mampu menempuh perjalanan New Yok-Albany sejauh 300 mil.

Mesin Uap Symington Robert Fulton

Robert Fulton kemudian menciptakan kapal baru yang berdaya lebih besar di Prancis. Ia
juga menciptakan kapal uap yang dinamakan Clermont. Kapal ini mampu mengarungi Samudra
atlantik dengan rute Paris-New York. Memasuki abad ke-20 mesin diesel mulai digunakan pada
kapal laut dan sungai. Kapal Vandal merupakan kapal laut pertama yang menggunakan mesin
diesel sebagai penggerak utama. Memasuki era modern, jenis dan ukuran kapal semakin
beragam. Kapal selam, kapal tanker, kapal tongkang,speedboat, dan yacht4 merupakan jenis
kapal pada era modern.

1
Mesin uap merupakan mesin yang menggunakan energi panas dalam uap air dan mengubahnya menjadi energy
mekanis
2
Seorang insinyur asal Skotlandia yang lahir pada tahun 1764 dan meninggal tahun 1831
3
Seorang ahli mesin asal Amerika yang lahir pada tahun 1765 dan meninggal tahun 1815
4
Sejenis kapal layar yang ringan dan bergerak cepat
Clermont Yacht

Di Indonesia bukti sejarah berupa relief5 perahu bercadik6 di candi Borobudur


menunjukkan pada abad IX Masehi nenek moyang bangsa Indonesia telah menggunakan
teknologi perahu bercadik. Transportasi air di Indonesia semakin berkembang sejak kedatangan
bangsa Barat. Pada abad ke-13 hingga abad ke-15 Masehi masyarakat Indonesia, khususnya
Bugis mampu membuat kapal jenis pinisi7. Dengan perahu pinisi mereka mampu berlayar ke
berbagai daerah dengan tujuan beragam. Saat pelaut Portugis8 tiba di Indonesia, mereka
menjelaskan bahwa masyarakat Jawa telah menggunakan kapal jenis jung 9. Menurut alfonso
d’Albuquerque, kapal jung digunakan masyarakat Jawa untuk berdagang dan berperan sebagai
transportasi angkatan perang. Penggunaan kapal sebagai moda transportasi semakin berkembang
pada masa kolonial Belanda.

5
Relief adalah seni pahat yang biasanya dibuat di atas batu
6
Perahu bercadik merupakan perahu yang menggunakan penyangga di kanan dan kiri perahu untuk keseimbangan
agar perahu tidak mudah terbalik.Cadik ini biasanya terbuat dari bambu atau kayu ringan. Pada relief candi
Borobudur perahu bercadik menggunkan dayung sebagai penggerak perahu ditambah dengan layar ganda untuk
mempercepat laju perahu. Pada masa sekarang, perahu bercadik masih digunakan para nelayan untuk menangkap
ikan, hanya saja kebanyakan perahu bercadik zaman sekarang sudah menggunakan mesin untuk menggerakkan
perahu, tidak lagi menggunakan dayung.
7
Pinisi adalah kapal layar khas suku Bugis yang terbuat dari kayu.Kapal pinisi pertama kali dibuat pada abad ke-14
oleh seorang Putra Mahkota Kerajaan Luwu (Sulawesi selatan). Pada masa sekarang kapal pinisi juga telah
dimanfaatkan sebagai kapal pariwisata.
8
Bangsa Portugis menggunakan kapal yang disebut kerakah pada abad ke-15 hingga abad ke-17 untuk berniaga
dengan daerah pesisir Afrika, Amerika, Asia dan kemungkinan juga termasuk Indonesia. Kerakah merupakan kapal
pelintas samudera yang memiliki lambung cukup besar dan luas untuk menampung muatan berukuran besar serta
perbekalan yang memadai untuk berlayar lama.
9
Jung jika diartikan dalam bahasa kuno berarti perahu. Puncak kejayaan perkapalan di Jawa adalah ketika orang
Jawa berhasil membuat kapal Jung Java pada abad ke-8. Berdasarkan catatan Tome Pires dan Gaspar Correia
ukuran Jong Java sangat besar sehingga tidak dapat menepi ke daratan karena ukurannya yang besar. Oleh sebab
itu dibutuhkan kapal kecil untuk melakukan bongkar muat. Jung Java tidak lagi Berjaya akibat colonial Belanda dan
Portugis. Selain itu gagalnya regenerasi maritime setelah Sultan Agung Mataram akibat sikap anti-perniagaan juga
menyebabkan Jung Java tidak lagi dilestarikan.
Karakah Perahu Bercadik

Jung Java Pinisi

Saat ini kapal bertenaga mesin memenuhi pelabuhan-pelabuhan besar di Indonesia. Kapal
pun kini mampu berjalan lebih cepat, mengangkut penumpang lebih banyak, dan beroperasi
dengan jadwal yang lebih teratur. Sebagai Negara kepulauan , kondisi ini tentu saja sangat
menguntungkan, karena dapat menyokong pertumbuhan dan pemerataan sektor perekonomian
Indonesia. Mesin juga tidak hanya digunakan kapal-kapal besar. Kini kapal nelayan yang
berukuran kecil pun menggunakan mesin sebagai tenaga pendorong. Akibatnya, kapal mesin kini
menggeser kejayaan kapal layar di Indonesia. Meskipun demikian, tradisi penggunaan layar atau
dayung sebagai tenaga pendorong tidak hilang begitu saja. Hingga saat ini, nelayan di Indonesia
pun masih menggunakan layar dan dayung pada saat-saat tertentu.

Sumber : Bagas F, Melkisedek.dkk.2019. Sejarah untuk SMA/MA Kelas XII. Daerah Istimewa
Yogyakarta:PT.Penerbit Intan Pariwara

Anda mungkin juga menyukai