Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang maha pengasih dan maha penyayang
kami panjatkan puja dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah,dan innayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah sejarah
ini dengan baik.
Terlepas dari semua itu,kami menyadari sepenuhnya bahwa masih adakekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah sejarah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah sejarah ini dapatmemberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Rancaekek, Oktober 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................................. 1
Daftar Isi .......................................................................................................................... 2
A. Indonesia Masa Orde Baru ..................................................................................... 4
B. Indonesia Masa Reformasi .................................................................................... 7
C. Profil singkat presiden republik indonesia pascareformasi ..................................... 13
Tanya Jawab .............................................................................................................. 16
Kesimpulan ............................................................................................................... 17
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 18

2
A. Indonesia Masa Orde baru
1. Kehidupan Politik Indonesia Masa Orde Baru
Pemerintahan pada masa Presiden Soeharto yang lebih dikenal sebagai pemerintahan
Orde Baru ini diawali dengan terbitnya surat perintah 11 Maret 1966. Surat ini dikeluarkan
oleh presiden Soekaro isinya yang memerintahkan Letnan Jendral Soeharto untuk segera
memlikan keamanan negara. Pada sat itu, negara berada dalam situasi dan kondisi yang tidak
kondusif akibat peristiwa Gerakan 30 Sepember 1965/PKI. Peristiwa tersebut didalangi oleh
Partai komunis Indonesia. pada masa awal pemeritahannya, presiden Soeharto telah bertekad
untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Pada masa ini,
pembangunan di segala bidang yang direncanakan secara bertahap dirumuskan melalui
rencana pembagunan lima tahun (Repelita). Dalam hal demokrasi, pemerintah Orde baru
berhasil menyelenggarakan pemilu pada 1971, 1977, 1982, 1987, 1992 dan 1997.
Demokrasi pancasila adalah berdemokrasi yang mengutamakan musyawarah dan mufakat
yang penerapannya memiliki beberapa ciri sebagai berikut :
1) Pemerintahan dijalankan berdasarkan konstitusi
2) Pelaksanaan pemilu diselenggarakan setiap lima tahun sekali.
3) Penghargaan terhadap hak asasi manusia dan adanya perlindungan terhadap adanya
hak-hak minoritas.
Berdasakan ciri-ciri tersebut, sebagai demokrasi yang konstitusional, demokrasi
Pancasila mengedepankan mekanisme kedaulatan rakyat dalam penyelenggaraan egara dan
pemerintahan. Selain itu demokrasi pancasila juga sangat terikat dengan UUD 1945. Dengan
demikian semua aturan dasar harus dilandasi oleh pasal-pasal yang tercantum dalam uud
1945. Dala sistem pemerintahan, demokrasi pancasila mendudukan majelis permusyawarahan
rakyat (MPR) sebagai pemegang kekuasaan tertingi negara. Tugasnya adalah menetapkan
Garis Besar Haluan Negara (MGBHN), serta memilih dan mengangkat presiden dan
wakilnya. Presiden adalah penyelengara pemerintah tertinggi setelah MPR yang memiliki
kewajiban melaksanakan keputusan-keputusan (sebagai mendataris) dan bertanggung jawab
kepada sidang umum MPR. Presiden tidak harus bertanggung jawab kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) tetapi DPR bertugas mengawasi pelaksanaan dari keputusan-
keputusan MPR. Oleh karena itu dalam bidang legislatif, DPR memiliki sejumlah hak, seperti
hak inisiatif , hak amandemen dan hak bujet. Adapun dalam fungsi pengawasan, DPR
memiliki hak bertanya, hak interpelasi ( hak untuk meminta penjelasan), hak mosi, hak
angket dan hak petis. Setelah menerima mandat dari MPR dan dilantik menjadi presiden

3
kedua Republik Inbdonesia 1967, presiden Soeharto, kemudian menerapkan sejumlah
kebijakan diantaranya:
a. Penyederhanaan Partai Politik
Pemerintahan Orde baru melaksankan pemilu pertama pada 3 juli 1971. Berdasarkan
Surat Keputusan Presiden No.43 yang dikeluarkan tanggal 23 Mei 1970, organisasi politik
yang pada saat pemilu sdah ada dan diakui, serta mempunyai wakil di DPR/DPRD. Jumlh
partai politik peserta pemilu 1971 ada sembilan yaitu :
1. Ikatan pedukung Kemerdekaan Indonesia
2. Murba
3. Nahdlatul ulama
4. Partai Islam Persatuan Tabiyah Islam (P.I. PERTI)
5. Partai katolik
6. Partai kristen indnesia (Parkindo)
7. Partai muslimin indonesia
8. PartaI indonesia(PNI)
9. Partai serikat islam indonesia (PSII).
Selain itu ada organisasi golongan karya yang dapat ikut pemilu, yakni Sekretariat
Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar). Pada 1971, pemerintah melemparkan gagasan
penyerderhanan partai politik dengan mengadakan pengelompokan partai yang menganut
sistem Dwipartai. Pada 1973, setelah partai-partai politik menyetujui kebijakan
penyederhanaan partai, terbentuklah dua partai politik dan satu golongan karya, yaitu sebagai
berikut :
1) Partai PersatuanPebangunan (PPP)
Partai ini merupakan pembangunan dari Nahdlatul Ulama (NU), Partai Muslimim
Indonesia, PI, Perti dan PSII.
2) Partai Deokrasi Indonesia
Partai ini merupakan gabungan dari Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Katolik,
dan Parkindo.
3) Golongan Karya (Golkar)
Merupakan organisasi yang semula bernama Sekretariat Bersama
Golkar.Penyederhanaan partai politik sebenarnya lebih ditujukan untuk menciptakan
stabilitas nasional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada kenyataanya,
adanya keragaman politik dan ketidak seragaman persepsi berakibat pada konflik

4
berkepanjangan, serta berdampak pada terganggunya program-program pemerintah
dan stabilitas nasional.
b. Pelaksanan Pemilu yang berkembang berkesinambungan
Penyelangaraan pemilu yang teratur telah menimbulkan kesan bahwa demokrasi
berjalan dengan baik dalam pelaksanaannya. Dominasi dari Golongan Karya yang selalu
memenangkan pemilu telah memungkinkan Soeharto tetap menjadi presiden selama 6 priode.
Hal ini dilihat dari setiap pertanggung jawaban yang ia sampakan pada setiap masa akhir
periode yang selau di setujui oleh MPR. Demikian pula dengan usulan-usulan pemerintah dan
Rancangan UU yang diajukan selalu mendapat persetujuan dari MPR dan DPR.
c. Peran ganda atau Dwifungsi ABRI
Konsep dwifungsi ABRI dapat dimaknai bahwa ABRI tidak berperan sebagai aparatur
pemeritah yang bertugas menjaga pertahanan dan keamanan negara, tetapi juga sebagai salah
satu unsur golongan karya yang ikut aktif dalam menentukan haluan dan politik negara.
Konsep dan istilah dwifungsi ABRI secara tegas tertuang dalam doktrin kekaryaan ABRI
yang di keluarkan pada tahun 1975. Peran ABRI pada masa Orde baru sangat terlihat dalam
bidang politik. Hubungan ABRI dan Golkar disebut sebagai hubungan simbiosis mutualisme.
d. Pedoman, Penghayatan dan pengamalan pancasila (P-4)
Pemerintah merasa perlu untuk menyeragamkan pemahaman terkait Pancasila
merupakn konsensus nasional. Oleh karena itu, diperlukan suatu pedoman untuk memahami
pancasila agar tidak banyak tafsiran seperti yang terjadi pada masa lalu. Pemerintah akhirnya
membuat rancangan (P4) pada 21 Maret 1978. Disahkan oleh MPR menjadi Tap MPR
No.11/MPR/1978.
Lalu pemerintah membentuk komisi P4. Komisi yang dipimpin oleh DR,Roeslan
Abdulgani ini bertugas mengkoordinasi P4 yang dilaksanakan pada tingkat nasional dan
regional. Setelah itu, pada 1978 pemerintah menerapkan pancasila sebagai asas tungal dalam
kehidupan berorganisasi.
e. Penataan Poitik luar negeri indonesia
Pada pemerintahan Soekarno tepatnya pada 1 Januari 1965, indonesia menyatakan
keluar dari Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB). Hal ini sebagai bentuk protes atas tindakan
sepihak inggris yang membentuk Malaysia tanpa melaksanakan referendum terlebih dahulu,
bahkan Malaysia diterima sebagai angota tidak tetap dewan keaamanan PBB.
Pada masa Orde baru, tepatnya pada 28 September 1966, indonesia kembali menjadi
anggota PBB. Indonesia juga melakukan normalisasi hubungan dengan negara-negara lain,

5
indonesia juga berperan aktif dalam organisasi regional ataupun internasional, seperti OKI,
OPEC, APEC dan ASEAN.
2. Kehidupan Ekonomi Indonesia Masa Orde Baru
Orde baru mewarisi kemerosotan ekonomi yang ditinggalkan pemerintahan
sebelumnya. Hal ini ditandai dengan tingginya tingkat inflasi yang mencapai sekitar 650%.
Selain itu, sarana dan prasarana ekonomi hancur akibat konflik dalam negeri yang terjadi
pada masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno.
Untuk mengatasi kemerosotan ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
(MPRS) menyatakan perlunya landasan-landasan baru. MPRS kemudian mengeluarkan Tap
MPRS No. XXIII/MPRS/1966. Berdasarkan Tap tersebut MPRS menggariskan program
jangka pendek yang harus diselesaikan pemerintah, yaitu program stabilitas dan rehabilitas.
Program tersebut diarahkan pada pengendalian inflasi, rehabilitasi prasarana ekonomi,
peningkatan kegiatan ekspor, serta peningkatan kebutuhan sandang dan pangan. Setelah
usaha-usaha stabilitasi di bidang politik dan ekonomi dilancarkan sejak oktober 1966, pada 1
April 1969, pemerintah melaksanakan pembangunan yang dinamakan rencana pembangunan
lima tahun (repelita). Batasan waktu lima tahun menunjukkan tahapan pembangunan yang
direncanakan, dievaluasi, dan dikembangkan setiap lima tahun. Repelita I difokuskan pada
upaya rehabilitasi sarana dan prasarana penting, pengembangan iklim usaha, dan investasi.
Pembangunan sistem pertanian juga diberikan prioritas utama untuk memenuhi kebutuhan
pangan rakyat sebelum melakukan pembangunan pada sektor-sektor lainnya.
Pembangunan sarana pada sektor pertanian yang di prioritaskan meliputi pembuatan
saluran irigasi, teknologi pertanian, pembiayaan melalui kredit perbankan, pemberian bantuan
pupuk, serta pemasaran hasil produksi. Akhir repelita I berhasil membawa pertumbuhan
ekonomi rata-rata antara 3 sampai 5,7 persen per tahun dan pendapatan penduduk per kapita
naik dari 70 dolar AS menjadi 170 dolar AS, serta laju inflasi dapat ditekan hingga 47%.
Selanjutnya, repelita II dan III yang berlangsung pada 1974-1984 difokuskan pada
perencanaan pertumbuhan ekonomi, stabilitas nasional, dan pemerataan pembangunan
dengan penekanan pada sektor pertanian serta industri yang mengolah bahan mentah menjadi
bahan baku. Pada 1984, Indonesia berhasil mencapai swasembada beras. Padahal pada 1970,
Indonesia masih merupakan negara pengimpor beras. Pada repelita IV dan V yang diterapkan
pada 1984-1994, selain tetap mempertahankan pembangunan disektor pertanian,
pembangunan mulai meningkat di sektor industri, khususnya industri yang mengahasilkan
barang-barang ekspor, pengolahan hasil pertanian, dan industri padat karya, yakni industri

6
yang dapat menyerap banyak tenaga kerja industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin
industri.
Orde baru dianggap berhasil dalam melakukan pembangunan secara fisik, tetapi
memiliki banyak kekurangan, diantaranya sebagai berikut:
a) Semakin berkembangnya korupsi, kolusi, dan nepotisme.
b) Pembangunan yang tidak merata sehingga terjadi kesenjangan antara pusat dan daerah
serta kesenjangan sosual antara yang kaya dan miskin.
c) Adanya masalah ketidak puasan masyarakat sehingga muncul gerakan separatis akibat
proses pembangunan yang tidak merata di daerah, terutama yang jauh dari pusat
pemerintahan, seperti di Aceh dan Papua. Di Aceh, terdapat kelompok separatis yang
menamai dirinya Gerakan Aceh Merdeka.
d) Munculnya kecemburuan sosial dari masyarakat lokal yang bertempat tinggal di
wilayah tujuan trasmigrasi. Peserta transmigrasi memperoleh tunjangan kebutuhan
hidup dari pemerintah di tahun pertama, sedangkan masyarakat lokal tidak mendapat
sokongan modal.
e) Dilakukan berbagai upaya untuk mengontrol kritik dan kebebasan berbicars. Hal ini
terjadi tertama sejak peristiwa Malari 1974 pengawasan terhadap pers diperketat.
Media masa ynag tidak mau tunduk kepada pemerintah dicabut izin terbitnya, seperti
Indonesi Raya dan Abadi.
f) Menurunnya kualitas ABRI yang memiliki tugas utama dalam bidang pertahanan dan
keamanan karena sibuk berpolitik.
g) Para pengusaha swasta sebagai pelaku ekonomi menguasai hampir 70%
perekonomian Indonesia.

B. Indonesia Masa Reformasi


Halnya dengan Orde Baru yang ingin melakukan koreksi terhadap Orde Lama, yaitu
Orde Soekarno dengan Demokrasi Terpimpinnya. Reformasi juga ingin mengoreksi berbagai
penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh Orde Baru. Masa reformasi dimulai
dengan mengembalikan hak-hak rakyat, baik dalam tataran elite maupun rakyat pada
umumnya. Rakyat memperoleh haknya kembali untuk berserikat dan berkumpul dengan
mendirikan partai politik, organisasi-organisasi, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Penegakan hukum mulai berjalan lebih baik jka dibandingkan dengan masa Orde Baru,
meskipun masih berjalan kurang konsisten. Dalam bidang sosial-budaya, kembalinya

7
kebebasan berbicara, bersikap, dan bertindak, mulai memacu aktivitas masyarakat. Akan
tetapi, di sisi lain, muncul sikap primodialisme sehingga benturan antar suku, antar umat
beragama, antar kelompok, serta antar daerah terjadi dimana-mana. Selain itu, kriminalitas
meningkat dan pengerahan massa menjadi cara untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Hal
ini tentu saja berpotensi untuk menimbulkan tindak kekerasan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, reformasi adalah perubahan secara drastis
untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu masyarakat atau negara. Di
Indonesia, kata reformasi dapat merujuk pada berbagai perubahan yang menginginkan
perubahan mendasar di berbagai sendi kehidupan atau sebutan untuk suatu masa sesudah
Orde Baru. Reformasi di Indonesia sendiri sudah dicetuskan terutama sejak masa akhir
kekuasaan Soekarno. Hal ini terutama karena adanya desakan dari negara-negara “pendonor
bantuan ekonomi” kepada Indonesia, seperti AS, Jepang, dan Inggris.
Pada masa Reformasi dikeluarkan sejumlah ketetapan MPR yang bertujuan
membangun kehidupan yang demokratis. Ketetapan MPR tersebut adalah sebagai berikut :
1. Ketetapan MPR RI No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan Referendum.
2. Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok Reformasi.
3. Ketetapan MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bebas
dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
4. Ketetapan MPR RI No. XIII tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden.
5. Amandemen UUD 1945 (I-IV) dan pelaksanaan pemilu.
Pada masa Reformasi, sistem pemerintahan yang berjalan berisi beberapa hal penting
sebagai berikut :
1. Kebijakan pemerintah memberikan ruang gerak yang lebih luas terhadap hak-hak
untuk mengeluarkan pendapat dan pikiran, baik secara lisan maupun tertulis telah
sesuai dengan UUD 1945 pasal 28.
2. Upaya untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta
bertanggung jawab dibuktikan dengan dikeluarkannya Ketetapan MPR No.
IX/MPR/1998 yang ditindaklanjuti dengan UU Nomor 30/2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
3. Lembaga MPR telah berani mengambil langkah-langkah politis melalui sidang
tahunan yang menuntut adanya laporan pertanggungjawaban tugas lembaga negara,
UUD 1945 diamandemen, pimpinan MPR/DPR dipisahkan jabatannya, dan berani
memecat presiden melalui mekanisme Sidang Istimewa.

8
4. Melalui amandemen UUD 1945, masa jabatan presiden dibatasi hanya sebanyak dua
kali masa jabatan.
Salah satu keberhasilan Pemerintah pada masa Reformasi 1998 adalah
penyelenggaraan pemilu yang dinilai lebih demokratis yang dimulai pada 1999, 2004, 2009,
dan 2014. Pemilu untuk memilih presiden dan wakil presiden dimulai sejak tahun 2004.
Pada masa pemerintahan presiden Habibie, pemerintah telah mengusahakan langkah-langkah
dalam memperbaiki perekonomian, seperti merekapitulasi perbankan, merekonstruksi
perekonomian nasional, melikuidasi beberapa bank bermasalah menaikan nilai tukar rupiah
terhadap dolar Amerika hingga di bawah Rp. 10.000, dan mengimplementasikan reformasi
ekonomi yang disyaratkan oleh IMF.
Kebijakan Habibie yang kontroversial dan menimbulkan kekecewaan adalah
referendum Timor-Timur. Hasil referendum yang di umumkan tanggal 4 September 1999
oleh PBB memutuskan Timor-Timur tidak lagi menjadi bagian Republik Indonesia.
Presiden berikutnya yang menggantikan B.J. Habibie adalah K.H. Abdurrahman
Wahid (akrab dipanggil dengan Gus Dur). Yang menonjol pada masa pemerintahannya
adalah pencabutan Instruksi Presiden Nomor 14 tahun 1967 yang berisi tentang pembatasan
kepada etnis Tionghoa untuk merayakan agama dan adat istiadat didepan umum secara
mencolok dan hanya boleh dilakukan didepan keluarga. Langkah politik Gus Dur banyak
ditujukkan pada penuntasan pelanggaran HAM masa lalu yang memiliki keterkaitan dengan
arah penegakan demokrasi, politik, dan tata kelola hukum Indonesia di masa depan. Hal ini
diwujudkan dengan menerbitkan Tap MPR No. V/MPR/2000 tentang Pemantapan Persatuan
dan Kesatuan Nasional., yang kemudian digunakan sebagai landasan konstitusi untuk
Undang-Undang Nomor 27 tahun 2004 yang menugaskan pemerintah untuk membentuk
Komisi Kebenaran dan Rekonsilasi (KKR).
Masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) hanya berlangsung dua
tahun. Hal ini terjadi karena hal berikut :
1) Konflik mengenai jabatan Kapolri yang membuat Gus Dur harus berselisih dengan
DPR karena mengangkat Kapolri baru tanpa persetujuan DPR.
2) Konflik politik antara Gus Dur dengan para petinggi militer membuatnya harus
memeberhentikan Kapuspen Hankam (Kepala Pusat Penerangan Pertahanan dan
Keamanan) Mayjen TNI Sudrajat dan Menkopolkam (Menteri Koordinator Bidang
Politik dan Keamanan) Wiranto.
3) Munculnya kasus Buloggate dan Bruneigate yang menimbulkan ketidakpercayaan
rakyat terhadap pemerintah.

9
4) Kebijakan Gus Dur yang sering melakukan kunjungan ke luar negeri dianggap kurang
tepat karena saat itu kondisi politik dan ekonomi bangsa Indonesia belum pulih.
5) Presiden Gus Dur menentang rencana sidang ismewa MPR dengan menyatakan
sidang tersebut ilegal. Dukungan partai politik terhadap Gus Dur pun mulai
berkurang.
6) Dugaan keterlibatannya dalam kasus Bulog Gate dan Brunei Gate yang
mengakibatkan DPR memberikan teguran keras dalam bentuk Memorandum I dan II.
Pada 23 Juli 2001, Gus Dur mengeluarkan dekrit yang berisi pembekuan MPR dan
DPR RI, pengembalian kedaultan ke tangan rakyat dan mengadakan pemilu dalam waktu satu
tahun, dan pembekuan partai Golkar. Namun, dekrit tersebut tidak mendapat dukungan dari
MPR, DPR, TNI, dan Polri. MPR mengadakan sidang istimewa dan menetapkan Gus Dur
rela melanggar Tap. MPR No. VII/MPR/2000 tentang peran TNI dan Kapolri.
MPR menggelar sidang istimewa dengan agenda pandangan umum fraksi-fraksi atas
pertanggungjawaban Presiden Gus Dur. Selanjutnya, dilakasanakan pemungutan suara untuk
menerima atau menolak :
1) Rancangan ketetapan MPR No. II/MPR/2001 tentang pertanggungjawaban Presiden
Abdurrahman Wahid.
2) Rancangan ketetapan MPR No. III/MPR/2001 tentang penetapan Wakil Presiden
Megawati Soekarnoputri sebagi Presiden Republik Indonesia.
Seluruh MPR yang hadir menerima dua ketetapan tersebut. Maka berakhirlah jabatan
Gus Dur sebagai Presiden. Ia digantikan oleh Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri
sebagai presiden kelima Republik Indonesia pada tanggal 23 Juli 2001.
Berdasarkan Ketetapan MPR No. III/MPR/2001, Megawati Soekarnoputri menjadi
Presiden RI menggantikan Gus Dur. Ia merupakan presiden perempuan pertama yang
memimpin Republik Indonesia. Ia memimpin Kabinet Gotong Royong didampingi Hamzah
Haz dari PPP sebagai Wakil Presiden RI.
Pada tanggal 10 November 2001, MPR melakukan amandemen terhadap UUD 1945.
Salah satu perubahan penting dalam amandemen tersebut adalah perubahan tata cara
pemilihan presiden dan wkail presiden yang dipilih langsung oleh rakyat dan mulai
diterapkan pada pemilu pada tahun 2004.
Dalam upaya mengatasi masalah korupsi, Presiden Megawati membentuk Komisi
Pemberantasan Korupsi berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Tugasnya melakukan pemberantasan korupsi secara
profesional, intensif, dan berkesinambungan. KPK merupakan lembaga negara yang bersifat

10
independen, yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan
manapun. Selain itu, dibentuk juga Mahkamah Konstitusi dibentuk sesuai dengan hasil
keputusan amanademen UUD 1945. Presiden Megawati juga menetapkan kebijakan
netralisasi PNS dan TNI/Polri dalam berpolitik dan melanjutkan upaya amandemen UUD
1945 dan anatomi daerah.
Guna menetapkan situasi dan kondisi politik dalam negeri, terdapat bebrapa undang-
undnag yang dikeluarkan pada masa pemerintahan Megawati, diantaranya sebagai berikut :
1) UU No. 12 Tahun 2003 tentang pemilu,
2) UU No. 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan
DPRD, serta
3) UU No. 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.
Presiden Megawati berupaya memperbaiki kehidupan ekonomi bangsa Indonesia
dengan melakukan upaya sebagai berikut :
1) Privatisasi BUMN. Presiden Megawati menjual Indosat pada April 2003 untuk
menurunkan tingkat inflasi di Indonesia.
2) Mengadakan pertemuan Paris Club 3 dengan IMF pada 12 April 2002 untuk
membicarakan penundaan pembayaran utang luar negeri Indonesia. Selanjutnya,
Presiden Megawati memutuskan kerja sama dengan IMF.
Presiden Megawati melakukan berbagai upaya untuk menjaga keutuhan wilayah
NKRI. Guna meredam gerakan separatisme, seperti di Papua dan Aceh, pemerintah
memperbaiki persentase pembagian hasil sumber daya alam antara pemerintah pusat dan
daerah di kedua provinsi tersebut. Berdasarkan UU No. 1b/2001 dan UU No. 21/2001 baik
provinsi NAD (Nangroe Aceh Darussalam) dan Papua akan menerima 70% dari hasil
pertambangan minyak bumi dan gas alam. Selain itu, presiden mensosialisasikan UU No. 18
tahun 2001 tentang otonomi khusus provinsi NAD di Aceh.
Pemerintahan Megawati gagal mempertahankan Pulau Sipadan dan Ligitan sebagai
bagian dari NKRI. Pemerintahan Indonesia sejak tahun 1997 telah memperjuangkan
pengakuan internasional bahwa kedua pulau tersebut merupakan bagian dari wilayah
Republik Indonesi. Namun, Mahkamah Internasional memutuskan bahwa kedua pulau
tersebut merupakan bagia dari Negara Malaysia.
Pada 2004 dilaksanakan pemilihan umum dalam dua tahap. Tahap pertama memilih
anggota legislatif pada 5 April 2004 diikuti 24 partai politik. Lima partai politik yang berhasil
mendapatkan suara terbanyak adalah Partai Golkar (26.461.104 atau 21,62% suara), PDI-P
(20.710.006 ATAU 18,533% suara), PKB (12.002.885 atau 10.57% suara), PPP (9.226.444

11
atau 8,6% suara) dan PAN (7.255.331 atau 6,4% suara). Berdasarkan perolehan suara
tersebut, KPU meloloskan lima pasang calon presiden dan wakil presiden yang dianggap
memenuhi persayaratan yang telah ditetapkan berdasarkan Keputusan KPU No. 36 tahun
2004 untuk mengikuti pemilihan presiden dan wakil presiden,yakni :
1) Nomor urut 1 : H. Wiranto, S.H. dan Ir. H. Salahuddin Wahid (Calon dari Partai
Golkar).
2) Nomor urut 2 : Hj. Megawati Soekarnoputri dan K. H. Ahmad Hasyim Muzadi (Calon
dari Partai PDI-P).
3) Nomor urut 3 : Prof. Dr. H.M Amien Rais dan Dr. Ir. H. Siswono Yudohusodo (Calon
dari PAN).
4) Nomor urut 4 : H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Drs. Muhammad Jusuf Kalla
(calon dari partai Demokrat).
5) Nomor urut 5 : Dr. H. Hamzah Haz dan H. Agum Gumelar M. Sc. (calon dari PPP).
Pemilu presiden dan wakil presiden tahap pertama belum menghasilkan pasangan
yang menang secara mutlak. Oleh karena itu, diadakan pemilu presiden dan wakil presiden
putaran kedua pada 20 September 2004. Hasil pemilu presiden dan wakil presiden putaran
kedua dimenangkan oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla. Dengan
demilian berakhirlah masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri.
Pada 20 Oktober 2004, MPR melantik Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf
Kalla (JK) sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI. Tidak lama setelah dilantik, presiden
Indonesia yang ke-6 ini, kemudian membentuk Kabinet Indonesia Bersatu.
Sejak awal pemerintahannya, Presiden SBY memprioritaskan untuk menyelesaikan
permasalahan kemiskinan dan pengangguran, serta pemberantasan KKN yang ia canangkan
dalam program 100 hari pertama pemerintahannya. Pemerintahan SBY-JK menaikkan harga
BBM sebanyak tiga kali, tetapi juga berhasil menurunkannya kembali sebanyak dua kali.
Sebagai upaya mengantisipasi rakyat kecil menghadapi kenaikan BBM, disusunlah program
BLT (Bantuan Langsumg Tunai).
Pemerintahan SBY-JK menaikan anggaran pendidikan dalam APBN sebanyak 20%.
Selain itu, memberikan bantuan BOS (Bantuan Operasional Sekolah) agar pendidikan dapat
berjalan lancar. Pemerintahan SBY-JK menghadapi hambatan, terutama dari sektor
keamanan nasional, dengan adanya Teror Bom Bali I dan II yang melibatkan teroris Dr.
Azahari dan Noordin M. Top.
Dalam hal menghadapi gerakan separatisme, pemerintahan SBY-JK mencapai
keberhasilan dengan kesepakatan damai dengan Gerakan Aceh Merdeka. Pada 28 Januari

12
2005, pemerintahan mengadakan pertemuan dengan GAM di Helsinki, Finlandia, untuk
membahas kesepakatan perdamaian antara RI-GAM. Pemerintah Indonesia bersama Gerakan
Aceh Merdeka menandatangai nota kesepahaman (MoU) di Helsinki pada 15 Agustus 2005
untuk mengakhiri konflik yang berlangsung lebih dari tiga dekade di Aceh.
Pada 9 April 2009 , diadakan pemilu legislatif yang diikuti oleh 44 partai politik (khusus
untuk provinsi Nanggroe Aceh Darussalam)-kini Aceh-terdapat enam partai pemenang
pemilu legislatif adalah Partai Demokrat, Golkar, PDIP,PKS, PAN, PPP, PKB, Gerindra,
Hanura, dan PBB.
Pada 8 Juli 2009, diadakan pemilu presiden dan wakil presiden yang diikuti oleh tiga
pasangan calon, yaitu Megawati Soekarnooutri-Prabowo Subianto, Susilo Bambang
Yudhoyono-Budiono, dan Jusuf Kalla-Wiranto. Pemilu presiden dan wakil presiden
dimenangkan oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Budiono.
Pada 21 Oktober 2009, Presiden SBY membentuk Kabinet Indonesia Bersatu II.
Selama periode pemerintahannya, SBY-Boediono banyak menuai pro dan kontra di
masyarakat dan kritikan dari berbagai pihak. Namun, pemerintahan SBY-Boediono pun
menuai keberhasilan, seperti meningkatnya indeks pembangunan manusia Indonesia. Hal ini
terlihat maeningkatnya angka partisipasi pendidikan menengah dan tinggi, angka harapan
hidup, dan terus menurunnya tingkat kematian bayi, serta ibu melahirkan. Begitu juga dengan
pendapatan per kapita yang terlihat dari semakin meningkatnya kelas menengah di Indonesia.
Pada 2014, diadakan pemilu legislatif dan pemilu presiden berikutnya. Karena presiden SBY
sudah dua kali menjabat sebgai presiden RI, ia tidak diperbolehkan mengikuti kembali.
Pemilihan umum legislatif dilakukan pada 9 April 2014 untuk memilih anggota DPR, DPRD,
dan DPD. Diikuti oleh dua belas partai politik peserta pemilu.
Pemilihan presiden dan wakil presiden diadakan pada 9 Juli 2014 dengan Prabowo-
Hatta, Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai calonnya. Setelah dilakukan pemilu, hasil resminya
diumumkan KPU pada 22 Juli 2014. Selanjutnya, pada 20 Oktober 2014, Joko Widodo dan
Jusuf Kalla dilantik menjadi presiden dan wakil presiden Republik Indonesia selanjutnya.

C. Profil Singkat Presiden Republik Indonesia Pascareformasi

1. B. J. Habibie
Bacharuddin Jusuf Habibie dilahirkan di Pare Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni
1936. Ia merupakan Presiden RI ke-3 yang telah berjasa dalam memberikan kehidupan

13
demokratis bagi bangsa Indonesia. Pada masa pemerintahannya, dikeluarkan UU otonomi
daerah dan UU politik yang lebih demokratis. Beberapa tahanan politik yang selama masa
Orde Baru ditangkap tanpa diadili pun diberikan kebebasan setelah melalui proses hukum,
seperti Sri Bintang Pamungkas. Salah satu kebijakannya yang menjadi kontroversi dan
menimbulkan kekecewaan banyak pihak adalah referendum Timor-Timur pada 1994 yang
menyebabkan lepasnya Timor Timur dari NKRI.
2. Abdurrahman Wahid
Abdurrahman Wahid atau dikenal dengan panggilan Gus Dur adalah presiden RI ke-4
dan juga Bapak Pluralisme. Ia dilahirkan di Jombang, Jawa Timur, pada 7 September 1940.
Pada saat menjabat presiden, ia telah melakukan langkah-langkah sebagai upaya mereformasi
kehidupan politik kebangsaan Indonesia, seperti membubarkan Departemen Penerangan dan
Departemen Sosial yang dianggap sebagai lembaga yang mengekang demokrasi.
Gus Dur juga berhasil merintis upaya perdamaian dengan GAM (Gerakan Aceh Indonesia)
dan melakukan hubungan yang lebih baik dengan negara-negara lain. Selain itu, ia
mengeluarkan kebijakan yang membebaskan etnis Tionghoa untuk beribadah dan menjadikan
tahun baru Tionghoa sebagai hari libur nasional.
Meskipun sering mengeluarkan kebijakan yang dianggap kontroversial, pandangan
Gus Dur terhadap Pluralisme telah memberi kemajuan dalam kehidupan bangsa Indonesia.
3. Megawati Soekarnoputri
Megawati Soekarnoputri dilahirkan di Yogyakarta pada 23 Januari 1947 dan menjadi
Presiden RI ke-5dan juga presiden wanita pertama Indonesia. Ia mampu menunjukkan
kebijakan-kebijakan yang memberi kemajuan bagi bangsa Indonesia. Salah satunya adalah
pembentukan lembaga negara, seperti KPK dan MK. Kedua lembaga ini berperan penting
dalam penanganan kasus korupsi pejabat negara dan perundang-undangan. Hingga saat ini,
kedua lembaga negara tersebut masih memiliki peran penting dalam penegakan hukum di
Indonesia.
4. Susilo Bambang Yudhoyono
Susilo Bambang Yudhoyono atau sering dipanggil SBY merupakan Presiden RI
perama yang dipilih langsung oleh rakyat. Ia di lahirkan di Pacitan Jawa Timur, pada 9
September 1949.
Pada masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri, SBY menjabat sebagai menteri
bidang politik dan keamanan. Ia kemudian mengundurkan diri dari jabatan menteri dan
mempersiapkan diri untuk menjadi calon presiden dalam Pilpres 2004.

14
Semasa pemerintahan SBY, pemberantasan korupsi melalui lembaga KPK semakin
digiatkan. Presiden SBY memebrikan izin bagi KPK untuk menyelidiki pejabat negara yang
diduga terlibat korupsi demi terciptanya pemerintahan yang bersih. Ia juga berhasil
merundingkan upaya perdamaian dengan GAM sehingga sempat masuk nominasi penerima
Nobel Perdamaian pada 2006.

15
TANYA JAWAB

16
KESIMPULAN
Pemerintahan pada masa Presiden Soeharto yang lebih dikenal sebagai pemerintahan
Orde Baru ini diawali dengan terbitnya surat perintah 11 Maret 1966. Surat ini dikeluarkan
oleh presiden Soekaro isinya yang memerintahkan Letnan Jendral Soeharto untuk segera
memlikan keamanan negara.
Demokrasi pancasila adalah berdemokrasi yang mengutamakan musyawarah dan
mufakat yang penerapannya memiliki beberapa ciri sebagai berikut :
1. Pemerintahan dijalankan berdasarkan konstitusi
2. Pelaksanaan pemilu diselenggarakan setiap lima tahun sekali.
3. Penghargaan terhadap hak asasi manusia dan adanya perlindungan terhadap adanya
hak-hak minoritas.
Indonesia Masa Reformasi halnya dengan Orde Baru yang ingin melakukan koreksi
terhadap Orde Lama, yaitu Orde Soekarno dengan Demokrasi Terpimpinnya. Reformasi juga
ingin mengoreksi berbagai penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh Orde Baru.
Masa reformasi dimulai dengan mengembalikan hak-hak rakyat, baik dalam tataran elite
maupun rakyat pada umumnya. Rakyat memperoleh haknya kembali untuk berserikat dan
berkumpul dengan mendirikan partai politik, organisasi-organisasi, dan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM). Penegakan hukum mulai berjalan lebih baik jka dibandingkan dengan
masa Orde Baru, meskipun masih berjalan kurang konsisten.
Presiden Republik Indonesia Pascareformasi
1. B. J. Habibie
2. Abdurrahman Wahid
3. Megawati Soekarnoputri
4. Susilo Bambang Yudhoyono

17
DAFTAR PUSTAKA
Buku Sejarah Indonesia kelas XII penerbit Erlangga

18

Anda mungkin juga menyukai