Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

DINAMIKA POLITIK PADA MASA ORDE BARU

Disusun oleh :

1. Muhamad Jeni Fikrian


2. Rike villda Olivia
3. Muhamad alfinu islah
4. Rinda abela
5. Risqita ananda

DEPARTEMEN PENDIDIKAN

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2

KOTA BENGKULU

TAHUN AJARAN 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas PAI. Tidak lupa shalawat dan salam semoga
terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita
selaku umatnya.

Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran SEJARAH INDONESIA.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah yang berjudul: dinamika politik pada masa orde baru. Dan kami juga menyadari
pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan
sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah SEJARAH
INDONESIA ini, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Bengkulu, September 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Orde Baru adalah tatanan seluruh perikehidupan rakyat, bangsa dan
Negara Republik Indonesia yang diletakkan kepada kemurnian pelaksanaan
Pancasila dan UUD 1945. Orde Baru merupakan suatu reaksi dan koreksi
prinsipil terhadap praktik-praktik penyelewengan yang telah terjadi pada
masa lampau, yang lazim disebut zaman Orde Lama. Pengertian Orde Baru
yang terpenting adalah suatu Orde yang mempunyai sikap dan tekad
mental dan itikad baik yang mendalam untuk mengabdi kepada rakyat,
mengabdi kepada kepentingan nasional yang dilandasi falsafah Pancasila
dan yang menjunjung tinggi azas dan Undang- Undang Dasar 1945.

Pemerintahan Orde Baru dimulai sejak tahun 1966 – 1998, dengan


adanya Surat Perintah Sebelas Maret, yang kemudian disalahartikan
sebagai surat pemindahan kekuasaan. Pada tanggal 27 Maret 1968,
Soeharto diangkat sebagai presiden hal ini berdasarkan Ketetapan MPRS
No. XLIV/MPRS/1968, sampai hasil pemilu ditetapkan pada tanggal 10
Maret 1983, beliau mendapat penghargaan sebagai Bapak Pembangunan
Nasional.

Selama masa Orde Baru pemerintah berhasil melaksanakan enam


kali pemilihan umum, yaitu tahun 1971, 1977, 1985, 1987, 1992,dan tahun
1998. Antara pemerintahan Orde Baru dengan Orde Lama tidak jauh
berbeda sama- sama menggunakan sistem “ Political and Role Sharing dan
Partnership (hubungan kemitraan) antara sipil dan militer ”. Perbedaannya
hanya terletak pada dasar legitimasinya, terbukti bahwa presiden Soeharto
memegang kekuasaan eksekutif sebagai hasil dari pemilihan MPRS dan
MPR sejak tahun 1973. Kekuasaan Eksekutif yang kuat dan dominan dalam
pemerintahan Indonesia tertulis dalam UUD 1945 pasal 5, berbunyi bahwa
Presiden memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, dengan kata lain Presiden
memegang kekuasaan Eksekutif dan Legislatif sekaligus

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
akan dibahas di dalam makalah tentang dinamika politik pada masa orde
baru ini adalah sebagai berikut:
1. Kondisi pada masa awal berdirinya pemerintahan orde baru
2. Bagaimana upaya menciptakan stabilitas politik?
3. Integrasi timor-timor
4. Tujuan penerapan kembali Politik luar negri bebas aktif

C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kondisi pada masa awal berdirinya pemerintahan orde
baru
2. Untuk mengetahui bagaimana upaya menciptakan stabilitas politik
3. Untuk mengetahui integrasi timor-timur
4. Untuk mengetahui tujuan penerapan kembali politik luar negri bebas aktif

D. Manfaat penulisan
digunakan sebagai data untuk mengetahui dinamika politik pada
masa orde baru
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kondisi pada masa awal berdirinya pemerintahan orde baru


Lahirnya Orde Baru tentu tidak terlepas dari terbitnya Surat Perintah
11 Maret 1966 atau Supersemar. Lewat Supersemar, Presiden Soekarno
menyerahkan mandat kekuasaannya kepada Soeharto, yang saat itu masih
menjabat sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat. Masa kepemimpinan
Soeharto, yang pada akhirnya bertahan hingga 1998, disebut dengan era
Orde Baru. Pada hakikatnya Orde Baru lahir untuk melaksanakan kembali
kehidupan bermasyarakat dan bernegara sesuai pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen.
Lahirnya Orde Baru dilatarbelakangi oleh pergolakan politik di
Indonesia yang terjadi pada pertengahan 1960-an. Bahkan pasa masa itu
disebut sebagai salah satu periode paling penuh gejolak dalam sejarah
modern Indonesia. Penyerahan mandat kekuasaan lewat Supersemar
dilator belakangi dengan guncangan pasca-G30S pada 1 Oktober 1965.
Demokrasi terpimpin Soekarno pun melemah akibat tudingan tentara
bahwa Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan dalang di balik peristiwa
pembunuhan tujuh jenderal tersebut. Tuduhan tersebut tentu memicu
amarah dari para pemuda antikomunis.
Akhir Oktober 1965, para mahasiswa membentuk Kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia atau KAMI, dengan dilindungi oleh para tentara.
Kelompok ini dibuat untuk memprotes Soekarno yang enggan bertindak
apa-apa terkait peristiwa G30S. Baca juga: G30S, G30S/PKI, Gestapu,
Gestok, Apa Bedanya? Selain itu, rakyat juga melakukan unjuk rasa soal
buruknya perekonomian di bawah kepemimpinan Soekarno. Pasalnya,
memasuki 1966, inflasi telah mencapai 600 persen lebih. Melihat situasi
tersebut, Soekarno juga tidak memberi tanggapan apa-apa terkait suara
rakyat. Lahirnya Orde Baru didorong oleh kacaunya kondisi politik pada
tahun 1966. Adapun faktor politik yang mendorong lahirnya Orde Baru
adalah Presiden Soekarno menolak bertanggung jawab atas peristiwa G30S.

B. Upaya menciptakan stabilitas politik


Langkah pertama presiden soeharto dalam menjalankan pemerintahan
pada masa orde baru adalah memperbaiki kondisi Negara, terutama
stabilitas politik. Beberapa kebijakan dan tindakan pemerintahan orde baru
dalam upaya menciptakan stabilitas politik sebagai berikut.
1. Pendekatan keamanan dan politik sipil
Pendekatan keamanan yang dilakukan pada zaman Orde Baru dinilai
sangat efektif untuk mengatasi konflik politik yang terjadi pada zaman
Orde Lama. Konflik politik pada masa Orde Lama disebabkan adanya
sistem multipartai (banyak partai) dan polarisasi ideologi (terpecahnya
ideologi menjadi beberapa kubu). Masa pemerintahan Presiden
Soeharto pada masa Orde Baru kemudian melakukan proses de-ideologi
dengan ungkapan "politik no, ekonomi yes". Ungkapan ini dicerminakan
melalui pelaksanaan beberapa kebijaksanaan politik dari pemerintah
untuk merehabilitasi perekonomian Indonesia. Untuk mewujudkan hal
tersebut maka dilakukan berbagai upaya agar masyarakat tidak bersikap
kritis terhadap segala kebijakan yang ditentukan pemerintah atau
dengan kata lain adalah membungkam rakyat.
Konsep yang diterapkan pada masa peralihan dari Orde Lama ke
Orde Baru disebut dengan Konsep Masa Mengambang di mana rakyat di
daerah perdesaan dibebaskan dari kegiatan politik, memutuskan
hubungan rakyat dengan kegiatan partai politik kecuali pada saat
pemilu. Konsep ini bertujuan untuk menjauhkan rakyat Indonesia dari
segala aktivtas politik.
2. Pelaksanaan pemilihan umum
Pemilu pada masa Orde Baru memiliki keunikan tersendiri dari pada
pemilu yang terjadi sebelum dan sesudahnya. Seperti yang kalian
pelajari diatas, keunikan tersebut disebabkan oleh kebijakan fusi partai,
sehingga pemilihan umum sejak tahun 1977 hanya dikuti oleh 3 partai
politik. Pelaksanaan Pemilu sendiri pada masa orde baru berlangsung
enam kali, yakni 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Pada pemilu
1971, peserta partai politik masih cukup banyak yakni 10 partai politik,
pada pemilu ini Golongan Karya meraih suara terbanyak. Pemilu
selanjutnya dimulai sejak tahun 1977 hingga 1997 partai peserta pemilu
diikuti oleh tiga partai politik yakni PPP, Golongan Karya dan PDI, pada
pelaksanaan pemilu itu pula Golongan Karya meraih suara terbanyak.
3. Penyeragaman ideologi
Kebijakan penyeragaman ideologi digalakkan pemerintah Orde Baru
dengan cara mewajibkan kegiatan penataran (P4) berdampak pada
kegiatan organisasi dan masyarakat umum. Pada Masa Orde Baru,
Presiden Suharto menginginkan adanya satu tafsiran terhadap Pancasila
yang bersifat mutlak. Hal ini dilakukan agar Pancasila tidak multitafsir.
Pada tanggal 12 April 1976, Suharto mengumumkan gagasannya
mengenai Ekaprasetia Pancakarsa. Gagasan tersebut kemudian
diformalkan melalui TAP MPR Nomor IV/1978 mengenai Pedoman
Penghayatan dan Pengamala

C. Integrasi timor-timur
Timor Timur pada awalnya merupakan wilayah koloni Portugis. Akibat
terjadi krisis di Portugis, pada 1974 pemerintah Portugis memberikan
kebebasan bagi rakyat Timor Timur, Kondisi demikian dimanfaatkan oleh
tiga partai politik besar di Timor Timur untuk menentukan masa depan
Timor-Timur, Ketiga partai politik tersebut, yaitu Uniao Democratica
Timorense (UDT-Persatuan Demokratik Rakyat Timor Timur), Frente
Revolucionario de Timor Leste Initependente (Fretilin-Front Revolusioner
Kemerdekaan Timor 'Timur), dan Associacao Popular Demokratica
Timorense (Apodeti-Ikatan Demokratik Popular Rakyat Timor)
Ketiga partal politik tersebut memilik cita-cita berbeda terhadap masa
depan Timor Timur.UDT menginginkan Timor Timur merdeka secara
bertahap, Fretilin menginginkan kemerdekann secepatnya. Adapun Apodeti
berpandangan bahwa bergabungnya Timor Timur ke Indonesia
merupakan pilihan terbaik. Menurut Apodett, hubungan geografis dan
historis dengpan Indonesia akan memperkuat stabilitas politik di wilayah
Timor Timur. Seiring berjalannya waktu, UDT dan dua partal kecil, vaitu
Kota dan Trabalista menyatakan sepakat dengan Apodeti untuk
berintegrasi
dengan Indonesia melalui "Deklarasi Balibo pada 30 November 1975.

D. Penerapan kembali politik luar negeri bebas aktif


Pemerintah Orde Baru juga berupaya mengembalikan politik luar neger
bebas aktif sesuai prinsipnya Penerapan kembali politik bebas aktif
bertujuan memulihkan stabilitas nasional dan mempercepat pembangunan.
Kebljakan politik luar neger bebas aktif yang diterapkan pemerintah Orde
Baru ditunjukkan dengan mengakhiri konfrontasi Indonesia-Malaysia,
kemball aktif dalam Perserilitan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 28 September
1966, serta turut menginisiasi berdirinya /Association of Southpast Asian
Nation (ASEAN) bersama Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina pada B
Agustus 1967 di Bangkok.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
masa awal orde baru ditandai olehterjadinya perubahan bear dalam
pegimbangan politik di dalam Negara dan masyarakat, sebelumya pada era
Orde Lama kita tahu bahwa pusat kekuasaan ada di tangan presiden, militer
dan PKI. Namun pada Orde Baru terjadi pergeseran pusat kekuasaan
dimana dibagi dalam militer, teknokrat, dan kemudian birokrasi. Namun
harapan itu akhirnya menemui ajalnya ketika pada pemilu 1971, golkar
secara mengejutkan memenangi pemilu lebih dari separuh suara dalam
pemilu.Itulah beberapa sekelumit cerita tentang Orde Lama dan Orde Baru,
tentang bagaimana kehidupan sosial, politik dan ekonomi di masa itu yang
kemudian pada orde baru akhirnya tumbang bersamaan dengan
tumbangnya Pak Harto atas desakan para mahasiswa di depan gendung
DPR yang akhrinya pada saat itu titik tolak era Reformasi lahir. Dan pasca
reformasilah demokrasi yang bisa dikatakan demokrasi yang di Inginkan
pada sat itu perlahan-lahan mulai tumbuh hingga sekarang ini.

B. SARAN
Dengan menyadari bahwa manusia adalah tempatnya salah dan jauh
dari kata sempurna, maka kami mengharapkan saran dan kritik guna
menjadikan pembahasan dalam makalah ini menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://lahirnya-reformasi-dan-jatuhnya-masa.html/

http://sistem-pemerintahan-orde-baru.html/

Anda mungkin juga menyukai