Anda di halaman 1dari 14

PANCASILA

KELOMPOK 5

Nama anggota : 1. M HAFIZH AS SHIDDIQI KARNI(23036076)


2. KHLIMATUSADIAH(23337007)
3. LALA DESWITA(23032017)
4. YOVA YOSEFIAN(23042099)
5. ADLAN MAULANA(23067059)
2. Orde Baru
Era Orde Baru dalam sejarah republik ini
merupakan masa pemerintahan yang
terlama, dan bisa juga dikatakan sebagai
masa pemerintahan yang paling stabil.
Lahirnya Orde Baru diawali dengan
dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret
1966. Di era orde baru Pancasila menjadi
alat bagi pemerintah untuk semakin
menancapkan kekuasaan di Indonesia.
Pancasila begitu diagung-agungkan
Pancasila begitu gencar ditanamkan nilai
dan hakikatnya kepada rakyat dan rakyat
tidak memandang hal tersebut sebagai
sesuatu yang mengganjal.
Di era Orde Baru, terdapat kebijakan Pemerintah terkait penanaman
nilai-nilai Pancasila, yaitu Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (P4). Materi penataran P4 bukan hanya Pancasila, terdapat
juga materi lain seperti UUD 1945, Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN), Wawasan Nusantara, dan materi lain yang berkaitan dengan
kebangsaan, nasionalisme dan patriotisme.

Visi Orde Baru pada saat itu adalah untuk mewujudkan tatanan
kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang melaksanakan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Penanaman nilai-nilai Pancasila pada saat itu dilakukan
tanpa sejalan dengan fakta yang terjadi di masyarakat,
berdasarkan perbuatan pemerintah. Akibatnya, bukan nilai-
nilai Pancasila yang meresap ke dalam kehidupan
masyarakat, tetapi kemunafikan yang tumbuh subur dalam
masyarakat. Sebab setiap ungkapan para pemimpin
mengenai nilai-nilai kehidupan tidak disertai dengan
keteladanan serta tindakan yang nyata, sehingga banyak
masyarakat pun tidak menerima adanya penataran yang
tidak dibarengi dengan perbuatan pemerintah yang benar-
benar pro-rakyat.
Pemerintahan Orde Baru dinilai tidak mampu
menciptakan kehidupan masyarakat yang adil dalam
kemakmuran dan makmur dalam keadilan
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pemerintahan
Orde Baru yang dipimpin Presiden Suharto selama 32
tahun, ternyata tidak konsisten dan konsekuen dalam
melaksanakan cita-cita Orde Baru. Pada awal
kelahirannya tahun 1966, Orde Baru bertekad untuk
menata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Namun dalam pelaksanaannya, pemerintahan Orde
Baru banyak melakukan penyimpangan terhadap
nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-ketentuan yang
tertuang dalam UUD 1945 yang sangat merugikan
rakyat kecil. Bahkan, Pancasila dan UUD 1945 hanya
dijadikan legitimasi untuk mempertahankan
kekuasaan. Penyimpangan-penyimpangan itu
melahirkan krisis multidimensional yang menjadi
penyebab umum lahirnya gerakan reformasi, seperti
berikut ini:
1. Krisis Politik
Krisis politik yang terjadi pada tahun 1998 merupakan puncak
dari berbagai kebijakan politik pemerintahan Orde Baru.
Berbagai kebijakan politik yang dikeluarkan pemerintahan
Orde Baru selalu dengan alasan dalam kerangka pelaksanaan
demokrasi Pancasila. Namun yang sebenarnya terjadi adalah
dalam rangka mempertahankan kekuasaan Presiden Suharto
dan kroni-kroninya. Artinya, demokrasi yang dilaksanakan
pemerintahan Orde Baru bukan demokrasi yang semestinya.

2. Krisis Hukum
Rekayasa-rekayasa yang dibangun pemerintahan Orde Baru
tidak terbatas pada bidang politik. Dalam bidang hukumpun,
pemerintah melakukan intervensi. Artinya, kekuasaan
peradilan harus dilaksanakan untuk melayani kepentingan para
penguasa dan bukan untuk melayani masyarakat dengan
penuh keadilan. Bahkan, hukum sering dijadikan alat
pembenaran para penguasa. Kenyataan itu bertentangan
dengan ketentuan pasa 24 UUD 1945 yang menyatakan
bahwa‘kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan
terlepas dari kekuasaan pemerintah (eksekutif).
3. Krisis Ekonomi
Krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara
sejak Juli 1996 mempengaruhi perkembangan
perekonomian Indonesia. Ternyata, ekonomi Indonesia
tidak mampu menghadapi krisis global yang melanda
dunia. Krisis ekonomi Indonesia diawali dengan
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika
Serikat. Pada bulan Maret 1998, nilai tukar rupiah terus
melemah dan mencapai titik terendah, yaitu Rp 16,000.00
per dollar Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tidak
dapat dipisahkan dari berbagai kondisi, seperti: hutang luar
negeri Indonesia yang sangat

4. Krisis Sosial
Krisis politik, hukum, dan ekonomi merupakan penyebab
terjadinya krisis sosial. Pelaksanaan politik yang represif
dan tidak demokratis menyebabkan terjadinya konflik
politik maupun konflik antar etnis dan agama. Semua itu
berakhir pada meletusnya berbagai kerusuhan di beberapa
daerah.
Gerakan mahasiswa Indonesia 1998

Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 adalah puncak gerakan


mahasiswa dan gerakan rakyat pro-demokrasi pada akhir
dasawarsa 1990-an. Gerakan ini menjadi monumental karena
dianggap berhasil memaksa Soeharto berhenti dari jabatan
Presiden Republik Indonesia pada tangal 21 Mei 1998, setelah 32
tahun menjadi Presiden Republik Indonesia sejak dikeluarkannya
Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) pada tanggal 11
Maret 1966 hingga tahun 1998. Pada April 1998, Soeharto
terpilih kembali menjadi Presiden Republik Indonesia untuk
ketujuh kalinya (tanpa wakil presiden), setelah didampingi Try
Soetrisno (1993-1997) dan Baharuddin Jusuf Habibie (Oktober
1997-Maret 1998). Namun, mereka tidak mengakui Soeharto dan
melaksanakan pemilu kembali. Pada saat itu, hingga 1999, dan
selama 29 tahun, Partai Golkar merupakan partai yang
menguasai Indonesia selama hampir 30 tahun, melebihi rejim
PNI yang menguasai Indonesia selama 25 tahun. Namun,
terpliihnya Soeharto untuk terakhir kalinya ini ternyata
mendapatkan kecaman dari mahasiswa karena krisis ekonomi
yang membuat hampir setengah dari seluruh penduduk
Indonesia mengalami kemiskinan.
Gerakan ini mendapatkan momentumnya saat
terjadinya krisis moneter pada pertengahan
tahun 1997. Namun para analis asing kerap
menyoroti percepatan gerakan pro-demokrasi
pasca Peristiwa 27 Juli 1996 yang terjadi 27 Juli
1996. Harga-harga kebutuhan melambung tinggi,
daya beli masyarakat pun berkurang. Tuntutan
mundurnya Soeharto menjadi agenda nasional
gerakan mahasiswa. Ibarat gayung bersambut,
gerakan mahasiswa dengan agenda reformasi
mendapat simpati dan dukungan dari rakyat.
Latar belakang terjadinya demo mahasiswa dan runtuh nya era
orde baru

1. Pembentukan (Krisis keuangan Asia)[sunting | sunting sumber]


Pada bulan Mei 1998, Indonesia mengalami pukulan terberat krisis
ekonomi 1997-1999, yang menerpa kawasan Asia Timur,
Asia Selatan, dan Asia Tenggara. Meningkatnya inflasi dan
pengangguran menciptakan penderitaan di mana-mana. Ketidak-
puasan terhadap pemerintahan zaman Orde Baru (Kabinet
Pembangunan) dan merajalelanya korupsi juga meningkat.
Pada bulan April 1998, ketika Soeharto untuk terakhir kalinya
terpilih kembali menjadi Presiden Republik Indonesia, setelah masa
bakti 1993-1998 bersama Try Soetrisno, mahasiswa dari berbagai
universitas di seluruh Indonesia menyelenggarakan demonstrasi
besar-besaran. Mereka menuntut pemilu kembali diadakan dan
tindakan efektif pemerintah untuk mengatasi krisis.
Ini adalah insiden terbaru, ketika mahasiswa Indonesia
meneriakkan aspirasi rakyat dan dipukuli karena dianggap akan
menimbulkan gangguan.
2. Tragedi Trisakti
Soeharto mendapatkan surat dari Harmoko, mantan ketua DPR
saat itu, ketika sedang menghadiri konferensi tingkat tinggi antar-
negara di Mesir pada tanggal 20 Mei 1998. Isi surat itu adalah :
"Soeharto harus mengundurkan diri dari jabatan Presiden RI
karena Jakarta tidak aman lagi". Surat ditandatangani oleh 15
orang, termasuk 14 menteri Kabinet Pembangunan VII, yang
merasa telah "meninggalkan" Soeharto.
Puncak kebencian mereka pada zaman orde baru telah meradang
dalam gelombang unjuk rasa mahasiswa yang menimbulkan
Tragedi Trisakti pada tanggal 12-20 Mei 1998. Saat itu, Soeharto
Hingga akhirnya, pada tanggal 21 Mei 1998, Soeharto
mengundurkan diri dari jabatan presiden, dan pada akhirnya
posisi Soeharto digantikan oleh Baharuddin Jusuf Habibie yang
sebelumnya adalah wakil presiden terakhir pada zaman orde
baru. Gerakan mahasiswa Indonesia 1998 memang begitu
monumental, karena telah berhasil menurunkan Soeharto dari
jabatannya.
Era Reformasi
Reformasi di Indonesia dimulai pada pertengahan 1998, tepatnya saat Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998
dan digantikan wakil presiden BJ Habibie.
Memahami peran Pancasila di era reformasi, khususnya dalam konteks sebagai dasar negara dan ideologi nasional,
merupakan tuntutan hakiki agar setiap warga negara Indonesia memiliki pemahaman yang sama dan akhirnya memiliki persepsi
dan sikap yang sama terhadap kedudukan, peranan dan fungsi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang kebudayaan mengandung pengertian bahwa Pancasila
adalah etos budaya persatuan, dimana pembangunan kebudayaan sebagai sarana pengikat persatuan dalam masyarakat
majemuk.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan bidang sosial politik mengandung
arti bahwa nilai-nilai Pancasila sebagai wujud cita-cita Indonesia merdeka di
implementasikan sebagai berikut :
• Penerapan dan pelaksanaan keadilaan sosial mencakup keadilan politik,
agama, dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.
• Mementingkan kepentingan rakyat / demokrasi dalam pengambilan
keputusan.
• Melaksanakan keadilaan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan
berdasarkan konsep mempertahankan kesatuan.
• Dalam pelaksanaan pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan
kemanusiaan yang adil dan beradab.
• Nilai-nilai keadilan, kejujuran, dan toleransi bersumber pada nilai ke Tuhanan
Yang Maha Esa.
Kelebihan :
1. Munculnya kebebasan pers
2. Kembalinya jati diri bangsa Indonesia
3. Sukses transmigasi

Kekurangan :
1. Pelaksanaan pemilihan umum yang kurang demokratis
2. pembatasan hak hak rakyat
3. terjadinya korupsi,kolusi dan nepotisme(kkn)
SEKIAN DAN TERIMAKASIH , BILA ADA
PERTANYAAN HARAP DI TANYAKAN

Anda mungkin juga menyukai