Anda di halaman 1dari 5

PAPER PANCASILA

DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA DI MASA ORDE BARU

DISUSUN OLEH :

IMELDA PUTRI DELIANSYAH

H051211075

PRODI STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
Pancasila merupakan ideologi dasar negara Indonesia yang terdiri dari dua kata dari
Sanskerta, panca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan pedoman
dan rumusan kehidupan dalam berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia dimana
yang pertama kali mengusulkan pancasila sebagai dasar negara adalah Ir. Soekarno yang juga
merupakan presiden pertama Republik Indonesia. Pancasila sebenarnya merupakan
perwujudan dari nilai-nilai budaya milik bangsa sendiri yang sudah diyakini kebenarannya,
yang digali dari budaya bangsa Indonesia yang sudah ada, tumbuh, dan berkembang berabad-
abad lamanya.

Masa pemerintahan Indonesia telah berubah-ubah dari semenjak awal kemerdekaan.


Sampai sekarang, Indonesia telah mengalami tiga kali perubahan masa pemerintahan, yaitu
Orde Lama, Orde Baru, dan Masa Reformasi. Orde Lama merujuk kepada masa pemerintahan
Soekarno yang berlangsung dari tahun 1945-1965, pancasila mengalami ideologisasi. Lalu
dilanjutkan dengan masa pemerintahan Soeharto yang berlangsung dari tahun 1966-1998,
bangsa Indonesia kembali menjadikan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar negara, lalu dari
tahun 1999-sekarang merupakan masa reformasi.

Lahirnya Orde Baru diawali dengan dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966,
dimana Orde Baru ini menerapkan prinsip bahwa tekad untuk membuat negara Indonesia yang
mengabdi pada kepentingan rakyat serta meletakkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945
sebagai dasar pengambilan untuk setiap keputusan. Soeharto resmi mulai resmi menjadi
presiden menggantikan Ir. Soekarno melalui TAP MPR No. XXXIII/MPRS/1967.

Rezim baru yang tampil diatas keruntuhan demokrasi terpimpin menamakan dirinya
sebagai ‘Orde Baru’. Terdapat landasan konstitusional mengenai masuknya militer ke dalam
politik, yaitu UUD 1945 yang menyebutkan adanya golongan ABRI dalam anggota MPR.
Untuk mendominasi di DPR, pemerintah mengusulkan bahwa pengangkatan sebagian anggota
DPR dilakukan oleh pemerintah, bahkan pemerintah ingin menghendaki pemilu sistem distrik.
Namun, usul pemerintah ini ditolak oleh partai-partai yang ikut membahas rancangan undang-
undang di DPR.

Target Orde Baru yaitu mengoreksi penyimpangan politik yang terjadi pada era Orde
Lama dengan cara memulihkan tertib politik berdasarkan Pancasila. Pada awal keberadaannya,
Orde Baru memulai langkah pemerintahannya dengan cara libertarian. Namun kenyataannya
cara libertarian ini tidak berlangsung lama, karena disamping ini merupakan reaksi terhadap
sistem otoriter yang ada sebelumnya, sistem ini hanya ditolerir selama pemerintah mencari
format baru politik Indonesia. Segera sesudah format baru terbentuk, sistem liberal bergeser
lagi ke sistem otoriter yang ditegaskan melalui UU No. 15 Tahun 1969 dan UU No. 16 Tahun
1969, yang memberi keleluasaan bagi pemerintah untuk mengangkat 1/3 anggota MPR dan
lebih dari 1/5 anggota DPR.

Di masa Orde Baru ini, pemerintah berkehendak ingin melaksanakan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen sebagai kritik terhadap Orde Lama
yang menyimpang dari Pancasila, melalui program P4 (Pedoman Pengahayatan dan
Pengamalan Pancasila). Namun, yang terjadi sebenarnya tidak jauh berbeda dengan apa yang
terjadi pada masa Orde Lama, yaitu Pancasila tetap pada posisinya sebagai alat pembenar rezim
otoritarian baru di bawah Soeharto.

Salah satu upaya penerapan Pancasila di rezim ini yaitu penyederhanaan partai politik
yang dibatasi dan hanya berjumlah tiga, meliputi Partai Demokrasi Indonesia (PDI), Partai
Persatuan Pembangunan (PPP), dan Golkar. Rezim Orde Baru juga mewajibkan Pancasila
sebagai asas tunggal.

Pemerintahan Orde Baru ini berhasil mempertahankan Pancasila sebagai dasar dan
ideologi negara sekaligus berhasil memberantas paham komunis yang ada di Indonesia.
Namun, pengaplikasiannya sangat mengecewakan, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
ternyata tidak sesuai dengan jiwa Pancasila. Pancasila ditafsirkan sesuai kepentingan
kekuasaan pemerintah sehingga tertutup bagi tafsiran lain, yang justru dijadikan sebagai
indoktrinasi. Metode yang digunakan dalam indoktrinasi Pancasila, yang pertama yaitu ajaran
P4 yang dilakukan di sekolah-sekolah melalui pembekalan. Kedua, jika ingin diberi izin untuk
membentuk organisasi, Presiden Soeharto mengharuskan organisasi berasaskan Pancasila.
Ketiga, Presiden Soeharto melarang hadirnya kritikan kritikan yang dapat meruntuhkan
kepemerintahan dengan alasan stabilitas, karena itu, Presiden Soeharto menggunakan kekuatan
militer agar tidak ada yang berani mengkritik pemerintah.
Presiden Soeharto juga melakukan beberapa penyimpangan dalam penerapan
Pancasila, sebagai contoh diterapkannya sentralistik. Presiden Soeharto juga melemahkan
aspek-aspek demokrasi, terutama pers, karena dianggap dapat mengancam kekuasaaannya
sehingga ia membentuk Departemen Penerangan untuk menyaring berita yang dimuat di media
tidak ada yang mengandung unsur yang dapat menjatuhkan pemerintah.
Penyimpangan lain yang sangat buruk yaitu Presiden Soeharto memperabadikan
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) sehingga masa Orde Baru ini dikenal sebagai rezim
terkorup di Indonesia. Klimaksnya ialah pada saat terjadi krisis ekonomi dan moneter pada
tahun 1997 mengakibatkan perekonomian Indonesia merosot sehingga memicu gerakan yang
besar untuk menurunkan paksa rezim Orde Baru.
Meskipun di Orde Baru ini memberikan banyak kerugian, pelaksanaan Pancasila di
Orde Baru ini membawa dampak positif, yaitu suksesnya transmigrasi dan sukses dalam
swasembada pangan.

Kesimpulan

Pada masa Orde Baru, Pelaksanaan Pancasila tidak sebaik yang diharapkan. Di Orde Baru
masih saja terjadi berbagai penyimpangan dalam pelaksanaan Pancasila. Diantaranya :

1. Presiden Soeharto menjabat selama 32 tahun.


2. Terjadi penafsiran sepihak terhadap Pancasila oleh rezim Orde Baru melalui program P4.
3. Adanya penindasan ideologis, sehingga orang-orang yang mempunyai gagasan kreatif dan
kritis menjadi takut mengeluarkan pendapat.
4. Adanya penindasan secara fisik seperti pembunuhan terhadap orang di Timor-Timur, Aceh,
Irian Jaya, kasus Tanjung Priok, pengrusakan pada 27 Juli, dan lain sebagainya.
5. Perlakuan diskriminasi oleh negara juga dirasakan oleh masyarakat non pribumi (keturunan)
dan masyarakat golongan minoritas. Mereka merasa diasingkan, bahkan acapkali mereka
hanya dijadikan sebagai kambing hitam jika ada masalah, atau diperas secara ekonomi.
6. Pancasila digunakan sebagai alat politis
7. Diterapkannya demokrasi sentralistik, demokrasi yang berpusat pada pemerintah.
8. Presiden melemahkan aspek-aspek demokrasi terutama pers karena dinilai dapat
membahayakan kekuasaannya.
9. Banyak terjadi KKN (Korupsi,Kolusi dan Nepotisme).

Pancasila selama Orde Baru diarahkan menjadi Ideologi yang hanya menguntungkan
satu golongan, yaitu loyalitas tunggal pada pemerintah dan atas nama persatuan dan kesatuan,
akhirnya hak-hak demokrasi pun tidak pernah dipenuhi.
DAFTAR PUSTAKA

Utama, Andrew., dan Sandra Dewi. (2021). “Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia serta
perkembangan ideologi Pancasila pada masa Orde Lama, Orde Baru, dan Era Reformasi”.
Jurnal PPKN dan Hukum Volume 13, No. 1 (hlm. 17-36).

Prinada, Yuda. 2021. “Sejarah dan Penerapan Pancasila Masa Orde Baru Soeharto 1966-1998”,
https://tirto.id/sejarah-dan-penerapan-pancasila-masa-orde-baru-soeharto-1966-1998-ghNK,
diakses pada 30 Agustus 2021 pukul 14.00.

Kurniawan, Aris. 2021. “Pancasila Pada Masa Orde Baru”,


https://www.gurupendidikan.co.id/pancasila-pada-masa-orde-baru, diakses pada 30 Agustus
2021 pukul 01.30.

Anda mungkin juga menyukai