Padahal kalian sebelumnya tidak ada, kemudian Dia menciptakan kalian, lalu
kemudian Dia mematikan kalian, kemudian Dia menghidupkan kalian kemball
dan akhirnya kepada Dialah kalian kembali." Berdasarkan ayat ini, dapat
ditegaskiln bahwa penolakan eksistensi Tuhan, prilaku kufur dan syirik adalah
tidak pantas terjadi bagi manusia.
Pada tempat' lain yakni Q.S. ath-Thur (52): 35-36, al-Quran
meinperfanyakan; "Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah
mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah
menciptakan langit dan bumi itu? Sebenarnya mereka tidak menyakini (apa
yang mereka katakan).
Dari kandungan ayat 35-36 tersebut setidaknya ada tiga urutan
pertanyaan yang mesti dijawab dengan tepat yaitu:
1. Apakah manusia tercipta tanpa pencipta?
2. Apakah manusia menciptakan diri mereka sendiri?
3. .Apakah Manusia yang menciptakan langit dan bumi, padahal langit
dan bumitelah ada sebelum manusia?
Mencermati ketiga pertanyaan di atas tampaknya al-Quran ingin
menyadarkan logika ilmiah manusia tentang ekslstensi Tuhan dan kebutuhan
manusia terhadap Tuhan. Coba kita lihat jawaban-jawaban dari ketiga
pertanyaan di atas. Jika jawaban untuk pertanyaan pertama adalah tidak. Maka
manusia adalah makhluk yang membutuhkan pencipta. Dengan demikian,
maka jawaban untuk pertanyaan kedua sudah pasti tidak, karena makhluk tidak
mungkin dapat menciptakan dirinya sendiri. Tegasnya semua makhluk
termasuk manusia tidak akan mungkin menjadi pencipta.
Demikian pula untuk pertanyaan ketiga, jawabannya bersifat negasi,
karena diri manusia saja tidak dapat diciptakan oleh manusia itu sendiri, lalu
bagaimana mungkin manusia menciptakan sesuatu yang telah ada sebelum
dirinya ada. Oleh karena itu sangat menggelikan jika manusia mengklaim
dirinya sebagai Tuhan dan berkata bahwa dirinya adalah pencipta dan
penguasa langit dan bumi, seperti apa yang dilakukan dan diakui oleh Fir'aun.
Coba cermati permisalan berikut ini; "sebagaimana kita ketahui bahwa sebuah
kursi dibuat oleh tukang kursi. Pertanyaannya, pernahkah atau dapatkah kursi
t/
lF
itu menjadi tukang kursi? Ataukah tukang kursi itu nieiijai r;13 ?.rawabannya
pastilah tidak. Demikian pula manusia sebagaimartiur lz.j . c:ptakan dan
Tuhan sebagai pencipta; manusia bagaikan kursi ,;aig :r:ar --^:{L:r menjadi
tukang kursi atau Tuhan (Pencipta). iadi betapa b:::--_,'a -anusia jika
mengaku sebagai tuhan dan yang lebih borjoh la3r a:a a- -arusra yang
n-iempeduhankan manusia iainnya (meyakini Den.gakuar a{a- <etuhanan
manusia lainnya).
Di sisi lain, bukankah pengakuan diri Firau: se.39a, t-.ai seielah ia
menolak Tulrannya Musa as dan yang diimani o:eir ::- j .i-i 1.1-si ,-nerupakan
bukti konkrit bahwa manusia memiliki kesadai'an a'--, =<s
s:e-s TLrhan dan
manusia butuh akarr Dia? Sehingga ketika manus;a rid.B;-r r3 rni Fir'aun)
menoiak eksistensi ir-rhan di luar dirinya, ra pu nerEangKai ian mengakui
dirinya sendiri sebagai tuhan. Dari sini dapat ditegaskan bahwa manusta tidak
akan mampu melepaskan diri dari penge(uan akan eksrstensr Ti,nan
Kesalahan terbesar Fir'aun k-:rut1o mengakui dan mengangkat dirinya
sebaga! tuhan, pada akhirnya ia sadari dan kemudian mengaxui eksistensi
Tuhan yang diimani Musa as dan Bani lsrail (meskipun rnenurLt al-Quran
sudah terlambat), sepertiditegaskan dalam Q.S. Yunus (10) 9C"gt
Bukankah pengakuan Fir'aun akan eksistensi Tuhannya ilusa as dan
Bani lsrail dan pembatalan ketuhanan dirinya sendiri. (yang ier;acji kemudian,
pada saat ia akan tenggelam, ia tidak berdaya dan berkuasa agi; merupakan
bukti bahwa pengakuan akan eksistensi l-uhan sudah inheren dalam diri
manusia. Sungguh indah al-Quran mengibaratkan bah,va perasaan
ketergantungan kepada Tuhan dan harapan akan perlclongan-l',lya. secara
spontan akan rrruncul, ketika manusia mendapatkan m:..:sicah. seperti
dikemukakan dalam Q.S. al-lsra (17) 67. Yaitu "apabria Kamu ditimpa
marabahaya Ci larltan, hilanglah segala yang kamu puja-pu1a itu di ingatanmu
kecuali Dia (Tuhan). Akan tetapi setelah kamu diselamatkan-Nya ke daratan
lantas kamu berpaling lagi. Sesungguhnya manusia itu tiada tahu berterima
kasih."
Jadi man..:sia akan merasakan kebutuhannya akan kehadrran Tuhan,
ketika ia dalam keadaan kesulitan yang besar dan tidak ada lagr yang dapat
I
I
Terjemahan.
Kaii akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)
kami disegala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga ielas bagi
mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa
Sesungguh nya Tuhanmu meniadi saksi alas sega/a sesuatu?
Kandungan ayat ini mengemukakan dua metode pembuktian eksistensi
Tuhan yaitu; pertama metode pembuktian Tuhan lewat perenungan terhadap
alam raya dan diri manusia. Metode ini relevan dengan dalil sebab akibat.
Artinya penelitian, pemikiran, dan perenungan terhadap eksistensi alam raya
dan diri manusia akan mengantar seseorang memahami Tuhan sebagai sebab
pertama. Metode ini relevan dengan kandungan ayat yang menyatakan: "Kami
6 | Ketuhanqn Dolant Islam
yang menyamai-Nya. Q.s. al-Nahl (i6): 23; "Tuhanmu adaiah satu." Demikian
pula dalam Q.s. al-ikhlas (112)" 1;"Katakalah, Allah itu satu'Dan dalam e.s.
ai-syuara (42). 11 ditegaskan bahwa: "Ticjak ada sesuaru pun yang
menyerupai-Nya. "
Terjemah:
"sesungguhnya kami relah mengutus Nuh kepada kat,mnya lalu ia
berkata. "wahai kaumku sembahlah Atlah. sekaii-kali tax aca Tuhan bagimu
selain-Nya." sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Altah). Aku takut
kamu akan ditimpa azab hariyang besar (kiamat)."
Dalam. ayat di atas, dikemukakan seruan Nabi Nuh kepada kaumnya
agar menycmban Allah, tiada Tuhan selain Allah. Seruan,ni ransung diikuti
dengan ancaman, bahwa jika kalian tidak rnenyembah Allah (can menyembah
selain-Nya) maka kalian akan ditimpa azab yang besa'.
seruan yang sama telah disampaikan Nabi Musa dan Nabi lsa kepada
kaum mereka berdua, seperti ditegaskan dalam e. s. Thaha (20) 13-14 dan
Q.s. al-Maidah (5): 72. Demikian pula dengan Nabi lbrahim dan nabi-nabi
lainya hingga Nabi Muhammad sa,w sebagai Nabi terakhir.
Hanya saja perlu ditegasxa: Dan.va penvampaian ajaran tauhid oleh
setiap nabi dan rasul berbeca-ceca penyamparan yang berbeda ini
disesuaikan dengan tingkat kedewasaas ss.pixir umat yang dihadapi oleh para
-.1
itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya Aku berlepas diri dari
apa yang kamu persekutukan."
Puncak pengajaran tauhid yang dilandaskan pada argumentasi logis-
rasional terjadi pada pengutusan Muhammad saw. sebagai nabi dan rasulAllah
yang terakhir. Dalam al-Quran ditegaskan perintah untuk mengilmui ajaran
tauhid" Q.S. Muhammad (7):19'.
;'*.i > iiPg
"Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada llah (sesembahan,
Tuhan) selain Allah."
Pengajaran tauhid pada masa kerasulan Muhammad saw insya Allah
akan dikemukakan setelah pembahasan tentang tingkatan-tingkatan tauhid.
Pembahasan tentang tauhid berikut ini didasarkan pada pembagian tauhid
secara teoritis dan praktis. Tauhid teoritis meliputi tauhid zat. tauhid sifat dan
tauhid perbuatan (amal) sedang tauhid praktis adalah tauhid ibadah.
Pada prinsipnya tauhid,leoritis adalah pengetahuan tentang Tuhan yang
Maha Esa baik dari segi Zat-Nya, Sifat-sifat-Nya dan amal-Nya. Sedangkan
tauhid ibadah atau tauhid praktis merupakan aktualisasi dan pengetahuan
tentang tauhid teoritis. Dengan demikian, kedua pembagian tauhid di atas
rnerupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Pengetahuan tentang tauhid
teoritis tidak anan memberi manfaat tanpa tauhid praktis (tauhid ibadah).
Sepertl apa vang terjadi pada iblis (syetan) yang dilaknat oleh Atlah karena
tidak taat akae perintah Tuhan (sebagai bentuk aktus tauhid ibadah), pada hal
iblis juga mengakui ketauhidan Allah secara teoritis. Buktinya lblis atau syetan
pun ketika ia telah dilaknat dan dinyatakan kafir, ia pun memohon kepada Allah
agar dipanjangkan umurnya hingga hari kebangkitan. karena ia ingin
menyesaikan manusia yang merupakan anak cucu Adam Seperti dalam Q.S.
al-A'raf (7): 15. Bandrngkan dengan Q.S. al-Hasyar (59): 16.
!
Ketuhanan Dalam Islam I ll
Terjemah:
' (Bujirkan
orang-orang munafikitu adalah) seperti (bujukan) syaitan
ketika dia berkata kepada manusia: "Kafirlah kamu", maka tatkala manusia itu
telah kafir, maka ia berkata: "sesungrguhnya Aku berlepas diri dari kamu,
Karena sesungguhnya Aku takut kepada Allah, Rabb semesfa alam,,.
Dalam ayat di atas, ibris menegaskan bahwa ia berlepas diri.dari
mereka yang berlaku kufur, karena sesungguhnya ia juga takut kepada Allah
Rabb semesta alam.
Kita kembali kepada pembahasan tauhid teoritis dan tauhid praktis.
Tauhid teoritis meliputi:
1. Tauhid Zat
Yang dimaksud dengan tauhid zat adalah mengetahui bahwa Allah
adalah Esa dalam zat-Nya. Dia adalah wujud yang Maha Kaya dan tidak
membutuhkan dan tidak bergantung kepada apa pun dan siapa pun. Dalam
bahasa al-Quran disebut dengan al-Ghani. Justru segala sesuatu bergantung
kepada-Nya. seperti ditegaskan dalam Q.s. Fathir (35): 15: " Hai manusia,
kamulah yang membutuhkan Allah; dan Allah, Dialah yang Maha Kaya (Tidak
memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji." Dalam bahasa filosof, Dia adalah
Wujud yang mesti ada dan setiap wujud tergantung kepada-Nya.
Dia Allah adalah Zat runggal. Dialah pencipta dan sumber segala
sesuatu dan segala sesuatu akan kembali pula kepada-Nya. Dia bukan dari
apa pun dan siapa pun, Dalam bahasa al-euran, Dia adalah al-Awwal wa al-
A.khir dan dalam bahasa filsafat, Dia adalah sebab pertama. Dalam e.s. Rad
t13): 16; ditegaskan bahwa; " Katakanlah, Allah itu pencipta segala sesuatu.
Demikian pula Q.s. al-syuara (a2): 35 ditegaskan bahwa: "lngaflah bahwa
repada Allahlah kembali segala sesatu." Dengan demikian, alam semesta dan
segala isinya termasuk manusia bersumber dari pencipta yang Tunggal. oleh
12 | Ketuhanan Dalam Islam
karena itu, asal, tujuan dan akhir dari alam semesta ini satu. Satu orbit, satu
kutub dan satu pusat. Dari sisi ini dapat ditegaskan bahwa hubungan Allah
dengan alam semesta adalah hubungan antara Pencipta dengan yang
l
I
)
14 | Ketuhanan Dalam Islam
dan demikian ltulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang
pertama{ama menyerahkan diri (kepada Allah)". Makna inilah yang dimaksud
dengan kalimat la ilaha illa Allah "tidak ada ilah selain Allah '
Uraian tentang tauhid teoritis dan praktis akan lebih jelas dan rirrci, jika
kita uraikan bagaimana Allah memperkenalkan diri-Nya kepada manusia,
seperti yang dipahami dari al-Quran? Tampaknya dalam al-Quran dapat
dipahami bahwa yang pertama-tama Allah perkenalkan kepada manusia
adalah perbuatan dan sifat-Nya. Kata yang pertama ia gunakan untuk
memperkenalkan dirinya adalah kata Rabb dan bukan kata Allah
Seperti ditegaskan dalam ayat yang pertama turun yaknr Q.S. al-Alaq
1-5:
4.\.*
a
a'i
vt
/*2 iJ t- :-rYt i