Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH BOTANI TUMBUHAN RENDAH

“Devisi Bryophyta, Kelas Musci”

OLEH

KELOMPOK IX

Nurhilmi (2016310305)

Syamsiah S. (2016310336)

Rahbia Yusuf (2016310339)

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI

STKIP MUHAMMADIYAH BULUKUMBA

TAHUN AJARAN 2017

i
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang layak kami ucapkan berkenan dengan selesainya makalah
ini, selain ucapan Alhamdulillah dan rasa syukur kepada Allaah Subhanahu Wa
Ta’ala yang telah memberikan kami kemudahan, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Devisi Bryophyta, Kelas Musci”
Dan tak lupa pula kita kirimkan shalawat menyertai salam kepada Nabi
junjungan kita, Nabiyullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sang aktor
terbaik sepanjang masa. Karena berkat dia jugalah yang telah membawa kita dari
zaman kebodohan (jahiliyah) menuju zaman kepintaran (modern). Dan semoga
saja kita mendapatkan syafa’atnya di Yaumul Akhir kelak. Aamiin.

Bulukumba, 30 Oktober 2017

Kelompok IX

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bryophyta (Tumbuhan Lumut) .................................. 3
B. Karakteristik Bryophyta................................................................ 4
C. Siklus Hidup, Perkembangan, serta Reproduksi Bryophyta ......... 8
```` D. Peranan Bryophyta Bagi Ekosistem dan Kehidupan ................... 11
E. Kelas Musci (Lumut Daun) .......................................................... 12
F. Struktur atau Bagian-bagian Musci ............................................... 19
G. Ciri-ciri Musci .............................................................................. 19
H. Siklus Hidup dan Reproduksi Musci ............................................ 21
I.`Manfaat atau Peranan Musci ......................................................... 24

BAB III PENUTUP


A. Simpulan ...................................................................................... 25
B. Saran............................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kingdom Plantae (Dunia Tumbuhan) meliputi organisme
multiseluler yang sel-selnya telah terdiferensiasi, bersifat eukariotik,
memiliki dinding sel selulosa. Hampir seluruh anggota tumbuhan memiliki
klorofil dalam selnya sehingga bersifat autotrof atau dapat menyusun
makanan sendiri. Kebanyakan tumbuhan memiliki organ reproduksi
multiseluler, yang disebut gametangium. Organisme yang termasuk
tumbuhan adalah Bryophyta, tumbuhan paku, dan tumbuhan biji.
Bryophta kadang-kadang dapat di anggap sebagai moyang
tumbuhan berpembuluh. Kesederhanaan strukturnya, tidak ada jaringan
pembuluh dan pembatas pada tempat-tempat basah menyetakan bahwa
mereka dalah bentuk intermediet di antara algae dan tumbuhan
berpembuluh.
Bryophyta, tumbuhan paku, dan tumbuhan biji umumnya termasuk
tumbuhan darat. Tumbuhan mempunyai berbagai kebutuhan misalnya
menyangga berat tubuhnya sendiri, atau melindungi jaringan tubuh dan
alat reproduksinya dari kekringan. Selain itu, tumbuhan juga perlu
mendapatkan air dan makanan dari tanah, serta mentransportasikannya ke
daun dan bagian lainnya. Untuk mengatasi berbagai keluhan tersebut,
tumbuhan memerlukan struktur bentuk tubuh dan fisiologi khusus.
Fisiologi tumbuhan darat lebih kompleks dibandingkan dengan tumbuhan
air.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Bryophyta (Tumbuhan lumut)?
2. Bagaimana karakteristik Bryophyta?
3. Bagaimana siklus hidup, perkembangan, serta reproduksi Bryophyta?
4. Bagaimana peranan Bryophyta bagi ekosistem dan kehidupan?
5. Jelaskan mengenai kelas Musci (Lumut Daun)!
6. Jelaskan struktur atau bagian-bagian Musci!
7. Sebutkan ciri-ciri Musci!
8. Jelaskan siklus hidup dan reproduksi Musci!
9. Bagaimana manfaat atau peranan Musci?

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian Bryophyta (Tumbuhan lumut),
2. Untuk mengetahui karakteristik Bryophyta,
3. Untuk mengetahui siklus hidup, perkembangan, serta reproduksi
Bryophyta,
4. Untuk mengetahui peranan Bryophyta bagi ekosistem dan kehidupan,
5. Untuk mengetahui mengenai kelas Musci (Lumut Daun),
6. Untuk mengetahui struktur atau bagian-bagian Musci,
7. Untuk mengetahui ciri-ciri Musci,
8. Untuk mengetahui siklus hidup dan reproduksi Musci,
9. Untuk mengetahui manfaat atau peranan Musci.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bryophyta (Tumbuhan Lumut)


Ketika kita berada di daerah pegunungan atau batu-batuan yang
ada di sungai atau di tembok-tembok di dekat sumur rumah kalian sering
kalian temukan tumbuhan yang berwarna hijau, hidup menempel.
Tumbuhan tersebut adalah Bryophyta. Bryophyta berasal dari bahasa
Yunani, kata bryum yang berarti Bryophyta dan phyta artinya adalah
tumbuhan.
Tumbuhan Bryophyta merupakan tumbuhan yang relatif kecil,
tubuhnya hanya beberapa milimeter saja, bahkan ada yang tingginya hanya
beberapa milimeter saja. Hampir semua jenis tumbuhan Bryophyta sudah
merupakan tumbuhan darat (Terrestrial), walaupun kebanyakan dari
tumbuhan ini masih menyukai tempat-tempat yang basah.
Tumbuhan Bryophyta adalah golongan tumbuhan tingkat rendah
yang filogenetiknya lebih tinggi daripada golongan algae karena dalam
susunan tubuhnya sudah ada penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup
di darat, gametangium dan sporangiumnya multiseluler, dan dalam
perkembangan sporofitnya sudah membentuk embrio. Meskipun
tumbuhan Bryophyta hidup di darat tetapi untuk terjadinya pembuahan
masih tetap memerlukan air, hingga tumbuhan Bryophyta disebut sebagai
tumbuhan amfibi. Bentuk dan susunan gametangium yang spesifik pada
tumbuhan Bryophyta ialah terutama pada arkegonium yang berbentuk
seperti botol dan terdiri atas bagian perut dan bagian leher, sehingga
tumbuhan Bryophyta termasuk golongan Archegoniata. Berhubung dalam
perkembangan sporofitnya tumbuhan bryophyta membentuk embrio, dan
untuk terjadinya pembuahan gamet jantan mencapai sel telur tanpa harus
melalui "siphon", maka tumbuhan Bryophyta tergolong Embriophyta
asiphonogama.

3
Gambar 1.1. Bryophyta (Tumbuhan Lumut)
Sumber: http://www.asfarafif.blogspot.co.id/2016/04/makalah-
bryophyta.html (Diakses pada tanggal 15 April 2016)
Dalam siklus hidup yang normal generasi haploid (gametofit) dan
generasi diploid (sporofit) bergiliran secara teratur. Penyimpangan dari
siklus hidup yang normal dapat mengakibatkan peristiwa apogami dan
apospori. Sporofit yang terjadi karena peristiwa apogami adalah haploid,
sebaliknya gametofit yang terjadi karena peristiwa apospori adalah diploid
dan menghasilkan gamet yang diploid pula.

B. Karakteristik Bryophyta
1. Karateristik umum tubuh Bryophyta sebagai berikut :
a) Sel-sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri
dari selulosa.
b) Daun Bryophyta umumnya setebal satu lapis sel, kecuali ibu tulang
daun, lebih dari satu lapis sel. Sel-sel daun kecil, sempit, panjang,
dan mengandung kloroplas yang tersusun seperti jala. Di antaranya
terdapat sel-sel mati yang besar-besar dengan penebalan dinding
dalamnya berbentuk spiral. Sel-sel yang mati ini berguna sebagai
tempat persediaan air dan cadangan makanan.
c) Pada tumbuhan Bryophyta hanya terdapat pertumbuhan memanjang
dan tidak ada pertumbuhan membesar. Pada ujung batang terdapat

4
titk tumbuh dengan sebuah sel pemula di puncaknya. Sel pemula
itu biasanya berbentuk bidan empat (tetrader = kerucut terbalik)
dan membentuk sel - sel baru ke tiga arah menurut sisinya. Ukuran
Bryophyta yang terbatas mungkin disebabkan tidak adanya sel
berdinding sekunder yang berfungsi sebagai jaringan penyokong
seperti pada tumbuhan berpembuluh.
d) Rizoid tampak seperti rambut atau benang-benang. Berfungsi
sebagai akar untuk melekat pada tempat tumbuhnya dan menyerap
air serta garam - garam mineral (makanan). Rizoid terdiri dari satu
deret sel yang memanjang kadang kadang dengan sekat yang tidak
sempurna.
e) Bryophyta mempunyai klorofil sehingga sifatnya autotrof
f) Bryophyta tumbuh di berbagai tempat, yang hidup pada daun-daun
disebut sebagai epifit. Jika pada hutan banyak pohon dijumpai
epifit maka hutan demikian disebut hutan Bryophyta.
g) Akar dan batang pada Bryophyta tidak mempunyai pembuluh
angkut (xilem dan floem).
h) Gerakan spermatozoid ke arah ovum berupakan Gerak Kemotaksis,
karena adanya rangsangan zat kimia berupa lendir yang dihasilkan
oleh sel telur.
i) Jika kedua gametangia terdapat dalam satu individu disebut
berumah satu (Monoesius). Jika terpisah pada dua individu disebut
berumah dua (Dioesius).
j) Pada tumbuhan Bryophyta terdapat Gametangia (alat-alat kelamin)
yaitu:
1) Alat kelamin jantan disebut Anteridium yang menghasilkan
Spermtozoid
2) Alat kelamin betina disebut Arkegonium yang menghasilkan
Ovum
k) Struktur sporofit (sporangium) tubuh bryophyta terdiri atas:
1) Vaginula, yaitu kaki yang diselubungi sisa dinding arkegonium.

5
2) Seta atau tangkai.
3) Apofisis, yaitu ujung seta yang agak melebar yang merupakan
peralihan antara seta dengan kotak spora.
4) Kaliptra atau tudung berasal dari dinding arkegonium sebelah
atas menjadi tudung kotak spora.
5) Kolumela, jaringan yang tidak ikut mengambil bagian dalam
pembentukan spora.
2. Ciri-ciri umum Bryophyta sebagai berikut :
a) Tumbuhan kecil, mempunyai talus (akar, batang dan daun sukar
dibedakan)
b) Kitar hidup selangan Genussi
c) Genussi dominan adalah gametofit
d) Sporofit kekal melekat pada gametofit
e) Tinggi kurang daripada 15 cm
f) Gametofit Bryophyta mempunyai bentuk badan seperti daun
g) Ada yang mempunyai jasad taloid seperti piring yang pipih secara
dorsiventral
h) Ada yang mempunyai paksi utama seperti batang yang
mengeluarkan apendaj berupa daun
i) Daun tiada kutikel berlilin dan batang tiada berkas vaskular
j) Tumbuhan gametofit mempunyai struktur berfilamen seperti akar
yang disebut rizoid
k) Rizoid melekatkan tumbuhan kepada batuan atau substrat yang lain
l) Rizoid bukan akar sebenar, ia selebar satu sel dan tiada jidal akar
3. Ciri-ciri dan struktur pembiakan sebagai berikut :
a) Gametofit matang keluarkan organ pembiakan khas yang disebut
gametangium
b) Gametangium terdiri daripada organ seks jantan (anteridium) dan
organ seks betina (arkegonium)
c) Anteridium menghasilkan sperma biflagelum yang motil

6
d) Arkegonium menghasilkan telur Sperma bersenyawa dengan telur
dan menghasilkan zigot (sporofit diploid), proses persenyawaan
bergantung kepada air
e) Zigot menghasilkan kaki dan struktur penghasil spora yang disebut
kapsul
f) Zigot yang masih melekat pada tumbuhan induk berkembang
menjadi embrio multisel
g) Kapsul lazimnya terletak pada struktur seperti tangkai yang disebut
seta
h) Kapsul terdiri daripada selapisan sel mandul yang mengelilingi tisu
yang mengandungi sel induk spora
i) Sel induk spora membahagi secara meiosis dan menghasilkan
spora haploid
j) Spora haploid disebarkan oleh angin apabila matang
k) Spora yang mendarat di atas tanah lembab akan bercambah dan
keluarkan satu struktur yang disebut protonema
l) Protonema tumbuh menjadi tumbuhan gametofit haploid yang
berdaun.
4. Habitat Bryophyta
Bryophyta ditemukan terutama di area sedikit cahaya / ringan
dan lembab. Bryophyta umum di area berpohon-pohon dan di tepi arus.
Bryophyta juga ditemukan di batu, jalan di kota besar. Beberapa
bentuk mempunyai menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi
ditemukannya. Beberapa jenis dengan air, seperti Fontinalis
antipyretica, dan Sphagnum tinggal / menghuni rawa.

7
C. Siklus Hidup, Perkembangan, serta Reproduksi Bryophyta
1. Siklus hidup lumut:
a) Lumut mengalami siklus hidup diplobiontik dengan pergantian
generasi heteromorfik.
b) Bryophyta mengalami dua fase dalam siklus hidupnya, yaitu fase
gametofit dan sporofit. Dalam siklus hidupnya, fase gametofit lebih
dominan dibandingkan fase sporofitnya.
c) Fase gametofit adalah lumut yang biasa kita lihat sehari-hari.
Gametofit merupakan lumut yang menghasilkan gamet (sel
kelamin). Fase sporofit merupakan lumut yang berada dalam
keadaan menghasilkan spora.
d) Hal ini bertolak belakang dengan tumbuhan berpembuluh
(pteridophyta dan spermatophyta) yang memiliki fase sporofit
lebih dominan dibandingkan dengan fase gametofit.
2. Perkembangan
Perkembangan lumut secara singkat berlangsung sebagai
berikut. Spora yang kecil dan haploid, berkecambah menjadi suatu
protalium yang pada lumut dinamakan protonema. Protonema pada
lumut ada yang menjadi besar, adapula yang tetap kecil. Pada
protoneme ini terdapat kuncup-kuncup yang tumbuh dan berkembang
menjadi tumbuhan lumutnya. Tubuh tumbuhan lumut berupa tallus
seperti lembaran-lembaran daun (Hepaticae), atau telah mempunyai
habitus seperti pohon kecil dengan batang dan daun-daunnya (pada
Musci), tetapi padanya belum terdapat akar yang sesungguhnya,
melainkan hanya rizoid-rizoid yang berbentuk benang-benang atau
kadang-kadang memang telah menyerupai akar. Pada tumbuhan inilah
dibentuk gametangium. Setelah sel telur dibuahi oleh spermatozoid
yang bentuknya seperti spiral atau alat pembuka gabus tutup botol
dengan dua bulu cambuk itu, maka zigot tidak memerlukan waktu
istirahat dulu tetapi terus berkembang menjadi embrio yang diploid.
Bagian bawah embrio dinamakan kakinya. Kaki masuk ke jaringan

8
lumut yang lebih dalam dan berfungsi sebagai alat penghisap
(Haustorium). Embrio itu lalu tumbuh merupakan suatu badan yang
bulat atau jorong dengan tangkai pendek atau panjang dan seperti telah
telah disebut di atas disebut sporogonium. Di dalam bagian yang bulat
itu dibentuk spora, oleh sebab itu bagian tersebut juga disebut capsule
spora. Capsule spora juga dianggap sinonim dengan sporogonium
karena leher arkegonium amat sempit, maka sporogonium tidak dapat
menembusnya dan bekas dinding arkegonium ikut terangkat dan
merupakan tudung capsule spora. Mengingat bentuknya seperti tudung
akar, pada ujung akar dan mungkin juga mempunyai fungsi yang sama
sebagai pelindung, maka bekas dinding arkegonium itu juga
dinamakan kaliptra. Jaringan dalam capsule spora dinamakan
arkespora. Arkespora membentuk sel induk spora, dan dari satu sel
induk spora dengan pembelahan reduksi terjadilah 4 spora yang
berkelompok merupakan tetrade. Seringkali pada pembentukan spora
itu ditentukan pula jenis kelaminnya. Dari spora itu, bergantung pada
macam sporanya, akan tumbuh lumut yang berumah satu atau berumah
dua. Spora itu membulat sebelum terpisah-pisah dan terlepas dari
capsule spora.
3. Reproduksi Bryophyta
Reproduksi lumut bergantian antara seksual dengan
aseksualnya, reproduksi aseksualnya dengan spora haploid yang
dibentuk dalam sporofit, sedangkan reproduksi seksualnya dengan
membentuk gamet-gamet, baik gamet jantan maupun gamet betina
yang dibentuk dalam gametofit.
Ada 2 macam gametangium, yaitu sebagai berikut :
a. Arkegonium adalah gametangium betina yang bentuknya seperti
botol dengan bagian lebar yang disebut perut, bagian yang sempit
disebut leher.

9
b. Anteredium adalah gametangium jantan yang berbentuk bulat
seperti gada. Dinding anteredium terdiri dari selapis sel yang
mandul dan di dalamnya terdapat sejumlah sel induk spermatozoid.
Reproduksi aseksual dilakukan dengan spora. Spora dihasilkan
oleh pembelahan yang terjadi dalam sporangium lumut sporofit
(sporogonium). Spora yang dihasilkan sporofit adalah spora haploid.
Spora tersebut tumbuh menjadi protonema, kemudian tumbuh menjadi
gametofit haploid (n).
Perkembangbiakan secara aseksual dapat terjadi dengan banyak
cara, antara lain :
a. Membentuk tunas pada pangkal batang dan selanjutnya tunas
terlepas dan berkembang menjadi individu baru.
b. Membentuk stolon.
c. Batang lumut yang bercabang-cabang mati, lalu cabangnya tumbuh
dan berkembang menjadi individu baru.
d. Protonema primer membentuk individu baru.
e. Protonema putus-putus menjadi banyak protonema, dan
f. Membentuk kuncup.
Reproduksi seksual, terjadi dengan adanya penyatuan gamet
jantan (spermatozoid) dan gamet betina (ovum). Spermatozoid
bergerak dengan perantara air menuju ovum pada arkegonium.
Spermatozoid kemudian bertemu dan membuahi ovum (fertilisasi).
Pembuahan menghasilkan zigot yang diploid. Zigot membelah menjadi
embrio yang kemudian tumbuh menjadi sporofit yang diploid (2n).
Reproduksi aseksual dan seksual berlangsung secara bergantian
melalui suatu pergiliran keturunan yang disebut metagenesis. Jika
anteredium dan arkegonium berada dalam satu individu, tumbuhan
lumut disebut berumah satu (monoesis) dan jika dalam satu individu
hanya terdapat anteredium atau arkegonium saja disebut berumah dua
(diesis).

10
Gambar 1.2. Metagenesis Bryophyta (Lumut Daun)
Sumber: http://www.kopi-ireng.com/2015/02/metagenesis-tumbuhan-
lumut.html (Diakses pada tanggal 4 Februari 2015)

D. Peranan Bryophyta Bagi Ekosistem dan Kehidupan


Tumbuhan lumut memiliki peran dalam ekosistem sebagai
penyedia oksigen, penyimpan air (karena sifat selnya yang menyerupai
spons), dan sebagai penyerap polutanLumut ditemukan terutama di area
sedikit cahaya / ringan dan lembab. Lumut umum di area berpohon-pohon
dan di tepi arus. Lumut juga ditemukan di batu, jalan di kota besar.
Beberapa bentuk mempunyai menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi
ditemukannya. Beberapa jenis dengan air, seperti Fontinalis antipyretica,
dan Sphagnum tinggal / menghuni rawa. Seperti itu, lumut semi-aquatic
melebihi cakupan panjangnya normal di lumut terestrial. Di mana saja
mereka terjadi, lumut memerlukan kelembaban untuk survive. Oleh karena
tipis dan ukuran jaringan yang kecil, ketiadaan kulit jangat (mencakup dari
lilin untuk mencegah kekurangan air), dan kebutuhan akan air cairan untuk
menyudahi fertilisasi. Beberapa lumut dapat survive dengan kekeringan,

11
kembali hidup di dalam beberapa jam hidrasi. Di garis lintang utara, sisi
batu karang dan pohon yang utara akan biasanya mempunyai lebih banyak
lumut dibanding seberang. Ini diasumsikan untuk menjadi sisi pohon yang
sun-facing. Di hutan dalam di mana cahaya matahari tidak menembus,
lumut tumbuh subur sama pada saat pada batang pohon.
Dalam kehidupan, tumbuhan Bryophyta juga memiliki manfaat, di
antaranya adalah:
1. Dalam ekosistem yang masih alami, Bryophyta merupakan tumbuhan
perintis karena dapat melapukkan batuan sehingga dapat ditempati oleh
tumbuhan yang lain.
2. Bryophyta dapat menyerap air yang berlebih, sehingga dapat mencegah
terjadinya banjir.
3. Bryophyta jenis Marchantia polymorpha dapat digunakan sebagai obat
radang hati.
4. Bryophyta Sphagnum dapat dijadikan sebagai bahan pengganti kapas
5. Bryophyta gambut di rawa dapat dijadikan sebagai pupuk penyubur
tanah.
6. Tumbuhan Bryophyta memiliki peran dalam ekosistem sebagai
penyedia oksigen, penyimpan air (karena sifat selnya yang menyerupai
spons), dan sebagai penyerap polutan.

E. Kelas Musci (Lumut Daun)


Lumut daun meliputi ± 12.000 jenis yang mempunyai daerah
angihan yang amat luas. Lumut daun dapat tumbuh diatas tanah-tanah
gundul yang periodi8k mengalami masa kekeringan, bahkan diatas pasir
yang bergerak pun dapat tumbuh. Kebanyakan lumut daun suka pada
tempat-tempat yang basah, tetapi ada pula yang tumbuh di tempat-tempat
yang kering.
Spora lumut daun di tempat yang cocok berkecambah merupakan
protonema, yang terdiri atas benang-benang bewarana hijau, bersifat
fototrop positif, banyak bercabang-cabang dan dengan mata biasa

12
kelihatan seperti hifa cendawan yang berwarna hijau. Protonema itu
mengeluarkan rizoid-rizoid yang tidak berwarna, terdiri atas banyak sel
dengan sekat-sekat miring, fototrop negatif, masuk kedalam tanah dan
bercabang-cabang. Rizoid mulai terbentuk pada pembelahan spora yang
pertama pada sisi yang tidak terkena cahaya.
Tumbuhan lumut daun selalu dapat dibedakan dalam bagian-
bagian berupa batang dengan daun-daun. Disamping itu terdapat rizoid-
rizoid untuk melekat pada substatnya.
Daun-daun pada Musci tersusun radial, dalam spiral atau bilateral,
jarang sekali daun-daun itu tersusun dalam dua baris saja. Pada Musci
yang batangnya berbaring dengan daun-daun yang tersusun dalam spiral,
daun-daunnya seringkali menghadap ke satu sisi atau terpisah dalam dua
baris, sehingga padanya dapat dibedakan sisi atas atau punggung dan sisi
perut (mempunyai susunan dosiventral), akan tetapi berlainan dengan
Hepaticeae sifat ini bukan sifat asli, melainkan suatu adaptasi terhadap
cara pertumbuhan yang khusus.
Pada Musci alat-alat kelamin terkumpul pada ujung batang atau
pada ujung cabang-cabangnya, dan dikelilingi oleh daun-daun yang
letaknya paling atas. Daun-daun itu kadang-kadang mempunyai bentuk
dan susunan yang khusus dan seperti pada Jungermaniales juga
dinamakan periantium.
Kemudian alat-alat kelain itu dikatakan bersifat benci atau
berumah satu, jika dalam kelompok itu terdapat baik arkegonium maupun
anteridium, dinamakan berumah dua jika kumpulan arkegonium dan
anteridium terpisah tempatnya.
Anteridium dan arkegonium Musci mempunyai tangkai dan
perkembangan berbeda dengan perkembangan alat-alat yang sama pada
Archegoniata lainnya. Perkembangan arkegonium mula-mula sejalan
dengan anteridium, tetapi kemudian sel ujungnya berubah menjadi sel
induk arkegonium, dan dengan dinding-dinding pemisah yang periklinal
lalu membentuk 3 sel pinggir, dan satu sel ditengah berbentuk tetrader. Sel

13
di tengah berbentuk tetrader itu lalu membentuk sekat melintang, dan
dengan demikian terjadilah sel tutup, sel-sel calon dinding arkegonium,
dan satu sel yang letaknya di pusat. Sel pusat itulah yang nantinya
membentuk sel telur dan sel saluran perut.
Jika sudah masak, anteridium membuka pada ujungnya. Hal itu
terjadi karena sel-sel di dinding yang letaknya di ujung menjadi berlendir
dan mengembang, hingga kutikulanya pecah. Hal yang serupa terjadi pula
dengan arkegonium yang sel telurnya telah siap untuk dibuahi. Pada
arkegonium, tepi bagian dinding yang terbuka itu lalu membengkok keluar
dan mebentuk seperti corong, atau robek menjadi 4 bagian yang masing-
masing juga tergulung keluar.
Sehabis pembuahan, zigot membentuk sekat-sekat melintang dan
berkembang menjadi embrio yang bentuknya memanjang, terdiri atas sel-
sel yang berderet membujur.
Sel ini memisahkan segmen-segmen berturut-turut ke kiri dan ke
kanan, yang seterusnya dapat mngadakan pembelahan sel lagi. Dalam
segen yang akan membentuk kapsul spora, baik yang letaknya disebelah
kiri maupun kanan, terbentuk dinding pemisahradial yang berdiri tegak
lurus pada dinding segmen, sehingga pada penampang melintang pada
embrio kelihatan ada 4 kuadran. Dalam ke 4 kuadran itu terbentuklah
dinding pemisah periklinal sehingga terjadilah diferensiasi dalam sel-sel
luar (amfitesium) dan sel-sel dalam (endotesium). Lapisan endotesium
yang terluar menjadi arkespora, yang kemudian membentuk sel-sel induk
spora, dan akhirnya masing-masing sel induk spora dengan pebelahan
reduksi akan menghasilkan spora. Lapisan dalam endotesium tidak ikut
mengambil bagian dalam pembentukan arkespora tetapi merupakakan
jaringan steril, yang disebut kolumela. Kolumela diselubungi oleh jaringan
yang menghasilkan spora.
Jadi pada Musci kapsul sporanya mempunyai kolumela yang
letaknya sentaral, dan disekitarnya terdapat ruang yang berisi spora.
Kolumela itu berfungsi sebagai pemberi makanan dan penyimpan air bagi

14
spora yang baru dibentuk. Pada sporogononium yang masih muda ruang
spora diliputi oleh jaringan asimilasi, yang dengan udara luar dibatasi
dibatasi oleh satu epidermis. Pada kebanyakan Musci terdapat mulut-mulut
kulit di bagian bawah kapsul sporanya. Tangai kapsul dinamakan seta.
Seta mengangkat kapsul ke atas, hingga spora yang dikeluarkan mudah
teruap angin dan tersebar kemana-mana.
Kingdom : Plantae
Divisi : Bryophyta
Kelas : Musci
Ordo : Bryales
Famili : Polytrichaceae
Genus : Pogonatum
Spesies : Pogonatum cirrhatum

Gambar 1.3. Kelas Musci (Lumut Daun)


Sumber: http://www.makalahdoank.blogspot.co.id/2016/02/makalah-
bryophyta.html (Diakses pada tanggal 9 Februari 2016)
Musci dibedakan dalam 3 bangsa:
1. Bangsa Andreaeales
Bangsa ini hanya memuat satu suku, yaitu suku Andreaeaceae,
dengan satu marga Andreaea. Protonma berbentuk pita yang
bercabang-cabang. Kapsul spora mula-mula diselubungi oleh kaliptra.
Jika sudah masak pecah dengan 4 kutup-kutup. Kolumela diselubungi

15
oleh jaringan sporogen. Contoh-contoh, Andreaea petrophila, A
rupestris.
2. Bangsa Sphagnales (lumut gambut)
Bangsa ini hanya terdiri atas satu suku Sphagnaceae dan satu
marga Sphagnum. Marga ini meliputi sejumlah besar jenis lumut yang
kebanyakan hidup di tempat-tempat yang berawa-rawa dan
membentuk rumpunatau bantalan, yang dari atas tiap-tiap tahun
tampak bertambah luas, sedang bagian-bagian bawah yang ada dala air
mati dan berubah mrnjadi gambut.
Protonema tidak berbentuk benang, melainkan merupakan suatu
badan berbentuk daun kecil, tepinya bertoreh-toreh dan hanya terdiri
atas selapis sel saja.
Kulit batang Sphagnum terdiri atas selapis sel-sel yang telah mati
dan kosong. Jaringan kulit bersifat seperti sepon, dapat menghisap
banyak air. Dinding-dinding yang membujur maupun yang melintang
mempunyai liang-liang yang bulat, juga dalam daunnya terdapat sel-
sel yang menebal berbentuk cincin atau spiral dan merupakan idioblas
diantra sel-sel lainnya yang membentuk susunan seperti jala, terdiri
atas sel-sel hidup, berbentuk panjang dan mengandung banyak klorofil.
Susunan yang merupakan alat kapilar itu berguna untuk memenuhi
keperluan akan air dan garam-gara makanan.
Arkespora pada Sphagnum tidak berasal dari endotesium, tetapi
berasal dari lapisan terdalam amfitesium. Kapsul spora mempunyai
tutup yang akan membuka, jika spora sudah masak. Sporogonium
dengan kakinya akan melebar dan merupakan haustorium terdapat
dalam suatu perpanjangan ujung batang. Sehabis pembuahan kaki lalu
memanjang seperti tangkai dan dinamakan Pseudopodium. Contoh-
contoh lumut gambut ialah Sphagnum fimbriatum, S.squarrosum, dan
S.acutifolium.

16
3. Bangsa Brayales
Sebagian besar lumut daun tergolong dalam bagsa ini. Pada bangsa
ini kapsul sporanya telah mencapai diferensiasi yang paling mendalam.
Sporogoniumnya mepunyai suatu tangkai yang elastis, yang
dinamakan seta. Tangkai dengan kaki sporogoniumnya tertanam dalam
jaringan tumbuhan gametofitnya. Pada ujung tangkai terdapat kapsul
sporanya yang bersifat radial atau dorsifentral dan mula-mula
diselubungi oleh kaliptra.
Kaliptra ini berasal dari bagian atas dinding arkegonium sel-sel
yang menyusun kaliptra tidak merupakan sel diploid akan tetapi terdiri
atas sel-sel gametofit yang haploid.
Sel-sel kaliptra yang masih memperoleh zat-zat makanan dari
sporogonium, dapt berkembang terus dan menghasilkan rambut-
rambut yang menyerupai benang-benang protonema dengan
pertumbuhan yang terbatas. Bagian atas seta dinamakan apofisis.
Bagian atas dinding kapsul spora tersusun merupakan tutup
(operkulum). Dibawah tepi operkulum itu terdapat suatu mintakat
berbentuk lingkaran sempit dan dinamakan cincin. Sel-selnya
mengandung lendir yang dapat mengembang dan menyebabkan
terbukanya operkulum.
Kebanyakan warga Bryales dibawah operkulum terdapat suatu
organ berupa gigi-gigi yang menutupi lubang kapsul spora. Gigi-gigi
ini yang dinamakan periston.
Menurut cara pertumbuhanya Bryales dibedakan dalam dua
golongan, yaitu yang tumbuh ortotrop dan yang tumbuh plagiotrop.
Pada tumbuhan ortotrop pertumbuhannya diakhiri dengan
pembentukan arkegonium, dan sporogonium yang terjadi dari
arkegonium itu berdiri pada ujung batang lumut, oleh sebab itu lumut
ini dinamakan lumut yang akrokarp, sedang yang tumbuh plagiotrop,
batang pokoknya mempunyai tumbuhan yang tidak terbatas, dan

17
arkegonium serta sporogoniumnya terdapat pada cabang-cabang
pendek. Lumut-lumut ini juga disebut lumut yang plerokarp.
Dalam taksonomi Bryales dibedakan atas dasar sifat-sifat
peristomnya sebagai berikut.
a) Arthrodonteae
Gigi periston tipis seperti selaput, berasal dari satu lapis sel
sporogonium. Gigi-gigi mempunyai garis melintang dan bersendi.
Arthrodontae dibedakan lagi dalam dua kelompok, yaitu:
1) Eubryales acrocarpi
Dalam Eubryales acrocarpi termasuk antara lain suku
Rhizogoniaceae, termasuk jenis-jenis lumut yang heterogen
dengan perkembangan yang berbeda-beda, seringkali hanya
mempunyai satu peristom, daun seringkali asimetrik, kapsul
spora tegak dan simetrik, contoh marga Rhiczogonium.
Suku Funariaceae: Funaria hygrometrica.
2) Eubryales pleurocarpi
Dalam kelompok Eubryales pleurocarpi termasuk antara
lain suku Hypnodendraceae, habitusnya seperti pohonkecil,
batang primer merayap seperti rimpang, batang-batang
sekunder berkayu. Kapsul spora agak besar, contoh-contohnya
Hypnodendron reinwardtii, Hypnodendron junghuhnii,
Mniodendron divaricatum.
b) Nematodonteae
Gigi-gigi peristom terdiri atas sel-sel utuh, tidak bergaris
bergaris-garis. Di dalamnya tergolong suku Polytrichaceae,
Periston terdiri atas 32-64 gigi. Dari sudut letak sporogoniumnya
termasuk yang bersifat akrokarp. Dalam suku ini antara lain
Polytrichum commune, Georgia pellucida, Pogonatum Cirrhatum.
Protonema Georgia pellucida bersama dengan suatu
ganggang hijau Coccomyxa dapat membentuk suatu organisme
yang menyerupai Lichenes dan dinamakan Botrydina.

18
Gametofit yang haploid, yang enghasilkan anteridium dan
arkegonium menjadi inang sporofit yang diploid. Sporofit
mepunyai habitus yang sama sekali berbeda dengan gametofitnya.
Sporofit disebut sporogonium, hidup sebagai parasit pada
gametofitnya . perkembangan sporofit diakhiri dengan pembelahan
reduksi yaitu pada pembentukan spora.
Susunan tubuhnya dalam beberapa hal telah memperlihatkan
suatu penyesuayan terhadap kehidupan didarat. Tetapi karena
belum mempunyai jaringan-jaringan pengangkut yang sempurna,
belum dapat tumbuh sampai jauh dari permukaan tanah. Lumut
yang terbesar belum mencapai tinggi 1⁄2 m.

F. Struktur atau Bagian-bagian Musci


1. Sporofit: suatu fase pada makhluk hidup, dimana pada fase ini terjadi
pembentukan spora.
2. Gametofit: bentuk kehidupan yang berfungsi melakukan reproduksi
seksual atau generatif pada organisme yang mengalami pergiliran
keturunan
3. Sporangium: kotak spora atau tempat berlangsungnya meiosis dan
secara genetis menghasilkan spora dengan haploid yang berbeda.
4. Seta: tangkal sporangium.
5. Stolon: batang beruas-ruas panjang yang tumbuh horizontal di atas
tanah, berakar, dan bertaruk pada buku-bukunya yang menyentuh
tanah.
6. Rizoid: struktur “seperti akar” atau akar semu yang ditemukan pada
tanaman non-vaskular seperti lumut daun dan lumut hati.

19
Gambar 1.4. Struktur atau Bagian-bagian Musci (Lumut Daun)
Sumber: http://www.rumassainsilmiah15.blogspot.co.id/2014/12/lumut-
daun.html (Diakses pada tanggal 16 Desember 2014)

G. Ciri-ciri Musci
1. Ciri-ciri umum:
a) Lumut ini disebut sebagai lumut sejati, karena bentuk tubuhnya
seperti tumbuhan kecil
b) Memiliki bagian akar (rizoid), batang, dan daun
c) Lumut ini merupakan kelompok lumut terbanyak dibandingkan
lumut lainnya, yaitu sekitar 10 ribu species.
d) Fase dominannya adalah fase gametofit.
e) Spora terdiri 2 lapisan, yaitu endospora dan eksospora, habitatnya
pada tempat lembab.
f) Sporofitnya terdiri dari bagian seta, apofisis, vaginula, kolumela,
dan kaliptra.
2. Ciri-ciri khusus per sub kelas:
a) Sub Kelas Spanobrya (Sphagnidae)
Merupakan sub kelas yang paling primitif dalam kelas Musci
karena bangsa ini hanya terdiri atas 1 ordo yaitu Spagnales. Yang
tergolong 1 famili yaitu Spagnaceae dan 1 genus yaitu Spagnum.
Marga ini meliputi sejumlah besar jenis lumut yang kebanyakan
hidup ditempat berrawa dan membentuk rumpun yang bagian atas

20
tampak bertambah luas. Sedang bagian-bagian bawah yang ada
dalam air mati dan berubah menjadi gambut. Ciri-cirinya sebagai
berikut.
1) Protonema berbentuk daun kecil dan tiap protonema hanya
akan membentuk gametopora.
2) Gametopora terdiri dari batang-batang yang bercabang dengan
daun-daun dan gametopora tidak mempunyai rizoid.
3) Sporangium mempunyai kaki yang lebar dan seta hanya berupa
lekukan antara kaki dari kapsul serta tidak terdapat peristom
pada kapsul.
Contoh spesies ini adalah Sphagnum fumbriatum (lumut
gambut).
b) Sub Kelas Andreaobrya (Andreaeaidea)
Bangsa ini hanya terdiri dari 1 ordo saja yaitu ordo
Andreaeales dan 1 famili yaitu famili Andreaeaceae dengan 2
genus yaitu Andreaea Neuroloma. Ciri-cirinya sebagai berikut.
1) Protonema berbentuk seperti batang atau pita yang bercabang.
2) Daun-daun tersusun spiral rapat dan menutupi batang.
3) Gametangium terdapat pada ujung cabang terdiri anteridium
dan arkegonium terdapat cabang yang berbeda.
4) Sporangium terdiri dari kaki dan kapsul.
5) Kolumua diselubungi oleh jaringan sporogen.
Contoh spesies ini adalah Andreaea petrophila.
c) Sub Kelas Eurbya (Brydea)
Merupakan sub kelas terbesar dari lumut dan sering dinamakan
lumut sejati.
Ciri-cirinya sebagai berikut.
1) Protonema hampir selalu berbentuk benang yang bercabang
berwarna hijau, protonema mengeluarkan rizoid yang tidak
berwarna.

21
2) Gametafora selalu dengan jelas dapat dibedakan antara batang
dengan daun-daun.
3) Sporangium terdiri dari kapsul, kaki dan seta.
Contoh spesies ini adalah Polytrichum communae.

H. Siklus Hidup dan Reproduksi Musci


1. Siklus Hidup Musci
Gametofit adalah generasi yang umum pada siklus hidup Musci,
suatu karkteristik yang berbeda dengan tumbuhan lain. Sebagian besar
spesies lumut daun memiliki gametofit jantan dan betina yang terpisah,
yang secara berturut-turut memiliki anteridium dan arkegonium.
Setelah sperma tersebut berenang melalui lapisan tipis yang lembap
sampai ke suatu arkegonium dan membuahi telur. Zigot diploid tersebut
akan membelah secara mitosis dan berkembang menjadi suatu sporofit
embrionik di dalam arkegonium. Selama tahapan perkembangan
berikutnya, sporofit itu tumbuh membentuk suatu batang panjang yang
muncul dari arkegonium, akan tetapi dasar sporofit itu tetap menempel
pada gametofit betina. Pada ujung batang terdapat sporangium, yaitu
kapsul tempat pembelahan meiosis terjadi dan spora haploid
berkembang. Ketika penutup sporangium membuka, spora akan
menyebar. Spora akan berkecambah melalui pembelahan mitosis,
membentuk protonema (tunggal, protonema) kecil, berwarna hijau
seperti benang yang menyerupai alga hijau. Protonemata haploid itu
terus tumbuh dan berdeferensiasi, dan akhirnya membentuk gametofit
yang dewasa secara seksual, yang menyelesaikan siklus hidup lumut
daun.

22
Gambar 1.5. Siklus Hidup Musci
Sumber: (Campbell, Reece. 2008. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga)
2. Reproduksi Musci
Perkembangbiakan secara vegetatif berlangsung dengan
pembebasan spora dari kapsul, sebagai hasil dari pembelahan sel induk
spora secara meiosis yang menghasilkan empat spora atau tetraspora. Jika
sporogonium (sporofit) telah masak, kaliptra dan operkulumnya lepas dan
jatuh. Jika udara disekitarnya kering, gigi-gigi peristom akan menggulung
keluar sehingga spora dapat keluar, dan akan diterbangkan oleh angin. Jika
spora jatuh ditempat yang sesuai, spora akan tumbuh menjadi protonema
yang berbentuk seperti benang.

23
Gambar 1.6. Reproduksi Musci (Lumut Daun)
Sumber: http://usaha321.net/6-ciri-ciri-lumut-daun-bryopsida.html
(Diakses pada tanggal 15 Juli 2016)
Perkembangbiakan secara generatif berlangsung melalui
pembuahan sel telur oleh sel jantan dan akan menghasilkan zigot.
Pembuahan ini terjadi karena adanya kemotaksis (gaya tarik kimia) pada
medium air. Zigot akan membelah beberapa kali sehingga terbentuk
embrio yang akan tumbuh menjadi sporogonium (badan penghasil spora)
atau sporofit (tumbuhan penghasil spora). Jadi, sporofit merupakan
turunan generatif.

24
Gambar 1.7. Skema Daur Hidup Musci (Lumut Daun)
Sumber: http://usaha321.net/6-ciri-ciri-lumut-daun-bryopsida.html
(Diakses pada tanggal 15 Juli 2016)

I. Manfaat atau Peranan Musci


Adapun manfaat atau peranan Musci, yaitu:
1. Memiliki peran dalam ekosistem sebagai penyedia oksigen
2. Dapat menyerap air serta menjaga kelembaban tanah
3. Bisa digunakan sebagai ornament tata ruang
4. Di hutan bantalan lumut berfungsi menyerap air hujan sehingga
mengurangi kemungkinan adanya banjir
5. Dapat membantu penyerapan air dan menjaga kelembapan tanah, juga
dapat digunakan sebagai pembalut/pengganti kapas (Sphagnum)
6. Sebagai makanan rusa kutub
7. Mengandung senyawa berguna dalam mengobati penyakit jantung pada
tumbuhan lumut Crateneuron filicinum
8. Digunakan untuk obat dalam pertumbuhan rambut pada tumbuhan
lumut Fissidens japonicum
9. Memiliki manfaat yang berguna untuk mengobati tekanan darah tinggi
10. Dapat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit hepatitis (Marchantia
polymorpha).

25
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Tumbuhan Bryophyta adalah golongan tumbuhan tingkat rendah
yang filogenetiknya lebih tinggi daripada golongan algae karena dalam
susunan tubuhnya sudah ada penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup
di darat, gametangium dan sporangiumnya multiseluler, dan dalam
perkembangan sporofitnya sudah membentuk embrio. Meskipun
tumbuhan Bryophyta hidup di darat tetapi untuk terjadinya pembuahan
masih tetap memerlukan air, hingga tumbuhan Bryophyta disebut sebagai
tumbuhan amfibi. Bentuk dan susunan gametangium yang spesifik pada
tumbuhan Bryophyta ialah terutama pada arkegonium yang berbentuk
seperti botol dan terdiri atas bagian perut dan bagian leher, sehingga
tumbuhan Bryophyta termasuk golongan Archegoniata. Berhubung dalam
perkembangan sporofitnya tumbuhan Bryophyta membentuk embrio, dan
untuk terjadinya pembuahan gamet jantan mencapai sel telur tanpa harus
melalui “siphon”, maka tumbuhan bryophyta tergolong Embriophyta
asiphonogama.

B. Saran
Bagi para pembaca dan teman-teman mahasiswa yang lainnya, jika
ingin menambah wawasan dan ingin mengetahui lebih jauh, maka penulis
mengharapkan dengan rendah hati agar lebih membaca buku-buku lainnya
yang berkaitan dengan judul “Bryophyta (Tumbuhan Lumut)”.

26
DAFTAR PUSTAKA

Birsyam, Inge L. 1992. Botani Tumbuhan Rendah. Bandung: ITB.


Campbell, Reece. 2008. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Kimball, John W. 2005. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Polonin, Nicholas. 1994. Pengantar Geografi Tumbuhan dan beberapa Ilmu
``````````Serumpun. Yogyakarta: UGM.
Prawirohartono, Slamet. 1989. Biologi. Jakarta: Erlangga
Tjitrosoepomo, Gembong. 2003. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada
```````````University Press.
Usmiyatun. 2015. Penuntun Praktikum Botani Tumbuhan Rendah. Palangka
```````````Raya: IAIN Palangka Raya.
Wikipedia.
Yulianto, Suroso Adi. 1992. Pengantar Cryptogamae. Bandung: Tarsito.

27

Anda mungkin juga menyukai