I.
PENDAHULUAN
informasi
mengenai
Chitra
indica
khususnya
tentang
informasi
perdagangannya di Indonesia.
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan sumberdaya perikanan
ekonomis di Indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya dalam hal ini
jenis atau spesies Chitra indica dilihat dari potensi, eksploitasi, produksi,
pemanfaatan dan alternatif pengembangan produksi pemanfaatan.
II.
KARAKTERISTIK SUMBERDAYA
2.1 Sistematika
Menurut
Wilkinson
(1979)
dalam
Amri
(2002),
Chitra
indica
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
: Cryptodira
: Chitra
Spesies
II.2
lonjong, pipih, dan tanpa sisik. Karapas dan plastron atau bagian bawah tubuh yang
tidak tertutup cangkang, terbungkus oleh kulit yang kiat. Di sisi belakang dari
karapas terdapat pelebaran pipih yang bentuknya membulat mengikuti bentuk
karapas bagian belakang, dengan tekstur seperti tulang rawan. Kulit tertutup oleh
perisai yang berasal dari lapisan epidermis berupa zat tanduk. Bila lapisan tersebut
mengalami kerusakan akan terjadi penyembuhan secara berangsur-angsur. Hidung
labi-labi memanjang membentuk tabung seperti belalai. Di atas punggungg
terdapat guratan-guratan memanjang tidak teratur dengan garis punggung. Tungkai
kaki masing-masing berkuku tiga dan berselaput renang menyerupai dayung.
Warna labi-labi umumnya abu-abu kehitaman seperti lumpur. Labi-labi tidak
bergigi, namun memiliki rahang yang kuat dan tajam. Leher dapat dipanjang dan
dipendekkan. Labi-labi bernapas dengan paru-paru, saat berada di air sesekali
kepalanya akan muncul ke permukaan untuk menghirup oksigen dan udara bebas.
II.3
tawar, kecuali pada waktu akan bertelur, ia naik ke darat. Labi-labi bisa hidup pada
iklim yang berbeda, dari musim panas, dingin, semi, hingga musim gugur. Labilabi menyukai perairan yang tergenang dengan dasar perairan yang berpasir dan
sedikit berlumpur. Kebiasaan hidup tinggal di dasar perairan, kadang-kadang
menampakkan diri di atas batu-batuan atau bagian yang tidak terendam air untuk
berjemur.
Chitra indica merupakan hewan asli yang berasal dari Pakistan melalui
Semenanjung India, Nepal dan Bangladesh, di mana diketahui juga dari aliran
sungai Indus, Gangga, Godavari, Padma, Mahanadi, dan Coleroon (Indraniel
2007). Namun untuk spesies ini juga telah diintroduksi dan ditemukan di beberapa
wilayah di Indonesia, yaitu di Kalimantan , Sumatera, dan Jawa.
II.4
ikan besar. Selain itu, hewan ini juga memakan katak, krustasea, dan moluska.
Chitra indica biasa menggunakan lehernya yang dapat memanjang untuk
menangkap mangsa ikan-ikan kecil sambil menggunakan tungkainya untuk
menarik ikan agar berenang mendekat (Gurley 2004).
II.5
merupakan predator yang memakan ikan-ikan kecil. Untuk kegiatan budidaya, labilabi dianggap sebagai hama ikan, karena bila ikan tersebut memasuki kolam, maka
sudah dapat dipastikan bahwa populasi ikan di kolam tersebut akan berkurang.
Sehingga bila ada labi-labi yang memasuki kolam, maka akan segera diburu dan
dimusnahkan.
2.6 Pertumbuhan dan Reproduksi
Labi-labi berkembang biak dengan cara bertelur. Siklus hidup labi-labi
hampir sama denga reptile air lainnya, yakni dari telur menetas menjadi larva,
kemudian berubah menjadi tukik, dan selanjutnya menjadi labi-labi remaja,
dewasa, dan kemudian melakukan perkawinan serta menetaskan telur untuk
melanjutkan keturunannya. Untuk labi-labi betina, sekali bertelur dapat mencapai
10-30 butir. Bentuk telur berwarna krem dengan diameter antara 2-3 cm. Telurtelur yang dikeluarkan ditimbun dalam tanah yang berpasir selama kurang lebih
45-50 hari pada suhu antara 25-30 0C (Amri 2002).
2.7 Pemanfaatan Sumberdaya
Menurut Amri (2002), daging labi-labi sering dikonsumsi dan dijadikan
berbagai bentuk masakan di berbagai negara karena daging ini dikenal memiliki
rasa daging yang enak dan kandungan zat gizinya sangat tinggi. Berdasarkan hasil
penelitian, diketahui bahwa daging labi-labi banyak mengandung protein, lemak,
karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, dan vitamin A. Sementara itu, telur labi-labi
menurut Thaiholland (2001) kaya akan kandungan latitin dengan jumlah kandunga
1.500 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan kandungan dalam tumbuhan.
Selain itu, telur labi-labi mengandung asam lemak tidak jenuh dan omega 3 ( EPA
dan DHA). Di Singapura, kepala dan batok labi-labi diseduh dengan air minum dan
digunakan sebagai obat. Minyak labi-labi dapat digunakan sebagai bahan kosmetik,
dan bahkan di Cina, cangkang labi-labi digunakan untuk memproduksi kancing
pakaian-pakaian mahal.
2.8 Penangkapan
Jenis labi-labi Chitra indica sudah tidak boleh lagi diburu dan dilakukan
penangkapan karena jumlahnya yang sudah terbatas di alam. Jenis labi-labi yang
dapat direkomendasikan untuk ditangkap dan diperdagangkan hanya ada dua, yakni
Trionyx cartilegineous dan Trionyx spiaces. Selain itu, labi-labi dilarang untuk
dimanfaatkan atau diperdagangkan secara internasional, kecuali untuk kepentingan
ilmu pengetahuan, penelitian dan budi daya. Menurut pandangan internasional,
Red Data Book International Union for Conservation of Nature Resources (IUCN).
status labi-labi atau kura-kura air tawar saat ini sudah masuk dalam kategori hewan
langka dan harus dilindungi undang-undang, yaitu memiliki predikat Endangered
(terancam punah).
Seperti halnya budi daya ikan, dalam pengelolaan dan budi daya labi-labi
diperlukan landasan hukum yang menjamin kegiatan usaha. Dalam hal ini landasa
hukum yang digunakan adalah Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
327/Kpts/Um/51978 yang isinya melindungi 5 jenis labi-labi, yakni dari jenis atau
species Chitra indica (bulus raksasa, labi-labi besar), batagur baska, (kra-kura
irian, dan kura-kura gading. Sampai saat ini labi-labi masih dalam studi untuk
dapat dibudidayakan dan dikembalikan keberadaanya di alam.
III.
PEMANFAATAN SUMBERDAYA
IV.
Penampung I
Penangka
p
Penampung
II
Penampung
III
Ekportir
Gambar 4. Total Produksi Ordo Tesrudineae (mencakup penyu laut dan kura-kura air tawar)
di Indonesia tahun 2000-2008
Sumber: www.FAO.org
dikarenakan jumlah spesies di alam yang mulai menurun. Seperti kita ketahui
bahwa beberapa spesies dari Ordo Testudinae bahkan sudah dapat dikatakan
hampir punah, hanya spesies-spesies tertentu saja yang masih dapat dilakukan
penangkapan. Beberapa spesies yang masih boleh ditangkap dan diperdagangkan
adalah Amyda cartilaginea (salah satu jenis labi-labi air tawar), Careta careta, dan
jenis penyu dan kura-kura lainnya yang belum mengalami penurunan populasi.
Menurut Shephered (2000) dalam Sinaga (2008), menunjukkan bahwa
jumlah labi-labi yang diekspor dari Sumatera Utara ke luar negeri selama tahun
1996-1998 berjumlah 715,192 ekor (1996), 423,100 ekor (1997) dan 358,927 ekor
(1998), menunjukkan adanya penurunan dari tahun ke tahun, namun data untuk
perdagangan di seluruh Indonesia belum diketahui.
V.
5.1 Kesimpulan
Chitra indica merupakan salah satu jenis reptil air tawar yang sangat
digemari masyarakat dunia untuk dikonsumsi dagingnya. Daging Chitra indica
memiliki kandungan gizi yang tinggi dan berkhasiat sebagai obat dan minyaknya
dapat digunakan sebagai bahan kosmetik. Selain itu, cangkang dari spesies ini
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kancing.
Distribusi perdaganngan Labi-labi terdapat di Sumatera Selatan dan
diekspor ke beberapa Negara seperti Cina, Singapura, dan Malaysia. Karena
keberadaannya di alam yang mulai menurun, maka perdagangan labi-labi sudah
mulai dibatasi. Spesies Chitra indica bahkan telah memiliki status Appendic II
dalam CITES yang berarti hewan ini sudah tidak boleh dilakukan penangkapan dan
perdagangan.
5.2 Saran
Saran untuk pembaca adalah agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut
untuk labi-labi khususnya spesies Chitra indica, dan semoga pembaca mulai
menyadari betapa pentingnya melestarikan hewan-hewan dan sumberdaya alam
lain yang keberadaanya hampir punah demi keseimbangan ekosistem.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1.2009.Chitra Indica.www.Zipcodezoo.com.[23 Oktober 2010]
Amri,
Khairul
dan
Khairuman.2002.Labi-labi
Komoditas
Perikanan
Das
dan
Singh,
Shailendra.2007.Narrow-Headed
Softshell
Dave.2010.Chitra
Gallery.http://www.chelonia.org/chitra_gallery.htm.[16
September 2010]
Sinaga, Hans Nico Agustinus.2008.Perdagangan Jenis Kura-kura Darat dan
Kura-kura Ait Tawar di Jakarta.Tesis: Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Total Production
Countr
y
Famili
Indones TESTUDIN
ia
ES
Indones TESTUDIN
ia
ES
Fishing area
Indian Ocean,
Eastern
Pacific, Western
Central
200
0
200
1
200
2
200
3
20
04
200
5
20
06
39
44
68
59
136
124
133
705
306
54
81
27
54
63