Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT dengan segala limpahan rahmat dan
hidayahNya sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini dapat
diselesaikan sebagai salah satu syarat tugas akademik Pendidikan Biologi di
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Makassar. Salam dan shalawat senantiasa kami kirimkan kepada Nabi
besar Muhammad SAW.
Penyelesaian makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.Untuk
itu, penyusun menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang tulus
kepada Ibu dosen pengampuh mata kuliah Evolusi yang dengan penuh keikhlasan
dan ketelitian membimbing, mengarahkan kami.
Akhirnya, kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
terima kasih atas bantuannya. Semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal
terhadap apa yang telah diberikan. Amin.

Makassar, Februari 2018

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Kemunculan dan Kepunahan Kelompok Organisme Tertentu ............... 3
B. Teori Kemunculan dan Kepunahan Kelompok Reptilia Besar Termasuk
Dinosaurus ..............................................................................................
C. Faktor Penyebab Terjadinya Kemunculan dan Kepunahan ....................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .............................................................................................
B. Saran ........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana terjadinya kemunculan dan kepunahan kelompok organisme
tertentu ?
2. Bagaimana teori tentang kemunculan dan kepunahan ?
3. Apa saja faktor penyebab terjadinya kepunahan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui terjadinya kemunculan kelompok organism tertentu.
2. Untuk mengetahui teori kemunculan dan kepunahan kelompok reptilia
besar termasuk dinosaurus.
3. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya kepunahan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kemunculan dan Kepunahan Kelompok Organisme Tertentu


Evolusi adalah proses yang berlangsung sejak asal mula adanya
kehidupan. Kapan kehidupan mulai ada, tidak dapat diketahui dengan pasti.
Satu-satunya data yang dapat diperoleh mengenai hal ini adalah adanya fosil.
Dari data yang dihimpun oleh ahli paleontologi diketahui bahwa fosil tertua
yang ditemukan berumur sekitar 490 juta tahun. Maka kehidupan diperkirakan
mulai pada akhir masa Prekambrian, sekitar 700 juta tahun yang lalu. Data ini
pun masih merupakan dugaan, karena pada masa itu, tentu jumlah organisme
masih sangat sedikit, sehingga fosil tidak mungkin dijumpai pada lapisan
tanah (Iskandar, 2001).
Pada waktu itu, habitat yang mungkin ada adalah air. Dengan
demikian, dapat diperkirakan bahwa muka bumi masih dihuni oleh Prokariot
dan organisme bersel satu, terutama ganggang biru, yang kemudian diikuti
oleh lumut kerak dan lumut yang menghuni sekitar pantai. Suhu permukaan
bumi pun diperkirakan masih jauh lebih panas dan oksigen mungkin meliputi
hanya sekitar 10% dari apa yang ada sekarang. Lapisan yang mengandung
fosil tertua (Stromatolites) berupa spora, ditemukan di daerah pantai di
Arabia dan Australia dan berumur sekitar 470 juta tahun yang lalu. Hal ini
berarti bahwa ekosistem yang ada baru terdapat sekitar 480 juta tahun yang
lalu (Iskandar, 2001).
Pemahaman tentang urutan munculnya kehidupan di bumi lebih
didasarkan pada sisa-sisa makhluk hidup yang memfosil. Fosil terbentuk
dengan berbagai cara dan berbagai proses, meskipun perlu dipahami bahwa
semua makhluk hidup yang sudah mati tidak selalu menjadi fosil. Fosil
mungkin merupakan sisa-sisa bagian tubuh yang keras, atau setelah organisme
mati kemudian terkubur pasir-lumpur ataupun endapan lain kemudian
mengeras (Sukiya, 2005).
Menurut ahli geologi, sejarah bumi dapat dibedakan dalam banyak unit
waktu. Unit waktu terbesar disebut era, sedangkan era terbagi dalam periode

2
dan periode terbagi menjadi unit yang lebih kecil disebut zaman. Pengetahuan
akan kehidupan di bumi dikumpulkan dafri bukti fosil terutama mulai dari era
paleozoik, mesozoik, dan cenozoik. Era palezoik atau masa kehidupan kuno
kira-kira 570 juta tahun sampai 340 juta tahun lalu. Era mesozoik atau era
kehidupan pertama dikenal sebagai masa reptilia, mulai 230 juta tahun sampai
165 juta tahun lalu, sedangkan era cenozoik adalah era kehidupan kera atau
masa mamalia dimulai kira-kira 63 juta tahun lalu (Noor, 2012).
Kepunahan spesies makhluk hidup juga terjadi terjadi setiap saat,
dengan atau tanpa kehadiran manusia. Ia adalah bagian dari proses evolusi.
Selama 3,8 miliar tahun kehidupan hadir di bumi, diperkirakan 99,9% spesies
yang pernah ada di bumi telah punah. Suatu spesies umumnya memiliki umur
kurang dari sepuluh juta tahun, mulai terbentuk hingga kepunahannya.
Meskipun begitu, beberapa spesies bertahan menjadi fosil hidup tidak
mengalami perubahan selama ratusan juta tahun, misalnya kecoa telah
bertahan selama 350 juta tahun hingga saat ini. Spesies manusia modern
diperkirakan baru berusia 200 ribu tahun dan sangat mungkin akan punah
dalam beberapa juta tahun lagi (Aryulina, 2007).
Belakangan baru disadari, laju kepunahan terjadi lebih cepat akibat
ledakan populasi manusia. Peningkatan drastis populasi manusia hingga 6,9
miliar tahun ini menimbulkan ketidakseimbangan alam karena konsumsi
berlebihan, perusakkan habitat, penyebaran penyakit, dan perubahan iklim.
Harimau Bali secara resmi telah dinyatakan punah di Indonesia tahun 1937
akibat kerusakan habitat dan perburuan liar. Laju kepunahan saat ini 100-1000
kali lebih tinggi dibanding masa lalu dan sudah 30% spesies sekarang bisa
punah pada pertengahan abad ke-21. Aktivitas manusia sekarang menjadi
penyebab utama kejadian kepunahan yang berjalan terus, dan pemanasan
global akan mempercepatnya di masa datang (Sukiya. 2005).
Peran kepunahan dalam evolusi belum dipahami dengan baik dan bisa
saja ditentukan oleh tipe kepunahannya. Penyebab peristiwa kepunahan
“lambat” yang kontinu, penyebab mayoritas kepunahan, mungkin akibat
kompetisi antar spesies memperebutkan sumber daya yang terbatas (eksklusi
kompetitif). Bila satu spesies mengalahkan spesies yang lain, ini bisa

3
menyebabkan seleksi spesies, dengan spesies yang lebih cocok (filter) akan
survive dan spesies lainnya punah. Kepunahan massal yang intermittent juga
penting namun bukan berperan sebagai gaya selektif, melainkan mengurangi
keanekaragaman secara drastis dalam pola yang nonspesifik dan mempercepat
evolusi dan spesiasi pada survivor (Muaddin, 2012).
Kepunahan dalam biologi berarti hilangnya keberadaan dari sebuah
spesies atau sekelompok takson. Waktu kepunahan sebuah spesies ditandai
dengan matinya individu terakhir spesies tersebut, walaupun kemampuan
untuk berkembang biak tidak ada lagi sebelumnya. Di dalam ilmu ekologi,
istilah kepunahan dipakai untuk kepunahan di suatu studi area. Namun,
sepsies ini masih bisa ditemukan di tempat lain. Fenomena ini disebut
juga ekstirpasi. Maka dari itu, menentukan waktu kepunahan makhluk hidup
sangat sulit, dikarenakan wilayah sebaran sebuah spesies atau takson yang bisa
sangat luas. Kesulitan ini dapat berujung kepada suatu fenomena yang
dinamakan takson Lazarus, di mana sebuah spesies dianggap telah punah
tetapi muncul kembali (Sukiya, 2005).

Tabel 1.1 Peristiwa Kemunculan dan Kepunahan Organisme pada Skala


Waktu Geologi (Noor, 2012)

Masa Zaman Peristiwa

K
1.8 Kuarter Evolusi Manusia
E
N
O
Z
O
65 I Tersier Kenekaragaman Berbagai Jenis Mamalia
K
U
M

Punahnya Dinosaurus
M
150 E Kapur Kumunculan pertama Pritama
S Kemunculan pertama Tumbuhan Berbunga

4
O
Kemunculan Pertama Burung
200 Z Jura
O Keanekaragaman berbagai jenis Dinosaurus
I
K Kemunculan pertama Mamalia
250 U Trias
Kemunculan pertama Dinosaurus
M
Kepunahan berbagai reptile
300 Perm
Keanekaragaman berbagai jenis reptile
Kemunculan Pertama Reptile
P
350 A Karbon Scale Trees
L Seed Ferm
E Kemunculan Binatang Amfibi
400 O Devon
Keanekaragaman berbagai jenis ikan hiu
Z
450 O Silur Kemunculan Tanaman Darat Vascular
I Keanekaragaman yang tiba-tiba dari Famili
500 K Ordovisium
Metazoa
U
M Kemunculan pertama Ikan
550 Kambrium
Kemunculan pertama Chordate
Kemunculan pertama Binatang Bercangkang
650 Prekambrium Kemunculan pertama Metazoa Badan Lunak
Kemunculan pertama Jejak Binatang

1. Kemunculan pertama Metazoan


Pada abad ke-19, batasnya dipatok pada fosil pertama metazoa. Namun,
belakangan berhasil diidentifikasi beberapa ratus taksa metazoa Prekambium
melalui studi sistematik yang dimulai sejak 1950-an. Kebanyakan ahli geologi
dan paleontologi menetapkan batas antara Prekambium dan Fanerozoikum
pada beberapa titik: sewaktu trilobita dan arkaeociata pertama kali muncul;
sewaktu Trichophycus pedum, suatu organisme penggali kompleks, pertama
kali muncul; atau pada kemunculan pertama suatu kelompok organisme kecil
bercangkang yang dinamakan “fauna kecil bercangkang”. Tiga titik batas ini
memiliki perbedaan beberapa juta tahun satu dengan yang lainnya.

5
2. Kemunculan pertama Chordate
Salah satu filum yang muncul tiba-tiba pada jaman Kambrium adalah
Chordata, makhluk yang memiliki sistem saraf pusat yang terlindung dalam
suatu tengkorak dan notochord atau tulang belakang.Vertebrata adalah satu
bagian dari chordata.Vertebrata dibagi lagi menjadi beberapa kelas dasar
seperti ikan, amfibia, reptilia, burung, dan mamalia.Mereka mungkin adalah
makluk yang paling dominan dalam dunia hewan.
3. Kemunculan pertama Ikan
Vertebrata pertama muncul pada akhir Zaman Ordovisium (420 juta
tahun yang lalu). Vertebrata ini tidak berahang, mirip ikan, dan disebut
ostrakodermata. Tulang belakangnya rawan dan tubuhnya terlindung sisik.
Bernafasnya melalui insang berkantung di kedua sisi kepala.Siripnya belum
seperti ikan sekarang. Vertebrata berahang pertama yakni plakodermata,
muncul pada Zaman Silur (1,5 juta tahun yang lalu) Plakodermata dan
ostrakodermata sering digolongkan sebagai ikan.
4. Kemunculan pertama Amfibi
Devon, Inggris, tempat pertama kalinya batuan Exmor yang berasal dari
periode ini dipelajari. Pada masa Devonian, antropoda dan vertebrata awal
melanjutkan kolonisasi di daratan. Binatang-binatang ini memiliki problem
yang sama dengan tanaman ketika pertama kali berkolonisasi di daratan,
seperti mengurangi kehilangan air dan memaksimalkan penghirupan oksigen.
Semasa periode Devon, ikan pertama kali berevolusi dan memiliki kaki serta
mulai berjalan di darat sebagai tetrapoda sekitar 365 juta tahun yang
lalu.Tumbuhan berbiji pertama tersebar di daratan kering dan membentuk
hutan yang luas. Di laut, hiu primitif berkembang lebih banyak dibanding
periode Silur dan Ordovisium akhir. Ikan bersirip-cuping (lobe-finned,
Sarcopterygii), ikan bertulang (bony fish, Osteichthyes) serta moluska amonite
muncul untuk pertama kalinya. Trilobit, brachiopoda mirip moluska, dan
terumbu karang besar juga masih sering ditemukan.
5. Kemunculan pertama Reptile
Karbon adalah suatu periode dalam skala waktu geologi yang
berlangsung sejak akhir periode Devon sekitar 359,2 ± 2,5 juta tahun yang lalu

6
hingga awal periode Perm atau permian adalah periode dalam skala waktu
geologi yang berlangsung antara 299,0 ± 0,8 hingga 251,0 ± 0,4 juta tahun
yang lalu. Periode ini merupakan periode terakhir dalam era Paleozoikum.
Pada zaman ini perkembangan reptilia yang mirip mamalia mulai meningkat
dan munculnya serangga modern, begitu juga tumbuhan Konifer dan Ginkgoc
primitive. Zaman ini diakhiri dengan kepunahan massal.
Zaman Mesozoikum (Zaman Sekunder) diperkirakan berumur kurang
lebih 150 juta tahun yang lalu. Kemunculan makhluk hidup telah mulai
beraneka ragam, dan pada masa ini telah hidup binatang bertubuh besar seperti
halnya reptil besar (dinosaurus) seperti Tyrannosaurus, Spinosaurus,
Stegosaurus dan reptil besar lainnya pun mulai muncul, berkembang dan
menyebar hingga ke seluruh dunia.
Untuk mengkaji bagaimana Reptilia timbul dan hilang (terutama
Dinosaurus) dari muka bumi, kita dapat mempelajari konsekuensi-
konsekuensi dari kehidupan Reptilia sejak munculnya di muka bumi hingga
punahnya. Sebagai hewan Vertebrata yang pertama muncul sebagai hewan
daratan, maka Reptilia mempunyai konsekuensi untuk mengatasi masalah
kekeringan. Sebenarnya Vertebrata pertama yang muncul di daratan adalah
Amphibia, tetapi Amphibia dalam hal ini tidak diperhitungkan, karena
sebagian besar kehidupannya berlangsung di dalam air atau di permukaan
sehingga tidak banyak menghadapi konsekuensi kekeringan. Sedangkan
reptilia benar-benar merupakan hewan Vertebrata daratan (Iskandar, 2001).
Sejarah kemunculan Reptilia di daratan ditandai dengan :
1. Terbentuknya sel telur berdinding ganda (Telur Amniota)
2. Kulit tubuh yang ditutupi perisai (misalnya kura-kura dan Dinosaurus)
atau sisik guna melindungi diri terhadap kekeringan
3. Terbentuknya sistem ekskresi yang terpisah kalau dibandingkan dengan
hewan Vertebrata lainnya yang telah ada sebelumnya (Ikan, Amfibi).
4. Terbentuknya anggota gerak
5. Terbentuknya alat indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan
pengecapan yang lebih baik

7
Kapan terbentuknya telur Amniota tidak dapat ditelusuri dengan baik,
karena sedikitnya data fosil. Konsekuensi dari telur berdinding ganda (kapur
dan selaput amnion) mengharuskan fertilisasi internal sebagai ssatu-satunya
alternatif reproduksi. Dengan demikian alat kelamin sekunder jantan
merupakan struktur pertama yang muncul di kelompok Vertebrata pada
Reptilia (dalam bentuk sepasang Hemipenis). Konsekuensi lain dari
munculnya sel telur berdinding kapur memerlukan suatu perubahan penting
kalau dibandingkan dengan telur Amphibi atau Pisces, karena kulit kapur
tersebut harus dapat menghubungkan embrio dengan dunia luar untuk
pertukaran gas (Oksigen-Karbondioksida).
Reptilia mempunyai determinasi seks yang bergantung kepada
temperatur. Apabila kita kaji strategi reproduksi reptilia, diketahui bahwa
proses pematangan telur ditentukan oleh penyinaran matahari. Di sini tidak
ada masalah apakah temperatur muka bumi naik atau turun. Adanya
perubahan temperatur akan mengakibatkan timbulnya salah satu jenis kelamin
saja, jantan atau betina. Dengan demikian, semua telur yang menetas akan
menghasilkan salah satu jenis kelamin saja, sehingga tidak ada regenerasi
untuk generasi yang berikutnya. Dalam satu atau dua siklus reproduksi saja,
maka jenis tersebut dapat hilang dari muka bumi.
6. Kemunculan manusia purba
Zaman Neozoikum diperkirakan berusia 60 juta tahun yang lalu. Saat
itu keadaan bumi sudah semakin memungkinkan untuk mendorong munculnya
makhluk hidup lainnya seperti binatang menyusui, sejenis kera dan monyet.
Zaman ini terbagi menjadi dua zaman, yaitu zaman tersier dan zaman kuarter.
Zaman Tersier berlangsung sekitar 60 juta tahun yang ditandai dengan
munculnya beragam jenis binatang menyusui (mamalia). Zaman tersier terbagi
menjadi zaman Pliosen, Miosen, Oligosen. Eosen, Paleosen.
Zaman Kuarter berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu, yang
ditandai dengan munculnya manusia purba. Zaman kuarter sendiri juga terbagi
menjadi zaman Holocen (Holosin) dan zaman pleistocen. Era Pleitosen
(deluvium) atau Zaman Es berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang ditandai
dengan adanya manusia purba.

8
B. Teori tentang Kemunculan dan Kepunahan
Banyak orang menganggap bahwa Mammalia menguasai muka bumi,
namun hal ini dapat disebabkan karena dominasi manusialah yang merupakan
penyebab utama anggapan tersebut. Tidak dapat disangkal bahwa sebenarnya
Reptilia merupakan organisme yang paling sukses di muka bumi. Meskipun
Reptilia tidak lagi merajai permukaan bumi, namun jumlah yang kini masih
hidup di muka bumi tidak dapat dikatakan sedikit, dan kini hanya disaingi
oleh kelompok Pisces. Lamanya Reptilia menguasai permukaan bumi juga
menunjukkan bahwa kelompok ini merupakan pemula di daratan dan pernah
menjadi penguasa daratan (diwakili oleh macam-macam Dinosaurus). Reptilia
pernah mengusai air (diwakili oleh Mesosaurus), daratan (Tyranosaurus), dan
udara (Pteranodon) (Iskandar, 2001).
Sebelum makhluk hidup muncul dipermukaan bumi, yang ada hanya
bakal biosfer, yaitu lingkungan fisik saja. Oleh karena itu, timbullah
pertanyaan darimana dan bagaimana makhluk hidup itu menghuni bumi,
berikut beberapa teorinya, yaitu antara lain:
1. Teori Cosmozoa, yang menyatakan bahwa makhluk hidup datang dari
Bumi dari bagian lain alam semesta ini. Diperkirakan bahwa suatu benda
berat telah menyebarkan benda hidup dan benda hidup itu merupakan
suatu partikel-partikel kecil. Teori ini berdasarkan dua asumsi bahwa (1)
benda hidup itu ada atau telah ada di suatu tempat dalam alam semesta ini
dan (2) hidup itu dapat dipertahankan selama perjalanan antar benda
angkasa ke Bumi.
2. Teori Pfluger, yang menyatakan bahwa Bumi berasal dari suatu materi
yang sangat panas, kemudian dari bahan itu mengandung karbon dan
nitrogen terbentuk senyawa Cyanogen (CN). Senyawa tersebut dapat
terjadi pada suhu yang sangat tinggi dan selanjutnya terbentuk zat protein
pembentuk protoplasma yang akan menjadi makhluk hidup.
3. Teori Moore, yang menyatakan bahwa hidup dapat muncul dari kondisi
yang cocok dari bahan anorganik pada saat Bumi mengalami pendinginan
melalui suatu proses yang kompleks dalam larutan yang labil. Bila fase
keadaan kompleks itu tercapai akan muncullah hidup.

9
4. Teori Alem, yang menyatakan bahwa pada saat keadaan fisis Bumi ini
seperti keadaan sekarang,beberapa reaksi terjadi yaitu energi yang datang
dari sinar Matahari diserap oleh zat besi yang lembab dan menimbulkan
pengaturan atom dari materi-materi. Interaksi antara nitrogen, karbon,
hidrogen, sulfur, dalam genangan air dimuka bumi akan membentuk zat-
zat yang difus yang akhirnya membentuk protoplasma benda hidup.
5. Teori Transendental atau dari ciptaan yang merupakan jawaban secara
relegi babenda hidup itu diciptakan oleh Super Nature atu Tuhan Yang
Maha kuasa diluar jangkauan Sains (Nelly, 2000).

Dalam sejarah muka bumi telah tercatat adanya lima kali peristiwa
kepunahan besar- besaran, hal ini terjadi pada masa Kambrian, Ordovisian,
Devonian, Permian, dan Kretasea. Diantara kelima peristiwa kematian masal,
makaperistiwa kematian masal pada periode Permian merupakan kejadian
yang paling aburuk dalam sejarah bumi. Pada waktu itu sekitar 75%
organisme punah. Namun pada masa Kretasea sebelum peristiwa masal,
jumlah organisme hidup sudah melebihi keadaan sebelum peristiwa kematian
Permian. Setelah kematian Kretasea, maka kini jumlah organisme pun masih
meningkat lagi sehingga diperkirakan jumlah organisme sudah dua kali lipat
dari pada keadaan sebelum peristiwa kematian Permian (Iskandar, 2001).

Gambar 1.1 Kepunahan Massal (Campbell, 2008)

10
Perhatikan dalam gambar di atas bahwa sejak zaman Kambrian hingga
zaman Kretasea, jumlah fosil mengalami penurunan secara mendadak.
Penurunan terbesar terjadi pada jaman Permian. Hal ini menggambarkan
adanya kepunahan Masal. Adanya penurunan pada akhir zaman Kambrian,
Ordovisian, Silurian, Devonian, Triasik dan Kretasea menunjukkan kapan
terjadi kepunahan masal. Apakah yang menyebabkan peristiwa kematian
tersebut di atas. Ada sejumlah teori yang dikemukakan para ahli, dan
kemungkinan besar beberapa teori dapat bekerja secara simultan atau
merupakan akibat dari kemungkinan terdahulu, yaitu:
1. Teori Pergerakan Benua dan Terbentuknya Pangea
Akibat bergeraknya benua, maka jumlah panjang pantai menjadi
sangat pendek dibandingkan dengan keadaan apabila bumi terdiri dari
banyak benua. Hal ini menyebabkan sejumlah besar organisme laut yang
hidup di air dangkal akan punah. Selain itu konsekuensi yang juga timbul
adalah adanya satu daratan menyebabkan timbulnya perubahan cuaca yang
drastis. Sebagai contoh, semua daratan di berbagai benua (Afrika, Asia dan
Amerika Utara) akan memiliki daerah gurun. Daratan yang luas dan datar
menyebabkan daerah tengah tidak mendapat cukup air hujan, karena hujan
sudah turun di daerah yang tidak terlalu jauh dari pantai. Akibat timbulnya
gurun yang besar, maka sebagian besar iklim akan menjadi berubah,
kering. Sebagian besar organisme daratan dan air akan punah.
2. Teori Vulkanisme
Vulkanisme akan menimbulkan perubahan yang besar untuk suatu daerah.
Letusan suatu gunung berapi dapat berlangsung berbulan-bulan dan
akibatnya paling tidak mempengaruhi sebagian muka bumi. Di Indonesia
kita mengenal beberapa kepundan yang sangat besar dan garis tengahnya
lebih dari 20 km, misalnya Danau Toba, Danau Tondano, dan Daerah
Dieng. Diperkirakan bahwa letusan gunung tersebut beberapa ratus kali
lebih dahsyat daripada letusan Gunung Krakatau. Akibat letusan gunung
Krakatau saja, banjir besar menimpa daerah Negeri Belanda yang berjarak
puluhan ribu kilometer. Apabila ada sejumlah besar gunung berapi sebesar
gunung Krakatau atau Tambora meletus, maka akan timbul kegelapan

11
selama berbulan-bulan. Hal ini akan menyebabkan perubahan cuaca yang
drastis. Pengaruh letusan Gunung Galunggung saja telah hampir
memusnahkan beberapa spesies di Jawa. Di Pangandaran, jumlah banteng
tinggal tiga ekor dari sekitar 35 ekor sebelumnya. Menurut hasil visum,
kebanyakan banteng mati karena ada deposit debu vulkanis di paru-paru,
dan sejumlah besar abu vulkanis di dalam lambung yang tidak dapat
dikeluarkan dengan feces, mungkin karena terlalu berat.
3. Teori Meteroit atau Supernova
Meteorit berukuran sangat besar yang menabrak bumi akan menyebabkan
perubahan iklim global, selain menimbulkan gempa bumi, akan
memberikan akibat yang serupa dengan letusan gunung berapi, yang
berarti perubahan cuaca. Ledakan supernova (bintang raksasa) di luar
angkasa akan menyebarkan debu bintang yang mungkin menimbulkan
kegelapan. Debu bintang dapat pula mempengaruhi magnetik bumi.
Apabila kutub magnetik bumi berubah, maka akan terjadi gempa bumi,
karena poros bumi mengalami perubahan. Menurut penelitian, kutub
magnetic bumi memang sudah tidak tepat dari yang diperhitungkan
dahulu. Selain itu meteorit atau supernova dapat membawa suatu unsur
seperti logam berat (misalnya Iridium) yang beracun bagi kehidupan di
muka bumi
4. Teori Glasiasi
Turunnya hujan salju selama satu minggu di kota Roma menjadi berita
utama di tahun 1987. Hal ini disebabkan kota Roma tidak setiap tahun
kedatangan salju. Biasanya hujan salju yang turun di sana hanya
berlangsung beberapa menit sampai satu jam dan kejadian semacam itu
biasanya hanya sepuluh tahun sekali. Pada tahun 1987, salju menumpuk
sampai hampir dua meter, lalu lintas terputus, listrik mengalami banyak
gangguan. Akibatnya puluhan orang meninggal dunia karena kedinginan
dan kelaparan. Gambaran peristiwa di atas dapat terjadi lebih parah lagi di
masa lalu. Apabila hal itu terjadi di kota, bagaimana pula keadaannya di
alam terbuka. Banyak satwa yang mati, dan tanaman yang hancur. Adanya
zaman es menyebabkan cuaca bumi menurun secara drastis dan

12
menimbulkan kematian masal bagi organisme yang tidak beradaptasi.
Menurunnya suhu bumi sebanyak satu derajat saja sudah dapat
memperluas lingkaran kutub menjadi beberapa puluh ribu km2, dan hal ini
menyebabkan kematian organisme di sekitar daerah tersebut.
5. Adanya Air Bah
Air merupakan penyebab kepunahan yang paling umum dijumpai. Hujan
yang turun selama empat atau lima hari sudah menimbulkan banjir, tanah
longsor dan kerusakan tempat penghunian, ladang, dan hewan ternak.
Akibat hujan beberapa hari saja sudah dapat menaikkan air sampai
beberapa meter dan di daerah muara dapat sampai belasan meter.
Akibatnya seperti yang kita lihat di Bangladesh. Banyak ternak yang mati,
dan tanaman pangan rusak total. Apabila hal ini berlangsung beberapa
minggu saja, maka seluruh daerah akan mati dan meninggalkan pohon-
pohon yang besar saja. Sesudah banjir biasanya penyakit mewabah,
sehingga apa yang tertinggal ikut mati pula apabila tidak ditangani. Air
dapat disebabkan glasiasi berakhir, misalnya seluruh dataran Sunda dan
dataran Sahul terendam air, meninggalkan daerah dataran tinggi saja dan
menjadikan Indonesia berbentuk kepulauan. Banyaknya organisme yang
punah tidak dapat diperkirakan.
6. Teori Epidemi atau Pandemi
Kematian massal suatu organisme misalnya setelah glasiasi atau banjir
selain memunahkan organisme yang terdapat di daerah tersebut, juga akan
menimbulkan penyakit lainnya. Ada proses pembusukan besar-besaran,
dan penyakit berkembang dengan pesat karena sanitasi yang buruk.
Akibatnya banyak organisme lain yang ikut mati karena jumlah mikroba
pembusuk meningkat dan menimbulkan infeksi pada organisme yang
hidup di sekitarnya.
7. Teori Naiknya Suhu Muka Bumi (Greenhouse Effect)
Adanya jumlah CO2 yang besar akan menyebabkan temperatur muka
bumi naik. Hal ini disebabkan oleh CO2 akan membentuk lapisan yang
menghambat masuknya sinar matahari. Akibatnya setiap pemanasan pada

13
siang hari akan tetap tertahan pada malam hari, dan dengan demikian,
udara bertambah lama bertambah panas.
8. Teori Radiasi Ultraviolet dan Lubang Ozon
Lubang ozon menimbulkan mutasi pada organisme karena kemampuan
sinar ultraviolet menembus sel dan memotong-motong DNA. Rusaknya
DNA umumnya menyebabkan organisme yang dikenai sinar ultraviolet
mengalami mutasi yang kemungkinan besar merugikan sehingga punah.
Dengan adanya lubang ozon, maka suhu muka bumi akan naik dan contoh
pada masa kini adalah banyaknya organisme yang punah akibat naiknya
temperatur muka bumi.
9. Teori Berkembangnya Mamalia Kecil Setelah Perubahan Temperatur
Global
Mamalia kecil diperkirakan mulai berkembang di muka bumi tidak lama
setelah kemunculan Reptilia. Sebelumnya, Mamalia tertekan
perkembangannya karena bersaing dengan Dinosaurus. Namun pada
waktu terjadi perubahan muka bumi, keberadaan Mamalia tidak banyak
terpengaruh, sebaliknya sebagian besar Dinosaurus punah.
10. Teori Campur Tangannya Manusia
Hal ini terutama berlaku untuk buaya, penyu, dan kura-kura besar.
Penyebabnya adalah karena "over harvesting" dan "over exploiting" untuk
kesenangan atau ketamakan sekelompok orang dan rasa sekuriti kelompok
yang lain.

C. Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Kepunahan


Faktor alasan penyebab kepunahan suatu spesies menurut Godam, 1970:
1. Daya Regenerasi Yang Rendah
Banyak hewan yang butuh waktu yang lama untuk masuk ketahap
berkembang biak, biasa memiliki satu anak perkelahiran, butuh waktu
lama untuk merawat anak, sulit untuk kawin, anaknya sulit untuk bertahan
hidup hingga dewasa, dan sebagainya. Tumbuhan tertentu pun juga
terkadang membutuhkan persyaratan situasi dan kondisi yang langka
untuk bisa tumbuh berkembang. Hal tersebut menyulitkan spesies yang

14
memiliki daya regenerasi/memiliki keturunan rendah untuk
memperbanyak dirinya secara signifikan. Berbeda dengan tikus, ayam,
lalat, kelinci, dll yang mudah untuk melakukan regenerasi.
2. Campur Tangan Manusia
Manusia terkadang menjadi malapetaka bagi keseimbangan makhluk
hidup di suatu tempat. Manusia kadang kala untuk mendapatkan sesuatu
yang berharga rela membunuh secara membabi buta tanpa memikirkan
regenerasi hewan atau tumbuihan tersebut. Gajah misalnya dibunuhi para
pemburuh hanya untuk diambil gadingnya. Harimau untuk kulitnya,
monyet untuk dijadikan binatang peliharaan, dan lain sebagainya.
Perubahan areal hutan menjadi pemukiman, pertanian dan perkebunan
juga menjadi salah satu penyebab percepatan kepunahan spesies tertentu.
Mungkin dijakarta jaman dulu terdapat banyak spesies lokal, namun
seiring terjadinya perubahan banyak spesies itu hilang atau pindah ke
daerah wilayah lain yang lebih aman.
3. Bencana Alam Besar
Adanya bencana super dahsyat seperti tumbukan meteor yang terjadi
ketika jaman dinasourus memungkinkan banyak spesies yang mati dan
punah tanpa ada satupun yang selamat untuk meneruskan keturunan di
bumi. Sama halnya dengan jika habitat spesies tertentu yang hidup
dilokasi yang sempit terkena bencana besar seperti banjir, kebakaran,
tanah longsor, tsunami, tumbukan meteor, dan lain sebagainya maka
kepunahan mungkin tidak akan terelakkan lagi.
4. Didesak Populasi Yang Kuat
Kompetisi antar predator seperti macan tutul dengan harimau mampu
membuat pesaing yang lemah akan terdesak ke wilayanh lain atau bahkan
bisa mati kelaparan secara massal yang menyebabkan kepunhan.

Menurut Karl (1991) ada tujuh faktor yang mempengaruhi sensitifitas


makhluk hidup terhadap kepunahan yaitu:
1. Kelangkaan : Spesies disebut langka apabila hanya di temukan pada area
tertentu atau tersebar, tetapi dalam jumlah individu yang sedikit. Spesies

15
langka tergantung pada faktor geografis, habitat khusus dan ukuran
populasi.
2. Kemampuan migrasi: Spesies tidak mempunyai kemampuan mempunyai
sensitifitas yang tinggi dibandingkan spesies yang bisa migrasi terhadap
kepunahan. Spesies yang dapat migrasi dapat menghindari dari kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan.
3. Derajat spesialisasi: Spesies yang mempunyai derajat spesialisasilebih
tinggi sangat sensitif terhadap kepunahan dibandingkan spesies yang
mempunyai derajat yang lebih rendah. Contoh spesies yang mempunyai
derajat spesialis tinggi adalah Beruang Panda. Hewan ini hanya memakan
satu jenis daun bamboo, sehingga kalau terjadi kelangkaan bahn makanan
inidapat mempengaruhi kelestarian beuang panda.
4. Variabilitas populasi : Populasi spesies yang relatif stabil akan lebih
adaptif dibandingkan spesies yang populasinya fluktuatif terhadap
perubahan lingkungan.
5. Tingkatan tropik : Makhluk hidup didalam ekosistem berdasarkan jaring-
jaring makanan berada pada tingkat berbeda. Tingkatan thropik paling
bawah adalah produsen, tingkatan kedua adalah herbivora dan tingkatan
selanjutnya adalah karnivora. Tingkatan paling bawah mempunyai
populasi lebih besar dibanding tingkat diatasnya. Berdasarkan ukuran
populasi sensitifitas tingkat tropik paling atas relatif sensitif terhadap
kepunahan.
6. Lama hidup : Spesies yang mempunyai waktu hidup lebih pendek lebih
sensitif terhadap kepunahan dibandingkan dengan spesies yang
mempunyai waktu hidup lebih panjang.
7. Kecepatan penambahan populsi : Sensitifitas terhadap kepunahan
tergantung dari kemampuan reproduksi spesies. Spesies yang mempunyai
kemampuan reproduksi tinggi (kecepatan pertumbuhan populasi tinggi)
akan lebih adaptif dibandingkan dengan spesies yang kemampuan
reproduktifnya lebih rendah.

16
Ada empat faktor penyebab yang mengancam kehidupan spesies
(Stiling, 1992) yaitu :
1. Hilangnya atau modifikasi habitat : Penyebab terjadi hilangnya atau
modifikasi habitat disebabkan aktifitas manusia antara lain, perubahan
lahan menjadi lahan pertanian atau perumahan pencemaran dan polusi.
2. Over eksploitas : contoh terjadinya eksp[loitas antara lain budaya berburu,
penjualan kayu dan perdagangan hewan.
3. Eksotik spesies : Introduksi spesies habitat suatu spesies dapat
menyebabkan terjadinya kompetisi.
4. Penyakit : Penyakit endemik atau eksotik dapat menyebabkan kematian
massal spesies.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kemunculan suatu organisme dapat terjadi karena adanya relung baru atau
relung yang ditinggalkan. Kepunahan biasa terjadi, sebab spesies secara
teratur muncul melalui spesiasi dan hilang melalui kepunahan. Kepunahan
dalam biologi berarti hilangnya keberadaan dari sebuah spesies atau
sekelompok takson. Waktu kepunahan sebuah spesies ditandai dengan
matinya individu terakhir spesies tersebut. Pada abad ke-19, batasnya
dipatok pada fosil pertama metazoa. Salah satu filum yang muncul tiba-tiba
pada jaman Kambrium adalah Chordata. Vertebrata pertama muncul pada
akhir Zaman Ordovisium (420 juta tahun yang lalu). Zaman Devon
merupakan zaman perkembangan secara besar-besaran jenis ikan berahang
dan hiu semakin aktif sebagai pemangsa di lautan.Migrasi ke daratan terus
berlanjut, hewan amfibi mulai berkembang dan beranjak ke daratan. Reptil
pertama adalah mahkluk yang menyerupai kadal yang berkembang sekitar
330 juta tahun yang lalu, mendekati akhir periode. Zaman Neozoikum
diperkirakan berusia 60 juta tahun yang lalu terbagi menjadi dua zaman,
yaitu zaman tersier dan zaman kuarter. Zaman Tersier berlangsung sekitar
60 juta tahun yang ditandai dengan munculnya beragam jenis binatang
menyusui (mamalia). Zaman Kuarter berlangsung sekitar 600.000 tahun
yang lalu, yang ditandai dengan munculnya manusia purba.
2. Teori kemunculan menurut evolusionis yaitu pertama, teori Cosmozoa, yang
menyatakan bahwa makhluk hidup datang dari Bumi dari bagian lain alam
semesta ini. Kedua, teori Pfluger, yang menyatakan bahwa Bumi berasal
dari suatu materi yang sangat panas, kemudian dari bahan itu mengandung
karbon dan nitrogen terbentuk senyawa Cyanogen (CN). Ketiga, teori
Moore. Keempat, teori alem yang menyatakan bahwa pada saat keadaan
fisis Bumi ini seperti keadaan sekarang. Teori Transendental atau dari
ciptaan yang merupakan jawaban secara relegi babenda hidup itu diciptakan
oleh Super Nature atu Tuhan Yang Maha kuasa diluar jangkauan Sains.

18
Sedangkan teori kepunahan diantaranya Teori Pergerakan Benua dan
Terbentuknya Pangea, Teori Vulkanisme, Teori Meteorit atau Supernova,
Teori Glasiasi, Teori Adanya Air Bah, Teori Epidemi atau Pandemi, Teori
Naiknya Suhu Muka Bumi (Greenhouse Effect), Teori Radiasi Ultra Violet
dan Lubang Ozon, Teori Berkembangnya Mamalia Kecil Setelah Perubahan
Temperatur Global, Teori Campur Tangannya Manusia.
3. Faktor penyebab terjadinya kepunahan menurut Godam (1970) yaitu daya
regenerasi yang rendah, campur tangan manusia, bencana alam besar,
didesak populasi lain yang kuat. Adapun menurut Karl (1991) ada tujuh
faktor yang mempengaruhi sensitifitas makhluk hidup terhadap kepunahan
yaitu kelangkaan, kemampuan migrasi, derajat spesialisasi, variabilitas
populasi, tingkatan tropic, lama hidup, dan kecepatan penambahan populasi.
Sedangkan menurut Stiling (1992), ada empat faktor penyebab yang
mengancam kehidupan spesies antara lain hilangnya atau modifikasi habitat,
over eksploitas, eksotik spesies dan penyakit.

B. Saran
Evolusi merupakan bahan perbincangan yang banyak menimbulkan
kontrofeksi dikalangan masyarakat luas, salah satunya adalah Teori tentang
Kemunculan dan Kepunahan. Olehnya itu harus kita pahami bahwa studi ini
adalah teori yang ditemukan oleh salah satu ilmuan, yang sampai saat ini
masih tabuh.

19
DAFTAR PUSTAKA

Afsani, Nazhat. 2018. Kemunculan dan Kepunahan.


https://www.scribd.com/doc/311882556/Kemunculan-Dan-Kepunahan.
Diakses pada tanggal 15 Februari 2018. Makassar.

Aryulina, Diah, dkk. 2007. Biologi 3 SMA dan MA untuk Kelas XII. Jakarta: Esis.
Campbell dan Reece. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Iskandar, Dr Djoko T. 2001. Catatan Kuliah Evolusi. Bandung : Institut


Teknologi Bandung.

Muaddin. 2012. Evolusi. Jakarta : Erlangga.

Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi. Depok : Universitas Indonesia.

Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang : Universitas Negeri Malang.

20

Anda mungkin juga menyukai