Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH

“KELAS DIATOMEAE, CHLOROPHYCEAE, DAN CONCUGATE”

OLEH

KELOMPOK 4

IRENEUS INOFENSIUS PIO

KAROLINA NGADHA

YUMI SUSANTI TAMELAN

JAR E. HAWU

JUNIRIUS HALLA

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang cukup banyak, baik flora maupun
fauna. Beragamnya mahkluk hidup yang ada di bumi ini yang ditunjukkan dengan adanya
variasi bentuk, penampilan serta ciri-ciri yang lainnya, maka mendorong diperlukannya
suatu cara untuk mengelompokkan mahkluk hidup agar mudah dipelajari dan dipahami.
Proses pengelompokan tumbuhan dalam tingkat-tingkat kesatuan kelasnya yang sesuai dan
secara ideal dinamakan klasifikasi. Berdasarkan alat perkembangbiakannya, kingdom
plantae digolongkan menjadi dua yaitu :
 Kormophyta berbiji (Spermatophyta)
 Kormophyta berspora (Cryptogamae)

Tumbuhan tingkat rendah dikelompokkan menjadi beberapa Divisi, yaitu :


Divisi Schizophyta (tumbuhan belah), Thallophyta (tumbuhan talus),
Bryophyta (tumbuhan lumut), dan Pteridophyta (tumbuhan paku). Setiap divisi
terbagi beberapa anak divisi, kelas, bangsa, famili dan spesies

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud tumbuhan Thallophyta?
2. Apa saja yang termasuk di dalamnya?
3. Bagaimana ciri morfologi tumbuhan Thallophyta?
BAB II

PEMBAHASAN

Divisi Thallophyta
Secara umum divisi Thallophyta dimasukkan ke dalam kingdom protista. Nama
protista secara harafiah berarti “yang paling pertama” meskipun secara evolusi
kekerabatannya sama sekali tidak jelas. Makhluk hidup yang dimasukkan ke dalam kingdom
protista memiliki tubuh yang tersusun atas satu sel (uniseluler) atau banyak sel
(multiseluler), tetapi sel-sel tersebut sederhana dan tidak membentuk jaringan. Selnya
bersifat eukariotik artinya inti sel memiliki membran inti dan system endomembran.
Sesuai dengan namanya, semua organisme yang masuk ke dalam divisi Thallophyta
memiliki ciri utama, tubuh berbentuk talus. Yang disebut talus ialah tubuh tumbuhan yang
belum dapat dibedakan dalam 3 bagian utama yaitu akar, batang dan daun.
Perkambangbiakan terjadi secara vegetatif maupun generatif. Pembentukan spora dalam
organ-organ dinamakan sporangium. Sedangkan perkembangbiakan seksual terjadi melalui
peleburan gamet-gamet yang terbentuk dalam organ-organ yang disebut gametangium.
Berdasarkan ciri-ciri utama yang menyangkut cara hidupnya itu, divisi Thallophyta
dibedakan dalam 3 anak divisi yaitu :
1. Ganggang (Algae)

2. Jamur (Fungi)

3. Lumut kerak (Lichenes)

1. Anak divisi : Algae (tumbuhan ganggang)


Ganggang (Algae) banyak ditemukan di air tawar, air laut ataupun di tempat-tempat
lembab. Bentuk tubuh ganggang ada yang bersel satu dan ada yang tersusun atas banyak sel.
Ganggang yang multiseluler ada yang berbentuk seperti benang, lembaran, dan koloni sel-
sel. Ganggang tidak memiliki akar, batang dan daun sejati, namun ada sebagian ganggang
laut memiliki bentuk yang menyerupai akar.
Anak divisi ganggang dapat di bagi menjadi 7 kelas yaitu :
 Kelas Flagellata
 Kelas Diatomeae
 Kelas Chlorophyceae
 Kelas Conjugatae
 Kelas Charophyceae
 Kelas Phaeophyceae
 Kelas Rhodophyceae

A. Kelas DIATOMEAE (Ganggang Kersik)

Diatomeae atau Bacillariophyta adalah jasad renik bersel satuyang masih dekat
dengan Flagellatae. Bentuk sel bermacam-macam, semuanya dapat dikembalikan ke dua
bentuk dasar yaitu bentuk yang bilateral dan yang sentrik. Dinding sel mempunyai susunan
yang khusus. Dinding sel terdiri ataspektin dengan suatu panser yang terdiri atas kersik di
sebelah luarnya. Panser kersik itu tidak menutup seluruh sel (sebab dengan demikian
pembelahan sel akan terganggu), melainkan terdiri atas dua bagian yang merupakan wadah
dan tubuhnya. Oleh sebab itu sel dari bawah dan atas kelihatan berbeda-beda. Batas
pertemuan tutup dan wadahyang terletak di samping dinamakan ikat pinggang. Permukaan
kedua penser itu mempunyai susunan yang rumit, yang mempunyai liang-liang yang halus
sebagai jalan untuk keluarnya lendir. Pada pembusukan atau pemijaran, rangka kersik tetap,
tetapi dengan pembubukan asam fluorida semua dindingnya akan terlarut.
Sel Diatomeae mempunyai inti dari kromatofora berwarna kuning-coklat yang
mengandung klorofil-a, karotin, santofil dan karotinoid lainnya yang sangat mempunyai
fikosantin. Beberapa jenis Diatomeae tidak mempunyai zat warna, dan hidup sebagai
saprofit.
Dalam sel Diatomeae terdapat pirenoid, tetapi tidak di kelilingi oleh tepung. Hasil-
hasil asimilasi ditimbun di luar kromatofira, berupa tetes-tetes minyak dalam plasma (sering
dalam vakuola), dan disamping minyak kadang-kadang juga leukosin.
Pada Diatomeae perkrmbangan terjadi dengan:
 Membelah, mula-mula protoplas membesar, tutup dan wadahnya lepas pada
ikat pinggangnya. Sel lalu membelah. Masing-masing bagian pada dua sel-sel
anakan itu lalu membuat wadahnya, sehingga dari tiap pembelahan terjadi
dua individu, yang satu sama denga sel induk, yang ke dua lebih kecil. Yang
kecil itupun dapat membelah, sehingga nanti tercapai suatu minimum, sel lalu
mati.
 Pembentukan auksospora. Sebelum suatu sel mencapai minimum, panser
dilepaskan, protoplas tumbuh menjadi sebesar sel normal, baru kemudian
membuat panser lagi.
 Seksual melelui oogami, sel-sel dengan reduksi membuat gamet yang haploid
(sel telur dan spermatozoid). Jadi sel-sel Diatomeae adalah diploid.

Diatomeae hidup dalam air tawar maupun dalam air laut, tetapi juga di atas tanah-
tanah yang basah, terpisah-pisah atau membentuk koloni. Contoh-contoh kelas Diatomeae
adalah Navicula dan Pinnularia.
Diatomeae dibagi dalam dua bangsa, yaitu Centrales dan Panalles.

1. Bangsa Centrales
Hidup dalam laut, merupakan salah satu penusun plamkton. Panser
bulat dengan tonjolan yang radial atau konsentris. Untuk memudahkan
melayang di dalam air, terdapat alat-alat melayang yang berupa duri-duri atau
sayap, atau dengan perentaraan lendir untuk perkembang-biakan seksual,
suatu sel vegetativef mengadakan pembelahan reduksi sehingga terbentuk 4
inti yang haploid. Tiga di antaranya binasa, sehingga tinggal satu inti saja
yang lalu merupakan inti telur dan sel seluruhnya sekarang merupakan satu
oogonium. Pada sel lainnya, ke 4 inti yang spermatozoid, jadi dalam satu sel
vegetatif terbentuk 4 enteredium. Setelah tutup sel membuka, spermatozoid
dapat bergerak bebas menuju ke suatu oogonium. Setelah terjadi pembuahan,
zigot lalu membentuk kulit dati pectin (perizonium), kedua inti sel kelamin
bersatu dan akhirnya keluarlah auksospora, tumbuh menjadi besar, dan
melepaskan diri dari selubung oogoniumnya.
Perizonium akhinyapun pecah dan mulai membentuk wadah dan
tutupnya lagi, dan kemudian sel pertama ini dapat membelah-belah seperti
biasa pada Diatomeae. Spermatozoid dapat pula masuk ke dalam sel yang
diploid, yanh lalu mengadakan pembelahan reduksi dan menjadi oogonium,
tetapi sementara itu plasma telah bersatu (plasmogami).
Beberapa jenis lainnya membentuk isigamet yang lalu kawin di dalam
sel induk itu (autogami), yang kemudian membentuk zigot dan keluar sebagai
auksospora. Juga parthenogenesis mungkin tgerjadi.
Pada beberapa jenis Centrales ditemukan sel-sel kembaran dengan 1
atau 2 bulu cambuk yang dinamakan mikrospora yang biasanya adalah gamet
jantan.

Salah satu spesies dalam ordo Centrales adalah Chaetoceros sp.

   Chaetoceros sp.

Ciri-ciri Morfologi
Memiliki bentuk tubuh bulat dengan ukuran tubuh yang sangat kecil yakni berkisar
antara 4 – 6 mikron, ada yang berbentuk segi empat dengan ukuran 8-12 x 7-18 mikron.
Sama seperti diatom pada umumnya, Chaetoceros sp. memiliki dinding sel yang dibentuk
dari silica. Bahwa pada setiap sel Chaetoceros sp. dipenuhi oleh cytoplasma. Menurut
stransky (1970) dalam Haryati (1980) dan Sujiharno (2002), diatom memiliki beberapa
pigmen warna yakni chlorophyl a, chlorophyl c, karoten diatomin dan fukosantin. Pigmen
chlorophyl memiliki peran sebagai katalisator dalam proses fotosintesis sedangkan adanya
pigmen karoten dan diatomin menyebabkan dinding sel dari Chaetoceros sp. berwarna
cokelat keemasan. Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) bahwa Chaetoceros sp.
merupakan diatom yang bersifat eurythermal dan euryhaline.
Habitat
Daerah penyebarannya meliputi muara sungai, pantai dan laut pada daerah tropis dan
subtropis. Diatom ini dapat hidup pada kisaran suhu yang tinggi, pada suhu air 400˚C
fitoplankton ini masih dapat bertahan hidup namun tidak berkembang. Pertumbuhan
optimumnya memerlukan suhu pada kisaran antara 25 - 300C.salinitas optimal untuk
pertumbuhan optimal dari Chaetoceros sp. adalah 17 - 25 ‰. Selanjutnya dikemukakan
bahwa seperti halnya fitoplankton pada umumnya, pertumbuhan dari Chaetoceros sp. ini
juga dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Intensitas cahaya yang optimum untuk
pertumbuhannya ialah berkisar antara 500 – 10.000 lux, dan pertumbuhannya akan menurun
jika intensitas cahaya melebihi 10.000 lux.

Siklus hidup dan Reproduksi


Chaetoceros sp. bereproduksi secara aseksual yakni dengan pembelahan sel dan
seksual dengan pembentukan auxospora. Silikat memiliki peranan penting dalam proses
reproduksi fitoplankton ini sebagai bahan pembentuk cangkang. Pembelahan sel pada
diatom ini sama seperti pembelahan sel diatom pada umumnya, dimana satu sel induk yang
membelah akan menghasilkan dua sel anak. Satu sel anak mendapatkan tutup kotak
(epiteka) akan berkembang menyerupai ukuran sel induknya, sedangkan sel anak yang
mendapatkan dasar kotak (hipoteka) akan tumbuh lebih kecil dari sel induk. Pembelahan sel
ini akan terus berlanjut sampai ukuran sel semakin kecil (Sudjiharno, 2002)
Pembelahan sel Chaetoceros sp. yang dilakukan secara terus menerus akan
menyebabkan ukuran sel menjadi semakin kecil, dan sampai batas ukuran tertentu,
pembelahan sel ini akan berhenti sebentar dan berganti menjadi reproduksi secara seksual
melalui pembentukan auxospora dimana isi sel (sel anak) akan keluar dari cangkang dan
akan tumbuh membesar hingga ukurannya sama dengan ukuran sel induk semula dan
kemudian sel ini akan melakukan reproduksi secara aseksual kembali yakni melalui
pembelahan sel (Isnsnsetyo dan Kurniastuty, 1995)

Pertumbuhan
Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor baik itu faktor yang berasal dari
individu itu sendiri maupun berasal dari faktor luar atau faktor lingkungan.Faktor dalam
umumnya adalah yang sulit dikontrol seperti keturunan, sex, umur, parasit dan penyakit,
sedangkan faktor luar meliputi makanan dan lingkungan perairan.

Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisi : Thallophyta
Classis : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales
Family : Chaetoceraceae
Genus : Chaetoceros
Species : Chaetoceros sp.

2. Bangsa Penalles

Sel-sel bentuk jorong memanjang, berbentuk batang, seprti perahu atau seperti pahat,
tonjolan-tonjolan pada panser tersusun menyirip dan di tengah-tengah panser terdapat
celah membujur yang dinamakan rafe. Organisme ini dapat bergerak merayap maju
mundur, yang mungkin disebabkan karena pergeseran antara alas dan arus plasma
ekstraseluler pada rafe.

Salah satu spesies dari bangsa pennales yaitu Navicula lanceolata dan Synedra sp.
 Navicula lanceolata
Ciri-ciri Morfologi
Ukuran mikroskopis berbentuk lonjong, berwarna kecoklatan atau keemasan, hidup sendiri
maupun berkoloni. Talus bersel satu.Struktur talus terdiri dari dua bagian, yaitu wadah
disebut hipoteka dan tutupnya disebut epiteka.Epiteka berukuran lebih besar daripada
hipoteka.Diantara dua kotak dan tutup terdapat celah, dindingnya mengandung zat kersik
(silica).
Habitat
Fitoplankton jenis ini dapat ditemui mengapung pada permukaan air laut yang terkena
cahaya matahari pada pagi hari karena melakukan fotosintesis, hidup pada salinitas 32-35
o/oo dan suhu antara 27,25ºC hingga 29,75ºC. Memiliki iklim yang sedang sampai dingin.

Pemanfaatan
Navicula lanceolata merupakan fitoplankton laut yang dikenal dengan grass of the sea.
Ganggang yang mengandung zat kersik ini bila mati, dinding selnya akan mengendap
membentuk tanah diatom yang kaya zat kersik. Tanah ini merupakan
bahan dinamit, isolator, dan bahan gosok penghalus
Tambahan
Ordo pennales adalah dari ganggang heterokont dikenal sebagai diatom.
Bentuk dinding sel (atau katup atau frustules) diatom pennate, yang memanjang dalam
pandangan katup. Katupnyalinier atau oval, dan biasanyamembentuk
pola hias bilateral simetris. Pola ini terdiri dari serangkaian garis melintang (dikenal
sebagai striae) yang dapat muncul sebagai baris dari titik-titik bila dilihat dengan
mikroskop optik.Beberapa diatom pennate menunjukkan retakan sepanjang sumbu longitudi
nal. Hal ini dikenal sebagai raphe, dan terlibat dalam gerakan meluncur yang dibuat oleh
sel diatom.
Dalam hal siklus sel, sel vegetatif adalah diploid dan mengalami mitosis selama
pembelahan sel normal. Secara berkala, meiosis menghasilkan gamet haploid morfologis-
identik (isogametes), yang berfusi untuk menghasilkan zigot (kadang-kadang berinti)
yang berkembang menjadi auxospore (dari yang ukuran penuh sel vegetatif diproduksi).
Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisi : Thallophyta
Kelas : Bacillariophyceae
Ordo : Pennales
Family : Naviculaceae
Genus : Navicula
Spesies : Navicula lanceolata

 Synedra sp.
Ciri-ciri Morfologi
Synedra sp. adalah salah satu spesies diatom (Bacillariophyta) dengan sekitar 100 spesies
yang hidup di air tawar dan air laut terjadi. Para wakil dari alga uniseluler memanjang,
berbentuk jarum dan bergerak. Sel ini dikelilingi oleh karakteristik diatom dari dua
cangkang silika perpustakaan yang ada. Dalam pandangan sisi mereka muncul sempit
persegi panjang, mengingat schiffchenförmig cangkir berbentuk atau jarum tipis. Sel-sel
secara individual, tetapi juga dapat disatukan oleh jelly untuk berbentuk bintang kelompok.
Sel-sel tidak melengkung atau bengkok. Inti terletak di pusat. Biasanya ada dua plastida
memanjang oleh fucoxanthin berwarna cokelat keemasan dan terletak di sisi. Kedua kerang
tidak memiliki raphe . Ukurannya adalah 10 sampai 500 mikron.

Habitat
Kebanyakan hidup di air tawar dan air laut.

Perkembangbiakan
Reproduksi aseksual terjadi melalui divisi khas dari diatom. Reproduksi seksual terjadi
dengan anisogamy, yang terbentuk per sel, dua gamet. Setelah hasil fusi sel dalam
pembentukan beberapa saat auxospore untuk pembesaran sel.
Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisio : Thallophyta
Subdivisio : Algae
Classis : Bacillariophyceae
Ordo : Pennales
Familia : fnigillariaceae
Genus : Synedra
Spesies : Synedra sp.

Panalles tidak mengambil bagian yang penting sebagai penyusun plankton. Biasanya
melekat pada tumbuh-tumbuhan air. Perkembang-biakan berlangsung dengan isogami. Dua
sel vegetatif berdekatan, lalu mengeluarka zat pectin dan lendir, masing-masing
mengadakan pembelahan reduksi dan terbentuk 4 inti haploid. Tetapi dari masing-masing
sel tadi tidak keluar 4 melainkan hanya 2 gamet, tiap gamet mempunyai 2 inti, yang satu
dapat mengadakan perkawinan, sedangkan yang lainnyamengalami suatu degenerasi. Dari
gamet itu tidak terbentuk sel telur dan spermatozoid, melainkan panser membuka dan salah
satu gamet lalu masuk ke dalam sel yang lain dan mengadakan perkawinan sedemikian rupa
sehingga masing-masing sel induk merupakan suatu zigot yan g diploid. Zigot itu lalu
membentuk perozonium yang segera pecah dan keluarlah suatu auksospora. Setelah
auksospora mencapai besar yang normal lalu membentuk panser yang selanjutnya dapat
mengadakanpembelahan seperti biasa.

Dalam pembiakan secara seksual sering juga terjadi hal-hal yang menyimpang dari
yang telah diuraikan di atas, misalnya dengan dibentuknya buluh kopulasi untuk jalannya
gamet. Ada juga yang dari 4 inti hasi pembelahanreduksi itu yang 3 mengalami degeneraasi,
sehingga induk sel hanya mrngeluarkan 1 gamet, dan dari dua sel induk hanya terjadi 1 zigot
saja. Ada yang mengadakan autogami (kedua gamet dalam satu sel induk mengadakan
perkawinan sendiri). Ada lagi yang membentuk auksospora tanpa perkawinan lebih dulu.
Untuk menentuka hubungan kekerabatannya, adanya tingkat yang mempunyai bulu-
bulu cambuk amat penting, karena dengan ini dapat ditarik kesimpulan, bahwa Flagellata
terutama Chrysomonadales adalah nenek moyangnya Diatomeae.

Diatomeae fosil ditemukan dalam lapis-lapisan tanah dari zaman Kapur, zaman
Tersier dan terutama dari zaman Diluvium. Tanah dengan sisa-sisa Diatomeae disebut terr
silicea atau kiezelguhr (tanah kersik), yang antara lain dipergunakan untuk pembuatan
dinamit, dan saringan air yang bebas kuman.

B. Kelas CHLOROPHYCEAE (Ganggang hijau)

Sel-sel ganggang hijau mempunyai kloroplas yang berwarna hijau, mengandung


klorofil-a dan b serta kerotrnoid. Pada kloroplas terdapat pirenoid, hasil asimilasi berupa
tepung dan lemak.

Perkembang-biakan terjadi secara:

 Aseksual dengan membentuk zoospore, yang membentuk buah dengan 2-4


bulu cambuk tanpa rambut-rambut mengkilap pada ujungnya, mempunyai 2
vakuola kontrakil, kebanyakan juga satu bintik mata merah, dengan
klorroplas di bagian bawah yang berbentuk piala atau pot.
 Seksual dengan anisogami. Gamet jantan selalu bergerak bebas dan sangat
menyerupai zoospore. Gamet betina kadang-kadang tidak bergerak, jadi
merupakan suatu oogonium. Perkawinan terjadi karena adanay daya tarik
yang bersifatkemotaksis. Zigot biasanya suatu sel yang b erdinding tebal,
bulat dan kadang-kadang berwarna merah karena mengandung hematokrom.

Chlorophyceae terdiri atas sel-sel yang merupakan koloni berbentuk benang


yang bercabang-cabang atau tidak, ada pula yang membentuk koloni yang
menyerupai kormus tumbuhan tingkat tinggi. Biasanya hidup dalam air tawar,
merupakan suatu penyusun plankton atau sebagai bentos. Yang bersel besar ada yang
hidup di air laut, terutama dekat pantai. Ada jeni-jenis chlorophyceae yang disup
pada tanah-tanah yang basah bahkan ada di antaranya yang tahan akan kekeringan.
Sebagian lainnya hidup bersimbiosis dalam Lichenes, ada lagi yang interseluler pada
binatang rendah.

1. Bangsa Chlorococcales (Protococcales)


Sel-sel vegetatif tidak mempunyai bulu cambuk jadi tidak bergerak, mempunyai
sati inti dan satu kloroplas. Mereka merupakan satu koloni yang bentuknya
bermacam-macam, dan tidak lagi mengadakan pembelahan sel yang vegetatif.
Perkembang-biakan dengan zoospora yang mempunyai dua bulu cambuk
atau dengan spora yang tidak mempunyai bulu cambuk yang dinamakan
aplanospora. Perkembang-biakan dengan isogami (antara lain pada marga
pediastrum dan Hydrodictyon). Chlorococcales hidup sebagai plankton dalam air
tawar, kadang-kadang juga pada kulit pohon-pohon dan tembok-tembok yang
basah. Ada yang hidup bersimbiosis dengan Fungi sebagai Lichenes, bahkan ada
yang hidup dalam plasma binatang rendah , misalnya Chlorella vulgaris dalam
Infusoria dan Hydra.
Pada Chlorococcales seperti juga telah kita ketahui pada Volvocales, terdapat
terdapat deretan organisme dari yang uniseliler dan pembentuk koloni.
Pembentukan koloni itu telah dimulai sejak organisme tadi berupa zoo- atau
aplanospora. Bentuk koloni yang spesifik untuk tiap-tiap jenis ini segera
berbentuk setelah spora keluar dari sel induknya, bahkan ada yang selagi spora
masih dalam sel induknya.
Oleh seorang ahli biologi bangsa Jepang, Chlorella telah di coba untuk diolah
menjadi berbagai macam makanan. Dengan demikian terbentuk prospek baru
mengenai produksi bahan pangan, bahkan menurut ahli tersebut hal itu dapat
menimbulkan revolusi dalam masalah penyediaan pangan.
Dalam bangsa ini termaksud antara lain:
 suku Hydrodictyaceae, contoh Pediastrum bonganum,
 suku Chlorococcaceae, contoh Chlorococcum humicale.
2. Bangsa Ulotrichales
Sel-selnya selalu mempunyai satu inti dan satu kloroplas. Yang masih
sederhana membentuk koloni berupa benang yang bercabang atau tidak. Benang-
benang itu selalu bertambah panjang karena sel-selnya membelah melintang.
Yang lebih tinggi tingkatannya mempunyai talis yang lebar dan melekat pada
suatu alas, dan talus itu telah mempunyai susunan seperti jaringan parenkim. Ada
pula yang talusnya berbentuk pita atau pipa. Dalam bangsa ini termaksud antar
lain suku Ulotrichaceae, contohnya Ulothrix zonata. Sel-selnya membentuk
koloni yang berupa benang dan tumbuh interkalar. Sel-selnya pendek, kloroplas
bentuk pita. Pangkal yang melekat pada substratnya terdiri ats suatu sel rizoid
yang sempit, panjang dan biasanya tidak berwarna. Zoospota keluar dariu salah
satu sel dalam benang itu melalui suatu lubang pada dinding samping, masing-
masing mempunyai 4 bulu cambuk, 1 kloroplas dan satu bintik mata, mula-mula
berkeliaran di sekitar in duknya, kemudian menempel pada suatu alas dan
membentuk koloni baru. Isogamet juga terbentuk dalam hal ini berfungsi sebagai
gametangium, tetapi dari satu sel terbentuk lebih banyak. Bentuknya menyerupai
zoozpora, tetapiu lebih kecil dan hanya mempunyai 2 bulu cambuk. Gamet itu
kawin dengan gamet dari koloni lain, jadi koloni yang satu adalah (+) dan lain
adalah (-). Karena segala-galanya kita tidak dapat mengatakan yang satu betina
dan yang lainnya jantan. Zigot yang terjadi dinamakan planozigot, mula-mula
masih berenang-renang dengan 4 bulu cambuknya, kemudian membulat, menarik
ke dalam bulu-bulu cambuknyha dan membentuk suatu membran. Akhirnya
dengan pembelahan reduksi zigot itu mengeluarkan 4 sel kembara, yang dua
tumbuh menjasi individu (+) dan yang dua lainnya (-). Jadi Ulothtrix adalah
haploid.
Suku Ulvaceae, termaksud di dalamnya:
 Ulva lactucal, talus menyerupai daun sladah, terdiri atas dua lapis
sel yang membentuk struktur seperti parenkim. Zoospora dengan
4 bulu cambuk, gamet sama besar, masing-masing dengan dua
bulu cambuk.
 Enteromorpha intestinalis. Koloni berbentuk pipa atau pita.
Padanya tidak terdapat isogami, melainkan anisogami.

3. Bangsa Cladophorales

Sel-selnya beinti banyak, kloroplas berbentuk jala dengan pirenoid-


pirenoid, membentuk koloni berupa benang-benang yang bercabang menjadi
suatu berkas, hidup dalam air tawar yang mengalir atau dalam air laut, dan
biasanya berkas benang-benang itu melekat pada suatu substrat. Cladophorales
berkembangbiak secara vegetatif dengan zoospore dan generatif dengan isogami.
Organisme itu memperlihatkan pergiliran keturunan. Saprofitnya diploid,
mengeluarkan zoospora yang mempunyai 2 buluj cambuk (yang hidup di laut
mempunyai 4 bulu cambuk), dan dari spora yang haploid itu tumbuh gametofit
(+) dan (-) yang masing-masing mengeluarkan gamet (+) dan (-). Saprofit dan
gametofit bentuk dan ukurannya persis sama dan di alam tidak dapat dibedakan
yang satu dari yang lain.

Dalam bangsa Cladophorales termaksud:

 Suku Cladophoraceae, contohnya Cladophora glomerata dan


Cladophora dichotama

4. Bangsa Chaetophorales

Sel-selnya mempunyai satu inti dan kebanyakan juga satu kloroplas.


Organisme ini talusnya heterotrik, artinya mempunyai pangkal dan ujung yang
berbeda, terdiri atas benang-benang yang merayap, bercabang dan bersifat
pseudoparenkimatik, tumbuh mendatar pada substratnya, dan bagian atas yang
bercabang-cabang dan berguna sebagai alat Reproduksi.

Yang tergolong bangsa ini antara lain:


 Suku Chaetophoraceae, contohnya Stigeoclonium lubricum,
Stigeclonium tenue, hidup dalam air tawar, zoospora 4 dengan 4
bulu cambuk dan isogamete dengan 2 bulu cambuk.
 Suku Coleochaetaceae, contohnya Coleochaete scutata,
Coleochaete pulvinata. Zoospora dengan 2 bulu cambuk.
Pangkalnya berbentuk cakram. Perkembang-biakan generatif
dengan oogami. Oogonium berbentuk botol, lehernya tak
berwarna, ujungnya terbuka untuk menangkap spermatozoid.
Setelah pembuahan, zigot membesar lalu dikelilingi oleh benang-
benang yang berasal dari sel-sel yang berdekatan, dan dengan
demikian terbentuklah suatu badan buah. Pada perkecambahan
tidak langsung terbentuk sel-sel kembara (zoospore), melainkan
mula-mula tgerdapat16-32 badan (sel) yang masing-masing
mengeluarkan satu sel kembara yang haploid. Coleochaete
kebanyakan hidup sebagai epifit pada ganggang lain atau
tumbuhan air yang tinggi tingkatan perkembangannya.
 Suku Trentepohliaceae, contohnya Trentepohlia aurea. Zoospora
dan isogamete mempunyai 2 bulu cambuk, telah menyeuaikan diri
dengan hidup di daratan, pada cadas, batang-batang pohon atau di
atas daun sebagai epifit. Zoosporangia berwarna merah karena
hematokrom. Spora terbesar oleh angin.

5. Bangsa Oedogoniales

Hidup dalam air tawar, sel-selnya mempunyai 1 inti dan kloroplas


berbentuk jala. Koloni berbentuk benang. Perkembang-biakan vegetatif dengan
pembentukan zoospore; ujungnya yang bebas dari klorofil mempunyai banyak
bulu cambuk yang tersusun dalam suatu karangan. Perkembang-biakan
generative dengan oogami. Sel vegetatif pada satu koloni dapat lalu membesar
merupakan suatu oogonium, yang bentuknya seperti tong. Di dalamnya terdapat
satu sel telur. Oogonium tetap pada koloni dan sel telunya pun tetap di dalamnya.
Pada sisi atas oogonium terdapat satu lubang yang merupakan jalan masuknya
spermatozoid. Spermatozoid berasak dari lain sel pada koloni itu juga, dapat pula
berasal dari anteridium. Spermatozoid menyerupai zoospora, tetapi lebih kecil
dan berwarna kekuning-kuningan. Zigot tetap pada koloni dan membentuk
dinding yang kuat. Pada perkecambahan, dari zigot ini keluar 4 zoospora haploid
yang masing-masing akan tumbuh menjadi individu baru.

Pada beberapa jenis, dari antiridiumnya keluar spora menyerupai


spermatozoid yang dinamakan androspora dan tidak dapat membuahi sel telur,
tetapi melekap pada koloni betona dan tumbuh menjadi koloni kecil yang hanya
terdiri atas beberapa sel saja dan dinamakan “pejantan bajang”. Dari sel-sel yang
terletak pada ujungnya dapat dikeluarkan spermatozoid-spermatozoid yang dapat
mengadakan perkawinan.

Pada ujungnya dapat dikeluarkan Oedogonium seringkali tampak sebuah


tudung, yang terjadinya mungkin sekali karena adanya pembelahan sel dan cara
pertumbuhan yangb khusuh.

Bangsa Oedogonium meliputi satu suku saja yaitu Oedogoniaceae,


contonya Oedogonium concatenatum dan Oedogonium ciliatum.

6. Bangsa Siphonales (Chlorosiphonales)

Bentuknya bermacam-macam, kebanyakan hidup dalam air laut.


Talusnya tidak mempunyai dinding pemisah yang melintang sehingga dinding
selnya menyelubungi masa plasma yang mengandung banyak inti dan kloroplas.
Hanya alat-alat perkembang-biak saja yang terpisah oleh satu dinding (sekat).
Dari Siphonales dapat disebut beberap jenis, antara lain:
 Protosiphon botryoides (suku Protosiphonaceae). Ganggang ini masih
sedaerhana, hidup di atas tanah yang basah. Talus hanya terdiri atas
satu sel. Bagian yang di atas tanah bentuknya seperti gelembung,
berwarna hijau dan mengandung banyak minyak inti, melekat pada
tanah dengan rizoid yang panjang, tidak bercabang dab tidak
berwarna.
 Halicystis ovalis (suku Halicystidaceae). Ganggang ini menyerupai
Protosiphon, tetapi hidup dalam laut.
 Caulerpa prolifera (suku Caulerpaceae), untuk ganggang hijau yang
hidup di Laut Tengah. Talus bagian atas menyerupai daun dan
besarnya sampai beberapa desimeter, berguna untuk asimilsi dan
dinamakan assimilator. Bagian bawah terdiri atas suatu sumbuh yang
meranyap, tidak berwarna, dan mengandung nukleoamiloplas dan
rizoid. Pada perkembangbiakan seksual (anisogami), seluruh tubuh
tumbuh-tumbuhan jantan dan betina masing-masing mengeluarkan
gamet yang berwarna hijau dalam jumlah yang amat besar dan setelah
mengeluarkan gamet itu lalu mati.
 Vaucheria sessilis (suku paucheriaceae), talus berbentuk benang dan
bercabang-cabang tidak beraturan, melekat pada substrat rizoid-rizoid
yang merupakn suatu berkas. Karena talu tidak mempunyai dinding
pemisah melintang, maka talus kelihatan seperti bercabang-cabang.
Perkembangbiakan aseksual dengan zoospore. Sporagonium brupa
suatu ujung benang yang sedikit membesar dan terpisah oleh suatu
dinding pemisah. Dari sporangium ini tidak keluar spora-spora
kembara yang bebas, melainkan keluar sebuah benda yang besar
(makroskopik telah kelihatan) yang mempunyai banyak bulu-bulu
cambuk dan benda ini dinamakan sinzoospora. Pada tepinya yang
tidak berwarna, di belakang tiap-tiap pasang bulu cambuk terdapat
sebuah inti dan dibelakangnya lagi kloroplas dan vakuola berdenyut.
Dari segi morfologi, sinzoospora ini dapat disamakan dengan suatu
sporangium. Perkembangbiakan generative dengan oogami.oogenium
dan anteridium terjadi pada benang talus sebagai tonjolan kesamping
yang lalu dibatasi oleh suatu dinding pemisah. Calon ooginium itu
mula-mula mengandung banyak inti kemudian mengalami degenerasi,
sehingga tinggal satu inti saja. Inti ini lalu dikelilingi oleh satu
dinding, dan dengan demikian terbentuklah sebuah telur yang besar
dengan satu inti telur. Jika telur siap untuk dibuahi, oogonium lalu
memperlihtkan tonjolon berbentuk paruh yang berlubang pada
ujungnya. Bakal anteridium mula-mula juga mengandung banyak int,
ahirnya beserta sumbu pendukungnya menjadi organ berbentuk
tanduk yang bengkok. Jika sudah masak, anteridium ini membuka
pada ujungnya mengeluarkan isi berupa lendir yang mengandung
spermatozoid kecil-kecil yang tidak mempunyai kloroplas, masing-
masing dengan dua buah cambuk disamping,yang lalu berkerumun
pada noda pembuahan dari telur. Hanya satu dari spermatozoid-
spermatozoid berhasil mengadakan pembuahan. Zigot lalu membuat
suatu dinding, mengalami masa istirahat sebelum berkecambah dan
membentuk benang yang baru.
Tempat vaucheria dalam sistematik masi belum terang. Alat-alat
pekembanganbiakan seksual dan aseksual ditemukan pada suatu
individu. Pembelahan reduksi terjadi pada perkecambahan zigot.
Mengingat letak bulu cambuk serta susunan bulu cambuk pada
spermatozoidnya, demikian pulab zat-zat warna dalam plastidanya (
tampa klorofil-b,tetapi banyak santrofil), dan zat-zat cadangan yang
terdiri atas minyak dan tepung, maka vaucheria oleh para ahli
dimasukkan kedalam Heterocontae. Tetapi jika dilihat bulu cambuk
pada zoosporanya yang sma panjang dan tampa rambut-rambut
mengkilap maka vaucheria harus digolongkan dalam chlorophyceae.
 Acetabularia wettsteinii (suku Dasycladaceae), talusnya menyerupai
jamur paying. Pada pangkal tangkainya terdapat suatu inti yang besar.
Ganggang ini ditemukan di laut tengah dan talusnya dipekuat dengan
kapur, perkembangbiakan seksual dengan anisogami.dari sifat-sifat yang
tampak pada chlorophyceae, dapat diambil kesimpulan bahwa
chlorophyceae berasal dari flagelatae yang singkat mengalami kemajuan-
kemajuan perkembangan. Padanya ditemukan gambaran perkembangan
dari organisme yang sederhana ke yang makin menuju keadanya
pembagian pekerjaan. Talus heterotrit (yang terdiri atas pangkal yang
melekat pada substrat dan bagian yang bebas), jarang dijumpai talus
yang mempunyai organisasi yang lebih tinggi. Kloroplas sederhana,
berbentuk piala, dengan meningkatnya perkembangan menjadi bentuk
jala dan cakram. Mengenai perkembangbiakan seksualpun tampak
perubahan dari isogami lewat anisogami menjadi oogami dan akhirnya
suatu tipe oogami yang inti telurnya tetap tinggal dalam oogenium.

Pada kebanyakan chrolophyceae pembelaan reduksi terjadi pada


perkecambahan zigot, jadi chrolophyceae adalah organisme haploid. Alat-alat
perkembangbiakan seksual dan aseksual (gamet dan spora) terdapat pada suatu
individu, tetapi tidak tiap individu menghasilkan kedua macam alat perkembang
biakan itu. Biasanya terdapat pada suatu deretan tumbu-tumbuhan yang selalu
berkembang biak secara vegetative (aseksual) dan baru kemudian muncul individu
yang dapat membiak secara generative (seksual). Jadi meskipun kedua-duanya
haploid, ada yang bersifat vegetatif da nada yang generatif dengan pemindahan
tempat terjadinya pembelahan reduksi dari zigot ke sporangium pada fase aseksual,
terjadilah pergiliran keturunan antara sporofit yang diploid dengan gametofit yang
haploid. Pada pembembelahan reduksi terjadilah penentuan jenis kelamin.
Keturunan-keturunan itu dapat sama (isomorf) atau heteromorf.

Beberapa contoh alga hijau yang sering ditemukan dikolam antara lain :

1. Chlorophyta bersel tunggal tidak bergerak


Contoh :
a. Chlorella
Organisme ini banyak ditemukan sebagai plankton air tawar. Ukuran tubuh mikroskopis,
bentuk bulat, berkembang biak dengan pembelahan sel.
Peranannya bagi kehidupan manusia antara lain, digunakan dalam penyelidikan metabolisme
di laboratorium. Juga dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan dimasukkan dalam kapsul dan
dijual sebagai suplemen makanan dikenal dengan “Sun Chlorella”.
Pengembangannya saat ini di kolam-kolam (contohnya di pasuruan)
b. Chlorococcum
Tubuh bersel satu, tempat hidup air tawar, bentuk bulat telur, setiap sel memiliki satu
kloroplas bentuk mangkuk. Reproduksi dengan membentuk zoospora (secara aseksual).

2. Chlorophyta bersel tunggal dapat bergerak


Contoh : Chlamidomonas
Bentuk sel bulat telur, memiliki 2 flagel sebagai alat gerak, terdapat 1 vacuola, satu nukleus
dan kloropas. Pada kloropas yang bentuknya seperti mangkuk terdapat stigma (bintik mata)
dan pirenoid sebagai tempat pembentukan zat tepung. reproduksi aseksual dengan membentuk
zoospora dan reproduksi seksual dengan konjugasi.

3. Chlorophyta berbentuk koloni tidak bergerak


Contoh : Hydrodictyon
Hydrodictyon banyak ditemukan didalam air tawar dan koloninya berbentuk seperti jala.
Ukuran cukup besar sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang. Reproduksi vegetatif
dengan zoospora dan fragmentasi.
Fragmentasi dilakukan dengan cara melepas sebagian koloninya dan membentuk koloni baru.
sedangkan reproduksi generatif dengan konjugasi.

4. Chlorophyta berbentuk koloni dapat bergerak


Contoh : Volvox
Volvox ditemukan di air tawar, koloni berbentuk bola jumlah antara 500 -5000 buah. Tiap sel
memiliki 2 flagel dan sebuah bintik mata. Reproduksi aseksual dengan fragmentasi dan
seksual dengan konjugasi sel-sel gamet.

5. Chlorophyta berbentuk benang


Contoh :
a. Spyrogyra
Gangguan ini didapatkan disekitar kita yaitu diperairan. bentuk tubuh seperti benang,
dalam tiap sel terdapat kloroplas berbentuk spiral dan sebuah inti. Reproduksi vegetatif
dengan fragmentasi, sedangkan reproduksi seksual dengan konjugasi. adapun langkah-langkah
konjugasi antara lain
Dua benang saling berdekatan, sel yang berdekatan saling membenuk tonjolan. Ujung
kedua tonjolan yang bersentuhan saling melebur membentuk saluran konjugasi. Lewat saluran
itu terjadilah aliran protoplasma dari satu sel ke sel yang lain. kedua plasma melebur, disebut
peristiwa plasmogami dan segera diikuti oleh pelburan inti yang disebut kariogami. Hasil
peleburan membentuk zigospora diploid. zigospora mengalami meiosis dan ditempat yang
sesuai berkembang menjadi benang spirogyra baru yang haploid.
b. Oedogonium
Ganggang ini berbentuk benang, ditemukan di air atawar dan melekat di dasar
perairan. reproduksi vegetatif dilakukan oleh setiap sel menghasilkan sebuah zoospora yang
flagela banyak. Reproduksi generatif adalah salah satu benang membentuk alat kelamin jantan
(antiridium) dan menghasilkan gamet jantan (spermatozoid). Pada benang yang lain
membentuk alat kelamin betina yang disebut oogonium. Oogonium akan menghasilkan gamet
betina (ovum). Sperma tozoid membuahi ovum dan terbentuk zigot. Zigot akan tumbuh
membentuk individu.
6. Chlorophyta berbentuk lembaran
Contoh :
a. Ulva
Ganggang ini ditemukan di dasar perairan laut dan menempel di dasar, bentuk seperti
lembaran daun. berkembang bial secara vegetatif dengan menghasilkan spora dan spora
tumbuh menjadi Ulva yang haploid (n), Ulva haploid disebut gametofit haploid. Kemudian
secara generatif menghasilkan gamet jantan dan gamet betina. pertemuan gamet jantan dan
gamet betina akan menghasilkan zigot (Z2n). Zigot berkembang menjadi Ulva yang diploid
disebut sporofit. Selanjutnya sporofit membentuk spora yang haploid setelah mengalami
meiosis. Selanjutnya mengalami mitosis dan menghasilkan gametofit haploid.
b. Chara
Chara hidup di air tawar terutama melekat pada batu-batuan. Bentuk talus seperti tumbuhan
tinggi, menyerupai batang, yang beruas-ruas dan bercabang-cabang, berukuran kecil. Pada
ruasnya terdapat nukula dan globula. Di dalam nukula terdapat arkegonium dan menghasilkan
ovum. Di dalam globula terdapat anterodium yang memproduksi spermatozoid. Spermatozoid
akan membuahi ovum dan menghasilkan zigospora yang berdinding sel. Pada reproduksi
secara vegetatif dilakukan dengan cara fragmentasi.

3. Kelas CONJUGATAE (Ganggang gandar)

Conjugatae adalah ganggang yang berwarna hijau (mengandung klorofil a


dan b), sel-selnya mempunyai suatu inti dan dinding sel dari selulosa. Berlainan
dengan chlorophycehae ganging ini tidak membentuk zoospora maupun gamet
yang mempunyai bulu cambuk, oleh karena itu juga dinamakan Acontae. Pada
pembiakan generatif, dua gamet yang sama tidak mempunyai bulu cambuk
bersatu menjadi suatu zigot. Setelah itu mengalami waktu istirahat, zigot
mengadakan pembelahan reduksi, kemudian berkecambah. Jadi Conjugatae
adalah organisme yang haploid.

Conjugatae merupakan golongan ganging dengan beraneka rupa bentuk yang


sebagian besar hidup dalam air tawar. Ada yang bersel tunggal, ada yang merupakan
koloni berbentuk benang yang tidak melekat pada sesuatu alas.

Conjugatae dibedakan dalam dua bangsa, yaitu:

1. Bangsa Desmidiales
Karena bentuknya beraneka rupa ganggang bini juga dinamakan ganging
hias, terutama hidup dalam rawa-rawa (gambut) yang airnya bereaksi asam.
Sel-selnya ada yang berbentuk bulan sabit (closterium), atau ditengah-
tengahnya berlekuk, hingga mempunyai bentuk seperti biscuit atau bintang
sehingga sel tersendiri terdiri atas dua bagian yang setangkup (simetris)
dengan di dalam tiap-tiap bagian itu suatu kloroplas yang besar dengan
susunan yang rumit, mempunyai satu atau beberapa pirenoid. Di tengah-
tengah sel terdapat satu inti. Beberapa jenis dapat merayap dengan
perantaraan benang-benang lender yang dikeluarkan melalui liang-liang pada
dinding selnya.
Pembiakan terjadi secara :
a. Aseksual, sel membagi di tengah-tengahnya dan masing-masing
bagian lalu mengempurnakan diri. Pada marga-marga tertentu sel-sel
anakan itu tetap berlekatan dan dengan demikian terbentuklah deretan
sel-sel.
b. Seksual dengan kopulasi, dua sel berdekatan lalu menyelubungi diri
dengan lender. Dinding di bagian tengah lalu membuka dan protoplas
kedua sel itu bersatu di seluruh jopulasi yang membesar dan terjadi
sebuah zigot, yang dindingnya berduri, hingga dengan ini mudah
dikenal dan dibedakan dari sel biasa. Di samping zigot itu terdapat 4
belahan dinding sel dari kedua sel yang berkopulasi tadi. Pada
perkecambahan tergadi pembelahan reduksi sehingga terbentuk 4 inti
haploid yang bebas; dua kemungkinan mengalami degenerasi. Dengan
demikian dari saru zigot paling banyak hanya dapat tumbuh dua
individu baru.

Dari bangsa ini kita sebutkan satu suku yaitu Desmidiaceae, yang antara lain
mencakup Costerium moniliforme, Costirium botrytis, Desmidium aptoganum. Salah satu
spesies dari bangsa Desmidiales yaitu Micrasterias furcata dan Desmidium sp.

 Micrasterias furcata

Ciri-ciri Morfologi

Bersel tunggal desmid . Micrasterias furcata berbentuk bulat, pipih. Micrasterias adalah
uniseluler ganggang hijau dari Desmidiales. Micrasterias furcata berbentuk bulat, pipih dan
umumnya dikenal sebagai ganggang hijau, ukurannya 0.35 mm eukariotik, uniseluler.
Micrasterias bentuknya simetri bilateral. Struktur semi-sel ganda adalah unik untuk kelompok
ganggang hijau yang dimiliki Micrasterias. Setiap sel semi mengandung kloroplas tunggal
yang besar, untuk berfotosintesis. Kloroplas mengandung klorofil A dan B dan enzim yang
diperlukan untuk fotosintesis. Gula dibuat untuk menyediakan energi bagi organisme atau,
jika tidak digunakan, diambil oleh pyrenoids bulat kecil yang tertanam dalam kloroplas.
Mereka mengubah gula ke pati untuk penyimpanan cadangan makanan.
Habitat

Micrasterias furcata adalah spesies air tawar, di oligotrophic, perairan dan rawa

Perkembangbiakan

Micrasterias dapat berkembangbiak secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual terjadi
melalui mitosis. Ketika ini terjadi bahan genetik dari Micrasterias diduplikasi dan dua kecil
semi-sel tumbuh antara semi-sel asli, secara bertahap ukurannya bertambah. Reproduksi
seksual terjadi melalui proses yang disebut konjugasi dimana dua organisme bersama-sama
dan sel haploid membentuk zigot diploid. Zigot ini biasanya membentuk dinding pelindung
tebal yang dapat memungkinkan organisme untuk tetap aktif selama berbulan-bulan untuk
bertahan hidup musim dingin dan kekeringan panjang. Ketika kondisi baik melanjutkan,
zygospore akan berkecambah, mengalami meiosis, dan memproduksi sel baru alga haploid.

Klasifikasi
Regnum : plantae
Divisi : Thallophyta
Kelas : Conjugatae
Ordo : Desmidiales
Famili : Desmidiaceae
Genus : Micrasterias
Spesies : Micrasterias furcata

 Desmidium sp.
Ciri-ciri Morfologi
Filamen terdiri dari sel-sel berbentuk persegi panjang, dengan panjang sel 38-50 μm dan
lebar 12-21 μm. Pada penampakan vertikal, sel berbentuk segitiga dengan lekukan sedang
pada bagian tengahnya. Semi sel memiliki apeks rata, sinus dangkal dan tertutup.

Habitat
Perairan Tawar dan di Perairan Sedikit Asam (pH 5-6) atau pada rawa-rawa.
Perkembangbiakan
Reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan zoospora, yaitu spora yang dapat bergerak
atau berpindah tempat. Zoospora berbentuk seperti buah pir yang memiliki dua sampai
empat bulu cambuk, vakuola kontraktil, dan satu bintik mata berwarna merah (stigma).
Reproduksi seksual berlangsung dengan konjugasi, yaitu bersatunya zigospora. Zigospora
tidak mempunyai alat gerak.

Klasifikasi
Regnum : plantae
Filum : Charophyta
Kelas : Charophyceae
Ordo : Desmidiales
Famili : Desmidiaceae
Genus : Desmidium
Spesies : Desmidium sp.

2. Bangasa Zygnematales

Sel-selnya membentuk koloni berupa benang yang tidak bercabng. Dari golongan ini
yang terkenal ialah jenis-jenis yang tergolong dalam marga spirogyra (suku
zygnemataceae). Koloni yang berbentuk benang selalu bertamba panjang karena
pembellahan sel secara vegetatif dan pembentangan sel-sel tadi dinding selnya lunak,
tidak berlubang-lubang, terdiri atas selulosa dan selaput peptin yang karena pembekakan
sehingga menjadi agagk berlendir. Koloni-koloni itu pada dinding pemisah yang
melintang dapat terputus-putus menjadi beberapa bagian, yang masing-masing dapat
tumbuh menjadi koloni baru. Tiap sel mempunyai satu inti dalam satu kloroplas bentuk
pita yang melingkar seperti spiral dan menempel pada dinding sel dengan mengandung
pirenoid-pirenoid. Pada marga zygnema kloroplas itu berbentuk bintang, dan pada
Mougeotia pipih.
Pada konjugasi dua koloni yang belainan jenis kelaminnya lalu berdekatan dan
sejajar satu sama lain. Pada tempat persentuhan antara dua sel lalu terbentuk penonjolan-
penonjolan, sehingga kedua koloni itu sedikit berjauhan lagi. Karena terlarutnya dinding
persentuhan, tnjoloan menjai saluran kopulasi. Melalaui saluran itu protoplas sel-sel pada
benang yang jantan lalu bersifat sebangai gamet jantan dan masuk kedalam sel-sel pada
koloni betina. Peleburan kedua prooplas itu lalu membulat dank arena kehilangan air
sedikit mengecil dan menjadi suatu zigot dengan beberapa lapis didinding yang tebal
berwarna coklat(pirang), penuh terisi dengan tepung dan minyak. Dalam zigot ini
kloroplas yang berasal dari dari gamet jantan mengalami degenerasi. Pada
perkecambahan, zigot mengadakan pembelahan reduksi dan terbentuklah 4 inti haploid
yang bebas. satu diantaranya agak besar dan tetap, yang 3 lainnya yang lebih kecil
mengalami degenerasi. Zigot lalu berkecambah menjadi invidu baru.

Kopulasi dedua gamet itu ada yang terjadi ditengah-tengah saluran kopulasi,
sehingga zigot terdapat diantara kedua koloni yang mengakami perkawinana, antara lain
pada anggota-anggota marga Mougeotia dan Zygnema. Mengingat sususnan sel dan cara
berkembangbiaknya, rupanya Conjugatae merupakan suatu golongan yang mempunyai
batas yang jelas. Serin kali ganggang gandar tidak diberi kedudukan sebagai kelas
tersendiri, melainkan digolonkan dalam ganggang hijau(Chlorophyceae).

Salah satu spesies dari bangsa Zygnematales yaitu Spirogyra sp. dan Zygnema sp

 Spirogyra sp.
Ciri-ciri Morfologi

Koloni Spirogyra berbentuk benang, panjang sel sampai beberapa kali lebarnya,
dinding lateral sel terdiri dari tiga lapisan (lapisan terluar dari pektose dan 2 lapisan
dalam dari selulose). Pada beberapa spesies, lapisan pektose tipis, tapi kebanyakan
tebal, yaitu 10-15 mikron. Dinding transversal tersusun dari tiga lapis : yang tengah
lamella dari pektose, dan dua lapisan dari kiri dan kanan lamella tersusun dari
selulose. Tiap sel Spirogyra mengandung sebutir kloroplas yang umumnya berukuran
besar dan terikat dalam sitoplasma epat di dalam dinding sel. Plastid ini
memilikimemiliki bentuk menyerupai pita, berpilin dari panggkal hingga ke ujung sel.
Habitat

Di air tawar, biasanya hidup melayang di permukaan air (planktofit). Talus pada
Spirogyra merupakan filamen tidak bercabang.

Perkembangbiakan

Spirogyra dapat bereproduksi secara aseksual dan seksual. Perkembangbiakan secara


aseksual dengan fragmentase membentuk aplanospora, akined dan partenospora.
Perkembangbiakan seksual secara konjugasi lateral dan konjugasi skalar.

Klasifikasi

Regnum : Plantae

Divisi : Thallophyta

Kelas : Conjugatae

Ordo : Zygnematales

Kelas : Zygnemataceae

Genus : Spirogyra

Spesies : Spirogyra sp.

 Zygnema sp.
Ciri-ciri Morfologi

Zygnema adalah sebuah keluarga berfilamen atau uniseluler , uniseriate (bercabang)


ganggang hijau, filamen bercabang yang terdiri dari sel-sel silinder dalam selubung
lendir. Setiap sel memiliki dua kloroplas stellata, masing-masing dengan pyrenoid
pusat besar. Inti terletak dalam sitoplasma jembatan yang menghubungkan dua
kloroplas. Sel-sel basal sesekali mengembangkan pertumbuhan rhizoidal untuk
lampiran di perairan yang bergolak.
Habitat
Ditemukan hanya di air tawar atau sub-aerial habitat. Spesies biasanya ada sebagai
tikar mengambang di air yang tergenang di selokan dan kolam, tetapi beberapa juga
tumbuh di air yang bergerak, melampirkan diri untuk substrat dengan rhizoid-seperti
proyeksi sel basal filamen. Spesies tikar naik ke permukaan di awal musim semi,
tumbuh cepat melalui musim panas, menghilang pada akhir musim panas.

Perkembangbiakan
Zygnema memiliki perkembangbiakan yang sama dengan spirogyra yakni dapat
bereproduksi baik secara aseksual dan seksual. Perkembangbiakan aseksual dengan
fragmentasi membentuk aplanosprora, akinet dan partenospora. Perkembangbiakan
seksual secar konjugasi lateral dan konjungasi scalar.

Anda mungkin juga menyukai