KELAS ACTINOPTERIGII
OLEH:
KELOMPOK I/ KBI
LABORATORIUM PENDIDIKAN IV
JURUSAN BIOLOGI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2019
BAB 1
PENDAHULUAN
Ikan dicirikan sebagai vertebrata poikilotermis yang hidup di dalam air, serta
mempunyai insang dan sirip. Sistematika ikan terbagi menjadi Superkelas
Agnatha (ikan tanpa rahang) dan Superkelas Gnathosomata (ikan berahang).
Gnathostomata kemudian terbagi menjadi Kelas Chondrichthyes (ikan bertulang
rawan), dan Kelas Osteichthyes (ikan bertulang sejati). Sebagian besar ikan
tergolong dalam Kelas Osteichthyes. Pada Kelas Osteichthyes terdapat 45 ordo,
435 famili, 4079 genus, dan 23689 spesies. Kelas Osteichthyes kemudian terbagi
menjadi dua subkelas yaitu, Sarcopterygii (ikan bersirip lobus) dan Actinopterygii
(ikan bersirip keras atau bersirip lunak). Actinopterygii kemudian terbagi lagi
menjadi Chondrostei dan Neopterygii (Nelson 2006).
Jumlah spesies ikan diketahui lebih banyak dari pada vertebrata lainnya.
Menurut Nelson (2006) saat ini terdapat 28000 spesies ikan yang termasuk dalam
515 famili dan 62 ordo. Dari 515 famili tersebut, terdapat sembilan famili yang
memiliki jumlah spesies paling banyak dengan total mencapai 9302 spesies.
Kesembilan famili tersebut adalah Cyprinidae, Gobiidae, Cichlidae, Characidae,
Loricariidae, Balitoridae, Serranidae, Labridae, dan Scorpaenidae.
Ikan dapat diidentifikasi dengan 2 (dua) cara, yakni identifikasi ikan secara
ex-situ dan in-situ. Identifikasi ikan secara ex situ atau secara taksonomi adalah
suatu usaha untuk mengidentifikasi ikan dengan mengambil sampel ikan, dilihat
ciri-ciri meristik dan morfometriknya (atau dilihat sampel DNA nya) serta
mencocokannya dengan kunci identifikasi dan taksonomi. Identifikasi ikan secara
in situ atau secara hidroakustik adalah suatu usaha untuk mengenali atau
mengidentifikasi ikan dengan gelombang suara pada suatu area tertentu, dan
waktu tertentu tanpa menyentuh ikan tersebut (Fauziyah, 2005).
Identifikasi adalah tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomik
individu yang beraneka ragam dan memasukkannya ke dalam suatu takson.
Pengertian identifikasi berbeda sekali dengan pengertian klasifikasi. Identifikasi
berkaitan erat dengan ciri-ciri taksonomik dan akan menuntun sebuah sampel ke
dalam suatu urutan kunci identifikasi, sedangkan klasifikasi berhubungan dengan
upaya mengevaluasi sejumlah besar ciri-ciri (Ibnu, 2014).
Identifikasi atau determinasi pada umumnya dilakukan dengan urutan
sebagai berikut, penggunaan kunci pendahuluan untuk mencari sub-kelas, ordo
dan familia, penggunaan kunci untuk mencari genus dan species, apabila dapat
memperoleh monografi atau publikasi fauna yang mutakhir, pencocokan atau
penyesuaian dengan katalog dan bibliografi (sumber literatur) lain yang
diterbitkan paling mutakhir, pencocokan dengan deskripsi yang asli, dan
pembandingan dengan tipe specimen yang ada (DKP, 2011).
Tugas identifikasi ini penting artinya ditinjau dari segi ilmiah, sebab seluruh
urutan pekerjaan berikutnya bergantung seratus persen kepada identifikasi yang
benar sesuatu species yang sedang diselidiki (DKP, 2011). Berdasarkan DKP
(2011) hal-hal yang harus diperhatikan untuk identifikasi ikan ialah sifat-sifat,
ciriciri (tanda) bentuk ikan ataupun bagian-bagian anatomi ikan. Tujuan
pemisahan hal-hal tersebut adalah untuk menyusun kunci identifikasi,sehingga
dengan mudah menuju ke taxon-taxon (aturan) yang akan dicari,yaitu dengan cara
melakukan pilihan-pilihan (alternatif).
Oleh karena itu dengan morfologi tubuh makhluk hidup yang berbeda satu
sama lain, diperlukan untuk pengklasifikasian agar lebih muda untuk memahami
dan mempelajari keanekaragaman ikan tersebut.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini yaitu untuk mengetahui morfologi dari hewan kelas
actinopterygii dan dapat mengetahui ukuran serta jumlah bagian-bagian tubuh dari
kelas pisces tersebut. Praktikum ini juga bertujuan untuk mengetahui cara
identifikasi dan membuat klasifikasi serta membuat kunci determinasi dari objek
praktikum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan adalah sebutan umum yang dipakai untuk ikan atau sebagai nama super
kelas, dan nama ini diambil dari kata latin. Ichtyes berasal dari kata Yunani berarti
ikan dan kata ini dipakai dalam Ichtyologi yang berarti ilmu yang mempelajari
tentang ikan. Tubuh ikan berskeleton keras, terbungkus oleh kulit yang bersisik,
berbentuk seperti torpedo, berenang dengan sirip dan bernafas dengan insang.
Bermacam spesies terdapat di dalam air tawar atau air bergaram (Irianto, 2009).
Ikan merupakan hewan yang berdarah dingin, bernafas dengan ingsang,
tubuh ditutupi oleh sisik dan bergerak menggunakan sirip. Hidup di air tawar dan
air laut. Berdasarkan tulang penyusunnya, kelas pisces dibedakan atas ikan
bertulang sejati ( Osteichtyes) dan ikan yang bertulang rawan ( Chondrichtyes).
Kalau dilihat dari jumlah spesiesnya, ikan merupakan spesies yang dikatakan
terbanyak dari vertebrata. Penyebaran ikan boleh dikatakan hamper diseluruh
permukaan bumi ditemukan di air tawar maupun air laut (Nelson 2006).
Ikan air tawar adalah ikan yang menghabiskan sebagian atau seluruh
hidupnya di air tawar, seperti sungai dan danau, dengan salinitas kurang dari
0,05%. Dalam banyak hal, lingkungan air tawar berbeda dengan lingkungan
perairan laut, dan yang paling membedakan adalah tingkat salinitasnya. Untuk
bertahan di air tawar, ikan membutuhkan adaptasi fisiologis yang bertujuan
menjaga keseimbangan konsentrasi ion dalam tubuh. 41% dari seluruh spesies
ikan diketahui berada di air tawar. Hal ini karena spesiasi yang cepat yang
menjadikan habitat yang terpencar menjadi mungkin untuk ditinggali
(Kartamihardja et.al, 2008).
Spesies yang bermigrasi antara air laut dan air tawar membutuhkan adaptasi
pada kedua lingkungan. Ketika berada di dalam air laut, mereka harus menjaga
konsentrasi garam dalam tubuh mereka lebih rendah dari pada lingkungannya.
Ketika berada di air tawar, mereka harus menjaga kadar garam berada di atas
konsentrasi lingkungan sekitarnya. Banyak spesies yang menyelesaikan masalah
ini dengan berasosiasi dengan habitat berbeda pada berbagai tahapan hidup. Belut,
bangsa salmon, dan lamprey memiliki toleransi salinitas di berbagai tahap
kehidupan mereka (Borgstrom, Reidar & Hansen, Lars Petter, 2008).
Ruaya merupakan satu mata rantai daur hidup bagi ik an untuk menentukan
habitat dengan kondisi yang sesuai bagi keberlangsungan suatu tahapan kehidupan ikan.
Studi mengenai ruaya ikan menurut Ibnu (2014) merupakan hal yang fundamental untuk
dunia perikanan karena dengan mengetahui lingkaran ruaya ikan akan diketahui daerah
dimana stok atau sub populasi itu hidup. Ruaya ini mempunyai arti penyesuaian,
peyakinan terhadap kondisi yang menguntungkan untuk eksistensi dan untuk reproduksi
spesies. Ttidak semua ikan melakukan ruaya. Ada ikan bukan peruaya yaitu ikan yang
tidak pernah meninggalkan habitatnya. Ikan peruaya pada waktu tertentu meninggalkan
habitatnya untuk melakukan aktivitas tertentu, sehingga ada beberapa spesies ikan
mempunyai daerah ruaya yang berbeda baik secara musiman maupun pada tahapan
perkembangan hidup.
Bentuk umum ikan bervariasi seperti fusiform, compresiform, depressiform,
anguilliform, sagittitiform dan gibliform. Variasi juga ditemukan pada tipe sirip
ekor, letak mulut dan sisik. Berdasarkan bentuknya, sirip ekor dibedakan atas tipe
rounded, truncate, emerginate, lunate, dan forked. Tipe mulut berdasarkan
letaknya yaitu tipe inferior, superior, terminal dan sub terminal. Berdasarkan
bentuk sisik dibedakan atas sisik placoid, ganoid, ctenoid, dan cycloid (Nelson
2006).
Bentuk tubuh ikan biasanya berkaitan erat dengan tempat dan cara mereka
hidup. Secara umum, tubuh ikan berbentuk setangkup atau simetris bilateral, yang
berarti jika ikan tersebut dibelah pada bagian tengah-tengah tubuhnya (potongan
11 sagittal) akan terbagi menjadi dua bagian yang sama antara sisi kanan dan sisi
kiri. Selain itu, ada beberapa jenis ikan yang mempunyai bentuk non-simetris
bilateral, yang mana jika tubuh ikan tersebut dibelah secara melintang (cross
section) maka terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri tubuh, misalnya
pada ikan langkau (Psettodes erumei ) (Nelson,2006).
Identifikasi adalah tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomik
individu yang beraneka ragam dan memasukkannya ke dalam suatu takson.
Pengertian identifikasi berbeda sekali dengan pengertian klasifikasi. Identifikasi
berkaitan erat dengan ciri-ciri taksonomik dan akan menuntun sebuah sampel ke
dalam suatu urutan kunci identifikasi, sedangkan klasifikasi berhubungan dengan
upaya mengevaluasi sejumlah besar ciri-ciri. Menurut Ibnu (2014), klasifikasi
merupakan penataan hewan-hewan ke dalam kelompokkelompok berdasarkan
kesamaan dan hubungan di antara mereka..
Identifikasi ikan didasarkan atas morfometrik dan meristik yang dilakukan
sesuai petunjuk identifikasi. Langkah-langkah penggunaaan kunci identifikasi
yaitu, pada setiap nomor terdapat lebih dari dua alternative atau dari dua
pernyataan yang berbeda. Jika alternatife pertama tidak sesuai maka diharuskan
memilih pada alternatif yang lainnya pada nomor terpilih berikutnya yang juga
terdapat dua alternatif. Seperti apa yang dikerjakan sebelumnya, pada nomor ini
pun harus memilih alternatif yang sesuai dengan ciri spesies ikan yang sedang
diidentifikasi. Identifikasi dimulai dari kunci untuk menetapkan subordo dan
seterusnya sampai pada genus dan spesies ( Haryono, 2009 ).
Menurut Haryono (2009), adapun cara pengukuran dan perhitungan ikan
adalah sebagi berikut. Pengukuran Panjang Total (PT): Merupakan ukuran tubuh
terpanjang. Panjang Standar (PS): Ukuran panjang ini banyak digunakan oleh para
taksonomis, diukur mulai moncong terdepan sampai pangkal sirip ekor. Tinggi
Badan (TB): Diukur pada bagian tubuh yang tertinggi. Panjang Pangkal Ekor
(PPE): Diukur mulai bagian akhir dari pangkal sirip dubur sampai pertengahan
pangkal sirip ekor. Tinggi Pangkal Ekor (TPE):. Panjang Depan Sirip Punggung
(PDP): Diukur mulai moncong terdepan sampai awal dari pangkal jari-jari sirip
punggung pertama. Panjang Pangkal Sirip Punggung (PPP) atau Sirip Dubur
(PPD): Diukur mulai pangkal jari-jari pertama sampai pangkal jari-jari sirip
terakhir. Tinggi Sirip Punggung (TSP) atau Sirip Dubur (TSD): Diukur
berdasarkan jari-jari sirip yang terpanjang mulai dari pangkal sampai ujungnya.
Panjang Sirip Dada (PSD) atau Sirip Perut (PSP): Panjang ini diukur mulai dari
pangkal sirip sampai ujung filamen terpanjang. Panjang Kepala (PK). Lebar
Kepala (LK): Merupakan bagian yang paling lebar dari jarak antar kedua tutup
insang. Tinggi Kepala (TK): Diukur mulai dari pertengahan kepala sampai
pertengahan dada. Panjang Moncong (PM). Diameter Mata (DM) Panjang Rahang
Atas (PRA)
Penghitungan Gurat Sisi: Merupakan jumlah sisik berpori di sepanjang
gurat sisi. Sisik Melintang Sisik Sebelum Sirip Punggung: Jumlah sisik pada
pertengahan punggung mulai dari pertangahan kepala sampai awal sirip
punggungSirip : Sirip punggung, dubur dan ekor disebut dengan sirip tengah dan
tunggal; sedangkan sirip dada dan perut disebut dengan pasangan sirip. Duri atau
Jari-Jari Keras. Jari-jari sirip pada bagian depan yang tidak bersekat dang
mungkin mengeras. Jari-Jari Lemah. Bagian sirip yang lunak atau bersekat dan
umumnya bercabang.
BAB III
METODE PRATIKUM
4.1 Deskripsi
Dari hasil pratikum yang telah dilakukan maka didapatkan hasil sebagai berikut :
4.1.1 Oreochromis niloticus
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichtes
Sub Kelas : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphii
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis Gambar 1. Oreochromis niloticus
Spesies : Oreochromis niloticus
Author : Linnaeus
Sumber : Fish Base, 2016
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktiku yang dilaksanakan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
2) Monopterus albus memiliki sungut, mulut dengan tipe terminalis, sisik bertipe
cycloid dan tipe ekor forked.
3) Claris batrachus memiliki sungut yang sangat panjang dan jelas, sisik tidak
terlihat jelas karena tubuh ditutupi lender dan berwarna abu kehitaman.
4) Upeneus vittatis memiliki tipe mulut subterminal, bentuk ekor forked dan tipe
sisik cycloid.
5) Auxis rochei memiliki tipe mulut terminal, bentuk ekor forked dan tipe sisik
ganoid.
6) Trichiurus lepturus memiliki tipe mulut terminal, tidak memiliki sisik dan
memiliki warna abu-abu cerah.
5.2. Saran
Dalam praktikum ini sangat diperlukan ketelitian karena kita menggunakan
penggaris sebagai alat bantu dalam melakukan pengukuran. Diharapkan seluruh
praktikan paham dengan penggunaan alat ini. Dalam melakukan pengamatan dan
pengukuran morfologi ikan lakukan pembagian tugas antar praktikan dalam satu
kelompok sehingga lebih mengefisienkan waktu, dan hal yang tidak dipahami
dapat ditanyakan langsung kepada asisten yang mendampingi.
DAFTAR PUSTAKA
Irianto, K. 2009. Sukses Budidaya Hewan Air. Bandung: Sarana Ilmu Pustaka.