Anda di halaman 1dari 91

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH IKHTIOLOGI

Oleh:

Nama : Nisrina Rizki Amalia


NIM : L1A022106
Kelompok :9
Asisten : Silvi Novita Sari

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2023
LEMBAR PENGESAHAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH IKHTIOLOGI

Oleh:

Nama : Nisrina Rizki Amalia

NIM : L1A022106

Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan praktikum mata kuliah

ikhtiologi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal

Soedirman

Disetujui,

Purwokerto, 1 Juni 2023

Koordinator Asisten, Asisten,

Elsa Meilan Astrid Silvi Novita Sari


NIM. L1A019046 NIM. L1A021064
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum
Ikhtiologi secara tepat waktu. Tak lupa Sholawat serta salam kita haturkan
kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang kita nantikan
syafaatnya di yaumil akhir nanti. Tugas laporan praktikum ini disusun dengan
maksud memenuhi tugas mata kuliah Ikhtiologi. Diharapkan hasil laporan
praktikum ini tidak hanya sebagai suatu hasil saja dan menumpuk di rak saja,
tetapi bisa memberikan wawasan kepada adik tingkat nantinya yang akan
melaksanakan praktikum ikhtiologi dan juga dapat menambah pengetahuan
mengenai dunia perikanan. Penulis juga menghaturkan banyak terima kasih
kepada Bapak/Ibu Dosen dan juga para asisten praktikum Ikhtiologi 2023 yang
telah memberikan tugas dan mengarahkan proses teknis pengerjaan laporan ini.
Bagi penulis, sangat bermanfaat, dan dapat memberikan pengetahuan baru
dibidang perikanan ini. Tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat pada saat penyusunan laporan ini. Mengingat hasil
laporan praktikum yang saya buat masih banyak kekurangan dan tidak
sempurna. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun penulis butuhkan
untuk evaluasi dan perbaikan diri untuk laporan selanjutnya.

Purwokerto, 1 Juni 2023

Penulis
ACARA I
IDENTIFIKASI IKAN

Oleh:
Nama : Nisrina Rizki Amalia
NIM : L1A022106

LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2023
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Makhluk hidup terutama ikan di alam sangat beragam dan bervariasi. Hal

ini, proses pengelompokkan sangat perlu dalam pengelompokkan ikan sehingga

dapat mempermudah dalam mengenal maupun mempelajari keanekaragaman

ikan itu sendiri. Pengklasifikasian atau identifikasi ada beberapa tahapan yakni

pengamatan sifat, pengelompokkan berdasarkan ciri, dan pemberian nama

makhluk hidup. Adanya klasifikasi atau identifikasi inilah makhluk didunia ini

dapat diketahui dari kingdom, filum, ordo, genus, spesies dsb ( Aisyah, 2022).

Identifikasi merupakan pengenalan dan deskripsi yang teliti dan tepat

terhadap suatu jenis/spesies yang selanjutnya diberi nama ilmiahnya.

Identifikasi terbagi menjadi 2 yaitu identifikasi ikan secara ex - situ adalah suatu

usaha untuk mengidentifikasi ikan dengan mengambil sampel ikan, dilihat ciri –

cirinya secara meristic dan morfometriknya. Identifikasi pada ikan juga

memperhatikan kecocokannya dengan kunci identifikasi dan taksonominya.

Identifikasi ikan secara in-situ merupakan suatu usaha untuk mengenali atau

mengidentifikasi ikan dengan gelombang suara pada suatu area tertentu dan

waktu tertentu tanpa menyentuh ikan tersebut (Sugara, 2022).

Kunci determinasi adalah kunci jawaban yang digunakan untuk

menetapkan identitas suatu individu. Kunci determinasi dibuat secara bertahap

mulai dari bangsa, suku, marga, dan jenis. Kegiatan dari identifikasi bertujuan

untuk mencari dan mengenal ciri – ciri taksonomi yang sangat bervariasi dari

suatu individu dan memasukannya ke dalam takson. Kunci determinasi juga


dapat mengetahui ciri morfologi spesies dengan cara membandingkan ciri – ciri

yang sesuai dengan kunci determinasi tersebut. Kunci determinasi inilah

nantinya yang akan menentukan klasifikasi, morfologi dan

sebagainya(Ardiyanti, 2019).

1.2. Tujuan

Mahasiswa dapat mengidentifikasi suatu specimen ikan tertentu dan

memberikan klasifikasinya.
II. MATERI DAN METODE

2.1. Materi

Alat yang digunakan dalam praktikum acara identifikasi ikan adalah alat

bedah, baki paraffin, buku kunci identifikasi, jarum penusuk, kamera, pensil.

Bahan yang digunakan dalam praktikum acara identifikasi ikan adalah air tawar

(ikan Nila, ikan Lele, dan ikan Nilem), air payau (ikan Bandeng dan ikan

Belanak) dan air laut (ikan Kembung dan ikan Banyar).

2.2. Metode

Metode yang dikerjakan yakni ambil ikan yang akan diidentifikasi

kemudian amati dan gunakan buku taksonomi dan kunci identifikasi.

2.3. Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum identifikasi ikan yakni pada

tanggal 15 Mei 2023 pukul 07.00-10.00 di laboratorium kualitas air FPIK

UNSOED.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Tabel 1. Hasil Identifikasi Ikan Air Tawar, Ikan Air Payau, dan Ikan Air Laut

No. Nama Ikan Kunci Identifikasi Klasifikasi


1. Ikan Nilem 1.D. Rangka terdiri dari tulang Kingdom :Animalia
benar; tertutup insang … Phylum : Chordata
Subkelas Teleostei (3) Class : Actinopterygii
3.B. Kepala simetris Ordo : Cypriniformes
4.C. Badan tidak seperti ular .. Family : Cyprinidae
(14) Genus : Osteochilus
14. A. Bersisik atau tidak Species : Osteochilus
bersungut, satu jari – jari hasselti
mengenai pada sirip
punggung .. ordo Ostorphsyi
68.A. Duri tunggal atau
berbelah mungkin ada di
muka atau dibawah mata
bebas atau tertutup oleh kulit;
mulut agak kebawah, tidak
pernah lebih dari 4 helai
sungut … family Cyprinidae
(740).
822. Dibawah garis rusuk 5 ½
823. dibawah garis rusuk 6 ½
sisik.
825. Antara garis rusuk dan
sirip punggung 6 ½ sampai
tujuh baris sisik.
D.3.10 – 11. Panjang batang
ekor dan tingginya yang
terendah sama.
Nama Indonesia : Milem,
lehat, regis, nilem, muntu,
palong, palau, mawas, puyau,
assang, penopa, karper.
826. D.3.12; sisik garis risik 35-
36; dibawahnya 7 sisik

2. Ikan Nila 2225. Badan berbelang – Kingdom : Animalia


belang melintang yang lebar Phylum : Chordata
dan berwarna kehitam – Class : Osteichytes
hitaman Ordo : Perciformes
Badan berbelang – belang Family : Cichlidae
membujur dengan atau tanpa Genus : Oreochromis
belang – belang melintang Species : Oreochromis
yang sempit niloticus
Badan tidak berbelang –
belang melintang atau
membujur
Nama Indonesia : Nila,
mandela, udu, beru – beru,
lamoru.
2226. belang – belang hingga
sirup dubur
Nama Indonesia : Chaul –
chaul
3. Ikan Lele 892. Jarak antara bagian Kingdom : Animalia
segitiga dari hidung pangkal Phylum : Chordata
kepala dan hidung 4 ½ sampai Class : Pisces
5 ½ kali jarak antar segitiga Ordo : Ossoriophyyci
tersebut dan sirip punggung. Family : Claridae
Panjang ikan hingga pangkal Genus : Clarias
sirip ekor 3 ½ - 3 ½ kali Species : Clarias batrachus
Panjang kepala hingga bagian
segitiga Clarias batrachus
Nama Indonesia : Lele, maut,
penang, keli, kalang, dan
limbat.
889. Patil (jari – jari keras) sirip
dada bergigi tegak dan kuat
pada pinggiran depannya.
890. sirip punggung dan sirip
dubur bersatu dengan sirip
ekor, sekurang – kurangnya
dasarnya satu.
891. tulang pangkal kepala
berujung ke belakang yang
berbentuk segitiga dengan
alasnya 2X tingginya dan
puncaknya agak tumpul.
4. Ikan 1.D. rangka terdiri dari tulang Kingdom : Animalia
Bandeng
benar; tertutup insang … Phylum : Chordata
subkelas teleostei Class : Osteichthyes
2.B. Kepala simetris Ordo : Malacopterygii
4.D. badan tidak seperti ular Family : Chaidae
6.C. badan bersisik atau tidak Genus : Chanos
kadang – kadang seluruhnya Species : Chanos chanos
atau sebagian tertutup oleh
kelopak – kelopak tebal
7. D. Garis rusuk jika ada,
diatas sirip dada
14.B. bersisik, tidak
bersungut, tidak berjari – jari
keras pada sirip punggung
73.A. bergaris rusuk
83.A. sirip dubur di belakang
sirip punggung.
1039. Sirip ekor panjang dan
bercagar, Keping
sebelan Ke atas lebih
panjang. genus
CHANOS
1040. D .14-16: A. 10-1I : P. 6-
17: V. 11-12; sisik garis
rusuk 75-80. Chanos-Chanos
(Forks). Nama Indonesia :
Bandang, Bandeng, Bolu,
Mulon .Ikan agam
5. Ikan 610. Sisik garis rusuk 28-16 Kingdom : Animalia
Belanak
tulang rahang alat kelihatan. Phylum : Chordata
Hidung sama atau lebih Class : Osteichtyes
pendek dari lebar mata, jari- Ordo : Perciformes
jari keras pertama dari sirip Family : Mugilidae
punggung pertama sedikit Genus : Mugil
lebih dekat ke pangkal sirip Species : Mugil seheli
ekor daripada ke ujung
hidung atau di tengah-tengah
antara kedua itu setengah
pertama dari sirip dubur
dimuka Sirip panggung
kedua Permulaan sirip
punggung kedua bertepatan
dengan stik garis rusuk ke 8-
20. Sirip dada lebih pendek
dari kepala. Mugil dussumieri
cv.
Nama Indonesia : Bole,
Belana, Belanak
Sisik garis rusuk 40 – 43. Jari –
jari keras pertama dari sirip
punggung pertama lebih
dekat ke ujung hidung
daripada berpangakal sirip
ekor. Sepertiga sisik garis
rusuk 40 – 43 pertama dari
sirip dubur dimuka
permulaan sirip punggung
kedua yang bertepatan
dengan sisik garis rusuk ke –
25.
619. Penampang kepala
dengan punggung cembung;
bibir atas licin, sirip dada
mencapai permulaan sirip
punggung pertama.
6. Ikan 2494. Panjang 3,1 – 3,4x tinggi Kingdom : Animalia
Kembung
Rastreligger sp. Phylum : Chordata
Tulang mata banyak dan Class : Pisces
langit – langit tidak bergigi, Ordo : Percommorphy
sirip dubur tidak berjari – jari Family : Scomberidae
Genus : Rastreligger
keras, tulang saringan insang Species : Rastreligger
keliatan jika mulut terbuka. faughni

7. Ikan Banyar 2494. Panjang 2,8 x tinggi. Kingdom : Animalia


Panjang kepala sama dengan Phylum : Chordata
tinggi kepala. Rastreligger Class : Pisces
brachysoma Ordo : Parcomorphy
2497. badan berbentuk serutu Family : Scombridae
v.1.5.1 jari – jari lemah – Genus : Rastreligger
lemah. Species : Rastreligger
Sirip ekor bercabang pada kanagurta
pangkalnya
Sirip ekor kecil di belakang
sirip punggung dan sirip
dada.

3.2. Pembahasan

3.2.1. Cara Identifikasi Ikan

Identifikasi merupakan proses penentuan identitas suatu individu atau

specimen suatu takson dengan contoh specimen yang identitasnya sudah jelas.

Ikan yang belum diidentifikasi atau spesies baru misalnya, umumnya

diidentifikasi menggunakan beberapa metode yakni morfometrik, meristic.

Morfometrik adalah salah satu cara untuk mengidentifikasi ikan dengan cara

melihat ukuran/ amatan yang dapat digunakan sebagai pembeda antara satu

spesies dengan spesies lainnya. Adapun meristic yakni ciri yang berkaitan

dengan jumlah bagian tubuh dari ikan, misalnya jumlah sisik pada garis rusuk,
jumlah jari – jari keras. Identifikasi ikan didasarkan atas morfometrik dan

meristic (Babe et al., 2021).

Ada juga yang memakai tes computer yakni tes DNA dari individu

tersebut, pada saat individu tersebut akan keluar ciri – ciri dan klasifikasinya.

Langkah penggunaan kunci identifikasi yaitu pada setiap nomor terdapat lebih

dari dua alternatif atau dari dua pernyataan yang berbeda. Pengidentifikasian

diharuskan memilih salah satu alternatif yang paling terdekat agar sesuai

dengan ciri – ciri yang dispesimenikan. Identifikasi berkaitan erat dengan ciri –

ciri taksonomi (Babe et al., 2021).

3.2.2. Identifikasi Ikan Air Tawar

Identifikasi ikan secara ex situ atau secara taksonomi adalah suatu usaha

untuk mengidentifikasi ikan dengan mengambil sampel ikan, dilihat ciri-ciri

meristik dan morfometriknya (atau dilihat sampel DNA nya) serta

mencocokannya dengan kunci identifikasi dan taksonomi. Identifikasi Ikan

hanya mengandalkan pola warna (colour pattern) hal ini tidak dapat dijadikan

sebagai acuan, mengingat warna dapat saja berubah berdasarkan atas umur

individu, maupun kondisi phisiologis dari ikan tersebut. Selain itu, untuk

mengetahui suatu identitas nama spesies ikan dengan cara mengamati beberapa

karakter atau ciri morfologi spesies tersebut dengan membandingkan ciri-ciri

yang ada sesuai dengan kunci determinasi (Imaniar, 2017).


3.2.2.1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Gambar 1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

KLASIFIKASI :

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Osteichytes
Ordo : Perciformes
Family : Cichilidae
Genus : Oreochromis
Species : Oreochromis niloticus
Sumber : (Saanin, 1984)

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan bahwa ikan Nila menurut

(Saanin, 1984) memiliki klasifikasi ke dalam kingdom Animalia, Filum Chordata,

Kelas Pisces, Ordo Perciformes, Famili Cichilidae, Genus Oreochromis, dan

Spesies Oreochromis niloticus. Hal ini didapatkan sesuai referensi dari

(Wahidah,2021). Ikan nila merupakan salah satu ikan yang hidup di air tawar.

Ikan nila dapat hidup dalam kondisi lingkungan yang ekstrim dan sering kali

ditemukan di habitat yang spesies lain tidak dapat hidup. Bentuk tubuh dari ikan

nila itu pipih memanjang, dan memiliki warna tubuh yang umumnya berwarna

hitam atau ada yang merah. Ikan nila tergolong pemakan daging atau disebut
hewan karnivora karena memiliki usus yang relatif lebih pendek dari jenis ikan

herbivora maupun omnivora (Wahidah, 2021).

3.2.2.2. Ikan Nilem Jantan (Osteochilus vittatus)

Gambar 2. Ikan Nilem Jantan (Osteochilus vittatus)

KLASIFIKASI :

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Family : Cyprinidae
Genus : Osteochilus
Species : Osteochilus hasselti
Sumber : Saanin, 1984

Berdasarkan praktikum kali ini diperoleh menurut (Saanin, 1984) bahwa ikan

nilem tergolong dalam Kingdom Animalia, Filum Chordata, Kelas

Actinopterygii, Ordo Cypriniformes, Family Cyprinidae, Genus Osteochilus, dan

Spesies Osteochilus hasselti. Hal ini relevan dengan referensi yang diperoleh dari

(Raharjo, 2022). ( Ikan Nilem (Osteochilus vittatus) merupakan salah satu ikan

dominan di perairan air tawar dan sungai. Ciri – ciri pada ikan nilem yakni

warna tubuhnya berwarna coklat atau hijau kehitaman. Ikan nilem bersisik,

memiliki linnea lateralis dari kiri ke kanan yang menghubungkan badan dari
depan sampai ujung ekor. Linnea lateralis ini berfungsi untuk mengetahui

besarnya arus dalam air. Hal ini relevan dengan referensi bahwa Ikan Nilem

(Osteochilus vittatus) memiliki sepasang sirip punggung, sepasang sirip perut,

sirip dubur, sepasang sirip dada dan sirip ekor. Bentuk tubuh ikan

nilem memanjang dan pipih, terdapat dua pasang sungut peraba pada kedua

sudut mulutnya serta bibir tertutup oleh lipatan kulit. Warna perut kemerahan

dan warna punggung coklat kehijauan. Warna sirip caudal, sirip anal dan sirip

ventral kemerahan ( Rochmatin, 2016).

3.2.2.3. Ikan Nilem Betina (Osteochilus vittatus)

Gambar 3. Ikan Nilem Betina (Osteochilus vittatus)


KLASIFIKASI :

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Family : Cyprinidae
Genus : Osteochilus
Species : Osteochilus hasselti
Sumber : Saanin, 1984

Berdasarkan praktikum kali ini diperoleh menurut (Saanin, 1984) bahwa ikan

nilem tergolong dalam Kingdom Animalia, Filum Chordata, Kelas


Actinopterygii, Ordo Cypriniformes, Family Cyprinidae, Genus Osteochilus, dan

Spesies Osteochilus hasselti. Hal ini relevan dengan referensi yang diperoleh dari

(Raharjo, 2022). Ikan Nilem (Osteochilus vittatus) merupakan salah satu ikan

dominan di perairan air tawar dan sungai. Ciri – ciri pada ikan nilem yakni

warna tubuhnya berwarna coklat atau hijau kehitaman. Ikan nilem bersisik,

memiliki linnea lateralis dari kiri ke kanan yang menghubungkan badan dari

depan sampai ujung ekor. Linnea lateralis ini berfungsi untuk mengetahui

besarnya arus dalam air. Hal ini relevan dengan referensi bahwa Ikan Nilem

(Osteochilus vittatus) memiliki sepasang sirip punggung, sepasang sirip perut,

sirip dubur, sepasang sirip dada dan sirip ekor. Bentuk tubuh ikan

nilem memanjang dan pipih, terdapat dua pasang sungut peraba pada kedua

sudut mulutnya serta bibir tertutup oleh lipatan kulit. Warna perut kemerahan

dan warna punggung coklat kehijauan. Warna sirip caudal, sirip anal dan sirip

ventral kemerahan ( Rochmatin, 2016).

3.2.2.4. Ikan Lele (Clarias batrachus)

Gambar 4. Ikan Lele (Clarias batrachus)


KLASIFIKASI :

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Ossariophycci
Family : Claridae
Genus : Clarias
Species : Clarias batrachus
Sumber : Pratiwi, 2014

Berdasarkan praktikum kali ini didapatkan menurut (Pratiwi, 2014) bahwa

Ikan lele adalah salah satu jenis ikan air tawar yang termasuk ke dalam Kingdom

Animalia, Filum Chordata, Kelas Pisces, Ordo Ossariophycci, Family Claridae,

Genus Clarias, spesies Clarias batrachus dan digolongkan sebagai ikan yang

bertulang sejati. Jenis ikan lele (Clarias batrachus) juga dalam tingkatan

produktifitasnya sangat tinggi yang sudah dibudidayakan secara luas di negara

Indonesia ini. Secara anatomi ikan lele memiliki alat pernafasan tambahan

(arborescent organ) yang terletak di bagian depan rongga insang, yang

memungkinkan ikan lele ini untuk mengambil oksigen langsung dari udara. Alat

pernapasan ini berwarna kemerahan dan berbentuk seperti tajuk pohon rimbun

yang penuh kapiler – kapiler darah. Oleh karena itu, ikan lele dapat bertahan

hidup di kondisi perairan yang mengandung sedikit kadar oksigen. Praktikum

kali ini relevan dengan referensi bahwa ikan lele mempunyai alat bantu renang,

ikan lele mempunyai 3 buah sirip tunggal yakni sirip punggung, sirip ekor, dan

sirip dubur. Lele juga memiliki sirip berpasangan yakni sirip dada dan sirip
perut. Lele juga mempunyai patil yang berguna sebagai senjata dan alat bantu

untuk bergerak (Augusta, 2016).

3.2.3. Identifikasi Ikan Air Payau

Perairan payau adalah suatu badan air setengah tertutup yang

berhubungan langsung dengan laut terbuka, dipengaruhi oleh gerakan pasang

surut, dimana air laut bercampur dengan air tawar dari buangan air daratan,

perairan terbuka yang memiliki arus, serta masih terpengaruh oleh proses-

proses yang terjadi di darat. Ikan air payau adalah ikan yang dapat hidup baik

di perairan tawar maupun sedikit asin, seperti muara sungai, estuari, dan laguna.

Mereka memiliki kemampuan adaptasi yang baik untuk bertahan dalam

fluktuasi salinitas air yang relatif tinggi. Ikan air payau yang mampu tumbuh

berkembang dengan baik pada perairan tawar (0 permil) hingga tambak di

pesisir dengan salinitas yang tinggi (35 permil). Sifat makan ikan adalah

herbivora dan lebih dikenal sebagai pemakan plankton (plankton feeder)

(Patahiruddin, 2020).

3.2.3.1. Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Gambar 5. Ikan Bandeng (Chanos chanos)


KLASIFIKASI :

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Osteichtyes
Ordo : Malacopterygii
Family : Chanidae
Genus : Chanos
Species : Chanos chanos
Sumber : Sudrajat, 2008

Berdasarkan praktikum diperoleh bahwa menurut ( Sudrajat, 2008) ikan

bandeng dikategorikan kedalam Kingdom Animalia, Filum Chordata, Kelas

Osteichtyes, Ordo Malacopterygii, Family Chanidae, Genus Chanos, dan spesies

Chanos chanos. Ikan bandeng mempunyai tubuh langsing mirip torpedo, dengan

moncong yang agak runcing, ekor bercabang, dan sisiknya halus. Warnanya

putih gemerlap seperti perak pada tubuh bagian bawah dan gelap pada

punggungnya. Ikan bandeng hidup di perairan pantai, muara sungai, hamparan

hutan bakau. Ikan bandeng dewasa biasanya berada di perairan

litoral(Sihmawati, 2021).

3.2.3.2. Ikan Belanak (Crenemugil seheli)

Gambar 6. Ikan Belanak (Crenemugil seheli)


KLASIFIKASI :

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Osteichtyes
Ordo : Perciformes
Family : Mugilidae
Genus : Mugil
Species : Crenemugil seheli
Sumber : Fujaya, 2022

Berdasarkan praktikum diperoleh bahwa menurut (Fujaya, 2022) Ikan

belanak termasuk kedalam kingdom Animalia, Filum Chordata, kelas

Osteichytyes, Ordo Perciformes, Family Mugilidae, Genus Mugil, dan spesies

Crenemugil seheli. Hal ini berdasarkan referensi yang didapat dari (Febriani,

2019) yang menujukkan bahwa ikan belanak merupakan salah satu jenis ikan

perairan laut yang berhabitat di perairan muara sebagai tempat hidupnya

termasuk di muara sungai. Kondisi lingkungan perairan secara kuantitatif sangat

mempengaruhi kepadatan populasi spesies ikan pada kurun waktu tertentu.

Faktor lingkungan yang berubah secara periodik akan mempengaruhi keadaan

populasi spesies ikan tersebut. Selain faktor kualitas air, faktor kondisi berupa

ketersedian makanan juga mempengaruhi populasi ikan terutama pada ikan

betina. Ikan betina membutuhkan makanan yang cukup banyak untuk

perkembangan gonadnya (Febriani, 2019).

3.2.4. Identifikasi Ikan Air Laut

Identifikasi ialah kegiatan untuk mencari dan mengenal ciri-ciri yang

beraneka ragam dari individu-individu serta, mencari perbedaan-perbedaan


yang menjadi ciri khas diantara individu-individu yang nampaknya sama.

Kegiatan identifikasi bertujuan untuk mencari dan mengenali ciri taksonomi

yang sangat bervariasi dan memasukkannya ke dalam takson. Air laut adalah air

yang terdapat di lautan, yang mencakup sebagian besar permukaan Bumi. Air

laut terdiri dari campuran air tawar dan garam (terutama natrium klorida), serta

mengandung mineral dan zat-zat lainnya yang larut. Ikan laut adalah spesies

ikan yang hidup di dalam air laut. Ikan air laut adalah ikan yang tinggal di laut

dengan kadar garam yang tinggi (Siregar, 2021).

3.2.4.1. Ikan Kembung (Rastreligger faughni)

Gambar 7. Ikan Kembung (Rastreligger faughni)

KLASIFIKASI :

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Parcommorphy
Family : Scomberidae
Genus : Rastreligger
Species : Rastreligger faughni
Sumber : Saanin, 1984

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa Ikan kembung (Saanin,

1984) dikategorikan kedalam Kingdom Animalia, Filum Chrodata, Kelas Pisces,


Ordo Parcommorphy, Family Scombridae, Genus Rastreligger, dan Spesies

Rastreligger faughnii. Hal ini sesuai dengan referensi yang diperoleh bahwa Ikan

kembung merupakan kelompok ikan epipelagis dan neritik di daerah pantai dan

laut. Penyebaran ikan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu penyebaran secara

vertikal dan horizontal. Penyebaran secara vertikal dipengaruhi oleh suhu dan

gerakan harian plankton sedangkan penyebaran secara horizontal dipengaruhi

oleh arus laut. Ikan kembung jantan di laut Jawa mempunyai dua kali musim

pemijahan yaitu pada musim barat dari bulan Oktober sampai Februari pada

musim timur dari bulan Juni sampai September (Febriani, 2019).

3.2.4.2. Ikan Banyar (Rastreligger kanagurta)

Gambar 8. Ikan Banyar (Rastreligger kanagurta)

KLASIFIKASI :

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Parcommorphy
Family : Scomberidae
Genus : Rastreligger
Species : Rastreligger kanagurta
Sumber : Blekker, 1951
Berdasarkan praktikum diperoleh bahwa menurut (Blekker, 1951), ikan

banyar termasuk kategori Kingdom Animalia, Filum Chordata, Kelas Pisces,

Ordo Parcommorphy, Family Scomberidae, Genus Ratreligger, dan Spesies

Rastreligger kanagurta. Hal ini sesuai dengan referensi (Ferantika, 2020) bahwa

ikan banyar (Rastrelliger kanagurta) merupakan salah satu ikan pelagis kecil

yang masuk kedalam family Scombridae. Ikan ini bernilai ekonomis tinggi,

umumnya dominan di perairan Indonesia bagian timur terutama di perairan

barat Papua. Ikan banyar juga sering berkumpul di dekat daerah dengan aliran

air yang kuat untuk mencari makanan yang terbawa oleh arus. Ikan banyar

sering ditemukan di perairan yang kaya akan nutrisi. Ikan banyar cenderung

memakan plankton dan ikan-ikan kecil, dan oleh karena itu mencari makanan di

perairan yang kaya akan makanan tersebut (Ferantika, 2020).


IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum diperoleh bahwa :

1. Ikan Nila dikategorikan ke dalam klasifikasi kingdom Animalia, Filum

Chordata, Kelas Pisces, Ordo Perciformes, Famili Cichilidae, Genus

Oreochromis, dan Spesies Oreochromis niloticus.

2. Ikan nilem betina tergolong dalam Kingdom Animalia, Filum

Chordata, Kelas Actinopterygii, Ordo Cypriniformes, Family

Cyprinidae, Genus Osteochilus, dan Spesies Osteochilus hasselti.

3. Ikan nilem jantan tergolong dalam Kingdom Animalia, Filum Chordata,

Kelas Actinopterygii, Ordo Cypriniformes, Family Cyprinidae, Genus

Osteochilus, dan Spesies Osteochilus hasselti.

4. Ikan lele adalah salah satu jenis ikan air tawar yang termasuk ke dalam

Kingdom Animalia, Filum Chordata, Kelas Pisces, Ordo Ossariophycci,

Family Claridae, Genus Clarias, spesies Clarias batrachus

5. Ikan bandeng dikategorikan kedalam Kingdom Animalia, Filum

Chordata, Kelas Osteichtyes, Ordo Malacopterygii, Family Chanidae,

Genus Chanos, dan spesies Chanos chanos.

6. Ikan belanak termasuk kedalam kingdom Animalia, Filum Chordata,

kelas Osteichytyes, Ordo Perciformes, Family Mugilidae, Genus Mugil,

dan spesies Crenemugil seheli.


7. Ikan kembung Kingdom Animalia, Filum Chrodata, Kelas Pisces, Ordo

Parcommorphy, Family Scombridae, Genus Rastreligger, dan Spesies

Rastreligger faughnii

8. Ikan banyar termasuk kategori Kingdom Animalia, Filum Chordata,

Kelas Pisces, Ordo Parcommorphy, Family Scomberidae, Genus

Ratreligger, dan Spesies Rastreligger kanagurta.

4.2. Saran

Saran untuk praktikum selanjutnya agar praktikan lebih memperhatikan

dan memahami klasifikasi dari setiap ikan yang digunakan pada saat

praktikum agar tau jenis atau spesies ikan yang diidentifikasi.


DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S., Ahmad, F.S., and Ayuningtyas, I., 2022. Identifikasi Ikan Selangat
Berdasarkan Karakter Morfologi Dan Molekuler Di Perairan Kabupaten
Bangka Selatan (Selangat Fish Identification Based on Morphological and
Molecular Characters at the Waters of South Bangka). Saintek Perikanan:
Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology 18.2.
Aprilia, R., Susiana, S., and Wahyu, M., 2021 Tingkat Pemanfaatan Ikan
Kembung (Rastrelliger kanagurta) di Perairan Mapur yang Didaratkan di
Desa Kelong, Kabupaten Bintan. Jurnal Kelautan: Indonesian Journal of
Marine Science and Technology 14 : 111-119.
Augusta, T.S., 2016 Dinamika perubahan kualitas air terhadap pertumbuhan
ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang dipelihara di kolam tanah.
Jurnal Ilmu Hewani Tropika (Journal of Tropical Animal Science) vol 5.1 hal :
41-44
Ayub, A.S., et al., 2022 Identifikasi klasifikasi jenis ikan hasil tangkapan nelayan
tapak paderi kota bengkulu. Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan vol 13.1 hal: 51-
62.
Ardiyanti, Y., et al., 2022. Analisis Kesulitan Siswa dalam Menentukan Klasifikasi
Makhluk Hidup Menggunakan Kunci Determinasi. Journal of Research in
Science and Mathematics Education (J-RSME) vol 1.1 hal: 1-8.
Babe, B.Y., La Erfin, and Maria, Y., 2021. Identifikasi Jenis -Jenis Ikan Pelagis Kecil
Yang Ada Di Pasar Alok Dan Pasar Wuring, Kabupaten
Sikka. AQUANIPA-Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan 3.2.
Febriani, M.D., Dian, B., and Suhestri, S., 2019. Karakteristik morfologi ikan
belanak (Mugil chepalus & Crenimugil seheli) dari TPI Tegal Kamulyan,
Cilacap Jawa Tengah. Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed 1.2 hal: 144-150.
Ferantika, C.N., Sri, H., and Dewi, L., 2020. Karakteristik Fisiokimia dan
Organoleptik Bakso Ikan Kembung (Rastrelliger Kanagurta) dengan
Subtitusi Wortel (Daucus Carota). Jurnal Teknologi dan Hasil Penelitian 15.1.
RAHARJO, M.A., 2022 Identifikasi Kandungan Mikroplastik Pada Ikan Di
Sungai Gajah Wong."
Imaniar, R., 2017. Identifikasi Keanekaragaman Tumbuhan Paku Di Kawasan Air
Terjun Kapas Biru Kecamatan Pronojiwo Kabupaten Lumajang Tahun
2017 Serta Pemanfaatanya Sebagai Booklet.
Patahiruddin, P., 2020. Kerapatan Benih Dan Salinitas Berbeda Terhadap
Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila Merah (Oreochromis
Niloticus) Pada Media Air Payau. Fisheries Of Wallacea Journal 1.2 (2020):
53-60.
Rochmatin, S.Y., Anhar, S., and Suradi W.S., 2015. Aspek pertumbuhan dan
reproduksi ikan nilem (Osteochilus hasselti) di perairan Rawa Pening
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Management of Aquatic
Resources Journal (MAQUARES) 3.3 hal : 153-159.
Sihmawati, R.R., and A. Wardah., 2021. Evaluasi Sifat Fisikokimia Mie Basah
Dengan Subsitusi Tepung Tulang Ikan Bandeng (Chanos
chanos). STIGMA: Jurnal Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Unipa 14.02 hal: 62-70.
Siregar, M.A., Wawan, S.D., and Sudirman, L., 2021. Analisa energi pada alat
desalinasi air laut tenaga surya model lereng tunggal. Jurnal Rekayasa
Mesin 12.1 hal: 193-201.
Sukumaran, S., Sebastian, W., & Gopalakrishnan, A., 2017. Genetic population
structure and historic demography of Indian mackerel, Rastrelliger
kanagurta from Indian peninsular waters. Fisheries Research, 191. 1-9.
Wahidah, W., Rusli, A., Alias, M., & Amrullah, A., 2021, December. Morfologi
Bagian Kepala Ikan Nila (Oreochromis niloticus) HASIL APLIKASI
HORMON. In Prosiding Seminar Nasional Politeknik Pertanian Negeri
Pangkajene Kepulauan (Vol. 2, pp. 105-109).
LAMPIRAN
1. Dokumentasi Ikan
2. Screenshoot jurnal yang dipakai
ACARA II
MORFOLOGI IKAN

Oleh:
Nama : Nisrina Rizki Amalia
NIM : L1A022106

LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2023
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme dari

luarnya dan merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dalam mempelajari

organisme. Bentuk luar dari ikan itu sendiri dapat dilihat dari perubahan pada

saat ikan itu masih kecil dan bertumbuh hingga dewasa. Bentuk luar ikan itu

sendiri dapat dilihat dari bentuk tubuh bilateral dan non bilateral. Biasanya pada

saat ikan itu kecil, ikan memiliki tubuh yang bilateral. Ikan dewasa biasanya

memiliki bentuk tubuh non – bilateral yang ada pada ikan lidah ( Lestari dan

Rusdi, 2022).

Ikan adalah hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup air dan

memiliki insang yang berfungsi untuk mengambil oksigen yang dari air dan sirip

digunakan untuk berenang. Ikan memiliki keanekaragaman bentuk, ukuran,

habitat serta distribusi jenis berdasarkan perbedaan ruang dan waktu. Biasanya

bentuk tubuh ikan berkaitan erat dengan habitat dan cara hidupnya. Secara

umum juga ikan itu bentuknya simetri bilateral yang dimana bentuk ini ikan

dapat dibelah pada bagian tengah – tengahnya yakni sisi kanan dan sisi kiri. Ada

juga yang berbentuk non-simetris bilateral yang dimana tubuh ikan tersebut

dibelah secara melintang dan yang akan didapatkan yakni sisi kanan dan kiri

yang berbeda (Aulia et al.,2022).

Ikan secara sistematik ditempatkan ada Filum Chordata dengan

karakteristik insang yang berfungsi untuk mengambil oksigen terlarut dari air

dan sirip untuk berenang. Setiap perairan memiliki karakteristik bentuk ikan
yang berbeda. Ciri – ciri umum dari golongan ikan yang mempunyai rangka

tulang belakang sejati, dan bertulang rawan yakni memiliki sirip tunggal atau

berpasangan dan mempunyai operculum. Tubuh ditutupi sisik dan berlendir

serta mempunyai bagian tubuh yang jelas antara kepala, badan dan ekor. Ukuran

dari ikan bervariasi dari mulai yang ukuran kecil dan ukuran yang besar.

Kebanyakan dari ikan berbentuk torpedo, pipih dan berbentuk tidak teratur

(Umami,2022).

1.2. Tujuan

Mahasiswa dapat mengenal bentuk, bagian, ciri-ciri tubuh luar ikan

sehingga diharapkan mahasiswa dapat membuat deskripsi tentang jenis ikan

tertentu.
II. MATERI DAN METODE

2.1. Materi

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah baki parafin, pensil dan

buku gambar. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah air tawar (ikan

Nilem, ikan Nila, ikan Lele), air payau (ikan Bandeng, ikan banyar dan ikan

Belanak) dan air laut (ikan Kembung).

2.2. Metode

1. Ikan yang telah mati (diawet dengan formalin atau dirusak saraf

pusatnya) diletakkan pada baki bedah dengan posisi, kepala di sebelah

kiri dan punggung di atas.

2. Sirip – sirip ikan dibuat dalam posisi meregang yaitu diregangkan

dengan bantuan jarum penusuk.

3. Gambarkan ikan yang telah disiapkan tadi dan agar gambar yang

dibuat mirip dengan keadaan aslinya, buatlah sketsa terlebih dahulu.

4. Dalam membuat sketsa ukurlah bagian tubuh ikan kemudian

perbesar/perkecil ukuran tersebut sesuai dengan yang diinginkan.

5. Setelah sketsa terbentuk periksa posisi bagian tubuh ikan, misal letak

sirip, mata, dan sebagainya apakah sudah benar ?

6. Gambar ikan dengan garis yang tegas bukan arsiran

7. Setelah gambar selesai berilah nama daerah dan nama ilmiah gambar

tersebut.
8. Berilah keterangan di bawah gambar tentang : bentuk tubuh, bentuk

mulut, letak sungut, posisi sirip perut terhadap sirip dada, bentuk –

bentuk sirip ekor, dan ciri – ciri khusus pada ikan (apabila ada).

2.3. Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum identifikasi ikan yakni pada

tanggal 15 Mei 2023 pukul 07.00-10.00 di laboratorium kualitas air FPIK

UNSOED.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Tabel 2. Hasil pengamatan morfologi ikan air tawar

Parameter
Nama Ikan Bentuk Bentuk Bentuk Ekor Letak Sirip Perut
Letak Mulut
Tubuh Mulut Sirip terhadap Dada
Ikan Nila Compressed Dapat Terminal Forked Thoracic
disembulkan
Ikan Nilem Compressed Dapat Terminal Forked Abdominal
disembulkan
Ikan Lele Depressed, Tidak dapat Inferior Rounded Abdominal
Compressed, disembulkan
Fusiform

Tabel 3. Hasil pengamatan morfologi ikan air payau

Parameter
Nama Ikan Bentuk Bentuk Bentuk Ekor Letak Sirip Perut
Letak Mulut
Tubuh Mulut Sirip terhadap Dada
Ikan Fusiform Dapat Terminal Forked Thoracic
Bandeng disembulkan
Ikan Banyar Fusiform Dapat Terminal Forked Abdominal
disembulkan
Ikan Compressed Dapat Terminal Forked Abdominal
Belanak disembulkan

Tabel 4. Hasil pengamatan morfologi ikan air laut

Parameter
Nama Ikan Bentuk Bentuk Bentuk Ekor Letak Sirip Perut
Letak Mulut
Tubuh Mulut Sirip terhadap Dada
Ikan Fusiform Dapat Terminal Forked Thoracic
Kembung disembulkan

3.2. Pembahasan

3.2.1. Cara Pengamatan Morfologi Ikan

Pengamatan morfologi ikan biasanya dilakukan dengan menggunakan

mata telanjang atau dengan bantuan alat bantu pengamatan seperti lup atau
mikroskop stereoskopis. Penting untuk mencatat dan mendokumentasikan hasil

pengamatan dengan baik, termasuk dengan mengambil gambar atau membuat

sketsa ikan yang diamati. Hal ini akan memudahkan dalam proses identifikasi

dan analisis lebih lanjut. Amati ciri-ciri eksternal ikan, seperti ukuran, bentuk

tubuh, warna, sirip, dan sisik. Perhatikan juga adanya tanda atau lesi yang tidak

normal pada tubuh ikan. Perhatikan bentuk kepala ikan, mulai dari bentuknya

secara keseluruhan, bentuk dan ukuran mulut, posisi dan bentuk mata, serta

ukuran dan letak insang. Amati panjang, lebar, dan bentuk tubuh ikan.

Perhatikan keberadaan garis sisi (lateral line) yang dapat membantu dalam

identifikasi jenis ikan. Amati jenis dan ukuran sirip ikan, termasuk sirip

punggung, sirip ekor, sirip dada, dan sirip perut. Perhatikan bentuk, ukuran, dan

warna sirip, serta adanya lesi atau cacat pada sirip (Ismi, 2018).

3.2.2. Morfologi Ikan Air Tawar

Morfologi ikan adalah bentuk luar yang dapat diamati dan dapat dilihat

serta selanjutnya mengelompokkan ikan/hewan air dengan ikan sejenis.

Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai bentuk tubuh dan

susunan ikan. Ikan air tawar adalah ikan yang menghabiskan sebagian atau

seluruh hidupnya di air tawar, seperti sungai dan danau, dengan salinitas

kurang dari 0,05%. Dalam banyak hal, lingkungan air tawar berbeda dengan

lingkungan perairan laut, dan yang paling membedakan adalah tingkat

salinitasnya (Andri et al., 2022).


3.2.2.1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Gambar 9. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan Ikan nila merupakan salah

satu jenis ikan yang memiliki bentuk tubuh “deep bodied” dengan sisik cycloid

dan memiliki mulut yang bersifat protusible atau dapat disembulkan yang

biasanya dibatasi dengan moncong yang lebar dan seringkali menebal. Hal ini

relevan dengan referensi bahwa ikan nila mempunyai rahang dengan gigi

konikal. Nila memiliki sirip dorsal Panjang, dan garis lateral yang sering terputus

pada akhir sirip dorsal, serta muncul lagi dua atau tiga baris sisik dibawahnya

(Dailami, 2021).

Ikan nila mempunyai bentuk tubuh bulat pipih, pada badan dan sirip ekor

(caudal fin) ditemukan garis lurus. Pada sirip punggung ikan nila ditemukan

garis lurus memanjang. Ikan nila dapat hidup di perairan tawar dengan

menggunakan ekor untuk bergerak. Nila memiliki lima sirip, yaitu sirip

punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin) sirip perut (ventral fin), sirip anus

(anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya memanjang dari bagian

atas tutup insang sampai bagian atas sirip ekor. Terdapat juga sepasang sirip

dada dan sirip perut yang berukuran kecil serta sirip anus berbentuk agak
panjang. Sementara itu, jumlah sirip ekornya hanya satu buah dengan bentuk

bulat (Wahidah,2021).

3.2.2.2. Ikan Nilem Jantan (Osteochilus vittatus)

Gambar 10. Ikan Nilem Jantan (Osteochilus vittatus)

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh bahwa ikan nilem

memiliki bentuk tubuh compressed atau pipih, mulutnya dapat disembulkan

dan terletak di ujung hidung (terminal). Sirip ekornya berbentuk forked, dan

sisiknya berbentuk cycloid. Letak dari sirip perut yakni terletak di dada yang

disebut dengan abdominal. Hasil dari pengamatan relevan dengan referensi

yang dimana ikan nilem mempunyai bentuk tubuh yang pipih, apalagi nilem

jantan yang memiliki tubuh lebih kecil dengan ikan nilem betina. Warna sisiknya

ikan nilem dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ikan nilem yang berwarna

cokelat kehitaman atau 4 cokelat hijau pada punggungnya dan terang di bagian

perut dan ikan nilem merah dengan punggung merah atau kemerah-merahan

dengan bagian perut agak terang (Alfarisi, 2018).


3.2.2.3. Ikan Nilem Betina (Osteochilus vittatus)

Gambar 11. Ikan Nilem Betina (Osteochilus vittatus)

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh bahwa ikan nilem

memiliki bentuk tubuh compressed atau pipih, mulutnya dapat disembulkan

dan terletak di ujung hidung (terminal). Sirip ekornya berbentuk forked, dan

sisiknya berbentuk cycloid. Letak dari sirip perut yakni terletak di dada yang

disebut dengan abdominal. Hasil dari pengamatan relevan dengan referensi

yang dimana ikan nilem mempunyai bentuk tubuh yang pipih, apalagi nilem

jantan yang memiliki tubuh lebih kecil dengan ikan nilem betina. Warna sisiknya

ikan nilem dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ikan nilem yang berwarna

cokelat kehitaman atau 4 cokelat hijau pada punggungnya dan terang di bagian

perut dan ikan nilem merah dengan punggung merah atau kemerah-merahan

dengan bagian perut agak terang. Jika ikan nilem betina terdapat gonad

berwarna kuning di dalam perutnya jika sudah dalam masa matang gonad

(Alfarisi, 2018).
3.2.2.4. Ikan Lele (Clarias batrachus)

Gambar 12. Ikan Lele (Clarias batrachus)

Secara morfologi, bentuk tubuh lele (Clarias batrachus) memanjang,

berlendir dan tidak bersisik, agak bulat pada bagian tengahnya, dan bagian

belakang berbentuk pipih. Kepala lele pipih dengan memiliki panjang yang

hampir mencapai seperempat panjang tubuhnya. Jumlah sirip ikan lele

sebanyak 68-79, di bagian sirip dada ada 9-10, di bagian sirip perut 5-6, di sirip

dubur 50-60, dan memiliki 4 pasang sungut. Sirip dada di lengkapi dengan duri

tajam patil yang memiliki panjang maksimum hingga mencapai 400 mm.

Matanya berukuran 1/8 dari panjang kepalanya. Giginya berbentuk villiform

dan menempel pada rahangnya. Ikan lele (Clarias batrachus) memiliki insang

yang kecil sehingga kurang efektif untuk digunakan bernapas dan memenuhi

kebutuhan oksigennya. Oleh karena itu, ikan lele memiliki alat pernapasan

tambahan pada lembar insang kedua dan keempat berupa modifikasi insang

yang berbentuk bunga yang disebut arborescent organ yang memungkinkan

ikan lele mengambil oksigen langsung dari udara (Yoviska et al., 2021).
3.2.3. Morfologi Ikan Air Payau

Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme dari

luarnya dan merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dalam mempelajari

organisme. Bentuk luar dari ikan itu sendiri dapat dilihat dari perubahan pada

saat ikan itu masih kecil dan bertumbuh hingga dewasa. Morfologi ikan air

payau yang sering dijumpai yakni mempunyai sirip dubur berwarna putih kotor

terdiri dari satu jari-jari keras dan sembilan jari-jari lemah. Bibir bagian atas lebih

tebal daripada bagian bawahnya ini berguna untuk mencari makan di

dasar/organisme yang terbenam dalam lumpur, mempunyai gigi yang amat

kecil (Mujalifah, 2018).

3.2.3.1. Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Gambar 13. Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Berdasarkan praktikum diperoleh bahwa ikan bandeng memiliki bentuk

tubuh yang tinggi hampir sama dengan lebar tubuh dan bentuk tubuh hampir

meruncing ( fusiform ) dan mempunyai bentuk mulut yang dapat disembulkan

dan terletak di ujung hidung (terminal), mempunyai sisik ctenoid. Mempunyai

sirip ekor berbentuk runcing (forced). Mempunyai letak sirip dada dan perut

yang berada di bawah perut (thoracic). Habitat asli dari ikan bandeng adalah di
air laut tetapi dipelihara lalu di air payau habitatnya hal ini relevan dengan

referensi bahwa ikan bandeng juga memiliki tubuh yang panjang seperti torpedo

(Minarseh, 2021).

3.2.3.2. Ikan Belanak (Crenemugil seheli)

Gambar 14. Ikan Belanak (Crenemugil seheli)

Berdasarkan praktikum diperoleh bahwa ikan belanak mempunyai bentuk

tubuh yang pipih (compressed), mempunyai bentuk mulut yang dapat

disembulkan yang terdapat pada bagian hidung (terminal). Mempunyai sirip

ekor yang meruncing(forked), dan mempunyai ciri khas pada ekornya yang ada

yang bergerigi (finlet) dan letak sirip nya abdominal. Hal ini relevan dengan

referensi dimana ikan belanak memiliki tubuh yang memanjang dan sedikit

pipih di samping. Tubuhnya ramping dan berbentuk silindris. Mereka memiliki

kepala yang relatif kecil dibandingkan dengan ukuran tubuhnya. Ikan belanak

memiliki dua sirip punggung yang terpisah, sirip dada yang kecil, dan sirip

perut yang berada di bawah tubuh. Sirip ekor ikan belanak memiliki bentuk

bulat atau memanjang.Ikan belanak memiliki mulut yang relatif kecil dan

posisinya agak agak terletak di bawah kepala. Mulutnya dilengkapi dengan gigi

kecil atau gigi rahang yang berguna untuk memakan makanan (Febriani, 2019).
3.2.4. Morfologi Ikan Air Laut

Morfologi adalah bentuk dan penampakan luar dari tubuh suatu mahluk

hidup. Morfologi ikan merupakan bentuk luar ikan, yang merupakan ciri-ciri

yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan di perairan

laut, payau maupun tawar. Morfologi berarti mencakup tentang bentuk tubuh

dan organ tubuh bagian luar pada suatu organisme. Ciri ikan ini memiliki kulit

dermal denticles yakni sisik keras yang menutupi tubuh untuk melindungi kulit

mereka dari kerusakan, parasit, serta untuk menambah dinamika air laut

(Adrim, 2017).

3.2.4.1. Ikan Kembung (Rastreligger faughni)

Gambar 15. Ikan Kembung (Rastreligger faughni)

Berdasarkan praktikum diperoleh bahwa ikan kembung bentuk tubuh

yang tinggi hampir sama dengan lebar tubuh dan bentuk tubuh hampir

meruncing ( fusiform ). Mempunyai bentuk mulut yang dapat disembulkan dan

terletak di ujung hidung (terminal), mempunyai sisik ctenoid. Mempunyai sirip

ekor berbentuk runcing (forked). Mempunyai sirip ekor yang meruncing(forked),

dan mempunyai ciri khas pada ekornya yang ada yang bergerigi (finlet) dan letak

sirip nya thoracic. Hal ini relevan dengan referensi bahwa ikan kembung

mempunyai bentuk tubuh yang pipih, ikan kembung mempunyai tubuh


berwarna biru kehijauan di bagian atas sedangkan berwarna putih kekuningan

pada bagian bawah. Terdapat dua garis hitam di bagian punggung, satu garis

hitam di dekat sirip dada, serta bagian badan berwarna gelap memanjang di atas

garis rusuk. Bagian sirip punggung berwarna abu-abu kekuningan. Ikan

kembung dapat mencapai panjang maksimum 35 cm dengan panjang rata-rata

mencapai 20-25 cm. Ikan kembung biasanya hidup di wilayah pesisir dekat

pantai (Suryani, 2019).

3.2.4.2. Ikan Banyar (Rastreligger kanagurta)

Gambar 16. Ikan Banyar (Rastreligger kanagurta)

Berdasarkan praktikum diperoleh bahwa ikan banyar bentuk tubuh yang

tinggi hampir sama dengan lebar tubuh dan bentuk tubuh hampir meruncing (

fusiform ). Mempunyai bentuk mulut yang dapat disembulkan dan terletak di

ujung hidung (terminal), mempunyai sisik ctenoid. Mempunyai sirip ekor

berbentuk runcing (forced). Mempunyai sirip ekor yang meruncing(forked), dan

mempunyai ciri khas pada ekornya yang ada yang bergerigi (finlet) dan letak

sirip nya thoracic. Hal ini relevan dengan referensi yakni Ikan kembung memiliki

karakteristik badan lonjong dan pipih. Ikan banyar jantan memiliki genus yang

sama dengan ikan banyar betina. Ciri yang membedakannya adalah adanya satu

bintik atau totol hitam dekat sirip dada pada ikan banyar jantan (Rouf, 2022).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

1. Nila mempunyai bentuk tubuh yang pipih (compressed), memiliki

bentuk mulut yang dapat disembulkan, memiliki letak mulut yang

terletak di ujung hidung (terminal), memiliki bentuk sirip ekor yang

bercagak (forked), dan memiliki tipe sisik steroid, memiliki sirip dada

thoracic.

2. Nilem mempunyai bentuk tubuh yang pipih (compressed), memiliki

bentuk mulut yang dapat disembulkan, memiliki letak mulut yang

terletak di ujung hidung (terminal), memiliki bentuk sirip ekor yang

bercagak (forked), dan memiliki tipe sisik steroid, memiliki sirip dada

abdominal.

3. Bandeng mempunyai bentuk tubuh yang berbentuk seperti torpedo

(fusiform), memiliki bentuk mulut yang dapat disembulkan, memiliki

letak mulut yang terletak di ujung hidung (terminal), memiliki bentuk

sirip ekor yang bercagak (forked), dan memiliki tipe sisik ctenoid,

memiliki sirip dada thoracic.

4. Lele Bandeng mempunyai bentuk tubuh yang berbentuk seperti

torpedo (fusiform), pipih (compressed), dan picak (depressed), memiliki

bentuk mulut yang tidak dapat disembulkan, memiliki letak mulut yang

terletak di bawah hidung (inferior), memiliki bentuk sirip ekor yang

membundar (rounded), dan memiliki sungut , memiliki sirip dada

abdominal.
5. Kembung mempunyai bentuk tubuh yang berbentuk seperti torpedo

(fusiform), memiliki bentuk mulut yang dapat disembulkan, memiliki

letak mulut yang terletak di ujung hidung (terminal), memiliki bentuk

sirip ekor yang bercagak (forked), dan memiliki bagian ekor finlet,

memiliki sirip dada thoracic.

6. Banyar mempunyai bentuk tubuh yang berbentuk seperti torpedo

(fusiform), memiliki bentuk mulut yang dapat disembulkan, memiliki

letak mulut yang terletak di ujung hidung (terminal), memiliki bentuk

sirip ekor yang bercagak (forked), dan memiliki bagian ekor finlet,

memiliki sirip dada abdominal.

7. Belanak mempunyai bentuk tubuh yang pipih (compressed), memiliki

bentuk mulut yang dapat disembulkan, memiliki letak mulut yang

terletak di ujung hidung (terminal), memiliki bentuk sirip ekor yang

bercagak (forked), dan memiliki tipe sisik cycloid, memiliki sirip dada

abdominal.

4.2. Saran

Saran untuk praktikum selanjutnya yakni agar praktikan untuk lebih

mengetahui ciri – ciri dari morfologi dari setiap ikan yang diberikan oleh asisten.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, A.M., et al., 2022. "Penerapan E-Gudang Sebagai Tempat Penampungan
Ikan."
Adrim, M., dan Fahmi., 2017. Panduan Penelitian Untuk Ikan Laut. Pusat
Penelitian Oseanografi-LIPI, Jakarta.
Andri,. W dan Fahrur, R., 2019. Morfologi Ikan Endemik dan Ikan Lokal
Potensial di. (Banyuwangi: Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan
Banyuwangi, Hal : 7.
ALFARISI, B., 2018 Morfologi dan Intensitas Trichodina SP. pada Benih Ikan Nilem
(Osteochilus Hasselti) Milik Balai Benih Ikan Kutasari Purbalingga. Skripsi
thesis, Universitas Jenderal Soedirman.
Dailami, M., et al., 2021. Ikan Nila. Penerbit Brainy Bee
Febriani, M.D., Dian, B., and Suhestri, S., 2019. Karakteristik morfologi ikan
belanak (Mugil chepalus & Crenimugil seheli) dari TPI Tegal Kamulyan,
Cilacap Jawa Tengah. Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed 1.2 (2019): 144-150.
Ismi, S. H., 2018. Perkembangan morfologi dan perilaku larva ikan kerapu
hibrida cantik pada produksi massal. . Jurnal Ilmu Dan Teknologi
Kelautan Tropis, 10(2), 431-440.
Lestari, D.S., and Rusdi, M., 2022. Analisis Panjang Bobot dan Faktor Kondisi
Ikan Lidah (Cynoglossus lingua) di Sungai Berombang Kabupaten
Labuhanbatu. Bioscientist: Jurnal Ilmiah Biologi 10.1 hal : 156-165.
Minarseh, L., Suhaeni, S., and Syarif H.A., 2021. Analisis morfologi dan kadar
protein ikan bandeng (Chanos chanos) dari tambak budidaya monokultur
dan polikultur (Gracilaria sp.) di Kecamatan Bua Kabupaten
Luwu. Prosiding Seminar Nasional Biologi. Vol. 7. No. 1. 2021
Mujalifah, m., Santoso, H., & Laili, S., 2018. Kajian Morfologi Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) Dalam Habitat Air Tawar dan Air Payau. Jurnal
Ilmiah Biosaintropis (Bioscience-Tropic), 3(3), 10-17.
https://doi.org/10.33474/e-jbst.v3i3.146
Rouf, A., 2022. TA: KAJIAN PRODUKSI IKAN LAYANG (Decapterus ruselli)
DENGAN ALAT TANGKAP MINI PURSE SEINE YANG DIDARATKAN
PADA TAHUN 2018-2020 DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA. Diss.
Politeknik Negeri Lampung, 2022.
Suryani, N., 2019. Profil Morfologi Anisakis Pada Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)
Dan Ikan Kembung (Rastrelliger kanagurta) di TPI Sedati, Sidoarjo dengan
Scanning Electron Microscope (SEM)= Morphological Profile Of Anisakis On
Little Tuna (Euthynnus affinis) And Indian Mackerel Fish (Rastrelliger
kanagurta) In TPI Sedati, Sidoarjo Using Scanning Electron Microscope (SEM).
Diss. Universitas Airlangga, 2019.
Umami, M., 2022. "Karakteristik Morfologi Ikan Gelodok (Periophthalmus
chrysospilos) Di Area Hutan Mangrove Mundu, Kabupaten
Cirebon." Jurnal Biologi dan Pembelajarannya (JB&P) 9.1 hal: 48-54.
Yoviska, S.A, Iin, M., and Dwi W.R., 2021. "Perbandingan secara morfologi
insang ikan mas (Cyprinus carpio), ikan lele (Clarias batrachus) dan ikan
selar (Selaroides leptolepis)." Prosiding SNasPPM 6.1: 125-128.
Wahidah, W., Rusli, A., Alias, M., & Amrullah, A., 2021, December.
MORFOLOGI BAGIAN KEPALA IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
HASIL APLIKASI HORMON. In Prosiding Seminar Nasional Politeknik
Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan (Vol. 2, pp. 105-109).
LAMPIRAN
1. Dokumentasi Ikan
2. Jurnal
ACARA III
SISTEM PENCERNAAN PADA IKAN

Oleh:
Nama : Nisrina Rizki Amalia
NIM : L1A022106

LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2023
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pencernaan adalah proses pemecahan makanan melalui mekanisme fisik

dan kimia sehingga dapat lebih mudah didistribusikan dan diserap oleh tubuh.

Proses pencernaan, organ pencernaan bukan hanya berperan sebagai alat kerja

untuk mekanik (pencabikan dan penggerusan makanan) dengan adanya gigi

serta adanya gerakan pada saluran pencernaan, tetapi juga sebagai penghasil

cairan (HCI dan enzim) yang berfungsi sebagai katalisator dalam proses

pencernaan. Ikan membutuhkan nutrisi dan energi dalam tubuhnya untuk dapat

melakukan aktivitas. Nutrisi yang dibutuhkan berupa protein, lemak,

karbohidrat, vitamin, dan mineral. Ikan merupakan organisme heterotrof yang

dimana nutrisi – nutrisi tersebut berasal dari aktivitas ikan tersebut (Nafis dan

Masyitha, 2017).

Sistem pencernaan meliputi saluran pencernaan dan organ – organ lain

yang dapat membantu proses pemecahan dan penyerapan nutrisi. Proses

pencernaan dalam ikan untuk meningkatkan laju metabolisme ikan agar dapat

mempercepat pertumbuhan ikan. Berdasarkan fungsinya, organ-organ

pencernaan pada ikan dibedakan menjadi dua bagian, yaitu saluran pencernaan

dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan merupakan kumpulan dari organ

pencernaan yang bekerja langsung dalam proses pencernaan dan penyerapan

makanan. Sedangkan kelenjar pencernaan adalah organ – organ yang berperan

dalam menghasilkan enzim-enzim yang digunakan dalam proses pencernaan

makanan. Selain berfungsi dalam pencernaan dan penyerapan makanan, organ


pencernaan pada beberapa ikan tertentu juga berperan dalam proses

osmoregulasi, pernapasan dan penggelembungan tubuh (Nikhlani, 2021).

Hewan – hewan avertebrata memiliki sistem pencernaan yang sempurna

yang dilakukan secara eksternal. Saluran pencernaan ikan terbentang dari mulut

hingga anus. Bagian – bagian saluran pencernaan ikan terdiri dari mulut, hulu

kerongkongan, kerongkongan, lambung, usus. Panjang usus dari ikan juga

menentukan apakah ikan tersebut termasuk ikan karnivora, herbivora, maupun

omnivora. Ikan karnivora biasanya Panjang ususnya relatif pendek dan

sederhana yakni kurang dari 1 cm. Ikan herbivora ususnya lebih Panjang dan

lebih rumit yakni lebih dari 3 cm. Ikan omnivora itu Panjang ususnya diantara 1-

3 cm (Akmal et al., 2021).

1.2. Tujuan

Mahasiswa dapat mengenal bagian-bagian dari alat pencernaan makanan

dari berberapa jenis ikan yang termasuk dalam kelompok herbivora, carnivora

dan omnivora.
II. MATERI DAN METODE

2.1. Materi

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah gunting bedah, pinset,

baki plastik, kertas milimeter blok/penggaris dan buku gambar. Bahan yang

digunakan pada praktikum ini adalah beberapa spesies ikan yang mewakili

kelompok herbivora, karnivora, dan omnivora yaitu ikan lele, ikan nila, ikan

nilem jantan dan ikan nilem betina.

2.2. Metode

1. Pada bagian anus ditusukkan bagian yang runcing dari gunting bedah

bentuk lubang kecil kemudian dengan bagian tumpul gunting bedah

gunting ke arah rongga perut bagian atas. Pengguntingan dilakukan

dengan hati-hati supaya organ-organ dalam tidak ikut tertusuk.

2. Setelah gunting mencapai ujung terdepan rongga perut bagian atas (

belakang kepala) kemudian gunting diarahkan ke bagian bawah hingga

ke dasar perut. Buka daging yang telah tergunting sehingga organ

tubuh bagian dalam terlihat dan alat pencernaan dapat dikeluarkan dari

tubuh.

3. Untuk melihat alat pencernaan dari mulai pharinx sampai ke anus,

gunting bagian bawah kepala hingga terbelah dua, sehingga alat

pencernaan bagian depan dapat terlihat dan gunting bagian rectum

yang menempel pada otot bagian anus sehingga semua bagian

pencernaan dapat dilepas.


4. Gambar organ-organ yang berhubungan dengan sistem pencernaan dan

beri nama organ-organnya.

5. Untuk melihat apakah specimen ikan termasuk dalam kelompok

herbivora, karnivora atau omnivora, ambillah lambung sampai dengan

usus kemudian ukurlah panjang usus sampai dengan lambung,

kemudian bandingkan dengan panjang total tubuh specimen.

Simpulkan apakah specimen yang diamati termasuk dalam kelompok

herbivora, karnivora atau omnivora.

2.3. Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum identifikasi ikan yakni pada

tanggal 15 Mei 2023 pukul 07.00-10.00 di laboratorium kualitas air FPIK

UNSOED.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Tabel 5. Hasil pengamatan spesialisasi sistem pencernaan ikan

Panjang
Panjang Spesialisasi
Total
No. Nama Ikan Total Perbandingan Sistem
Tubuh
Usus (cm) Pencernaan
(cm)
1. Ikan Nila 19 cm 128,5 cm 1 : 6,76 Herbivora
2. Ikan Nilem 17 cm 128,5 cm 1 : 7,55 Herbivora
Jantan
3. Ikan Nilem 19,5 cm 177 cm 1 : 9,07 Herbivora
Betina
4. Ikan Lele 29,5 cm 36 cm 1 : 1,22 Omnivora

Tabel 6. Hasil pengamatan spesialisasi sistem pencernaan ikan

Nama Urutan Organ Sistem Pencernaan


No.
Ikan 1 2 3 4 5 6
1. Ikan Nila Mulut Faring Esofagus Lambung Usus Anus
2. Ikan Mulut Faring Esofagus Lambung Usus Anus
Nilem
Jantan
3. Ikan Mulut Faring Esofagus Lambung Usus Anus
Nilem
Betina
4. Ikan Lele Mulut Faring Esofagus Lambung Usus Anus

3.2. Pembahasan

3.2.1. Cara Pengamatan Sistem Pencernaan Ikan

Sistem pencernaan adalah system yang terdiri dari pencernaan saluran dan

organ – organ lain yang membantu tubuh untuk memecah dan menyerap

makanan. Organ – organ dalam sistem pencernaan di luar saluran pencernaan

ada lidah, kelenjar ludah, hati pankreas, dan kantung empedu. Saluran

pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut. Rongga mulut pada ikan
terdapat gigi – gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah

pada dasar mulut yang tidak dapat digerakkan. Lidah ikan banyak lendir tetapi

tidak menghasilkan enzim. Dari mulut masuk ke esofagus dan masuk ke

lambung dan dilanjutkan ke usus dan berakhir di anus (Hariningtyas, 2018).

Langkah – langkah untuk mengetahui letak dari sistem pencernaan ikan

yakni pada saat praktikum ini ikan yang telah mati diletakkan pada baki dengan

ekor disebelah kanan dan kepala di sebelah kiri agar memudahkan kita untuk

membedah. Pada bagian anus ikan potong menggunakan gunting sampai ke

arah rongga perut sampai belakang kepala, gunting bagian perut ikan berbentuk

persegi Panjang. Setelah semuanya tergunting, buka daging keatas agar terlihat

organ – organ ikan itu. Organ – organ ikan itu dikeluarkan dari dalam tubuh.

Menggunting bagian kepala hingga terbelah dua, memotong bagian terdepan

esofagus dan menarik usus keluar dan memotong ujung akhir anus. Pada saat

usus dan lainnya sudah diambil kita bisa menguraikannya dan dihitung Panjang

usus tersebut apakah ikan itu termasuk ikan herbivora, karnivora atau omnivora

( Haraningtyas, 2018).

3.2.2. Sistem Pencernaan Ikan

Sistem pencernaan ikan dimulai dari mulut, rongga mulut, faring,

esofagus, lambung, pylorus, usus, rektum, dan anus. Struktur anatomi mulut

ikan erat kaitannya dengan cara mendapatkan makanan. Terdapat sungut di

sekitar mulut ikan yang berperan sebagai alat peraba atau pendeteksi makanan.

alam proses pencernaan, makanan yang dicerna dipecah menjadi molekul -

molekul yang lebih sederhana sehingga mudah diserap melalui dinding usus
dan masuk ke dalam aliran darah. Pencernaan merupakan proses yang

berlangsung terus menerus. Kemampuan ikan untuk mencerna bahan pakan

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, sifat kimia air, suhu air, jenis pakan,

ukuran, umur ikan, kandungan gizi pakan, frekuensi pemberian pakan, sifat

fisika dan kimia pakan serta jumlah dan macam enzim pencernaan yang terdapat

dalam saluran pencernaan pakan. Kemampuan ikan dalam mencerna makanan

sangat bergantung pada kelengkapan organ pencernaan dan ketersediaan enzim

pencernaan (Affandi, 2017).

3.2.2.1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Gambar 17. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Praktikum disini diperoleh bahwa ikan nila memiliki panjang total tubuh

yakni 19 cm, panjang standar 15 cm, dan panjang usus 128,5. Adapun urutan

sistem pencernaan ikan nila itu dimulai dari mulut, lalu masuk ke faring , lalu ke

esofagus setelah itu lambung lalu berakhir di anus, hal ini sesuai dengan

referensi yakni urutan sistem pencernaan ikan nila yakni mulut – rongga mulut

- faring – esofagus -- lambung – usus – anus (Anniza, 2015). Pada praktikum ini

ikan nila termasuk ikan herbivora hal ini tidak relevan dengan referensi karena

ikan nila merupakan ikan karnivora dikarenakan pada saat mengambil sampel,

usus ikan nila terpotong jadi menyebabkan pada saat perhitungan tidak pas
dengan panjang usus yang sebenarnya. Saat perhitungan nilai RLG, ikan nila

memperoleh hasil 1 : 6,76, dimana pada rentang RLG >3 merupakan ikan

herbivora. Hal ini tidak relevan dengan referensi yang diperoleh dari (Fariedah,

et al., 2017) bahwa ikan nila mempunyai nilai RLG 1 : 0,20 yang dimana nilai RLG

< 1 merupakan hewan karnivora. Ciri – ciri dari usus ikan karnivora itu ususnya

lebih pendek dari saluran ikan herbivora karena daging yang dimakan memiliki

daging sel tipis berupa selaput sehingga mudah dicerna. Ciri lain dari hewan

karnivora yakni mempunyai gigi untuk menyerap, merobek

mangsa(Anniza,2015).

Organ – organ pencernaan pada ikan nila dimulai dari mulut – rongga

mulut - faring – esofagus - lambung – usus – anus. Adapun fungsi – fungsi dari

organ pencernaan ini :

1. Mulut, fungsi dari mulut pada ikan nila yakni untuk memakan, merobek

maupun menyerap. Disekitar mulut terletak di ujung hidung dan juga

terletak diatas hidung.

2. Rongga mulut, rongga mulut ini berfungsi sebagai penghubung antara

mulut dengan faring. Organ yang terdapat pada rongga mulut itu ada

gigi, lidah, dan organ palatin. Lapisan – lapisan yang ada di rongga mulut

ada yang berfungsi sebagai pendorong makanan masuk kedalam.

3. Faring, faring berfungsi untuk menyaring makanan.

4. Esofagus, permulaan dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti

pipa, mengandung lendir untuk membantu penelanan makanan.


5. Lambung, lambung merupakan segmen pencernaan yang mempunyai

diameter yang relatif besar. Lambung mempunyai fungsi untuk

menampung makanan dan mencerna makanan.

6. Usus merupakan segmen yang terpanjang dari semua sistem pencernaan.

Intenstine berakhir dan bermuara keluar sebagai anus. Usus mempunyai

fungsi untuk tempat terjadinya proses penyerapan zat makanan.

7. Anus merupakan ujung dari saluran pencernaan. Pada ikan bertulang

sejati, anus terletak di depan saluran genital. Pada ikan yang tubuhnya

memanjang anus terletak di belakang kepala berdekatan dengan pangkal

ekor. Pada ikan yang berbentuk membundar anus terletak jauh di depan

pangkal ekor mendekati sirip dada (Bukhori, 2018).

3.2.2.2. Ikan Nilem Betina (Osteochilus vittatus)

Gambar 18. Ikan Nilem Betina (Osteochilus vittatus)

Berdasarkan praktikum ini, diperoleh bahwa ikan nilem betina memiliki

panjang total 19,5 cm, panjang standar 16 cm, dan panjang usus 177 cm. Adapun

urutan sistem pencernaan ikan nila itu dimulai dari mulut, lalu masuk ke faring

, lalu ke esofagus setelah itu lambung lalu berakhir di anus, hal ini sesuai dengan

referensi yakni urutan sistem pencernaan ikan nila yakni mulut – rongga mulut

- faring – esofagus -- lambung – usus – anus (Nurhaida, 2022). Ikan nilem


termasuk kedalam ikan herbivora. Ikan nilem mempunyai nilai RLG 1 : 9,07. Hal

ini relevan dengan referensi yang diperoleh dari (Nurhaida, 2022) jika ikan nilem

merupakan hewan herbivora, dan mempunyai nilai RLG antara 1-3. Ikan ini

banyak memakan tumbuh – tumbuhan atau di dalam lumpur seperti alga.

Bentuk usus ikan nilem betina relatif lebih panjang daripada ikan nilem jantan.

Bentuknya panjang berliku – liku dan dindingnya tipis. Ikan herbivora ini

panjang ususnya lebih panjang dari ikan karnivora maupun omnivora.

Di dalam pencernaan ikan nilem terdapat rongga mulut, faring, esofagus,

lambung, dan usus. Pada proses pencernaan makanan masuk melalui rongga

mulut yang disitu terdapat gaya dorong untuk menuju ke faring. Di faring ini

makanan akan dipilah setelah itu masuk ke esofagus. Esofagus inilah permulaan

dari sistem pencernaan yang sebenarnya. Di esofagus ini makanan akan

didorong masuk ke lambung. Pada lambung makanan akan ditampung dan

akan dipecah setelah itu pada usus makanan akan diserap nutrisinya dan

berakhir di anus karena nutrisi – nutrisi yang tidak dibutuhkan tubuh akan

dibuang lewat anus (Nurhaida, 2022).

3.2.2.3. Ikan Nilem Jantan (Osteochilus vittatus)

Gambar 19. Ikan Nilem Betina (Osteochilus vittatus)


Berdasarkan praktikum ini, diperoleh bahwa ikan nilem jantan memiliki

panjang total 17 cm, panjang standar 14 cm, dan panjang usus 1128,5 cm. Adapun

urutan sistem pencernaan ikan nila itu dimulai dari mulut, lalu masuk ke faring

, lalu ke esofagus setelah itu lambung lalu berakhir di anus, hal ini sesuai dengan

referensi yakni urutan sistem pencernaan ikan nila yakni mulut – rongga mulut

- faring – esofagus -- lambung – usus – anus (Nurhaida, 2022). Ikan nilem

termasuk kedalam ikan herbivora. Ikan ini banyak memakan tumbuh –

tumbuhan atau di dalam lumpur seperti alga. Bentuk usus ikan nilem betina

relatif lebih panjang daripada ikan nilem jantan. Bentuknya panjang berliku –

liku dan dindingnya tipis. Ikan herbivora ini panjang ususnya lebih panjang dari

ikan karnivora maupun herbivora. Ikan nilem jantan juga mempunyai nilai RLG

1 : 7, 55 yang dimana hal ini relevan dengan referensi yang diperoleh dari

(Nurhaida, 2022) ikan herbivora mempunyai nilai RLG > 3.

Di dalam pencernaan ikan nilem terdapat rongga mulut, faring, esofagus,

lambung, dan usus. Pada proses pencernaan makanan masuk melalui rongga

mulut yang disitu terdapat gaya dorong untuk menuju ke faring. Di faring ini

makanan akan dipilah setelah itu masuk ke esofagus. Esofagus inilah permulaan

dari sistem pencernaan yang sebenarnya. Di esofagus ini makanan akan

didorong masuk ke lambung. Pada lambung makanan akan ditampung dan

akan dipecah setelah itu pada usus makanan akan diserap nutrisinya dan

berakhir di anus karena nutrisi – nutrisi yang tidak dibutuhkan tubuh akan

dibuang lewat anus (Nurhaida, 2022).


3.2.2.4. Ikan Lele (Clarias batrachus)

Gambar 20. Ikan Lele (Clarias batrachus)

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa ikan

lele mempunyai panjang total 29,5 cm, panjang standar 25,5 cm, dan panjang

ususnya 36 cm. Adapun urutan sistem pencernaan ikan nila itu dimulai dari

mulut, lalu masuk ke faring , lalu ke esofagus setelah itu lambung lalu berakhir

di anus, hal ini sesuai dengan referensi yakni urutan sistem pencernaan ikan nila

yakni mulut – rongga mulut - faring – esofagus -- lambung – usus – anus

(Nikhlani, 2021). Lele ini merupakan hewan omnivora tetapi cenderung

pemakan daging (karnivora). Ikan lele mempunyai nilai RLG 1 : 1,21. Hal ini

relevan dengan referensi bahwa ikan lele adalah ikan omnivora yang dimana,

ikan yang punya nilai RLG 1-3 itu omnivore (Nikhlani,2021).

Kebiasaan makanan ikan dapat juga diprediksi dari perbandingan

panjang saluran pencernaannya dengan panjang total tubuhnya. Ikan herbivora

saluran pencernaannya beberapa kali panjang tubuhnya dapat mencapai lima

kali panjang tubuhnya, sedangkan panjang usus ikan karnivora lebih pendek

dari panjang total badannya dan panjang usus ikan omnivora hanya sedikit lebih

panjang dari total badannya. Panjang usus relative untuk ikan karnivora adalah
1, untuk ikan omnivora yaitu antara 1-3, sedangkan untuk ikan herbivora adalah

> 3.

Adapun dari hasil pengamatan terhadap ikan lele lokal, panjang usus ikan

lele lokal lebih pendek daripada panjang total tubuh ikan. Ikan omnivore

memiliki ciri – ciri yakni memiliki gigi yang bertipe villiform dan molariform.

Tapis insang yang pendek, halus dan jarang, memiliki sistem pencernaan yang

kompleks. Ususnya juga lebih panjang memiliki 2 lambung untuk membedakan

pengolahan daging – dagingan maupun tumbuhan (Kilawati & Afrianti, 2017).

Organ – organ pencernaan pada ikan nila dimulai dari mulut – rongga

mulut - faring – esofagus - lambung – usus – anus. Adapun fungsi – fungsi dari

organ pencernaan ini : Pada proses pencernaan makanan masuk melalui rongga

mulut yang mempunyai gigi untuk merobek, merombak makanan hingga halus

yang didalamnya terdapat gaya dorong untuk menuju ke faring. Di faring ini

makanan akan dipilah setelah itu masuk ke esofagus, pada ikan filter feeders

seperti ikan lele proses penyaringan ini terjadi di tapis insang yang mengarah ke

segmen faring. Esofagus inilah permulaan dari sistem pencernaan yang

sebenarnya. Di esofagus ini makanan akan didorong masuk ke lambung. Pada

lambung makanan akan ditampung dan akan dipecah setelah itu pada usus

makanan akan diserap nutrisinya dan berakhir di anus karena nutrisi – nutrisi

yang tidak dibutuhkan tubuh akan dibuang lewat anus ( Affandi, 2017).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Ikan lele ikan omnivora. Diperoleh data juga ikan lele memiliki nilai

RLG 1 : 1,21.

2. Ikan Nila ikan herbivora. Diperoleh data juga ikan nila memiliki nilai

RLG 1 : 6,76.

3. Ikan Nilem jantan ikan herbivora. Diperoleh data juga ikan nilem jantan

memiliki nilai RLG 1 : 7,55.

4. Ikan Nilem betina ikan herbivora. Diperoleh data juga ikan nilem betina

memiliki nilai RLG 1 : 9,07.

4.2. Saran

Saran untuk praktikum selanjutnya yakni agar praktikan untuk berhati –

hati pada saat membedah ikan agar organ – organ yang akan diidentifikasi

tidak rusak, karena jikalau rusak data akan salah semua.


DAFTAR PUSTAKA

A. Nikhlani, 2021 Modul Fisiologi Dan Tingkah Laku Ikan.

Affandi, R., & U. M. Tang., 2017. Fisiologi Hewan Air. Malang: Intimedia.

Anniza, F.N., 2015. Pertumbuhan Dan Sistem Pencernaan Ikan Nila (Oreochromis
niloticus Linnaeus, 1758) Dengan Penambahan Enzim Kasar Dari Pepaya Dan
Probiotik. Diss. Universitas Gadjah Mada.

Bukhori, A., 2018. "Isolasi Bakteri Asam Laktat (BAL) dari Saluran Pencernaan
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan Kemampuannya Dalam
Menghambat Staphylococcus aureus dan Shigella sp."

Fariedah, F., N.R., Buwono, dan R.S. Ayudya. 2017. Kebiasaan makan ikan janjan
Pseudapocrytes elongatus di Kali Mireng Kabupaten Gresik pada
November – Januari. Journal of Aquaculture and Fish Health 6(2):88-93.

Haraningtias, H., Sri, H ., and Cicilia, N.P.,2018. Anatomi dan biometri sistem
pencernaan ikan air tawar famili Cyprinidae di Telaga Ngebel
Ponorogo. Prosiding Seminar Nasional SIMBIOSIS. Vol. 3.

Kilawati, Y., dan D. Arfianti., 2017. Iktiologi Modern.

Malang: Universitas Brawijaya Press

M. Nafis, Z. , and D. Masyitha., 2017. Gambaran Histologi Saluran Pencernaan


Ikan Gabus (Channa striata ) Histologycal of Alimentary Canal in
Snakehead Fish ( Channa striata ) Muhammad Nafis 1, Zainuddin 2, Dian
Masyitha 2, Jimvet, vol. 01, no. 2, pp. 196–202

Nurhaida, R.M., and Syarif, .A., 2022. Makanan Dan Sistem Pencernaan Ikan.

Y. Akmal, C. Mutia, S.D., R. Humairani, and I. Zulfahmi., 2021. “Morfometrik


Sistem Pencernaan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Dipapar
Limbah CairKelapa Sawit Digestive System Morphometrics of Tilapia
(Oreochromis niloticus)Exposed to Palm Oil Mill Effluent,” J. Galung
Trop., vol. 10, no. 1, pp. 68–81
LAMPIRAN
1. Dokumentasi Ikan
2. Screenshoot jurnal yang dipakai
ACARA IV

SISTEM UROGENITAL PADA IKAN

Oleh:
Nama : Nisrina Rizki Amalia
NIM : L1A022106

LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2023
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem urogenital merupakan kombinasi dari sistem urinaria (ekskresi) dan

sistem genetalia (reproduksi). Sistem urinaria meliputi pembuangan sisa hasil

metabolisme baik melalui usus dan kulit maupun ginjal. Sistem genetalia di

dalam reproduksi yaitu proses dihasilkannya spesies sebelum nampak pada

spesies baru. Sistem genetalia pada ikan dapat dibedakan jenis kelaminnya

melalui gonadnya. Gonad pada ikan jantan biasanya berwarna putih , dan gonad

pada ikan betina biasanya berwarna kuning kecoklatan(Doni et al., 2022).

Ikan mempunyai sepasang ginjal yang berwarna merah. Ginjal dengan

saluran urine yang muaranya menyatu dengan muara kelamin yang dinamakan

urogenitalis yang terletak di belakang anus. Umumnya ikan air tawar memiliki

konsentrasi kadar garam yang lebih tinggi. Ikan yang hidup pada perairan air

tawar, kadar garam yang masuk dalam tubuh ikan secara osmosis dan keluar

tubuh melalui difusi. Ikan air tawar pada saat menjaga kestabilan kadar garam

tubuh, ikan akan mengeluarkan kelebihan air melalui ginjalnya (Jannah, 2022).

Reproduksi merupakan proses biologi dari suatu makhluk hidup yang

memiliki tujuan menghasilkan individu baru sehingga dapat melestarikan jenis

atau keturunannya. Ikan merupakan hewan vertebrata tingkat tinggi yang

umumnya bereproduksi secara seksual. Organ reproduksi pada ikan disebut

gonad. Ikan teleostei memiliki keberagaman pola nisbah kelamin dan morfologi

gonad, khususnya menunjukkan jaringan gonad betina maupun gonad jantan.

Perbedaan gonad ini menampilkan beberapa kelompok seperti ikan hermafrodit


dan gonokoristik. Pola reproduksi pada ikan berdasarkan Tingkat Kematangan

Gonad (TKG) dan beberapa faktor lingkungannya (Soeprijanto et al., 2022)

1.2. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui organ-organ yang berperan

dalam ekskresi dan reproduksi. Pada praktikum ini dipelajari organ-organ yang

berperan dalam ekskresi seperti ginjal dan saluran urinaria, serta organ

reproduksi seperti testes dan ovarium pada ikan herbivora dan ikan karnivora.
II. MATERI DAN METODE

2.1. Materi

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah gunting bedah, pinset,

baki plastik, kertas milimeter blok/penggaris dan buku gambar. Bahan yang

digunakan pada praktikum ini adalah beberapa spesies ikan yang mewakili

untuk dibedah pada sistem ekskresinya yaitu ikan nilem jantan dan ikan nilem

betina.

2.2. Metode

Melihat bentuk dan letak gonad (testes dan ovarium), serta ginjal dan

saluran – salurannya maka harus dilakukan pembedahan. Pembedahan

dilakukan dengan hati-hati akan mencegah alat reproduksi rusak. Untuk

memudahkan pekerjaan maka saluran pencernaannya harus dibuang, sehingga

alat reproduksi dapat terlihat jelas. Testes ataupun ovarium dapat diletakkan di

luar tubuh ikan dengan cara menariknya, dalam ini harus menggunakan pinset

dan gunting.

2.3. Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum identifikasi ikan yakni pada

tanggal 15 Mei 2023 pukul 07.00-10.00 di laboratorium kualitas air FPIK

UNSOED.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Tabel 7. Hasil pengamatan ciri khusus ikan

No. Nama Ikan Jenis Kelamin Ciri Morfologi Ciri Anatomi


1. Ikan Nilem Jantan • Ukuran - Gonad
tubuh lebih berwarna
kecil putih
• Warna - Gonad
tubuh lebih sepasang
terang - Gonad lebih
panjang
2. Ikan Nilem Betina • Gonad - Ukuran
ganda badan lebih
• Warnanya besar
kekuningan - Warna

• Jika ditekan tubuh lebih

bagian gelap

badannya - Badan lebih

akan keluar pendek


telur (saat
sudah
masuk
masa
pemijahan)

Tabel 8. Hasil pengamatan sistem urogenital ikan

Organ Sistem Urogenital


Nama Jenis
No. Sistem Urinary Sistem Genital
Ikan Kelamin
1 2 3 4 5 6
1. Ikan Jantan Ginjal Empedu Hati Gonad Vas Lubang
Nilem deferens genital
2. Ikan Betina Ginjal Empedu Hati Gonad Vas Lubang
Nilem deferens genital

3.2. Pembahasan

3.2.1. Cara Pengamatan Sistem Urogenital Ikan

Sistem urogenital merupakan gabungan dari sistem urinari atau ekskresi

dan sistem genitalis merupakan Sistem yang berbeda dalam fungsinya. Namun

secara anatomi kedua sistem tersebut memiliki hubungan yang erat karena ada

lubang pembuluh dan lubang pelepasan yang digunakan secara bersama-sama.

Sistem urinaria biasa disebut sistem ekskresi. Saluran ekskresi merupakan

saluran untuk mengeluarkan sisa metabolisme seperti karbondioksida dan urin

(Widyastuti,2020).

Langkah – langkah dalam mengamati sistem urogenital yakni pada saat

praktikum ini ikan yang telah mati diletakkan pada baki dengan ekor di sebelah

kanan dan kepala di sebelah kiri agar memudahkan kita untuk membedah. Pada

bagian anus ikan potong menggunakan gunting sampai ke arah rongga perut

sampai belakang kepala, gunting bagian perut ikan berbentuk persegi panjang.

Setelah semuanya tergunting, buka daging keatas agar terlihat organ – organ

ikan itu. Organ – organ ikan itu dikeluarkan dari dalam tubuh. Hati – hati pada

saat membedah dan mengambil organ dalam ikan. Setelah organ pencernaannya

dikeluarkan organ reproduksinya akan terlihat dan juga bagian ekskresi (ginjal,

hati, empedu) (Widyastuti,2020).

3.2.2. Sistem Urogenital Ikan


Sistem urogenital terdiri dari dua sistem, yaitu sistem urinaria (sistema

uropoetica) dan genitalia (sitema genitalia). Sistem urinaria biasa disebut sistem

ekskresi. Fungsinya untuk membuang bahan-bahan yang tidak diperlukan atau

membahayakan bagi kesehatan tubuh keluar dari tubuh sebagai larutan dalam

air dengan perantaraan ginjal dan salurannya. Pengaturan terhadap tekanan

osmotik cairan tubuh yang relatif konstan adalah hal yang dibutuhkan ikan agar

proses fisiologi di dalam tubuhnya berjalan normal. Pengaturan tersebut disebut

dengan Osmoregulasi (Mokhtar, 2017).

3.2.2.1. Ikan Nilem Betina (Osteochilus hasselti)

Gambar 21. Ikan Nilem Betina (Osteochilus hasselti)

Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh hasil bahwa ikan nilem

betina memiliki ciri – ciri morfologi yaitu memiliki bentuk tubuh lebih besar

daripada ikan nilem jantan. Ciri – ciri anatomi dari ikan nilem betina pada sistem

urogenitalnya yakni memiliki gonad berwarna kuning, gonad betina lebih besar

dan operculum betina lebih halus dibanding dengan jantan. Hal ini sesuai

dengan referensi yang diperoleh bahwa ikan nilem betina memiliki gonad

berwarna kuning pada saat sudah waktunya matang gonad. Ikan nilem betina

mempunyai sepasang ovarium panjang dan secara simetris terletak pada sisi
kanan dan kiri tubuh. Sebelah dari ovarium terdapat sarang telur yang berisi sel

gamet (Habibah, 2020).

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan bahwa sistem urogenital

yang terdapat pada ikan nilem ini terdiri dari insang, ginjal, hati, dan empedu.

Sedangkan organ genital betina terdapat gonad betina yang berwarna kuning,

oviduct, dan lubang genital. Hal ini sesuai referensi bahwa ikan nilem memiliki

organ genital gonad, oviduct dan lubang genital untuk melakukan proses

reproduksi, dan juga memiliki sistem urogenital sebagai sistem ekskresi yakni

hati, ginjal, hati, dan empedu. Organ pembentuk organ reproduksi ikan yakni

ovarium dan saluran telur(Habibah, 2020).

Ikan mempunyai alat ekskresi berupa sepasang ginjal berwarna

kemerahan. Sistem ekskresi pada ikan memiliki fungsi dan peranannya yaitu :

1. Insang : berfungsi sebagai tempat keluarnya CO2 dan H2O

2. Sepasang ginjal : mengeluarkan ammonia dan senyawa – senyawa yang

non – toxic, menyaring hasil sisa metabolisme tubuh, mengatur

kekentalan urine yang akan dibuang untuk menjaga kestabilan osmotik

cairan yang ada didalam tubuh ikan.

3. Hati : Hati pada ikan mempunyai fungsi hampir sama dengan vertebrata

lainnya yaitu sebagai penetralisir zat-zat beracun di dalam tubuh

(detoksifikasi), membantu kegiatan metabolisme di dalam tubuh, baik

lemak, karbohidrat, bahkan protein sekalipun.

4. Empedu : tempat menyimpan cairan empedu dan mengalirkannya ke

usus apabila diperlukan, jika kekurangan cairan empedu dapat


menurunkan kecernaan lemak dan kekurangan vitamin-vitamin yang

hanya larut dalam lemak (Zulkarnain, 2018).

Selain itu ikan juga memiliki sistem reproduksi. Ikan dapat dibedakan

jenis kelaminnya berdasarkan sistem kelamin betina dan jantan. Sistem kelamin

betina terdiri atas :

1. Ovarium : Organ reproduksi atau gonad ikan betina terdiri dari ovarium

yang berwarna bening kemerahan seperti agar-agar. Ovarium terletak di

dekat usus, mengisi dua pertiga rongga perut atau hampir menutupi

organ-organ tubuh. Ovarium berfungsi menghasilkan sel telur atau

ovum. Pada proses pembentukan telur dinamakan oogenenesis.

2. Saluran telur (oviduct) : saluran yang berfungsi sebagai sebagai tempat

lewatnya ova. Saluran ini sangat pendek dan bersatu pada bagian

belakang untuk selanjutnya masuk ke bagian genitalia (Doni, 2022).

3.2.2.2. Ikan Nilem Jantan (Osteochilus hasselti)

Gambar 22. Ikan Nilem Jantan (Osteochilus hasselti)

Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh hasil bahwa ikan nilem

jantan memiliki ciri – ciri morfologi yaitu memiliki bentuk tubuh lebih kecil

daripada ikan nilem betina. Ciri – ciri anatomi dari ikan nilem jantan pada sistem

urogenitalnya yakni memiliki gonad berwarna putih, gonad jantan lebih


bergerigi dan sepasang gonad tampak memanjang. Operculum milik ikan nilem

jantan lebih kasar dibanding dengan operculum milik nilem betina. Ujung dekat

anus terdapat cairan yang berwarna putih yakni dinamakan sperma. Hal ini

sesuai dengan referensi yang diperoleh bahwa ikan nilem betina memiliki gonad

berwarna putih. Memiliki sepasang testis yang seperti pedang dan digantungkan

pada dinding abdomen ( Rijal, 2023).

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan bahwa sistem urogenital

yang terdapat pada ikan nilem ini terdiri dari insang, ginjal, hati, dan empedu.

Sedangkan untuk organ genital atau reproduksi, ikan nilem jantan mempunyai

testes yang terletak dibawah gelembung renang dan di atas usus, ada vas

deferens yang terletak diantara ureter, dan ada lubang genital yang dimana ini

merupakan tempat dimana sperma keluar (Rijal, 2023).

Ikan mempunyai alat ekskresi berupa sepasang ginjal berwarna

kemerahan. Sistem ekskresi pada ikan memiliki fungsi dan peranannya yaitu :

1. Insang : berfungsi sebagai tempat keluarnya CO2 dan H2O

2. Sepasang ginjal : mengeluarkan ammonia dan senyawa – senyawa yang

non – toxic, menyaring hasil sisa metabolisme tubuh, mengatur

kekentalan urine yang akan dibuang untuk menjaga kestabilan osmotik

cairan yang ada didalam tubuh ikan.

3. Hati : Hati pada ikan mempunyai fungsi hampir sama dengan vertebrata

lainnya yaitu sebagai penetralisir zat-zat beracun di daiam tubuh

(detoksifikasi), membantu kegiatan metabolisme di dalam tubuh, baik

lemak, karbohidrat, bahkan protein sekalipun.


4. Empedu : tempat menyimpan cairan empedu dan mengalirkannya ke

usus apabila diperlukan, jika kekurangan cairan empedu dapat

menurunkan kecernaan lemak dan kekurangan vitamin-vitamin yang

hanya larut dalam lemak (Zulkarnain, 2018).

Selain itu ikan juga memiliki sistem reproduksi. Ikan dapat dibedakan

jenis kelaminnya berdasarkan sistem kelamin betina dan jantan. Sistem kelamin

jantan terdiri atas :

1. Testes : testes terletak dibawah gelembung renang dan di atas usus.

Bentuk testes dari ikan nilem ini berbentuk seperti pedang yang

dinamakan dengan testes berganda dan berwarna putih. Fungsi testes

disini yakni untuk memproduksi spermatozoa. Proses dari pembentukan

spermatozoa yakni spermatogenesis.

2. Vas deferensial, merupakan saluran sperma, jadi vas deferens inilah yang

menjadi perantara antara testes yang sebagai produksi sperma dan vas

deferens yang akan menyalurkan sperma untuk reproduksi.

3. Lubang genital : merupakan lubang terbuka ke arah keluar yang berfungsi

sebagai tempat melepasnya sperma (Tristiana, 2021).


IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

1. Ikan nilem betina mempunyai sistem urogenital yang terdiri dari sistem

ekskresi dan sistem genital. Sistem ekskresi pada ikan nilem betina

yakni terdiri dari hati, empedu, ginjal, dan insang. Sistem genital dari

ikan nilem betina ada gonad, dan lubang genital

2. Ikan nilem jantan mempunyai sistem urogenital yang terdiri dari sistem

ekskresi dan sistem genital. Sistem ekskresi pada ikan nilem jantan

yakni terdiri dari hati, empedu, ginjal, dan insang. Sistem genital dari

ikan nilem jantan ada gonad, vas deferens, dan lubang genital

4.2. Saran

Saran untuk praktikum selanjutnya yakni agar praktikan untuk lebih

berhati – hati pada saat membedah ikan agar organ dalam tidak rusak.
DAFTAR PUSTAKA

Doni, F., Taufiq H.M., and Sugiono, S., 2022. Ichtyology Anatomi Pada Ikan.

Faqih, A., 2015. Ikan Nilem Transgenik. Universitas Brawijaya Press,

Habibah, A. N., Hanna Hanna, and M. Pratiwi. 2020 PERKEMBANGAN


GONAD BENIH IKAN NILEM YANG DIPELIHARA DALAM
TEMPERATUR BERBEDA. Prosiding Seminar Nasional LPPM Unsoed. Vol.
9. No. 1.

Janah, M.K., 2022. Studi morfologi dan anatomi ikan betutu (oxyeleotris
marmorata) di Waduk Penjalin Kabupaten Brebes. Undergraduate (S1)
thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

Mokhtar, D. M. 2017. Fish Histology From Cells to Organs. Apple Academic


Press, Kanada

Rijal, M.A., Susanto, S, and Iqna M.I. 2023. Respon Reproduksi dan Pertumbuhan
Ikan Nilem (Osteochilus vittatus) yang Diberikan Pakan Suplementasi
Tepung Spirulina (Spirulina platensis). Sainteks 20.1 (2023): 39-47.

Soeprijanto, A., et al. 2022. Fisiologi Reproduksi Ikan dan Hewan Air. Universitas
Brawijaya Press, 2022.

Tristina, Y., Titik, S ., Fajar, B., Sri, H., Ristiawan, A., dan Anis, M,. 2021.
“Perkembangan Gonad Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) Dengan
Penyuntikan Estradiol 17A Dosis Berbeda. Jurnal Kelautan dan Perikanan
Terapan, 4(2), 2021 : 145-154

Widiyastuti, H., Herlisman, H., and Andina, R..P.P., 2020. Ukuran Layak
Tangkap Ikan Pelagis Kecil di Perairan Kendari, Sulawesi Tenggara.
Marine Fisheries: Journal of Marine Fisheries Technology and Management 11.1
(2020): 39-48.
Zulkarnain,G. 2018. Studi Keberadaan dan Peran Ekologi Mamalia dHutan
Pendidikan, Taman Hutan Raya Wan Abdul Bachman. FakultaPertanian.
Universitas Negeri Lampung. Lampung.
LAMPIRAN
1. Dokumentasi Ikan

2. Screenshoot jurnal yang dipakai

Anda mungkin juga menyukai