I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
i
2
i
3
i
4
sikloid dan stenoid merupakan sisik yang kecil, tipis atau ringan hingga sisik
placoid merupakan sisik yang lembut.
Anggota gerak pada ikan berupa sirip - sirip. Ikan dapat bergerak dan
berada pada posisi yang diinginkannya karena adanya sirip - sirip tersebut. Sirip
ini ada yang berpasangan (bersifat ganda) dan ada juga yang tunggal. Sirip yang
berpasangan adalah:
1. Sirip dada (pinnae pectoralis = pinnae thoracicae = pectoral fins).
2. Sirip perut (pinnae abdominalis = pinnae pelvicalis = pinnae ventralis = pelvic
fins = ventral fins).
Sirip yang tidak berpasangan atau sirip tunggal adalah:
1. Sirip punggung (pinna dorsalis = dorsal fin), disingkat dengan D. Jika sirip
punggung terdiri atas dua bagian, maka sirip punggung pertama (dibagian
depan), sedangkan sirip punggung kedua (yang di belakang).
2. Sirip dubur (pinna analis = anal fin).
3. Sirip ekor (pinna caudalis = caudal fin).
Ikan - ikan yang mempunyai sirip - sirip yang berpasangan maupun sirip -
sirip tunggal disebut ikan bersirip lengkap. Namun demikian ada juga ikan - ikan
yang tidak bersirip lengkap.
B. Tujuan Praktikum
i
5
i
6
Mulut pada ikan memiliki berbagai bentuk dan posisi yang tergantung
dari kebiasaan makan dan kesukaan pada makanannya (feeding dan foot habits).
Perbedaan bentuk dan posisi mulut ini juga kadang diikuti dengan keberadaan
gigi dan perbedaan bentuk gigi pada ikan. Bentuk mulut pada ikan dapat
digolongkan dalam (Anonim, 2009) :
1. Mulut terminal, yaitu posisi mulut berada di bagian ujung kepala.
2. Mulut inferior, yaitu posisi mulut berada di bagian agak bawah ujung
kepala.
3. Mulut superior, yaitu posisi mulut berada di bagian agak atas ujung
kepala.
Sirip - sirip pada ikan umumnya ada yang berpasangan dan ada yang tidak.
Sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur disebut sirip tunggal atau sirip tidak
berpasangan. Sirip dada dan sirip perut disebut sirip berpasangan. Macam -
macam sirip ekor dapat dibedakan berdasarkan bentuk sirip tersebut. Bentuk sirip
ekor ikan ada yang simetris, apabila lembar sirip ekor bagian dorsal sama besar
dan sama bentuk dengan lembar bagian ventral, ada pula bentuk sirip ekor yang
asimetris yaitu bentuk kebalikannya. Bentuk - bentuk sirip ekor yang simetris
yaitu:
1. Bentuk membulat, apabila pinggiran sirip ekor membentuk garis
melengkungdaribagian dorsal hingga ventral, contoh ikan gurame
(Osphronemus gouramy).
2. Bentuk bersegi atau tegak, apabila pinggiran sirip ekor membentuk garis tegak
dari bagian dorsal hingga ventral, contoh ikan nila (Oreochromis niloticus).
3. Bentuk sedikit cekung atau berlekuk tunggal, apabila terdapat lekukan dangkal
antara lembar dorsal dengan lembar ventral, contoh ikan tambakan (Helostoma
temminckii).
4. Bentuk bulan sabit, apabila ujung dorsal dan ujung ventral sirip ekor
melengkung keluar, runcing, sedangkan bagian tengahnya melengkung ke
dalam, membuat lekukan yang dalam, contoh ikan tongkol (Squalus sp.).
5. Bentuk bercagak, apabila terdapat lekukan tajam antara lembar dorsal dengan
lembar ventral, contoh ikan tawes (Puntius javanicus), ikan kembung
(Rastrelliger sp.).
i
7
i
8
menggunakan informasi mengenai sifat - sifat atau ciri - ciri ikan yang dicocokkan
dengan petunjukkan yang tercantum pada kunci identifikasi ikan. Kunci tersebut
dapat berupa buku, lembaran, atau foto - foto ikan. Salah satu buku tersebut
adalah Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan karya Hasanuddin Saanin (Hisbi,
2005).
Sifat dan tanda ikan yang hendak diidentifikasi disesuaikan dengan bagian
- bagian dari nomor 1 dan selanjutnya pekerjaan dilanjutkan pada nomor yang
tercantum di belakang bagian - bagian yang sesuai dengan sifat atau tanda - tanda
ikan itu dan begitulah selanjutnya. Dengan jalan ini akan ditemukan berturut -
turut subkelas, ordo, subordo, divisi, famili, genus subgenus, dan spesies ikan itu.
Untuk identifikasi harus diperhatikan sifat, tanda bentuk ikan atau bagian - bagian
ikan.
Menurut Saanin (1984) sifat ikan yang penting bagi identifikasi ialah
sebagai berikut :
1. Rumus sirip, yaitu suatu rumus yang menggambarkan bentuk, jumlah jari - jari
sirip, dan bentuk sirip
2. Perbandingan antara panjang, lebar, dan tinggi bagian - bagian tertentu atau
antara bagian - bagian itu sendiri.
3. Bentuk garis rusuk dan jumlah sisik yang membentuk garis rusuk itu.
4. Jumlah sisik pada garis pertengahan sisi atau garis sisi.
5. Bentuk sisik dan gigi beserta susunan dan tempatnya.
6. Tulang-tulang insang.
i
9
Adapun alat dan bahan yang digunakan dapat dilihat pada tabel 1 dan 2
sebagai berikut :
Tabel 1. Alat Yang Digunakan Selama Praktikum
No. Alat Kegunaan
1 Gabus / Styrofoam Untuk alas ikan
2 Pisau / Cutter Untuk memotong ikan
3 Jarum Pentul Untuk menahan ikan saat diletakkan
di atas gabus
4 Alat Tulis Untuk menulis hasil pengamatan
5 Penggaris Untuk mengukur tubuh ikan
6 Tissue Gulung Untuk membersihkan
7 Kantong sampah Untuk tempat membuang sampah
8 Sandal Bersih Untuk alas kaki selama praktikum
9 Buku Saanin Untuk mengidentifikasi ikan
10 Lembar Pra Lab Untuk menjawab soal preetest
11 Jas Lab Untuk melapisi baju biar tidak kotor
12 Id Card Untuk mengenal nama praktikan
13 Lembar Laporan Sementara Untuk mencatat hasil yang diteliti
14 Buku Penuntun Sebagai penuntun praktikum
i
10
C. Prosedur Kerja
i
11
i
12
1. Hasil
Adapun hasil yang didapat praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
Keterangan :
i
13
Keterangan :
Keterangan :
1. Kepala
2. Tubuh
3. Ekor
i
14
Keterangan:
1. Mata 4. Mulut
2. Hidung 5. Panjang kepala : 6,5 cm
3. Tutup insang
Keterangan :
Keterangan :
i
15
Keterangan :
Keterangan :
i
16
Keterangan :
Keterangan :
1. Tapis insang
2. Lengkung insang
3. Filamen insang
i
17
i
18
2. Pembahasan
i
19
Ikan Kapar (Belontia hasselti) hidup di daerah estuari (air payau), nama
internasional ikan ini adalah Javan combtail atau Malay combtail. Nama lokal ikan
ini sangatlah banyak, diantara nya kakapar, kopar, selincah (bahasa
Melayu Sumatra dan Kalimantan), kumpang (Kalbar) atau ketoprak,
tambakan (dialek Betawi) dan lain-lain . Ikan Kapar (Belontia hasselti) mempunyai
bentuk tubuh pipih tegek. Sirip punggung dan sirip dubur tidak menjadi satu
dengan sirip ekor. Mata terdapat pada kiri dan kanan. Rangkanya terdiri atas
tulang keras. Bentuk kepalanya simetris dan bentuk tubuhnya bilateral.
Ikan Kapar (Belontia hasselti) bernapas dengan insang, celah insangnya
terletang pada sisi kiri-kanan kepala. Kulit badan bersisik dengan linea literalisnya
yang terletak di atas sirip dada dan membentuk garis cembung keatas. Sirip
punggung, perut, dan dubur memiliki jari - jari keras dan lemah. Sirip dada
memiliki jari-jari lemah. Sirip punggung tidak mulai dari kepala, jari - jari sirip
punggung ke muka agak keras, sirip perut agak simetris dengan bentuk sirip
ekornya. Ikan ini termasuk ikan yang sempurna karena memiliki kelima jenis
sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut
(ventral fin), sirip belakang atau sirip dubur (anal fin) dan sirip ekor (caudal fin).
Ikan Kapar (Belontia hasselti) memiliki panjang badan total 12 cm dengan
tinggi badan 0,5 cm, lebar 3,7 cm, panjang kepala 2,6 cm dan panjang ekor 0,3
cm. Panjang linea literalisnya 9,4 cm dengan jumlah sisik pada linea lateralis 19
keping. Ikan Kapar (Belontia hasselti) memiliki 1 sirip punggung yang
memanjang namun tidak menyatu dengan sirip ekor, begitu pula dengan sirip
dubur. Sirip perut agak simetris dengan satu jari - jari keras dan lima jari - jari
lemah. Bentuk sirip ekornya homocercal yang semuanya berjari-jari lemah.
Sisiknya bertipe stenoid (sisik sisir) biasanya terdapat pada ikan berjari-
jari keras (Acanthopterygii), sangat tipis, transparan, fleksibel, tidak mengandung
dentine ataupun anamel. Memiliki sepasang mata yang terletak pada kiri dan
kanan kepala. Memilki linea lateralis yang terletak di atas sirip dada (pectoral)
berbentuk garis lengkung ke atas (cembung). Linea lateralis adalah garis yang
dibentuk oleh pori-pori sehingga dapat ditemukan pada ikan bersisik maupun
tidak bersisik. Adapun fungsi dari linea lateralis adalah untuk mendeteksi
keadaan lingkungan dan osmoregulasi.
i
20
Sistem linea lateralis pada ikan dikenal dua tipe organ, yaitu neuromast
superfisial (permukaan) dan dua saluran linea lateralis. Adapun neuromast terdiri
dari dua tipe yaitu berlokasi di celah-celah epidermis dan bagian kepala. Linea
lateralis merupakan salah satu organ sensor utama pada ikan. Fungsi lengkap
linea lateralis pada ikan belum diketahui sepenuhnya, tetapi diduga mendeteksi
getaran dalam air dan menentukan getaran tersebut serta membantu dalam
menentukan gerakan dan arah. Tipe linea lateralis kedua yaitu sistem kanal atau
saluran yang terdapat disepanjang tubuh ikan, organ tersebut sensitif terhadap
stimuli hidrostatis dan suara.
Ikan ini bernapas dengan menggunakan insang dengan celah insang
terletak pada sisi kiri-kanan kepala dan ikan ini mempunyai alat napas bantu
seperti labirin dan insang terdapat pada dasar lengkung insang mengarah ke dalam
rongga faring. Fungsinya untuk menapis bahan makanan terbawa air pernapasan,
untuk diteruskan ke dalam esofagus. Jari-jari insang melekat pada bagian luar dari
lengkung insang, mengarah kepermukaan tubuh sebagai penguat struktur insang.
Ada tiga bagian tubuh ikan yaitu kepala, badan dan ekor. Bagian-bagian
tersebut ada yang ditutupi oleh sisik ada yang tidak, dan ada juga ikan yang tidak
mempunyai sisik sama sekali. Bagian kepala mulai dari bagian depan ujung mulut
hingga tutup insang. Bagian badan mulai dari ujung tutup insang sampai pangkal
ujung sirip belakang. Bagian ekor dimulai dari pangkal ujung sirip belakang
sampai sampai dengan ujung ekornya. Panjang total mulai dari bagian mulut
sampai ujung ekor, panjang standar mulai dari mulut depan sampai pangkal ujung
sirip belakang. Seluruh badan ikan tertutup oleh kulit, kadang-kadang dilengkapi
dengan sisik.
Selain secara kualitatif, sifat atau ciri morfologi tubuh ikan dapat pula
ditampilkan secara kualitatif, yang selanjutnya dapat disebut sebagai studi
morfometrika ikan. Komponen yang diamati kurang lebih sama dengan morfologi
kualitatif, hanya hasil yang ditunjukkan langsung berupa nilai dalam bentuk
angka. Karena pada studi kualitatif terdahulu yang hasil akhirnya juga dapat
ditampilkan dengan angka, maka kedua sifat atau ciri tersebut dapat disatukan
dalam morfometrika ini. Pada praktikum ini akan diamati ciri-ciri atau sifat-sifat
bagian luar tubuh ikan yang secara langsung ditampilkan dalam bentuk angka,
dengan mengikuti arahan khusus.
i
21
Ciri kualitatif pada ikan adalah ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh,
misalnya panjang baku, panjang total, panjang kepala dan sebagainya. Ukuran
ikan merupakan satu hal yang dapat digunakan untuk beberapa ciri taksonomi
ketika mengidentifikasi ikan serta hal ini untuk mengukur lebar badan ikan
dengan ukuran adalah antara satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain dan
umumnya dinyatakan dengan millimeter (mm) dan centimeter (cm).
Pada praktikum mengenai ciri morfologi kualitatif ini bertujuan untuk kita
dalam melakukan perhitungan bagian-bagian tubuh ikan, baik pada jumlah sisik,
jumlah jari-jari dan jumlah lapis insang pada lembar insang terluar dan
sebagainya.
Jari-jari ikan kapar (Belontia hasselti) ada dua macam, yaitu :
1. Jari - jari keras
Digambarkan dengan angka romawi, walaupun jari-jari itu pendek sekali
atau radumenten. Jika sirip di punggung mempunyai jari-jari sepuluh, maka
penulisan D.X. Ciri - ciri jari - jari keras adalah :
a. Tidak berbuku-buku
b. Tidak berlubang
c. Keras
d. Tidak dapat dibengkokkan
2. Jari - jari lemah
Digambarkan dengan angka biasa. Jari-jari lemah yang mengeras seperti
yang terdapat pada ikan beranak dan dapat dituliskan terpisah dengan sirip lemah.
Ciri - ciri sirip lemah adalah :
a. Kurang cerah seperti tulang rawan
b. Mudah dibengkokkan
c. Berbuku-buku
d. Ada yang bercabang dan ada yang tidak.
Ikan Kapar (Belontia hasselti) ini mempunyai panjang badan total 12 cm,
tinggi badan 0,5 cm, dan lebar badan 3,7 cm, memilki panjang kepala 2,6 cm,
panjang ekornya0,3 cm, jarak antara kepala dengan sirip punggung (dorsal fin) 2,8
cm, jarak antara sirip punggung (dorsal fin) dengan sirip ekor (caudal) 8,5 cm,
jarak antara sirip dada (ventral fin) dengan sirip belakang (anal fin) 3,7 cm, jarak
antara sirip belakang (anal fin) dengan sirip ekor (caudal fin) 0,2 cm. pada ikan ini
terdapat linea lateralis yang tampak. Panjang linea lateralisnya adalah 9,4 cm dan
jumlah tutup insangnya ada 2 keping.
i
22
1. Hasil
Pengamatan identifikasi atau determinasi ikan dan penggunaan kunci
identifikasi dengan menggunakan petunjuk buku karya Hasanuddin Saanin yang
berjudul taksonomi dan Kunci identifikasi jilid I dan II. Maka didapat hasil
sebagai berikut:
Ikan sebelah (Psettodes erumei)
1. Rangka terdiri dari tulang benar ; bertutup insang
Subclassis TELEOSTEI
3
2. Kepala tidak simetris, kedua mata terletak pada satu sisi dari
badan
Ordo HETEROSOMATA
20
20. Sirip punggung tidak mulai dari dari kepala ; jari - jari sirip plloi
unggung sebelah ke muka agak keras; sirip perut agak simetris
dengan satu jari - jari keras dan 5 jari - jari lemah.
Familia PSETTODIDAE
190
Genus PSETTODES
191
2. Pembahasan
i
23
Fakta menunjukkan adanya beragam jenis ikan yang hidup dan pernah
hidup di dunia ini. Untuk memudahkan mengenali dan mempelajari ikan tersebut,
terutama bagi ikan-ikan yang belum atau baru dikenal, orang membuat kunci
identifikasi sehingga dapat membantu orang lain yang ingin juga mengenali atau
mempelajari ikan bersangkutan. Bagi jenis-jenis ikan yang ada di Indonesia, buku
Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Karya Hasanuddin Saanin adalah salah
satu contoh kunci identifikasi ikan.
Identifikasi digunakan untuk mengenali ciri atau sifat penting yang
selanjutnya dipakai untuk menentukan nama ikan, serta menempatkannya dalam
suatu system klasifikasi ikan (morfologi, anatomi, fisiologi, beharvor) yang
merupakan ciri penting ikan bersangkutan. Ciri tersebut dinyatakan sebagai data
kualitatif maupun kuantitatif.
Ciri atau sifat penting yang telah diamati, dicantumkan atau dituliskan
dalam bentuk deskripsi atau diagnosis ikan bersangkutan. Deskripsi ini berisi
uraian ciri - ciri atau sifat - sifat penting ikan yang merupakan identitas dari ikan
bersangkutan.
Nama ilmiah tingkat jenis (spesies) terdiri dari dua kata : kata pertama
adalah nama marga dan nama kedua adalah petunjuk jenis. Kemungkinan lain
bahwa satu nama diterapkan untuk dua jenis ikan atau lebih, disebut dengan
homonym (homoname). Nama yang layak diiikuti adalah nama yang sesuai
dengan aturan tata nama dalam hal ini untuk ikan mengikuti aturan tata nama
hewan (Zoological Nomenclature). Tiap survey ekologi yang bersifat yang
bersifat ilmiah harus diselesaikan dengan mengidentifikasikan semua spesies yang
morfologis penting. Banyak sekali generasi yang mempunyai spesies yang secara
morfologis tidak berbeda, perbedaannya terletak dalam sifat fisiologisnya. Pada
umumnya nama ilmiah ditulis dengan huruf cetak miring atau dengan digaris
bawahi.
Usaha utama untuk pengidentifikasian adalah menganalisa sifat
taksonomis untuk menetapkan sifat mana yang berasal dari purus yang sama dan
biasanya terbentuk karena kebiasaan yang sama. Kedudukan taksonomis dari tiap
binatang dapat digambarkan dengan sistem zoologis ini dengan ketelitian yang
i
24
1. Hasil
Adapun hasil pengklasifikasian ikan Kapar (Belontia hasselti) adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Actinopterygii
Sub kelas :
Ordo : Perciformes
Famili :
i
25
Genus : Belontia
Spesies : Belontia hasselti
Dalam klasifikasi dan penamaan ikan yang didapatkan dari buku karya
Hasanuddin Saanin yang berjudul taksonomi dan Kunci identifikasi jilid I dan II
pada ikan Kapar (Belontia hasselti) sebagai berikut :
kelas Pisces, 1 → 3 (Sub kelas Teleostei) → 3 → 20 (Ordo
Heterosomata)→ 20 → 190(Famili Psettodidae) → 190 → 191(Genus Psettodes)
(Psettodes erumei (Bl. Schn).
2. Pembahasan
Ikan mempunyai banyak dan beragam jenis oleh karena itu maka
dilakukanlah klasifikasi untuk memudahkan untuk mempelajari, mengenali dan
mengingat ikan yang banyak dan beragam itu, maka dilakukanlah
pengelompokan-pengelompokan yang disusun secara sistimatis menurut jauh
dekatnya hubungan kekerabatan atau banyak sedikitnya persamaan sifat - sifat
atau ciri - ciri ikan, sehingga membentuk suatu hirarki klasifikasi meliputi kelas
(class), ordo, familia, marga (genus) dan jenis (species). Masing-masing takson
(kelas, ordo, familia, marga dan jenis tersebut masing-masing diberi nama ilmiah.
Sedangkan nama lokal umumnya hanya digunakan pada takson jenis (species).
Umumnya sistem klasifikasi ikan yang satu akan berbeda dengan yang
lainya. Perbedaan tersebut terlihat pada :
a. Kedudukan tingkat (hirarki) berbagai kategori.
b. Perincian dalam katagori yang sama.
c. Penamaan kategori yang sama, disebabkan oleh perbedaan di dalam peluang
ciri - ciri yang menentukan sebagai dasar penamaan.
d. Penggolongan kelompok di dalam kategori - kategori.
Pemberian nama pada ikan terdiri dari tiga macam penamaan yang sering
digunakan yakni : nama ilmiah, nama lokal dan nama lokal di suatu negara.
Biasanya ikan diberi nama untuk memudahkan dalam pengenalan ikan tersebut
dan memudahkan dalam komunikasi antara pengguna ikan tersebut, misalnya para
nelayan, para pedagang ikan di pasaran dan masyarakat yang mengkonsumsi ikan
tersebut.
i
26
Nama ilmiah, pemberian nama ikan sering diatur dalam peraturan tata
nama hewan (Zologikal numenclature), yang antara lain adalah menggunakan
kata-kata latin atau sering dikenal dengn bahasa latin. Penamaan sering digunakan
dengan dua kata yaitu kata pertama ditunjukkan untuk menunjukkan untuk nama
marga (genus) yang dimaksudkan untuk menunjukkan sifat umum ikan tersebut,
kata tersebut biasanya pada awal kata selalu mnggunakan huruf besar. Sedangkan
kata kedua menunjukkan untuk nama jenis (spesies) yang dimaksudkan
menunjukkan sifat khusus dari ikan tersebut dan di tulis dengan huruf kecil.
Dalam penulisan nama genus dan spesies harus dibedakan dengan kata lainnya.
Bila ditulis harus memakai huruf miring (italic) dan jika ditulis tegak maka harus
diberi garis bawah pada nama genus dan spesies.
Klasifikasi atau penggolongan makhluk hidup bertujuan untuk
menyederhanakan objek studi. Objek studi adalah untuk membantu dalam
mengenali atau mempelajari makhluk hidup yang sangat beranekaragam sifatnya
serta ciri - ciri yang berbeda pula. Untuk menyusun suatu klasifikasi, maka harus
menetapkan definisi dari kelompok - kelompok atau kategori. Tiap kategori harus
meliputi satu atau beberapa kelompok yang rendah dan bahkan lebih rendah lagi
yang merupakan kategori berikutnya lebih rendah lagi. Maka hasil yang didapat
bahwa semua binatang dapat diklasifikasikan juga kedalam suatu hirarki
taksonomi yang terdiri dari satu rentetan kategori yang meningkat dari spesies
hingga kingdom. Fungsi dari katagori taksonomi adalah untuk mengurangi
keanekaragaman suatu alam kedalam suatu sistem yang dapat dipahami oleh
manusia.
Menciptakan klasifikasi pada hakikatnya sama dengan pekerjaan
mengidentifikasi jasad, hanya untuk klasifikasi diperlukan lebih banyak spekulasi
dan pemikiran teoritas. Famili adalah suatu kategori yang sistematis yang dapat
meliputi beberapa kelompok yang sama dan yang terpisah dari familia lainnya.
Nama umum, biasanya setiap daerah atau negara mempunyai nama-nama
umum tersendiri untuk satu ikan dan pada umumnya nama tersebut bergantung
pada bahasa nasional suatu negara. Namun demikian terkadang nama umum
tersebut sering pula berlaku untuk seluruh dunia, terutama bahasa inggris, prancis,
jerman dan sebagainya.
i
27
Nama daerah ata2u lokal, biasanya nama daerah atau nama lokal untuk
suatu ikan disuatu negara sangat bervariasi dan tergantung banyak tidaknya
variasi bahasa asli (bahasa daerah) yang terdapat pada suatu negara. Nama - nama
ikan di indonesia seringkali banyak nama daerahnya, nama lokal trersebut
biasanya tergantung pada lokasi ikan tersebut ditangkap.
i
28
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Secara kualitatif ikan Kapar (Belontia hasselti) memiliki tubuh yang pipih
tegak, memiliki sirip yang lengkap, bernapas dengan insang, berhabitat di air
payau, memiliki sisik, dan rangka badan ikannya tulang keras.
2. Secara kuantitatif ikan Kapar (Belontia hasselti) memiliki panjang badan total
12 cm, tinggi badan 0,5 cm, lebar badan 3,7 cm, panjang kepala 2,6 cm,
panjang ekor 0,3 cm, jarak antara kepala dengan sirip punggung (dorsal) 2,8
cm, jarak antara sirip punggung (dorsal) dengan sirip ekor (caudal) 8,5 cm,
jarak antara sirip dada (pectoral) dengan sirip dubur (anal) 3,7 cm, jarak
antara sirip dubur (anal) dengan sirip ekor (caudal) 2 cm, memiliki jumlah
tutup insang 2 keping, tidak memiliki lapis insang, jumlah sirip punggung
(dorsal) pertama keras 16 helai, tidak memiliki sirip punggung (dorsal)
pertama lemah, tidak memiliki sirip punggung (dorsal) kedua keras dan sirip
punggung (dorsal) kedua lemah, memiliki jumlah sirip perut (pektoral) keras
4 helai, memiliki jumlah sirip dubur (anal) lemah 10 helai, memiliki jumlah
sirip ekor 15 helai dan lain lainnya.
3. Dalam identifikasi ikan, penggunaan kunci identifikasi ikan pada ikan Kapar
(Belontia hasselti) sebagai berikut :
4. Dalam klasifikasi dan penamaan ikan pada ikan Kapar (Belontia hasselti)
sebagai berikut :
B. Saran
Sebaiknya praktikan lebih aktif untuk bertanya dan memperhatikan
dengan seksama pada saat asisten melakukan pengarahan. Praktikan juga harus
tertib dan menjaga kebersihan setelah melakukan praktikum.