Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN SEKSUALITAS IKAN, FEKUNDITAS, DAN

PERTUMBUHAN IKAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada Biologi Perikanan dikenal istilah Seksualitas ikan dan Fekunditas, yang mana keduanya
memiliki peranan penting dalam proses pemijahan, Seksualitas ikan berhubungan dengan
kesiapan ikan untuk melakukan pemijahan dengan melihat tingkat kematangan gonad, dan
pembedaan antara ikan jantan dan betina. Akan tetapi, tidak semua spesies ikan memiliki satu
alat reproduksi saja, ada yang memiliki dua organ kelamin sekaligus seperti ikan hermaprodit
sinkroni, hermaprodit protandri dan hermaprodit protogini.Sehingga perlu dilakukan analisis
secara lebih menyeluruh lagi.

Fekunditas merupakan berat secara keseluruhan telur dalam ovarium pada Tingkat
Kematangan Akhir yang siap untuk dipijahkan. Ada berbagai metode perhitungan untuk
mengetahui jumlah telur ikan, yang prtama ada metode jumlah yaitu dihitung satu persatu. Lalu
ada metode Volumetrik dan Gavimetrik. Namun ada kalanya telur yang akan dihitung itu
butirannya sangat kecil. Sehingga digunakan ketiga metode sekaligus.

Pertumbuhan adalah perubahan ukuran baik panjang maupun bobot dalam kurun waktu
tertentu. Pola pertumbuhan ikan sendiri terbagi atas tiga jenis, yaitu alometrik positif, alometrik
negatif dan alometrik isometrik.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum seksualitas ikan adalah untuk melihat perbedaan antara
seksualitas primer dan sekunder pada ikan, menganalisis tahap- tahap perkembangan gonad
dan gonado somatic indeks.

Adapun tujuan dari praktikum fekunditas adalah untuk mengetahui fekunditas ikan Nila dan
ikan Lele.
Adapun tujuan dari praktikum pertumbuhan ikan adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan
ikan dan hubungan antara panjang dan berat ikan.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum Seksualitas ikan adalah: Dapat mengetahui perbedaan antara
seksualitas primer dan sekunder pada ikan, lalu dapat menganalisis tahap-tahap perkembangan
gonad dan gonado somatic indeks.

Lalu manfaat dari praktikum Fekunditas adalah kita dapat menentukan dan mengetahui
fekunditas atau jumlah ikan pada spesies ikan Lele Clarias sp. Dan ikan Nila Orechromus
niloticus.

Kemudian manfaat dari praktikum pertumbuhan ikan adalah: Dapat mengetahui pola
pertumbuhan ikan dan hubungan antara panjang dan berat pada ikan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Seksualitas

Seksualitas ikan adalah ciri khas untuk membedakan antara ikan jantan dan betina.
Tingkat kematangan gonad ikan dapat dideteksi dengan melihat tanda-tanda morfologi dan
fisiologi dari sel telur dan sperma (Gusrina:2014)

Tanda-tanda morfologi pada ikan betina yang sudah matang gonad adalah perut gembung,
gerak lambat, perut bila diraba terasa lunak, kulit terkadang terlihat memerah. Sedangkan pada
ikan jantan yang telah matang gonad, tanda-tandanya adalah: ikan lebih langsing, gerakkan
lincah, bila diurut kearah lubang genital ikan akan keluar cairan berwarna putih susu.
(Gusrina:2014)

Ciri morfologi untuk ikan lele betina: memiliki alat kelamin didekat lubang anus berupa tojolan
bulat tumbuh normal, warna tubuh lebih cerah, memiliki kepala besar, kulit tubuh kasar, perut
lembek. Ciri morfologi ikan lele jantan: memiliki alat kelamin berupa tonjolan meruncing, tubuh
lebih gelap, kepala kecil, kulit halus, perut kenyal dan ramping (Murtidjo:2001)

Ovarium ikan merupakan sepasang organ yang memanjang dalam rongga perut. Rongga-rongga
ovarium dikelilingi oleh mesovarium dan project posterior melalui sepasang oviduct yang
terhubung ke genital papila (Mananos:2009).

Siklus reproduksi pada ikan betina dibagi ke dalam periode pertumbuhan oosit (gametogenesis
atau vitelogenesis) dan periode maturasi (Mananos: 2009; Mylonas dan Zohar, 2001).

Pada kebanyakan spesies non-mamalia, oosit mencapai ukuran akhir selama vitellogenesis dan
memulai tahap pematangan serta ovulasi bila ada stimulasi hormonal yang mencukupi
(Carnevali: 2006).

Untuk mengetahuitingkat kematangan gonad ikan, dilakukan pengambilan contoh ikan dan
dilakukan pengukuran bobot serta kematangan gonadnya melalui proses preparasi histologi.
Selain pengambilan contoh untuk analisa kematangan gonad dan bobot tubuh, juga dilakukan
penyortiran berdasarkan kelaminnya. (Utomo,Rosmawanti,Mokoginta 2006)

Penurunan nilai IKG tidak selalu menunjukkan pelepasan gamet tetapi juga dapat berhubungan
dengan penggunaan nutrien yang tersimpan dalam gonad dan pada perhitungan IKG digunakan
untuk memperoleh angka relatif kondisi reproduksi hewan yang terdiri dari berbagai macam
ukuran. (Sari : 2002)
Tiap-tiap spesies ikan waktu pertama kali matang gonad tidak sama ukurannya. Demikian pula
untuk ikan yang spesies sama faktor utama yang mempengaruhi pertama kali matang gonad
adalah suhu dan makanan selain faktor keberadaan hormonnya.(Affandi dan Tang, 2002)

Sifat seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungn
dengan proses reproduksi yaitu ovarium dan pembuluhnya. Sifat seksual sekunder ialah tanda-
tanda yang dapat dipakai untuk memebedakan ikan jantan dan betina. Apabila spesies ikan
mempunyai sifat morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan betina maka
speises ikan itu mempunyai seksual dimorphisme. Dan bila untuk menjadi tanda adalah warna
maka ikan itu memiliki sifat dikromotisme. Biasanya warna ikan Jantan lebih cerah dari warna
ikan betina.(Pulungan 2000),

2.2 Fekunditas

Fekunditas adalah jumlah telur matang dalam ovarium yang akan dikeluarkan dalam
pemijahan. (Makmur:2006)

Fekunditas pemijahan yang dihitung adalah fekunditas relatif yaitu perbandingan antara bobot
total telur yang berhasil dikeluarkan dengan bobot awal induk (Sahoo:2004).

Hubungan antara fekunditas dengan panjang total memperlihatkan semakin panjang tubuh
ikan,dan semakin besar bobot ikan maka semakin banyak fekunditasnya. (Makmur:2006).

Perkembangan gonad dan fekunditas (jumlah telur yang dihasilkan induk) dipengaruhi
beberapa nutrien tertentu, terutama pada ikan yang memijah secara terus-menerus dengan
periode vitelogenesis yang pendek (Izquierdo:2001).

Fekunditas relatif, merupakan perbandingan antara jumlah telur yang dihasilkan dengan bobot
tubuh induk (kg). Perhitungannya dengan cara mengambil 0.1 gr telur hasil ovulasi kemudian
dihitung jumlah telurnya. Pengambilan telur dilakukan sebanyak tiga kali dan jumlah telur
tersebut dirata-ratakan. Nilai rata-rata ini kemudian dikalikan dengan bobot telur yang
diovulasikan.(Mayasari:2012)

Ikan yang umurnya relatiflebih muda yang baru pertama kali memijah, fekunditasnyajuga relatif
lebih sedikit dibandingkandengan ikan yang berumur relatif lebih tuayang telah memijah
beberapa kali. Selain itu adanyafluktuasi fekunditas juga dapat disebabkanikan-ikan yang
didapat memiliki ukuran danbobot tubuh yang tidak sama, sehingga ikan yangmempunyai
ukuran dan bobot lebih besar jugaakan mempunyai fekunditas yang lebih besar.
(Prasetyo:2006)

Fekunditas merupakan kemampuan reproduksi ikan yang ditunjukkan dengan jumlah telur yang
ada dalam ovarium ikan betina. Secara tidak langsung melalui fekunditas ini kita dapat menaksir
jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan menentukan pula jumlah ikan dalam kelas
umur yang bersangkutan. (eBook Bahan ajar Ikhtiologi)

Fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang. Fekunditas inipun
sebenarnya mewakili fekunditas individu kalau tidak diperhatikan berat atau panjang ikan.
(eBook Bahan ajar Ikhtiologi)

2.3 Pertumbuhan Ikan

Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, dan dimensi
tingkat sel organ maupun individu yang biasa diukur dengan berat, ukuran panjang, umur
tulang, dan keseimbangan metabolisme.(Creasoft 2008)

Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran sel atau organisme. Pertumbuhan ini bersifat
kuantitatif atau terukur (Luvspaniard, 2009)

Istilah pembesaran berkaitan erat dengan pertumbuhan ukuran baik bobot maupun panjang
dalam satu periode waktu tertentu. Adapun pengertian lain, pertumbuhan adalah pertambahan
ukuran baik panjang maupun berat.(Irawan, et-al 2009),
Beberapa indikator yang mempengaruhi pertumbuhan, yaitu faktor jumlah dan ukuran
makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut, kualitas air, umur, dan ukuran organisme serta
kematangan gonad.(Syafitrianto 2010),

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan antara lain, keturunan, pertumbuhan kelamin
dan umur, serta kerentanan penyakit (Hobilkan. 2009)

Menurut Fauran (2009), hubungan panjang dan bobot diketahui dengan menghitung rumus
berikut :

Kererangan :

W : Bobot ikan dalam gram

a dan b : Konstanta

L : Panjang ikan dalam mili meter

Jika nilai b = 3, pertumbuhan ikan seimbang antara pertambahan panjang dengan pertambahan
beratnya (isometrik). Jika nilai b < 3, maka pertumuhan panjangnya lebih dominan
dibandingkan perrumbuhan beratnya (Alometrik negatif). Jika b > 3, pertumbuhan beratnya
lebih dominan dibandingkan pertumbuhan panjangnya (Alometrik positif) (Fauran. 2009).

Menurut widowati (2010), sedangkan untuk mengetahui pertumbuhan antara dimensi


dijelaskan dengan persamaan allometrik :
Dimana :

W : Berat Perosa (gr)

L : Dimensi cangkang (panjang, tinggi,dan tebal) dalam mm.

a : Konstanta, merupakan titik potong garis persamaan regresi dengan sumbu W

b : Koefisien regresi, menunjukkan sudut garis persamaan dengan sumbu L

Untuk mengetahui keadaan pertumbuhan species ikan, digunakan ratio antara panjang dan
berat ikan. Semakin besar ratio ini, keadaan ikan dapat dikatakan semakin baik. Nilai ini
tergantung pada bentuk ikan. Ikan yang mempunyai tubuh tinggi dan lebar akan mempunyai
nilai yang lebih besar daripada ikan yang bentuk tubuhnya memanjang (elonggate). Cara
perhitungannya secara matematis dikemukakan oleh fulton sebagai berikut :

Q=W.100L3

Dimana :

W : Berat

L : Panjang
a : Konstanta.

Hubungan panjang berat sangat penting untuk pendugaan perikanan (fishery assesment).
Pengukuran panjang-berat berhubungan dengan data umur dapat memberikan informasi
tentang komposisi stok, umur matang gonad, mortalitas, siklus hidup, pertumbuhan, dan
produksi (Umar dan Tismining, 2006).

Pertumbuhan dapat didefenisikan sebagai perubahan ukuran panjang, berat dan volume dalam
jangka waktu tertentu. Pertumbuhan ikan biasanya ditunjukkan dari penambahan panjang dan
berat yang biasanya bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan atau tampilan ikan di
alam. Pola pertumbuhan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan sangat bermanfaat dalam
penentuan selektivitas alat tangkap agar ikan-ikan yang tertangkap hanya yang berukuran layak
tangkap. Dalam hubungannya dengan pertumbuhan, analisa hubungan panjang-berat di-
maksudkan untuk mengukur variasi berat harapan untuk panjang tertentu dari ikan secara
individual atau kelompok individu sebagai suatu petunjuk tentang kegemukan, kesehatan,
perkembangan gonad (Nofrita, dkk., 2013).

Faktor kondisi ini menunjukan keadaan ikan, baik dilihat dari kapasitas fisik maupun dari segi
survival dan reproduksi. Dalam penggunaan secara komersial, pengetahuan kondisi ikan dapat
membantu untuk menentukan kualitas dan kuantitas daging ikan yang tersedia agar dapat
dimakan. Faktor kondisi merupakan simpangan pengukuran dari sekelompok ikan tertentu dari
berat rata-rata terhadap panjang pada kelompok ikan tertentu dari berat rata-rata terdapat
panjang gelombang umurnya, kelompok panjang atau bagian dari populasi (Weatherley, 1972
dalam Yasidi,dkk., 2005).

Faktor kondisi adalah keadaan atau kemontokan ikan yang dinyatakan dengan angka-angka
berdasarkan data panjang dan berat. Faktor kondisi menunjukkan keadaan baik dari ikan dilihat
dari segi kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi. Nilai faktor kondisi dipengaruhi oleh
tingkat kematangan gonad dan jenis kelamin. Nilai faktor kondisi ikan betina lebih besar
dibandingkan ikan jantan, hal ini menunjukkan bahwa ikan betina memiliki kondisi yang lebih
baik dengan mengisi cell sex untuk proses reproduksinya dibandingkan ikan jantan. Faktor
kondisi dapat menjadi indikator kondisi pertumbuhan ikan di perairan. Faktor dalam dan faktor
luar yang mempengaruhi pertumbuhan ialah jumlah dan ukuran makanan yang tersedia, jumlah
makanan yang menggunakan sumber makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut, faktor
kualitas air, umur, dan ukuran ikan serta kematangan gonad (Barus, 2011).

Faktor kondisi biasanya digunakan untuk menentukan kecocokan lingkungan dan


membandingkan berbagai tempat hidup. Variasi faktor kondisi bergantung pada kepadatan
populasi, tingkat kematangan gonad, makanan, jenis kelamin dan umur. Selama dalam
pertumbuhan, tiap pertambahan berat material ikan akan bertambah panjang dimana
perbandingan liniernya akan tetap (Suwarni, 2009).

Dalam biologi perikanan, hubungan panjang–berat ikan merupakan salah satu informasi
pelengkap yang perlu diketahui dalam kaitan pengelolaan sumber daya perikanan, misalnya
dalam penentuan selektifitas alat tangkap agar ikan-ikan yang tertangkap hanya yang
berukuran layak tangkap. Pengukuran panjang berat ikan bertujuan untuk mengetahui variasi
berat dan panjang tertentu dari ikan secara individual atau kelompok–kelompok individu
sebagai suatu petunjuk tentang kegemukan, kesehatan, produktifitas dan kondisi fisiologis
termasuk perkembangan gonad. Analisa hubungan panjang berat juga dapat mengestimasi
faktor kondisi atau sering disebut denganindex of plumpness yang merupakan salah satu hal
penting dari pertumbuhan untuk membandingkan kondisi atau keadaan kesehatan relatif dari
populasi ikan atau individu tertentu, (Mulfizar, dkk., 2012).

Analisa hubungan panjang berat bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan dengan
menggunakan parameter panjang dan berat. Berat dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari
panjang. Nilai yang didapat dari perhitungan panjang berat ini adalah untuk menduga berat dari
panjang ikan atau sebaliknya. Selain itu juga dapat dketahui pola pertumbuhan, kemontokan,
dan pengaruh perubahan lingkungan terhadap pertumbuhan ikan (Rifqie, 2007).

Menurut Barus (2011), berat dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan
panjang dengan berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu bahwa berat ikan sebagai pangkat
tiga dari panjangnya. Tetapi hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian
karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda. Dengan melakukan analisa hubungan panjang
berat ikan tersebut maka pola pertumbuhan ikan dapat diketahui. Selanjutnya dapat diketahui
bentuk tubuh ikan tersebut gemuk atau kurus. Analisis panjang dan berat bertujuan untuk
mengetahui pola pertumbuhan ikan di alam.
Harga b ialah harga pangkat yang harus cocok dari pangkat ikan agar sesuai dengan berat ikan.
Hubungan panjang dan berat dapat dilihat dari nilai konstanta b, yaitu bila b = 3, hubungan
yang terbentuk adalah isometrik (pertambahan panjang seimbang dengan pertambahan berat).
Bila b ≠ 3 maka hubungan yang terbentuk adalah allometrik, yaitu bila b > 3 maka hubungan
yang terbentuk adalah allometrik positif yaitu pertambahan berat lebih cepat daripada
pertambahan panjang, menunjukkan keadaan ikan tersebut montok. Bila b < 3, hubungan yang
terbentuk adalah allometrik negatif yaitu pertambahan panjang lebih cepat daripada
pertambahan berat, menunjukkan keadaan ikan yang kurus (Barus, 2011).

Kisaran panjang total dan bobot total ikan betina lebih besar dibandingkan dengan jantan. Hal
ini diduga karena adanya perbedaan pola pertumbuhan, lingkungan,

ketersediaan makanan dan perbedaan ukuran pertama kali matang gonad. Apabila pada suatu
perairan terdapat perbedaan ukuran dan jumlah dari salah satu jenis kelamin, kemungkinan
disebabkan oleh perbedaan pola pertumbuhan, perbedaan ukuran pertama kali matang gonad,
perbedaan masa hidup, dan adanya pemasukan jenis ikan / spesies baru pada suatu populasi
ikan yang sudah ada (Suwarni, 2009).

Hal ini sesuai dengan Jabarsyah, dkk., (2011) hubungan panjang dan berat dapat dilihat dari
nilai konstanta b, yaitu bila b = 3, hubungan yang terbentuk adalah isometrik (pertambahan
panjang seimbang dengan pertambahan berat). Bila b ≠ 3 maka hubungan yang terbentuk
adalah allometrik, yaitu bila b > 3 maka hubungan yang terbentuk adalah allometrik positif yaitu
pertambahan berat lebih cepat daripada pertambahan panjang, menunjukkan keadaan ikan
tersebut montok. Bila b < 3, hubungan yang terbentuk adalah allometrik negatif yaitu
pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat, menunjukkan keadaan ikan
yang kurus.
BAB III

MATERI DAN METODA

3.1 Waktu dan tempat

Praktikum Biologi Perikanan tentang Seksualitas dan Fekunditas diakukan pada hari
Senin, tanggal 10 April 2017 dan 17 April 2017. Pada pukul 14:00 wib. Bertempat di
Laboratorium MIPA gedung C Peternakan Universitas Jambi.

3.2 Materi

3.2.1 Seksualitas

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum Biologi Perikanan tentang Seksualitas adalah
sebagai berikut: Timbangan elektrik, jangka sorong, mistar ukur,seperangkat alat bedah,
talenan.

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum Biologi Perikanan tentang Seksualitas adalah
sebagai berikut : Sepasang Ikan Nila dan Ikan Lele dalam TKG I sampai TKG IV.

3.2.2 Fekunditas
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum Biologi Perikanan tentang Fekunditas adalah
sebagai berikut: seperangkat alat bedah,timbangan elektrik, jangka sorong,handcaunter,
erlemeyer, pipet tetes, petridish.

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum Biologi Perikanan tentang Fekunditas adalah
sebagai berikut : Ikan Nila dan Ikan Lele Betina matang gonad, larutan gilson (100 ml larutan
Alcohol 50%, 880 ml air, 15 ml asam nirit, 18 ml asam asetat glisial,20 gr mercuri chloride).

3.3.3 Pertumbuhan ikan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum Biologi Perikanan tentang Pertumbuhan ikan
adalah sebagai berikut : Nampan/Talenan, jangka sorong/mistar, dan Timbangan Elektrik.

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum Biologi Perikanan tentang Pertumbuhan ikan
adalah ikan-ikan genus Rasbora yang dalam hal ini di wakilkan oleh ikan Seluang dan ikan
Lambak.

3.3 Metoda

3.3.1 Seksualitas

Langkah kerja pada praktikum Biologi Perikanan tentang Seksualitas adalah sebagai berikut:
Tahap pertama, ikan ditimbang dengan timbangan elektrik, lalu ukur panjang ikan dengan
mistar ukur, amati ikan secara seksama ciri-ciri morfologinya, mulai dari antrior sampai
prosterior. Catat perbedaan apa saja syang ada. Lalu tahap berikutnya lakukan pembedahan
pada bagian perut ikan amati bentuk gonad. Kemudian keluarkan gonad pada TKG III dan IV
dengan hati-hati lalu timbang dengan timbangan elektrik. Kemudian lakukan analisa tingkat
kematangan gonad dan indeks gonado somatik.

3.3.2 Fekunditas

Langkah kerja pada praktikum Biologi Perikanan tentang Fekunditas adalah sebagai berikut:
tahap pertama ikan ditimbang kemudian diukur,bedah bagian perut ikan lalu keluarkan
ovariumnya dengan hati hati usahakan untuk tidak melukai jaringan ovariumnya sehuingga
telurnya tidak keluar,setelah itu timbang gonadnya dan direndam dalam larutan Gilson selama
10-20 menit. Keluarkan dan cuci dengan air mengalir. Ambil sampel bagian ujung gonad lalu
timbang dan lakukan pengenceran dalam tabung elemeyer dan campurkan dengan air biasa
atau aquades. Setelah itu hitung satu persatu telur dan cari fekunditas dengan menggunakan
rumus Nikolsky 1963.

3.3.3 Pertumbuhan Ikan

Langkah kerja pada praktikum Biologi Perikanan tentang Pertumbuhan Ikan adalah sebagai
berikut: tahap pertama ikan disusun berdasarkan ukuran paling panjang ke ukuran paling
pendek lalu di timbang di timbangan elektrik. Setelah itu ikan di ukur panjangnya. Dan
kemudian di catat dalam sebuah tabel

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Seksualitas

4.1.1 Hasil Seksualitas

Adapun hasil yang diperoleh oleh kelompok A1 yaitu Ikan Nila dapat dibedakan antara jantan
dan betinanya secara morfologi, dan alat reproduksinya. Secara morfologi, ikan Nila jantan
memiliki panjang 28cm dan massa 415gram dengan ciri-ciri bentuk tubuhnya memanjang,
warna lebih gelap, mulut runcing, dan sirip yang juga meruncing. Sedangkan ikan betina
memiliki panjang 25cm dan massa 400gram. Ciri morfologi bentuknya oval, warna cerah, mulut
agak tumpul, dan siripinya bundar. Akan tetapi, hasil IKG tidak ditemukan tidak ditemukannya
berat gonad.

Adapun hasil yang diperoleh oleh kelompok A2 yaitu ikan Lele yang dapat dibedakan antara
jantan dan betinanya secara morfologi dan bentuk alat reprduksinya. Secara morfologi, ikan
Lele jantan memiliki panjang 24cm dan massa 116gram, dengan bentuk tubuh yang lebih
ramping, warna lebih cerah, tekstur kulit luar yang agak kasar. Sedangkan ikan Lele betina
memiliki panjang 25cm dengan massa 120gram, dengan bentuk tubuh lebih lebar,warna lebih
pucat, tekstur kulit lebih halus. Untuk hasil IKG ikan Jantan adalah 0,30172% dan IKG ikan
betina adalah 1,67%. (Lampiran 1).

Adapun hasil yang diperoleh kelompok A3 yaitu pada morfologi ikan Nila, panjang ikan Nila
betina 26cm, dengan massa 468gram. Dan pada ikan jantan 25cm dengan massa 423gram,
pada bagian sisik Nila jantan, ukuran sisik lebih besar dan pada betina sisiknya lebih kecil.
Bentuk hidung dan rahang belakang pada jantan melebar, warna badannya lebih cerah, dan
bentuk tubuh lebih panjang dan melingkar, terdapat tonjolan pada alat kelaminnya. Sedangkan
pada ikan betina bentuk hidung dan rahang belakang agak lancip dan berwarna kuning
terang,warna badan agak pucat, bentuk tubuh lebih pendek dan memanjang. Lalu pada alat
kelaminnya berbentuk bulat. Akan tetapi, ada ikan Nila yang dipraktikumkan tidak terdapat
gonad maka IKG tidak dapat dihitung.

Adapun hasil yang diperoleh kelompok A4 yaitu pada morfologi ikan Lele jantan adalah sebagai
berikut: dengan panjang 60cm dan massa 1.103gram. jantan memiliki alat kelaminpanjang
menonjol dan berwarna putih dengan ujung kemerahan, bentuk badan ramping, dan warna
tubuh yang gelap.untuk ikan lele betina,panjang ikan adalah 40cm dan massa ikan lele betina
544gram. Alat kelaminnya datar berwarna merah, badan dan perut lebih bulat, dan warna lebih
terang. Ikan lele berada pada TKG IV pada ikan jantan dan betinanya. Indeks kematangan
gonad=19,12%. (Lampiran 2)

4.1.2 Pembahasan Seksualitas.

Berdasarkan hasil yang diperoleh oleh masing-masing kelompok, maka dapat di simpulkan
bahwa seksualitas ikan dapat ditentukan secara morfologi dan melalui pembedahan. Hal ini
sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa: Seksualitas ikan adalah ciri khas untuk
membedakan antara ikan jantan dan betina. Tingkat kematangan gonad ikan dapat dideteksi
dengan melihat tanda-tanda morfologi dan fisiologi dari sel telur dan sperma (Gusrina:2014)

Tanda-tanda morfologi pada ikan betina yang sudah matang gonad adalah perut gembung,
gerak lambat, perut bila diraba terasa lunak, kulit terkadang terlihat memerah. Sedangkan pada
ikan jantan yang telah matang gonad, tanda-tandanya adalah: ikan lebih langsing, gerakkan
lincah, bila diurut kearah lubang genital ikan akan keluar cairan berwarna putih susu.
(Gusrina:2014)

Ciri morfologi untuk ikan lele betina: memiliki alat kelamin didekat lubang anus berupa tojolan
bulat tumbuh normal, warna tubuh lebih cerah, memiliki kepala besar, kulit tubuh kasar, perut
lembek. Ciri morfologi ikan lele jantan: memiliki alat kelamin berupa tonjolan meruncing, tubuh
lebih gelap, kepala kecil, kulit halus, perut kenyal dan ramping (Murtidjo:2001)

Dengan melakukan pembedahan, kita dapat menemukan organ-organ reproduksi yang


menentukan ikan tersebut jantan atau betina, dan juga dapat menentukan bagaimana
perkembangan gonad tersebut dan seberapa tingkat kematangannya.

Ovarium ikan merupakan sepasang organ yang memanjang dalam rongga perut. Rongga-rongga
ovarium dikelilingi oleh mesovarium dan project posterior melalui sepasang oviduct yang
terhubung ke genital papila (Mananos:2009).

Siklus reproduksi pada ikan betina dibagi ke dalam periode pertumbuhan oosit (gametogenesis
atau vitelogenesis) dan periode maturasi (Mananos: 2009; Mylonas dan Zohar, 2001).

Pada kebanyakan spesies non-mamalia, oosit mencapai ukuran akhir selama vitellogenesis dan
memulai tahap pematangan serta ovulasi bila ada stimulasi hormonal yang mencukupi
(Carnevali: 2006).

Untuk mengetahuitingkat kematangan gonad ikan, dilakukan pengambilan contoh ikan dan
dilakukan pengukuran bobot serta kematangan gonadnya melalui proses preparasi histologi.
Selain pengambilan contoh untuk analisa kematangan gonad dan bobot tubuh, juga dilakukan
penyortiran berdasarkan kelaminnya. (Utomo,Rosmawanti,Mokoginta 2006)

Penurunan nilai IKG tidak selalu menunjukkan pelepasan gamet tetapi juga dapat berhubungan
dengan penggunaan nutrien yang tersimpan dalam gonad dan pada perhitungan IKG digunakan
untuk memperoleh angka relatif kondisi reproduksi hewan yang terdiri dari berbagai macam
ukuran. (Sari : 2002)

Tiap-tiap spesies ikan waktu pertama kali matang gonad tidak sama ukurannya. Demikian pula
untuk ikan yang spesies sama faktor utama yang mempengaruhi pertama kali matang gonad
adalah suhu dan makanan selain faktor keberadaan hormonnya. (Affandi dan Tang, 2002)

Sifat seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungn
dengan proses reproduksi yaitu ovarium dan pembuluhnya. Sifat seksual sekunder ialah tanda-
tanda yang dapat dipakai untuk memebedakan ikan jantan dan betina. Apabila spesies ikan
mempunyai sifat morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan betina maka
speises ikan itu mempunyai seksual dimorphisme. Dan bila untuk menjadi tanda adalah warna
maka ikan itu memiliki sifat dikromotisme. Biasanya warna ikan Jantan lebih cerah dari warna
ikan betina.(Pulungan 2000),

4.2 Fekunditas

4.2.1 Hasil Fekunditas

Adapun hasil yang diperoleh kelompok A1 yaitu: Dikarenakan pada kelompok A1 tidak terdapat
telur pada Ikan Nila yang mereka gunakan, maka untuk fekunditasya tidak bisa dutentukan.

Adapun hasil yang diperoleh kelompok A2 yaitu: fekunditas dari ikan Lele yaitu 496,77 butir
(Lampiran 3)

Adapun hasil yang diperoleh kelompok A3 yaitu: Dikarenakan pada kelompok A3 juga tidak
ditemukan gonad, maka fekunditasnya juga tidak dapat ditentukan.

Adapun hasil yang diperoleh kelompok A4 yaitu: fekunditas dari ikan Lele adalah 29687 butir
(Lampiran 4)
4.2.2 Pembahasan Fekunditas

Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa, setiap ikan memiliki
fekunditas berbeda-beda. Hal ini disesuaikan dari beberapa faktor. Salah satunya ukuran
panjang dan massa ikan itu sendiri.

Fekunditas adalah jumlah telur matang dalam ovarium yang akan dikeluarkan dalam
pemijahan. (Makmur:2006)

Fekunditas pemijahan yang dihitung adalah fekunditas relatif yaitu perbandingan antara bobot
total telur yang berhasil dikeluarkan dengan bobot awal induk (Sahoo:2004).

Hubungan antara fekunditas dengan panjang total memperlihatkan semakin panjang tubuh
ikan,dan semakin besar bobot ikan maka semakin banyak fekunditasnya. (Makmur:2006).

Perkembangan gonad dan fekunditas (jumlah telur yang dihasilkan induk) dipengaruhi
beberapa nutrien tertentu, terutama pada ikan yang memijah secara terus-menerus dengan
periode vitelogenesis yang pendek (Izquierdo:2001).

Fekunditas relatif, merupakan perbandingan antara jumlah telur yang dihasilkan dengan bobot
tubuh induk (kg). Perhitungannya dengan cara mengambil 0.1 gr telur hasil ovulasi kemudian
dihitung jumlah telurnya. Pengambilan telur dilakukan sebanyak tiga kali dan jumlah telur
tersebut dirata-ratakan. Nilai rata-rata ini kemudian dikalikan dengan bobot telur yang
diovulasikan.(Mayasari:2012)

Ikan yang umurnya relatiflebih muda yang baru pertama kali memijah, fekunditasnyajuga relatif
lebih sedikit dibandingkandengan ikan yang berumur relatif lebih tuayang telah memijah
beberapa kali. Selain itu adanyafluktuasi fekunditas juga dapat disebabkanikan-ikan yang
didapat memiliki ukuran danbobot tubuh yang tidak sama, sehingga ikan yangmempunyai
ukuran dan bobot lebih besar jugaakan mempunyai fekunditas yang lebih besar.
(Prasetyo:2006)

Fekunditas merupakan kemampuan reproduksi ikan yang ditunjukkan dengan jumlah telur yang
ada dalam ovarium ikan betina. Secara tidak langsung melalui fekunditas ini kita dapat menaksir
jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan menentukan pula jumlah ikan dalam kelas
umur yang bersangkutan. (Wahyuningsih 2006)

Fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang. Fekunditas inipun
sebenarnya mewakili fekunditas individu kalau tidak diperhatikan berat atau panjang ikan.
(Wahyuningsih 2006)

4.3 Pertumbuhan Ikan

4.3.1 Hasil Pertumbuhan Ikan.

Adapun Hasil Praktikum Pertumbuhan ikan adalah sebagai berikut:

No. Panjang (x) Bobot (y) log x log y log x2 log y2 log x.y

1 8 6,99 0,903 0,844 0,816 0,713 0,763

2 8,5 6,49 0,929 0,812 0,864 0,660 0,755

3 9 8,75 0,954 0,942 0,911 0,887 0,899


4 9,5 7,52 0,978 0,876 0,956 0,768 0,857

5 9,5 8,11 0,978 0,909 0,956 0,826 0,889

6 9,5 8,52 0,978 0,930 0,956 0,866 0,910

7 9,5 8,41 0,978 0,925 0,956 0,855 0,904

8 9,8 8,34 0,991 0,921 0,983 0,849 0,913

9 9,9 9,17 0,996 0,962 0,991 0,926 0,958

10 10 9,19 1,000 0,963 1,000 0,928 0,963

11 10 9,17 1,000 0,962 1,000 0,926 0,962

12 10 11,2 1,000 1,049 1,000 1,101 1,049

13 10 7,33 1,000 0,865 1,000 0,748 0,865

14 10 7,96 1,000 0,901 1,000 0,812 0,901

15 10 10,13 1,000 1,006 1,000 1,011 1,006

16 10 8,68 1,000 0,939 1,000 0,881 0,939

17 10 8,39 1,000 0,924 1,000 0,853 0,924

18 10 9,51 1,000 0,978 1,000 0,957 0,978

19 10 10,32 1,000 1,014 1,000 1,028 1,014

20 10,1 9,04 1,004 0,956 1,009 0,914 0,960

21 10,3 8,83 1,013 0,946 1,026 0,895 0,958

22 10,3 9,56 1,013 0,980 1,026 0,961 0,993

23 10,3 11,79 1,013 1,072 1,026 1,148 1,085

24 10,4 9,6 1,017 0,982 1,034 0,965 0,999

25 10,5 8,47 1,021 0,928 1,043 0,861 0,948

26 10,5 10,45 1,021 1,019 1,043 1,039 1,041

27 10,5 10,17 1,021 1,007 1,043 1,015 1,029


28 10,5 11,2 1,021 1,049 1,043 1,101 1,071

29 10,5 12,32 1,021 1,091 1,043 1,189 1,114

30 10,7 10,4 1,029 1,017 1,060 1,034 1,047

31 10,7 9,4 1,029 0,973 1,060 0,947 1,002

32 10,7 11,81 1,029 1,072 1,060 1,150 1,104

33 10,8 12,36 1,033 1,092 1,068 1,193 1,129

34 11 12,85 1,041 1,109 1,084 1,230 1,155

35 11 13,67 1,041 1,136 1,084 1,290 1,183

36 12 14,64 1,079 1,166 1,165 1,358 1,258

37 12,3 14,99 1,090 1,176 1,188 1,383 1,282

38 12,8 18,05 1,107 1,256 1,226 1,579 1,391

39 14 27,06 1,146 1,432 1,314 2,052 1,642

40 14,5 25,11 1,161 1,400 1,349 1,960 1,626

Jumlah 40,638 40,583 41,379 41,857 41,462

Rata-Rata 1,016 1,015 1,034 1,046 1,037

Jumlah Sampel 40

b 1,002

log a -0,0034

A 0,992
W 7,970 Alometrik Negatif

Adapun dari praktikum pertumbuhan ikan ini dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan ikan
adalah Alometrik Negatif karena b<3. Maka pertumbuhan panjang ikan lebih cepat dari
pertumbuhan bobot ikan tersebut.

4.3.2 Pembahasan Pertumbuhan Ikan.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka Pembahasan Pertumbuhan ikan adalah sebagai berikut:

Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, dan dimensi
tingkat sel organ maupun individu yang biasa diukur dengan berat, ukuran panjang, umur
tulang, dan keseimbangan metabolisme.(Creasoft 2008)

Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran sel atau organisme. Pertumbuhan ini bersifat
kuantitatif atau terukur (Luvspaniard, 2009)

Istilah pembesaran berkaitan erat dengan pertumbuhan ukuran baik bobot maupun panjang
dalam satu periode waktu tertentu. Adapun pengertian lain, pertumbuhan adalah pertambahan
ukuran baik panjang maupun berat.(Irawan, et-al 2009),

Beberapa indikator yang mempengaruhi pertumbuhan, yaitu faktor jumlah dan ukuran
makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut, kualitas air, umur, dan ukuran organisme serta
kematangan gonad.(Syafitrianto 2010),

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan antara lain, keturunan, pertumbuhan kelamin
dan umur, serta kerentanan penyakit (Hobilkan. 2009)
Menurut Fauran (2009), hubungan panjang dan bobot diketahui dengan menghitung rumus
berikut :

Kererangan :

W : Bobot ikan dalam gram

a dan b : Konstanta

L : Panjang ikan dalam mili meter

Jika nilai b = 3, pertumbuhan ikan seimbang antara pertambahan panjang dengan pertambahan
beratnya (isometrik). Jika nilai b < 3, maka pertumuhan panjangnya lebih dominan
dibandingkan perrumbuhan beratnya (Alometrik negatif). Jika b > 3, pertumbuhan beratnya
lebih dominan dibandingkan pertumbuhan panjangnya (Alometrik positif) (Fauran. 2009).

Menurut widowati (2010), sedangkan untuk mengetahui pertumbuhan antara dimensi


dijelaskan dengan persamaan allometrik :

Dimana :

W : Berat Perosa (gr)

L : Dimensi cangkang (panjang, tinggi,dan tebal) dalam mm.

a : Konstanta, merupakan titik potong garis persamaan regresi dengan sumbu W


b : Koefisien regresi, menunjukkan sudut garis persamaan dengan sumbu L

Untuk mengetahui keadaan pertumbuhan species ikan, digunakan ratio antara panjang dan
berat ikan. Semakin besar ratio ini, keadaan ikan dapat dikatakan semakin baik. Nilai ini
tergantung pada bentuk ikan. Ikan yang mempunyai tubuh tinggi dan lebar akan mempunyai
nilai yang lebih besar daripada ikan yang bentuk tubuhnya memanjang (elonggate). Cara
perhitungannya secara matematis dikemukakan oleh fulton sebagai berikut :

Q=W.100L3

Dimana :

W : Berat

L : Panjang

a : Konstanta.

Hubungan panjang berat sangat penting untuk pendugaan perikanan (fishery assesment).
Pengukuran panjang-berat berhubungan dengan data umur dapat memberikan informasi
tentang komposisi stok, umur matang gonad, mortalitas, siklus hidup, pertumbuhan, dan
produksi (Umar dan Tismining, 2006).
Pertumbuhan dapat didefenisikan sebagai perubahan ukuran panjang, berat dan volume dalam
jangka waktu tertentu. Pertumbuhan ikan biasanya ditunjukkan dari penambahan panjang dan
berat yang biasanya bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan atau tampilan ikan di
alam. Pola pertumbuhan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan sangat bermanfaat dalam
penentuan selektivitas alat tangkap agar ikan-ikan yang tertangkap hanya yang berukuran layak
tangkap. Dalam hubungannya dengan pertumbuhan, analisa hubungan panjang-berat di-
maksudkan untuk mengukur variasi berat harapan untuk panjang tertentu dari ikan secara
individual atau kelompok individu sebagai suatu petunjuk tentang kegemukan, kesehatan,
perkembangan gonad (Nofrita, dkk., 2013).

Faktor kondisi ini menunjukan keadaan ikan, baik dilihat dari kapasitas fisik maupun dari segi
survival dan reproduksi. Dalam penggunaan secara komersial, pengetahuan kondisi ikan dapat
membantu untuk menentukan kualitas dan kuantitas daging ikan yang tersedia agar dapat
dimakan. Faktor kondisi merupakan simpangan pengukuran dari sekelompok ikan tertentu dari
berat rata-rata terhadap panjang pada kelompok ikan tertentu dari berat rata-rata terdapat
panjang gelombang umurnya, kelompok panjang atau bagian dari populasi (Weatherley, 1972
dalam Yasidi,dkk., 2005).

Faktor kondisi adalah keadaan atau kemontokan ikan yang dinyatakan dengan angka-angka
berdasarkan data panjang dan berat. Faktor kondisi menunjukkan keadaan baik dari ikan dilihat
dari segi kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi. Nilai faktor kondisi dipengaruhi oleh
tingkat kematangan gonad dan jenis kelamin. Nilai faktor kondisi ikan betina lebih besar
dibandingkan ikan jantan, hal ini menunjukkan bahwa ikan betina memiliki kondisi yang lebih
baik dengan mengisi cell sex untuk proses reproduksinya dibandingkan ikan jantan. Faktor
kondisi dapat menjadi indikator kondisi pertumbuhan ikan di perairan. Faktor dalam dan faktor
luar yang mempengaruhi pertumbuhan ialah jumlah dan ukuran makanan yang tersedia, jumlah
makanan yang menggunakan sumber makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut, faktor
kualitas air, umur, dan ukuran ikan serta kematangan gonad (Barus, 2011).

Faktor kondisi biasanya digunakan untuk menentukan kecocokan lingkungan dan


membandingkan berbagai tempat hidup. Variasi faktor kondisi bergantung pada kepadatan
populasi, tingkat kematangan gonad, makanan, jenis kelamin dan umur. Selama dalam
pertumbuhan, tiap pertambahan berat material ikan akan bertambah panjang dimana
perbandingan liniernya akan tetap (Suwarni, 2009).
Dalam biologi perikanan, hubungan panjang–berat ikan merupakan salah satu informasi
pelengkap yang perlu diketahui dalam kaitan pengelolaan sumber daya perikanan, misalnya
dalam penentuan selektifitas alat tangkap agar ikan-ikan yang tertangkap hanya yang
berukuran layak tangkap. Pengukuran panjang berat ikan bertujuan untuk mengetahui variasi
berat dan panjang tertentu dari ikan secara individual atau kelompok–kelompok individu
sebagai suatu petunjuk tentang kegemukan, kesehatan, produktifitas dan kondisi fisiologis
termasuk perkembangan gonad. Analisa hubungan panjang berat juga dapat mengestimasi
faktor kondisi atau sering disebut denganindex of plumpness yang merupakan salah satu hal
penting dari pertumbuhan untuk membandingkan kondisi atau keadaan kesehatan relatif dari
populasi ikan atau individu tertentu, (Mulfizar, dkk., 2012).

Analisa hubungan panjang berat bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan dengan
menggunakan parameter panjang dan berat. Berat dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari
panjang. Nilai yang didapat dari perhitungan panjang berat ini adalah untuk menduga berat dari
panjang ikan atau sebaliknya. Selain itu juga dapat dketahui pola pertumbuhan, kemontokan,
dan pengaruh perubahan lingkungan terhadap pertumbuhan ikan (Rifqie, 2007).

Menurut Barus (2011), berat dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan
panjang dengan berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu bahwa berat ikan sebagai pangkat
tiga dari panjangnya. Tetapi hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian
karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda. Dengan melakukan analisa hubungan panjang
berat ikan tersebut maka pola pertumbuhan ikan dapat diketahui. Selanjutnya dapat diketahui
bentuk tubuh ikan tersebut gemuk atau kurus. Analisis panjang dan berat bertujuan untuk
mengetahui pola pertumbuhan ikan di alam.

Harga b ialah harga pangkat yang harus cocok dari pangkat ikan agar sesuai dengan berat ikan.
Hubungan panjang dan berat dapat dilihat dari nilai konstanta b, yaitu bila b = 3, hubungan
yang terbentuk adalah isometrik (pertambahan panjang seimbang dengan pertambahan berat).
Bila b ≠ 3 maka hubungan yang terbentuk adalah allometrik, yaitu bila b > 3 maka hubungan
yang terbentuk adalah allometrik positif yaitu pertambahan berat lebih cepat daripada
pertambahan panjang, menunjukkan keadaan ikan tersebut montok. Bila b < 3, hubungan yang
terbentuk adalah allometrik negatif yaitu pertambahan panjang lebih cepat daripada
pertambahan berat, menunjukkan keadaan ikan yang kurus (Barus, 2011).
Kisaran panjang total dan bobot total ikan betina lebih besar dibandingkan dengan jantan. Hal
ini diduga karena adanya perbedaan pola pertumbuhan, lingkungan, ketersediaan makanan dan
perbedaan ukuran pertama kali matang gonad. Apabila pada suatu perairan terdapat
perbedaan ukuran dan jumlah dari salah satu jenis kelamin, kemungkinan disebabkan oleh
perbedaan pola pertumbuhan, perbedaan ukuran pertama kali matang gonad, perbedaan masa
hidup, dan adanya pemasukan jenis ikan / spesies baru pada suatu populasi ikan yang sudah
ada (Suwarni, 2009).

Hal ini sesuai dengan Jabarsyah, dkk., (2011) hubungan panjang dan berat dapat dilihat dari
nilai konstanta b, yaitu bila b = 3, hubungan yang terbentuk adalah isometrik (pertambahan
panjang seimbang dengan pertambahan berat). Bila b ≠ 3 maka hubungan yang terbentuk
adalah allometrik, yaitu bila b > 3 maka hubungan yang terbentuk adalah allometrik positif yaitu
pertambahan berat lebih cepat daripada pertambahan panjang, menunjukkan keadaan ikan
tersebut montok. Bila b < 3, hubungan yang terbentuk adalah allometrik negatif yaitu
pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat, menunjukkan keadaan ikan
yang kurus.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Seksualitas ikan merpakan ciri khas untuk membedakan antara jantan dan betina melalui
morfologi maupun melalui pembedahan. Dengan meneliti seksualitas ikan, kita dapat
memperoleh IKG (Indeks Kematangan Gonad) dan juga menentukan TKG (Tingkat Kematangan
Gonad. Sedangkan pada Fekunditas, kita dapat menentukan kisaran jumlah telur pada induk
betina ikan Nila maupun Ikan Lele. Lalu pada Praktikum pertumbuhan Ikan, kita dapat
mengetahui pola pertumbuhan ikan berdasarkan bobot dan panjang ikan.
5.2 Saran

Pada praktikum selanjutnya diharapkan agar para anggota kelompok dapat lebih bekerja
sama dengan baik, pembagian tugas yang lebih jelas, dan mengurangi main-main pada saat
praktikum berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Barus, S, R, D. 2011. Bioekologi Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis). [Tesis] Program


Magister Biologi. Fmipa. USU.

Carnevali O, Ciona C, Tosti L, Lubzens E, Maradona F. 2006. Role of Cathepsins in Ovarian


Follicle Growth and Maturation. General and Comparative Endocrinology 146:195-203.

Creasoft. 2008. Pengertian Pertumbuhan.

Dani, Abdul R dan Sutjiati. 1985. Ekologi Ikan. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang.

Fauran, Hendry A. 2009. Aspek Biologi Pertumbuhan, Reproduksi dan Kebiasaan Makan Ikan
Selar Kuning (Caranx Leptolepsis). Departemen sumber daya perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gusrina, 2014. Genetika dan Reproduksi ikan. Edisi 1. Yogyakarta, Indonesia: Deepublish.Grup
CV. Budi Utama.
Izquierdo MS, Fernandez-Palacios H, Tacon AGJ. 2001. Effect of broodstock nutrition on
reproductive performance of fish. Aquaculture 197 : 25–42.

Jabarsyah, A., Firdaus, M., dan Nursidik. 2011. Faktor Kondisi Ikan Tenggiri Batang
(Scomberomorus lineatus), Bawal Putih (Pampus Argentus) dan Ikan Senangin (Eleutheronema
tetradactylum) yang Tertangkap dengan Gillnet di Perairan Pantai Amal Tarakan. Jurnal Ilmu
Perikanan.

Makmur. 2006. Fekunditas dan diameter telur ikan gabus Channa striata BLOCH di daerah
banjiran sungai Musi Sumatera Selatan. Vol VIII,254-259.

Mananos E, Duncan N and Mylonas C. 2009. Reproduction and Control of Ovulation,


Spermiation and Spawning in Cultured Fish. pp 5-81. In : Cabrita, E., Robless, V., Heraezz, P.
2009. Method in Reproduction Aquaculture Marine and Fresh Water Species. CRC Press Taylor
& Francis Group. Boca Raton. 574 p.

Manik, N. 2009. Hubungan Panjang – Berat Dan Faktor Kondisi Ikan Layang (Decapterus
Russelli) Dari Perairan Sekitar Teluk Likupang Sulawesi Utara. [Jurnal] ISSN 0125-9830. Vol 1 No
35.

Mayasari, 2012. Pemacuan Kematangan Gonad Ikan Lele dengan kombinasi hormon PMSG dan
Sprulina.

Mulfizar., Muchlisin, Z, A., Dan Dewiyanti, I. 2012. Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi
Tiga Jenis Ikan yang Tertangkap Di Perairan Kuala Gigieng, Aceh Besar, Provinsi Aceh. [Jurnal]
ISSN 2089-7790. Vol 1. No 1.

Nofrita., Dahelmi., Syandri, H., Tjong, D, H. 2013. Hubungan Tampilan Pertumbuhan Dengan
Karakteristik Habitat Ikan Bilih (Mystacoleucus Padangensis). [Jurnal] Jurusan Biologi, FMIPA.
Universitas Andalas, Padang.
Prasetyo, 2006. Kebiasaan makan, tingkay kematangan gonad dan fekunditas ikan Haruan
(Channa Striata BLOCH) Di Suaka Perikanan Sungai Sambujur Das Barito Kalimantan Selatan.
Jurnal ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2006, Jilid 13, No: 1:27-31.

Pulungan, 2000. Deskripsi ikan air tawar dari waduk PLTA Koto Panjang, Riau. Lemlit UNRI,
Pekanbaru.

Rifqie, G, L. 2007. Analisis Frekuensi Panjang dan Hubungan Panjang Berat Ikan Kembung Lelaki
(Rasrelliger kanagurta) di Teluk Jakarta. [Skripsi] Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Kelautan dan Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sahoo SK, SS Giri and AK Sahu. 2004. Induced Breeding of Clarias batrachus (linn): Effect Of
Different Doses of Ovatide on Breeding Performance An Egg Quality. In: National Seminar on
Responsible Fisheries and Aquaculture, Orissa, India. 12-13 February, 2004, p. 2.

Suwarni. 2009. Hubungan Panjang-Bobot Dan Faktor Kondisi Ikan Butana (Acanthurus Mata)
Yang Tertangkap Di Sekitar Perairan Pantai Desa Mattiro Deceng, Kabupaten Pangkajene
Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan. [Jurnal] Ilmu Kelautan dan Perikanan ISSN 0853-4489 Vol
19 No 3. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Utomo, Rosmawanti, Mokoginta 2006. Pengaruh pemberian asam lemak n-6 berbeda pada
kadar asam lemak n-3 tetap (0%) dalam pakan terhadap penampilan reproduksi ikan
Zebra,Danio rerio. Jurnal Akuakultur Indonesia,5(1):51-56 (2006)

Wahyuningsih, 2006. Buku ajar Iktiologi. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

Wahyuningsih, H dan Barus, T.A. 2006. Buku Bahan Ajar Ikhtiologi. Diakses melalui
http://repository.usu.ac.id [18Desember 2014].

Anda mungkin juga menyukai