Anda di halaman 1dari 21

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Biologi perikanan adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari

keadaan ikan sejak individu ikan tersebut menetas (hadir ke alam) kemudian

makan, tumbuh, bermain, bereproduksi, dan akhirnya mengalami kematian, baik

kematian secara alami ataupun dikarenakan faktor-faktor lain.

Dalam memahami biologi perikanan, perlu dilakukan analisis dan

pengamatan terhadap organisme yang termasuk dalam disiplin ilmu perikanan.

Dalam analisa dan pengamatan tersebut, berbagai parameter berupa kebiasaan

makan, fekunditas dan kematangan gonad dapat diukur dengan tujuan untuk

mengetahui kebiasaan hidup dan kebutuhan dari organisme tersebut.

Pengetahuan tentang aspek biologi suatu spesies ikan sangat dibutuhkan

sekali terutama dalam pengembangan spesies ikan untuk dijadikan sebagai ikan

yang akan dibudidaya. Kelak jika ikan itu berhasil menjadi ikan budiddaya makan

akan dapat dimanfaatkan untuk restoking ke lingkungan perairan dalam upaya

memulihkan spesies ikan yang akan mengalami kepunahan (Arief : 2009).

Parameter yang biasanya diukur adalah tingkat kematangan gonad, indeks

kematangan gonad, dan fekunditas serta beberapa parameter lainnya. Gonad atau

sebutan lainnya kelamin ikan terdiri dari ganad jantan dan gonad betina. Gonad

jantan disebut juga testes berfungsi untuk menghasilkan sel kelamin jantan

(sperma), dan gonad betina disebut juga ovarium yang berfungsi menghasilkan sel
2

telur (ovum). Dalam penelitian ini, pengamatan dilakukan baik gonad jantan

maupun gonad betina (Muslim, 2007).

Fekunditas ikan adalah jumlah telur matang dalam ovari yang akan

dikeluarkan pada waktu memijah. Pertumbuhan bobot dan panjang ikan cendrung

meningkat fekunditas secara linier. Sebagian ikan dengan panjang 15 cm

mempunyai fekunditas 13.512 butir, dan panjang 60 cm mempunyai fekunditas

2.945.000 butir (Kusmini, dkk., 2016).

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui perbedaan ciri seksual

sekunder dan ciri seksual primer serta mengetahui tingkat kematangan gonad yang

ada di dalam tubuh individu ikan dan mengetahui metode yang digunakan dalam

perhitungan telur serta perhitungan diameter telur.

Adapun manfaat yang diperoleh dari praktikum ini yaitu untuk

mengembangkan pengetahuan mahasiswa mengenai seksual primer dan sekunder

pada individu ikan serta mengetahui tingkat kematangan gonad dan mendapatkan

pengetahuan mengenai bagaimana cara menghitung diameter telur pada individu

ikan.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

Sebagian besar spesies ikan adalah monokoristik, dimana sepanjang

hidupnya memiliki jenis kelamin yang sama selain monokoristik juga dikenal

dengan istilah hemaprodit yaitu di dalam tubuh individu ditemukan dua jenis

gonad (Fujaya, 2005).

Populasi ikan yang hidup secara alami di perairan umumnya terdiri dari

kelompok individu ikan jantan dan ikan betina.

Akan tetapi pada populasi ikan tertentu di dalam populasi ikan itu terdapat

juga beberapa individu yag bersifat hemaprodit sinkroni, protandri ataupun

protogini. (Diktat Kuliah Biologi Perikanan, 2017).

Seksualitas ikan adalah ciri khas untuk membedakan antara ikan jantan dan

betina. Tingkat kematangan gonad ikan dapat dideteksi dengan melihat tanda-

tanda morfologi dan fisiologi dari sel telur dan sperma (Gusrina:2014).

Tanda-tanda morfologi pada ikan betina yang sudah matang gonad adalah

perut gembung, gerak lambat, perut bila diraba terasa lunak, kulit terkadang

terlihat memerah. Sedangkan pada ikan jantan yang telah matang gonad, tanda-

tandanya adalah: ikan lebih langsing, gerakkan lincah, bila diurut kearah lubang

genital ikan akan keluar cairan berwarna putih susu.(Gusrina:2014)

Pada prinsipnya, seksualitas hewan terdiri dari dua jenis kelamin yaitu jantan dan

betina. Begitu pula seksualitas pada ikan, yang dikatakan ikan jantan adalah ikan yang

mempunyai organ penghasil sperma, sedangkan ikan betina adalah ikan yang mempunyai

organ penghasil telur. Suatu populasi terdiri dari ikan-ikan yang berbeda seksualitasnya,
4

maka populasi tersebut disebut populasi heteroseksual, bila populai tersebut terdiri dari

ikan-ikan betina saja maka disebut monoseksual. Namun, penentuan seksualitas ikan

disuatu perairan harus berhati-hati karena secara keseluruhan terdapat bermacam-macam

seksualitas ikan mulai dari hermaprodit sinkroni, protandri, protogini, hingga

gonokorisme yang berdiferensiasi maupun yang tidak (Eskasatri, 2015).

Tingkat kematangan gonad adalah tahap tertentu dari perkernbangan

gonad sebelum dan sesudah ikan mernijah. Catatan mengenai tingkat kematangan

gonad sangat penting untuk mengetahui ikan yang masak gonadnya dengan ikan

yang belum masak dari stok yang ada dalam perairan, ukuran atau umur ikan

pertama-tama menjadi masak gonadnya, apakah ikan sudah memijah atau belum,

kapan masa pemijahannya, berapa lama masa pemijahannya, berapa kali

pemijahannya dalam setahun (Zultamin, dkk., 2014).

Tingkat Kematangan Gonad menunjukkan suatu tingkatan kematangan

sexual ikan. Sebagian besar hasil metabolisme digunakan selama fase

perkembangkan gonad. Umumnya pertambahan berat gonad pada ikan betina

sebesar 10-25% dari berat tubuh, sedangkan untuk ikan jantan berkisar antara 5-

10%. Dalam mencapat kematangan gonad, dapat dibagi daam beberapa tahapan.

Secara umum tahap tersebut adalah akan memijah, baru memijah atau sudah

selesai memijah.

Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari

reproduksi ikan sebelum terjadinya pemijahan. Sebelum terjadinya pemijahan,

sebagian besar hasil metabolisme dalam tubuh dipergunakan untuk perkembangan

gonad. Pada saat ini gonad semakin bertambah berat diikuti dengan semakin

bertambah besar ukurannya termasuk diameter telurnya. Berat gonad akan


5

mencapai maksimum pada saat ikan akan berpijah, kemudian berat gonad akan

menurun dengan cepat selama pemijahan berlangsung sampai selesai (Pulungan,

2015).

Bentuk dan ukuran gonad yang terdapat pada setiap individu ikan

dipengaruhi oleh bentuk tubuh individu ikan, bentuk rongga perut, ukuran tubuh,

makanan yang dimakan ikan selama proses pematangan gonad dan factor

fisiologis tubuh. (Diktat Kuliah Biologi Perikanan, 2017)

Selama proses reproduksi, sebelum pemijahan terjadi sebagian besar hasil

metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Gonad akan bertambah berat

seiring dengan makin besar ukuran tubuhnya, termasuk pada garis tengah

telurnya. Gonad mencapai berat dan ukuran maksimum sesaat sebelum ikan itu

memijah, kemudian turun dengan cepat selama pemijahan berlangsung sampai

proses selesai (Effendie, 2002).

Secara morfologi perubahan-perubahan ini dapat dinyatakan dalam tingkat

kematangan gonad. Pengamatan morfologi meliputi warna, penampakan dan

ukuran terhadap rongga tubuh. Perhitungan secara kuantitatif dinyatakan dengan

Indeks Kematangan Gonad (IKG), suatu persentase perbandingan berat gonad

dengan berat tubuh.

Fekunditas adalah jumlah telur yang terdapat pada ovari ikan betina yang

telah matang gonad dan siap untuk dikeluarkan pada waktu memijah.

Pengetahuan tentang fekunditas dibidang budidaya perikanan sangatlah penting

artinya untuk memprediksi berapa banyak jumlah larva atau benih yang akan

dihasilkan oleh individu ikan pada waktu mijah sedangkan dibidang biologi
6

perikanan untuk memprediksikan berapa jumlah stok suatu populasi ikan dalam

lingkungan perairan (Heriyanto, 2011 dalam Manda et. al, 2016).

Ikan yang umurnya relatif lebih muda yang baru pertama kali memijah,

fekunditasnyajuga relatif lebih sedikit dibandingkandengan ikan yang berumur

relatif lebih tuayang telah memijah beberapa kali. Selain itu adanyafluktuasi

fekund itas juga dapat disebabkanikan-ikan yang didapat memiliki ukuran

danbobot tubuh yang tidak sama, sehingga ikan yangmempunyai ukuran dan

bobot lebih besar jugaakan mempunyai fekunditas yang lebih besar.

(Prasetyo:2006).
7

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan tempat


Praktikum Biologi Perikanan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 04

November 2019 pada pukul 10.00-12:00 WIB yang dilaksanakan di

Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum adalah nampan, gunting bedah ,

timbangan analitik, mikroskop Olympus cx.21, wadah ikan, pulpen, pensil,

penghapus, penggaris, serbet, tisu gulung, laporan sementara dan buku penuntun

praktikum.

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu sampel ikan Tambakan

(Helostoma temmincki) sebanyak 25 ekor, yang telah disediakan oleh

laboratorium biologi perairan.

3.3. Metode Praktikum

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah objek pengamatan

secara langsung, dimana dalam praktikum ini ikan sampel diamati secara

langsung oleh praktikan. Setelah objek diamati, maka praktikan menggambarkan

objek (sampel) tersebut ke dalam buku laporan sementara lalu mengukur ukuran

morfometrik serta mengukur berat tubuh ikan dalam timbangan, mengukur berat

gonad ikan dan menentukan tingkat kematangan gonad ikan, menentukan tahap

kematangan ovari, mengukur diameter telur di masing-masing bagian ovari, serta

menghitung nilai fekunditas setiap ovari.


8

3.4. Prosedur Praktikum

3.4.1 Seksualitas Ikan

Sampel ikan yang akan diamati diletakkan pada nampan terlebih dahulu

dengan posisi kepala ikan menghadap ke sebelah kiri. Setelah pengaturan posisi

ikan benar, lakukan pengamatan terhadap ikan. Perhatikan ciri-ciri tubuh yang

terdapat pada ikan sampel kemudian timbang bobot tubuh ikan satu persatu.

Setelah itu ukur morfometrik tubuh ikan (SL,TL,FL Bdh dan HdL) dan

gambarkan pada buku sesuai dengan ukuran. Bedah tubuh ikan dan lihatlah organ

reproduksi yang dimilikinya, apakah testes atau ovari. Jika yang dimiliki ikan

tersebut testes maka tuliskan pada laporan sementara ikan merupakan individu

jantan namun jika yang dimiliki ikan tersebut ovari maka ikan tersebut merupakan

ikan betina .

3.4.2. Tingkat Kematangan Gonad

Untuk prosedur kematangan gonad, menimbang berat ikan dan mengukur

morfometrik ikan (Hdl, Bdh, TL, FL, SL). Diamati ciri-ciri seksualnya, kemudian

menentukan jenis kelaminnya. Untuk memastikan jenis kelamin, bedah ikan dan

keluarkan gonadnya. Kemudian menentukan jenis kelamin dari ikan tersebut serta

gambarkan bentuk dari jenis kelamin tersebut (ovari dan testes) dan menyatakan

tingkat kematangan gonadnya yang berpedoman pada kriteria yang dikemukakan

oleh Cassei dalam Effendie (1979). Setelah itu menimbang berat gonad,

menentukan nilai Coeffisien Kematangan Gonad yaitu suatu nilai dalam persen

sebagai hasil dari perbndingan berat gonad dengan berat tubuh ikan termasuk

gonad dikali dengan 100%.

𝐵𝐺
𝐼𝐾𝐺 = 𝑥 100%
𝐵𝑇
9

Keterangan: IKG = Indeks Kematangan Gonad


BG = Berat gonad (gram)
BT = Berat tubuh (gram)

3.4.3. Fekunditas dan Diameter Telur

Pertama, ambil ovari yang telah diawetkan seminggu sebelum praktikum

diadakan, lalu ovari tersebut dibedah pada bagian anterior, tengah dan posterior

pada ovari kiri dan kanan. Kemudian, dihitung jumlah telur pada setiap bagian

ovari. Untuk memperoleh jumlah rataan telur di setiap sub sampel ovari (x)

digunakan rumus :

Jumlah seluruh te lur di setiap bagian ovari


x=
6

Setelah didapatkan nilai rataan dari sub sampel telur, dihitung nilai fekunditas

dengan menggunakan metode volumetrik dengan rumus :

V
X= x
v

Dimana : X = Jumlah telur dalam ovari yang akan dihitung (butir)

x = Jumlah rataan telur dari sub sampel ovari (butir)

V = Volume ovari

v = Volume sub sampel ovari


10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Klasifikasi dari ikan Tambakan (Helostoma temminckii), yaitu sebagai

berikut:

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Labyrinthici
Sub Ordo : Anabantoidei
Familia : Anabantidae
Genus : Helostoma
Spesies : Helostoma temminckii

Gambar 1. Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)


11

Gambar 2. Gonad Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)

Tabel 1. Pengukuran morfometrik, TKG dan IKG pada ikan Tambakan

(Helostoma temminckii)

Sampel FL TL SL BdH HdL BT BG JK TKG IKG


(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (gr) (gr) (%)
1 14 15 12 6 4 76 5,66 B III 7,44
2 13,5 14,3 11,5 6 4 73 11,5 B III 15,75
3 13 14 11 6 3,5 55 4,62 B III 8,4
4 14,5 15 11 5 4 73 4,18 B IV 5,72
5 14 15 11,5 5 5 72 5,51 B IV 7,65
6 14 14,5 11,5 5,5 4 73 11,69 B III 15,19
7 13,8 14 10,9 5,3 3,8 71 2,46 B IV 3,46
8 15 18 14 6 5 83 6,89 B III 8,25
9 15,6 16 14 7 8 99 9,2 B IV 9,37
10 15 16 13 7 4 73 11,95 B IV 16,36
11 14 15 13 8 4 74 4,43 B III 5,98
12 14 14,5 11,5 6 4 71 10,93 B IV 15,39
13 14,7 15 12 6 4 73 5,65 B IV 7,73
14 14,8 15 11,5 5 3,5 54 1,04 J III 1,92
15 14,7 15 11,5 6 4 62 6,6 B III 10,64
16 12,5 13 10 5,5 3,5 40 4,27 B IV 10,67
17 14,7 15 11,5 6,5 4 74 2,05 J III 2,77
18 14,3 14,5 12 5,5 4 70 6,95 B III 9,92
19 14 15 12 7 4 65 8,27 B III 13,72
20 15 16 13 7 5 73 6,06 B IV 8,21
21 15 16 13 7 5 73 7,51 B II 10,28
22 14 15 12 7 4 62 2,88 J III 4,57
23 14,5 15 11 6 4 71 1,21 J IV 1,70
24 12,5 13 10 5 3,5 47 2,11 J III 4,48
25 15 15,5 12 6,5 4 83 8,62 B II 10,38
12

Tabel 2. Perbedaan Ciri Seksualitas Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)


Penampakan Ciri Seksual Jantan Betina
Sekunder
Seksual Dimorphisme
- Ukuran tubuh Sempit Besar, agak lebar
- Bentuk tengkuk pada kepala Datar Agak cekung
- Halus kasarnya permukaan Kasar Halus
kepala
- Bentuk ujung sirip Runcing Melengkung
punggung
- Bentuk abdominal Tipis tebal
- Bentuk papila genital Mengecil mengembang
- Jumlah lubang genital Satu Satu
- Bentuk salah satu jari sirip Lancip melebar
anal
- Bentuk salah satu jari sirip panjang pendek
perut sebelah kiri
Seksual Dichromatisme
- Warna pada badan Hitam gelap Hitam sangat gelap
- Warna sirip punggung dan gelap cerah
ekor
- Garis warna pada sirip ekor gelap pekat terang
dan tubuh
- Warna noktah pada batang gelap terang
ekor
- Warna pada dasar sirip dada Dada: abu terang Dada : hitam gelap
dan sirip perut Perut : abu terang Perut : Kemerahan

Tabel 3. Ukuran Diameter Telur (unit)

NO Anterior Kiri Tengah Kanan Posterior Kiri


(unit) (unit) (unit)
1. 0,625 unit 0,625unit 0,75unit
2. 0,75 unit 0,5unit 0,75unit
3. 0,75 unit 0,5 unit 0,75unit
4. 0,625unit 0,625 unit 0,75unit
5. 0,5 unit 0,625unit 0,75unit

4.2. Pembahasan
13

Ikan tambakan (Helostoma temminckii ) merupakan jenis ikan air tawar yang

banyak terdapat di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Selain sebagai ikan

konsumsi, ikan tambakan dapat pula dijadikan ikan hias (Yuningsih dalam

Herlina,2015).

Ikan tambakan tergolong heteroseksual yaitu spermatozoa dan sel telur

masing-masing dihasilkan dari individu yang berbeda. Makanya ovari dan testis

ditemukan berkembang secara terpisah sejak pada fase benih dan kemudian setiap

individu tetap berkelamin jantan maupun betina selama hidupnya. (Sjafei,.dkk

dalam Lisna 2016) menyatakan bahwa perkembangan organ reproduksi (gonad)

secara garis besar dibagi dua tahap yaitu: (a) tahap perkembangan gonad hingga

ikan mencapai dewasa kelamin (seksual mature) dan (b) tahap pematangan produk

seksual (gamet).

4.2.1. Pengamatan Ciri Seksual Primer Ikan Helostoma temminckii

Untuk mengetahui jenis kelamin individu ikan dapat dilakukan dengan

mengamati ciri seksual primer dengan cara : 1) Membelah tubuh bagian

abdominal individu ikan, 2) Mengeluarkan gamet yang dilakukan dengan cara

menstriping induk yang sudah matang gonad sempurna yaitu dilakukan dengan

cara memberi tekanan lembut dan halus pada bagian abdominal dan urut dari arah

dada ke lubang genital, dan 3) Mengambil gamet dari dalam gonad melalui cara

pengisapan dengan bantuan kateter canula. Dalam pelaksanan praktikum yang

dilakukan utuk mengetahui jenis kelamin individu ikan adalah dengan cara

membedah tubuh bagian abdominal saja.

Hasil dari pengamatan terhadap 25 ekor ikan tambakan didapatkan ciri-ciri

gonad jantan dan betina. Dimana ciri-ciri gonad jantan bentuknya memanjang dan
14

berwarna putih susu, sedangkan gonad betina berbentuk bulat memanjang dan

berwarna Kuning.

4.2.2. Pengamatan Ciri Seksual Sekunder Ikan Helostoma temminckii

Untuk mengetahui penampakan ciri seksual sekunder dilakukan dengan

memperhatikan bentuk atau ukuran serta bagian-bagian tubuh tertentu maupun

pada organ-organ pelengkapnya seperti ukuran tubuh, bentuk tengkuk pada

kepala, bentuk abdominal, bentuk papila genital, jumlah lubang genital, bentuk

lubang genital dan warna pada permukaan tubuh dan organ-organ pelengkapnya

seperti warna pada badan, warna pada sirip punggung dan ekor, warna noktah

pada batang ekor, warna pada dasar sirip dada dan perut serta garis-garis warna

pada sirip ekor dan tubuh (Putra. et al, 2018).

Hasil pengamatan dari 25 ekor ikan Tambakan didapatkan ciri individu

jantan dan betina. Individu jantan mempunyai ciri-ciri antara lain ukuran tubuh

lebih kecil atau sempit dari tubuh ikan betina yang besar atau luas, bentuk tengkuk

kepala kecil pada ikan jantan dan pada ikan betina besar, bentuk ujung sirip

punggung jantan lebih runcing dan betina agak melengkung atau membundar,

pada individu ikan jantan permukaan kepala lebih kasar daripada ikan betina serta

warna badan ikan jantan lebih terang daripada ikan betina.

4.2.3 Pengamatan Tingkat Kematangan Gonad

Pengamatan tentang tahap-tahap kematangan gonad ikan dapat dilakukan

secara morfologi dan histologi. Penampakan ciri ciri seksual sekunder dilakukan

dengan dua cara, yaitu seksual dimorphisme dan seksual dichromatisme.

Sifat seksual sekunder ialah tanda tanda luar yang dapat dipakai untuk

membedakan jantan dan betina. Apabila satu spesies ikan mempunyai sifat
15

morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina, maka spesies

itu memilki seksual dimorphisme. Apabila yang menjadi tanda itu warna, maka

ikan itu mempunyai sifat seksual dikromatisme. Pada ikan jantan mempunyai

warna lebih cerah dan lebih menarik dari pada ikan betina.

4.2.4. Pengamatan Fekunditas dan Diameter Telur

Penentuan fekunditas dilakukan dengan mengambil ovari ikan betina yang

telah matang gonad pada TKG III, IV dan V. Fekunditas diasumsikan sebagai

jumlah telur yang terdapat dalam ovari ikan yang telah mencapai TKG III,

IV dan V. Fekunditas total dihitung dengan menggunakan metode jumlah yaitu

penghitungan secara langsung. Metode ini digunakan untuk menghitung telur ikan

yang jumlahnya relatif sedikit. Cara mendapatkan telur yaitu dengan mengambil

telur ikan betina dengan mengangkat seluruh gonadnya dari dalam perut

ikan ditimbang dengan menggunakan timbangan elektrik dengan ketelitian

0,001 g. Gonad tersebut dimasukkan ke dalam botol roll untuk diawetkan

dengan larutan Gilson yang berfungsi melarutkan dinding gonad sehingga

butiran telur dapat terlepas. Larutan Gilson dapat melepaskan jaringan-jaringan

pembungkus telur sehingga memudahkan dalam perhitungan butir-butir telur.

Diameter telur diukur di bawah mikroskop biokuler dengan bantuan

mikrometer okuler yang telah ditera sebelumnya. Hasil dari setiap

pengukuran diameter butir telur ditampilkan dengan kurva pada setiap TKG yaitu

TKG III, IV dan V (Andy omar dalam Kariyanti, 2014)

Pada praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa ukuran diameter

telur pada ikan tambakan ( Helostoma temmincki ) tiap bagian berbeda, begitu

juga dengan jumlah telur yang dihasilkan pada tiap bagian seperti anterior, tengah,
16

posterior. Hal ini disebabkan tingkat kematangan gonad pada ikan setiap bagian

tidak sama, semakin matang gonad ikan maka diameter telurnya semakin besar

karna adanya pembentukan kuning telur begitu juga sebaliknya semakin rendah

tingkat kematangan gonad ikan maka diameter telur semakin kecil.


17

V.KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dengan diperolehnya data-data morphometrik dan meristik diketahui bahwa setiap

spesies ikan mempunyai ukuran tubuh yang berbeda antara satu dengan yang lainnya dan

juga didapat perbandingan antara panjang tubuh dengan panjang bagian tubuh lainnya.

Kemudian dengan melakukan pendeterminasian untuk memperoleh data kita dapat

menentukan spesies dari objek praktikum yang kita lakukan yang sering dikenal dengan

pengidentifikasian.

Tingkat kematangan gonad dapat diketahui melalui dengan memperhatikan

ciri-ciri pertahapan pada masing-masing gonad. Tingkat kematangan gonad

dipengaruhi oleh ukuran tubuh, faktor genetika, keadaan lingkungan perairan.

Selain itu, perkembangan gonad pada ikan mempengaruhi pertambahan berat

tubuh ikan.

Nilai fekunditas pada masing-masing ikan berbeda, dapat dipengaruhi oleh

spesies, umur, ukuran, makanan, lingkungan bahkan diameter telur pada ikan

tersebut. Dan dari perhitungan volumetrik pada ikan Helostoma temminckii

didapatkan hasil, banyaknya jumlah telur di dalam ovari ikan betina.

5.2. Saran

Sebelum praktikum Biologi Perikanan, diharapkan setiap praktikan

mengerti dengan jelas mengenai prosedur serta pelaksanaan praktikum, sehingga

praktikum biologi perikanan dapat berjalan dengan baik dan lancar.


18

DAFTAR PUSTAKA

Arief, 2009. Profil Departemen Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia.


Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Diktat kuliah biologi. Fakultas perikanan dan kelautan universitas riau : 2017.
Pekanbaru.

Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.

Fujaya, 2005. Analisis hasil tangkapan sumberdaya ikan ekor kuning (caesio
cuning ). University Maritime Raja Ali Haji.

Gusrina, 2014. Genetika dan Reproduksi ikan. Edisi 1. Yogyakarta, Indonesia:


Deepublish.Grup CV. Budi Utama.

Muslim. 2007. Tingkat Perkembangan Gonad (TKG) Ikan Kurisi (Channa striata
Blkr) di Rawa Sekitar Sungai Kelekar. Agria. 3 (2): 25-27

Prasetyo, 2006. Kebiasaan makan, tingkay kematangan gonad dan fekunditas ikan
Haruan (Channa Striata BLOCH) Di Suaka Perikanan Sungai
Sambujur Das Barito Kalimantan Selatan. Jurnal ilmu-ilmu
Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2006, Jilid 13, No: 1:27-31

Pulungan, C.P. 2015. Nisbah Kelamin dan Nilai Kemontokan Ikan Tabingal
(Puntioplitas bulu Blkr) dari Sungai Siak Riau. Jurnal
Perikanan dan Kelautan. ISSN : 0853-7607.
Putra et al. 2018. ‘Penuntun Praktikum Biologi Perikanan’. Fakultas perikanan
Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.

Kusmini, I. I., F. P. Putr dan V. A. Prakoso. 2016. Bioreproduksi dan Hubungan


Panjang Bobot terhadap Fekunditas pada Ikan Lalawak
(Barbonymus balleroides). Jurnal Riset Akuakultur. 11 (4):
339-345.

Sjafei, D.S., dan Saadah. 2000. Beberapa Aspek Biologi Ikan Petek (leiognathus
splendens Cuv) Di Perairan Teluk Labuhan, Jawa Barat. Jurnal
Iktiologi Indonesia I (1): 13-17
Zultamin., Muslim dan Yulisman. 2014. Pematangan Gonad Ikan Kurisi Betina
(Channa striata) Menggunakan Hormon Human Chorionic
Gonadotropin Dosis Berbeda. Jurnal Akuakultur Rawa
Indonesia. 2 (2): 162-174.
19

LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat dan Bahan yang digunakan


20

Tisu Gulung Buku Penuntun Praktikum Timbangan

Penghapus Pena Penggaris

Pensil Kater Nampan


21

Serbet Gunting Bedah Ikan Tambakan

Anda mungkin juga menyukai