Anda di halaman 1dari 22

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan merupakan salah satu organisme yang hidup di air, dimana setiap

individu mempunyai ciri yang berbeda satu sama lain terutama dalam menentukan

jenis kelamin setiap individu. Untuk mengetahui ciri yang menentukan jenis kelamin

ikan diperlukan pengamatan terhadap organ reproduksinya.

Pengetahuan mengenai seksualitas ikan merupakan suatu kegiatan yang

menarik untuk dipelajari dan dikembangkan terutama bagi orang-orang yang

berkecimpung di bidang biologi perikanan. Setelah bidang biologi pada khususnya

mengenai tentang seksualitas pada berbagai jenis ikan pastilah banyak keuntungannya

terutama dalam bidang budidaya perikanan.

Manda (2019) mengatakan bahwa penentuan ciri seksual yang diamati pada

setiap individu ikan terdiri dari ciri seksual primer dan ciri seksual sekunder.

Penampakan ciri seksual sekunder pada individu ikan ada yang bersifat permanen dan

ada juga yang bersifat sementara.

Untuk membedakan suatu individu ikan baik ikan jantan maupun ikan betina

kita dapat memperhatikan ciri- ciri seksual yang dimilikinya yaitu ciri seksual primer

atau sekunder. Pengamatan terhadap ciri seksual primer dapat dilakukan dengan cara

membedah tubuh ikan di bagian perut dan kemudian memperhatikan gonad yang

dimilikinya, gonad tersebut adalah testes atau ovari. Untuk membedakan tetes atau

ovari adalah dengan memperhatikan warna gonad, bentuk permukaan gonad dan
2

diameter gonad sedangkan cara kedua adalah memperhatikan ciri seksual sekunder

yakni penentuan jenis kelamin dilakukan dengan cara memperhatikan bentuk tubuh

dan organ pelengkapnya.

Pengetahuan tentang aspek biologi suatu spesies ikan sangat dibutuhkan

sekali terutama dalam pengembangan spesies ikan untuk dijadikan sebagai ikan yang

akan dibudidaya. Kelak jika ikan itu berhasil menjadi ikan budiddaya makan akan

dapat dimanfaatkan untuk restoking ke lingkungan perairan dalam upaya memulihkan

spesies ikan yang akan mengalami kepunahan.

1.2. Tujuan dan Manfaat Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui

seksualitas ikan, tingkat kematangan gonad, fekunditas dan diameter telur pada ikan

Selincah (Belontia hasselti) dan semua tingkah laku yang dilakukan ikan baik itu

sebelum mijah, pada waktu mijah, dan pasca pemijahan.

Sedangkan manfaat dari pelaksanaan praktikum ini adalah agar praktikan

mengerti cara pengenalan jenis ikan dan identifikasi ikan dan dapat mencari serta

menghitung tingkat kematangan gonad ikan, seksualitas ikan, mengukur diameter

telur pada ikan Selincah (Belontia hasselti).


3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengenalan Jenis Ikan dan Identifikasinya

Identifikasi adalah tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi

individu yang beraneka ragam dan memasukkannya ke dalam suatu

takson. Identifikasi berhubungan dengan ciri taksonomi dalam jumlah sedikit

akan membawa specimen ke dalam suatu urutan kunci identifikasi.

Identifikasi penting artinya bila ditinjau dari segi ilmiahnya, sebab seluruh urutan

pekerjaan berikutnya sangat tergantung kepada hasil identifikasi yang benar dari

suatu spesies Effendi dalam Cahyono (2014).

Dalam pelaksanaannya, mengidentifikasi suatu jenis ikan bukanlah hal yang

mudah karena memerlukan suatu metoda, peralatan tertentu (kaliper, kaca pembesar,

mikroskup, dan lainnya); buku atau pustaka mengenai taksonomi, pengenalan jenis,

dan pustaka terkait (Haryono, 2017).

Untuk mengenal secara jelas jenis ikan yang diamati dan dapat diketahui secara

pasti nama spesies ikan yang diamati, maka dilakukan pendeterminasian agar dapat

data meristik dan morphometriknya. Data meristik yang dihitung meliputi jumlah

sisik pada bagian tubuh tertentu dan jumlah jari-jari sirip, diantaranya jumlah sisik

pada gurat sisi, jumlah sisik sebelum sirip punggung, jumlah sisik melintang badan,

jumlah sisik pada pangkal ekor; jumlah jari-jari pada sirip punggung, sirip dubur,

sirip dada dan yang lainnya. Data morphometrik yang diambil yaitu panjang total

(TL), panjang baku (SL), panjang kepala (HdL), lebar badan (BdH).

(Widianto, 2016).
4

2.2. Seksualitas Ikan

Populasi ikan yang hidup secara alami di perairan umumnya terdiri dari

kelompok individu ikan jantan dan ikan betina. Akan tetapi pada populasi ikan

tertentu di dalam populasi ikan itu terdapat juga beberapa individu yag bersifat

hemaprodit sinkroni, protandri ataupun protogini (Haryani, 2015).

Menurut Effendi dalam Asep (2015), sifat seksualitas primer dan sekunder

adalah sifat seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang secara

langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yakni ovarium dan pembuluhnya

pada ikan betina dan testes dengan pembuluhnya pada ikan jantan. Tanpa melihat

tanda-tanda lain pada ikan akan sukar mengetahui organ seksual primernya. Sifat

seksual sekunder pada ikan adalah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk

membedakan ikan jantan dan ikan betina.

Menurut pendapat Murtejo (2019), sifat seksual sekunder adalah tanda-tanda

luar yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina. Satu spesies

ikan yang mempunyai sifat morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan jantan

dan betina dengan jelas, maka spesies itu bersifat seksual dimorfisme. Namun apabila

spesies ikan dibedakan jantan dan betinanya berdasarkan perbedaan warna, maka ikan

itu bersifat seksual dikromatisme. Pada umumnya ikan jantan mempunyai warna

lebih cerah dan lebih menarik dari pada ikan betina.

2.3. Tingkat Kematangan Gonad

Gonad adalah organ reproduksi pada ikan yang berfungsi menghasilkan sel

kelamin (gamet) berada di ruas-ruas tulang vertebrata, diatas saluran pencernaan

makanan, pada beberapa spesies ikan posisinya juga berada di sisi kiri dan kanan
5

gelembung renang. Pada setiap individu spesies ikan yang sudah matang kelamin

akan memiliki sepasang gonad. (Manda, 2015)

Bentuk dan ukuran gonad yang terdapat pada setiap individu ikan dipengaruhi

oleh bentuk tubuh individu ikan, bentuk rongga perut, ukuran tubuh, makanan yang

dimakan ikan selama proses pematangan gonad dan factor fisiologis tubuh. (Susanto,

2001).

Tingkat kematangan gonad merupakan bentuk analisis proses kematangan

gonad ikan yang semakin matang sebelum terjadi pembuahan. Dalam reproduksi,

sebagian hasil metabolisme tertuju pada perkembangan gonad. Berat gonad semakin

bertambah dan mencapai maksimum ketika ikan akan memijah, kemudian beratnya

menurun setelah pemijahan. (Susanti, 2014).

Perbedaan pada penentuan tahap TKG baik perbedaan observer maupun

perbedaan waktu, sehingga digunakan acuan standar umum dalam penentuan

tersebut. Tahapan TKG yang digunakan terdiri dari 5 tahap (five stage of visual

maturity stage for partialspawning fishes), yaitu :

 TKG I (immature, dara)

 TKG II (developing, dara berkembang)

 TKG III (maturingl ripening, pematangan)

 TKG IV (maturel ripel grapid, matang)

 TKG V (spent,salin). (Effendi dalam Yanuarista, 2018).

2.4. Fekunditas dan Diameter Telur pada Ikan


6

Fekunditas adalah jumlah telur yang terdapat pada ovary ikan betina yang telah

matang gonad dan siap untuk dikeluarkan pada saat memijah,. Pengetahuan tentang

fekunditas dibidang budidaya perikanan sangatlah penting artinya untuk memprediksi

berapa banyak jumlah larva tau benih yang akan dihasilkan oleh individu ikan pada

waktu mijah sedangkan dibidang biologi perikanan untuk memprediksi berapa jumlah

stok suatu populasi ikan dalam lingkungan perairan (Hardjamulia, 1995).

Banyak telur yang belum dikeluarkan sesaat sebelum ikan memijah atau biasa

disebut dengan fekunditas memiliki nilai yang bervariasi sesuai dengan spesies.

Jumlah telur yang dihasilkan merupakan hasil dari pemijahan yang tingkat

kelangsungan hidupnya dialam sampai menetas dan ukuran dewasa sangat ditentukan

oleh faktor lingkungan. (Arief ,2017).

Diameter telur adalah garis tengah atau ukuran panjang dai suatu telur yang

diukur dengan mikrometer berskala yang sudah ditera. Semakin meningkat tingkat

kematangan gonad garis tengah telur yang ada dalamovarium semakin besar. Masa

pemijahan setiap spesies ikan bebeda-beda, ada pemijahan yang berlangsung singkat,

tetapi banyak pula pemijahan dalam waktu yang panjang ada pada ikan yang

berlangsung beberapa hari. Semakin meningkat tingkat kematangan, garis tengah

telur yang ada dalam ovarium semakin besar pula (Mulyasari,2014).

Ukuran telur dapat dipengaruhi oleh faktor status nutrisi induk betina,

ukuran/umur induk betina, tipe spawning (alami/buatan), atau waktu pemijahan

(awal, pertengahan, atau akhir musim pemijahan. (Syandri, 1996).


7

III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum mengenai Pengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi, Seksualitas Ikan,

Tingkat Kematangan Gonad, serta Fekunditas dan Diameter Telur pada Ikan Selincah

(Belontia hasselti) di laksanakan pada hari Rabu, 30 Oktober 2019. Pukul 13:30-

15:30 WIB, di Laboratorium Biologi Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan

Universitas Riau.

3.2. Alat dan Bahan

Bahan untuk praktikum ini menggunakan Ikan Selincah (Belontia hasselti)

yang berjumlah 25 ekor. Sedangkan alat yang digunakan dalam praktikum kali ini

adalah nampan, alat tulis, timbangan, mikroskop, serbet, tisu, gunting bedah, dan

buku penuntun praktikum.

3.3. Metode Praktikum

Metode yang dipergunakan pada praktikum ini adalah metode langsung dimana

objek diteliti dan diamati secara langsung oleh praktikan untuk diambil datanya

sesuai dengan tuntunan yang terdapat didalam buku penuntun praktikum.

3.4. Prosedur Praktikum

Dalam melakukan praktikum, ikan yang dijadikan objek praktikum terlebih

dahulu dilakukan pengukuran morphometrik terhadap tubuh ikan untuk mengetahui

panjang total (TL), panjang baku (SL), tinggi badan (BdH), dan panjang kepala

(HdL), serta pengukuran tehadap bidang-bidang dari tubuh ikan lainnya. Selanjutnya
8

dilakukan penimbangan setiap individu ikan dan pembelahan bagian abdominal untuk

mengetahui jenis kelamin apakah jantan atau betina.

Kemudian mencatat penampakan ciri seksual primer dan penampakan ciri

seksual sekunder (dimorphisme dan dichromatisme) pada individu ikan jantan atau

betina yang diamati melihat bentuk secara lengkap dan jelas perbedaan penampakan

ciri seksual primer dan sekunder, menggambar bentuk testes dan ovari yang tampak,

serta membuat laporan sementara hasil pengamatan dan pencatatan.


9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan pada Ikan Selincah (Belontia

hasselti) adalah sebagai berikut:

4.1.1. Morfometrik Ikan Selincah 23

Berikut adalah gambar hasil praktikum pada Ikan Selincah 23 (Belontia

hasselti) yang memiliki ukuran panjang total (TL) 12,5cm, panjang baku (SL) 9,5 cm,

tinggi badan (HdL) 3 cm, panjang kepala (BdH) 5 cm, dan jenis kelamin betina.

4.1.2. Morfometrik Ikan Selincah 24

Berikut adalah gambar hasil praktikum pada Ikan Selincah 24 (Belontia

hasselti) yang memiliki ukuran panjang total (TL) 12, panjang baku (SL) 8,5 cm,

tinggi badan (HdL) 2,7 cm, panjang kepala (BdH) 4,3 cm, dan jenis kelamin jantan.

4.1.3. Morfometrik Ikan Selincah 25

Berikut adalah gambar hasil praktikum pada Ikan Selincah 25 (Belontia

hasselti) yang memiliki ukuran panjang total (TL) 11 cm, panjang baku (SL) 8 cm,

tinggi badan (HdL) 2,5 cm, panjang kepala (BdH) 4 cm, dan jenis kelamin betina.

Klasifikasi Ikan Selincah (Belontia hasselti) menurut Kottelat et al. (1993)

sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Class : Pisces
10

Ordo : Perciformes

Family : Osphronemidae

Genus : Belontia

Spesies : Belontia hasselti

Gambar 1. Ikan Selincah (Belontia hasselti)

Ovari Testes

Gambar 2. Testes dan Ovari


11

Dari pengamatan ciri seksual sekunder dan ciri seksual primer dari ikan Selincah

(Belontia hasselti)dapat dibedakan antara jantan dan betina sebagai berikut :

Tabel 1. Perbedaan ciri seksual primer dan sekunder pada Ikan Selincah (Belontia
hasselti)

Penampakan Seksual Jantan Betina


Ciri seksual primer
- Bentuk gonad Memanjang Bulat memanjang
- Warna gonad Putih Kuning
Ciri seksual sekunder
dimorphisme
- Ukuran tubuh Besar Kecil
- Bentuk tengkuk Simetris Simetris
kepala
- Halus kasarnya Kasar Halus
permukaan kepala
- Bentuk ujung Meruncing Meruncing
sirip punggung
- Bentuk abdominal Halus Membundar Halus membundar
- Bentuk papila Lonjong Bulat
genital
- Jumlah lubang 1 1
genital
- Bentuk lubang Lonjong Bulat
genital
- Bentuk salah satu Runcing Runcing
jari sirip anal
- Bentuk salah satu - -
jari sirip perut
sebelah kiri
Ciri seksual sekunder
dichromatisme
- Warna pada tubuh Tidak terlalu terang Gelap
- Warna pada sirip Hitam keabuan Hitam keabuan
punggung dan
ekor
- Garis warna sirip Hitam keabuan Hitam keabuan
pada ekor dan
tubuh
- Warna noktah Hitam Hitam
pada batang ekor
12

- Warna pada dasar Keabuan Keabuan


sirip dada dan
sirip perut

Tabel. 2. Hasil Pengukuran Morfometrik, BG, TKG dan IKG pada Ikan Selincah
(Belontia hasselti)

No TL SL BdH HdL BI JK TKG BG IKG


1. 13 9,5 4,5 3 38 Betina IV 5,98 15,73%
2. 12,5 8,5 4 2,5 24 Betina IV 30,08 14,29%
3. 10,5 7,5 3,5 2,5 18 Betina IV 17,08 1,77%
4. 11 8 4 1,5 25 Betina IV 21,14 12,08%
5. 14,5 11,5 5 3 21 Betina IV 17,82 5%
6. 13,5 10,5 4 3 40 Jantan II 2,70 1%
7. 12,5 9,5 4,2 3 30 Jantan II 2,39 1,4%
8. 10 8 3,5 2 20 Betina III 3,02 16,05%
9. 12 8,5 4 3 27 Betina III 3,48 6,2%
10. 11,5 9 4,5 2,5 32 Betina II 2,92 5%
11. 16 11,5 5 3,5 59 Jantan III 3,07 1,2%
12. 14 11 4 3 44 Betina II 2,81 11,6%
13. 12 9 3,5 2,5 22 Betina II 2,68 10%
14. 12,5 9,5 4 3 34 Betina I 0,28 10,6%
15. 12 9 3,5 2,5 24 Jantan II 2,18 0,8%
16. 11,5 9 4 3 30 Betina IV 6,10 13,16%
17. 11,5 8,5 5 3,5 24 Betina IV 12,28 6%
18. 11,5 9 5 3,5 23 Betina IV 10,17 5%
19. 11,5 9 5 3,5 22 Betina IV 15,70 7,7%
20. 11 8,5 4 2,5 23 Betina IV 17,35 2,5%
21. 11,5 8,5 4 2,5 23 Betina IV 22,23 13,3%
22. 10,5 8 3,5 2 47 Jantan IV 12,38 2,3%
23. 12,5 9,5 5 5 39 Betina III 3,12 10,12%
24. 12 8,5 4,3 2,7 28 Jantan II 2,78 2,7%
25. 11 8 4 2,5 24 Betina II 2,18 11,33%
13

Tabel 3. Diameter telur ikan Selincah (Belontia hasselti)

No Anterior kiri Anterior kanan Posterior kanan


1. 0,125mm 0,43mm 0,35mm
2. 0,1 mm 0,15mm 0,26mm
3. 1,05 mm 0,22mm 0,31mm
4. 1,5mm 0,61mm 0,42mm
5. 1,5mm 0,37mm 0,36mm

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pengamatan Penampakan Ciri Seksual Primer

Untuk mengetahui jenis kelamin individu ikan dapat dilakukan dengan

mengamati ciri seksual primer dengan cara : 1) Membelah tubuh bagian abdominal

individu ikan, 2) Mengeluarkan gamet yang dilakukan dengan cara menstriping induk

yang sudah matang gonad sempurna yaitu dilakukan dengan cara memberi tekanan

lembut dan halus pada bagian abdominal dan urut dari arah dada ke lubang genital, 3)

Mengambil gamet dari dalam gonad melalui cara pengisapan dengan bantuan kateter

canula. Dalam pelaksanan praktikum yang dilakukan utuk mengetahui jenis kelamin

individu ikan adalah dengan cara membedah tubuh bagian abdominal saja. (Penuntun

Praktikum Biologi Perikanan, 2019).

Hal ini sesuai dengan pendapat Tang.U.M (2002) Testes pada ikan Selincah

berwarna putih susu sedangkan ovari pada ikan Selincah berwarna kuning keemasan

dimana dapat dilihat dengan mata telanjang. Letaknya di samping kiri dan kanan

gelembung renang, di bawah vertebrae dan di atas saluran pencernaan. Ikan jantan

dan ikan betina juga memiliki sifat yang berbeda secara fisik, misalkan dalam
14

pergerakan, tingkah laku, cara makan, dan penyesuaian diri dalam lingkungan

populasi maupun ekologi dan habitatnya.

4.2.2. Pengamatan Penampakan Ciri Seksual Sekunder

Untuk mengetahui penampakan ciri seksual sekunder dilakukan dengan

memperhatikan bentuk atau ukuran serta bagian-bagian tubuh tertentu maupun pada

organ-organ pelengkapnya seperti ukuran tubuh, bentuk tengkuk pada kepala, bentuk

abdominal, bentuk papila genital, jumlah lubang genital, bentuk lubang genital dan

warna pada permukaan tubuh dan organ-organ pelengkapnya seperti warna pada

badan, warna pada sirip punggung dan ekor, warna noktah pada batang ekor, warna

pada dasar sirip dada dan perut serta garis-garis warna pada sirip ekor dan tubuh.

(Ridwan, 2014).

Hasil pengamatan dari 25 ekor ikan Selincah (Belontia Hasselti) didapatkan

ciri individu jantan dan betina. Individu jantan mempunyai ciri-ciri seksual sekunder

Dimorphisme antara lain ukuran tubuh lebih kecil dari tubuh ikan betina yang

bervariasi karena ikan yang menjadi objek tidak seumur, permukaan tengkuk kepala

kasar pada ikan jantan dan permukaan tengkuk kepala pada ikan betina halus, bentuk

ujung sirip punggung jantan besar dan meruncing dan pada betina kecil dan runcing,

bentuk papila genital pada jantan dan betina bulat, mempunyai satu lubang genital

pada jantan dan dua lubang genital pada betina, bentuk lubang genital pada jantan

lonjong dan memanjang dan bentuk lubang genital pada betina bulat dan lubang agak

besar, bentuk abdominal mendatar pada jantan dan pada betina menggembung,

bentuk ujung sirip anal jantan dan betina memanjang, bentuk ujung sirip perut
15

sebalah kiri pada jantan panjang dan pada betina lebih memanjang, serta pada

individu ikan jantan permukaan kepala lebih kasar daripada ikan betina.

Hasil pengamatan dari 25 ekor ikan Selincah (Belontia Hasselti) didapatkan

ciri individu jantan dan betina. Individu jantan mempunyai ciri-ciri seksual sekunder

Dichromatisme antara lain : warna pada badan ikan jantan lebih cerah dan pada ikan

betina kurang cerah/kusam, warna pada sirip punggung dan ekor ikan jantan lebih

cerah dan betina agak gelap, garis-garis warna pada sirip ekor dan tubuh ikan jantan

lebih cerah dan ikan betina agak gelap, warna noktah pada batang ekor ikan jantan

lebih cerah dan ikan betina agak gelap, serta warna pada dasar sirip dada dan sirip

perut ikan jantan lebih cerah dan ikan betina agak gelap Hal ini sesuai dengan

pendapat Nikolsky dalam Ernawati et al., (2014),.

Dari hasil pengukuran morphometrik dari ikan Selincah (Belontia Hasselti)

didapatkan ukuran badan antara 10- 14 cm dan berat setiap individu antara 18-57 gr.

Dan dari hasil pengamatan jenis kelamin didapatkan 6 ekor ikan jantan dan 19 ekor

ikan betina.
16

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa

penentuan jenis kelamin ikan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan

pengamatan seksualitas primer dan pengamatan seksualitas sekunder. Pengamatan

seksualitas primer dapat dilakukan dengan cara membedah tubuh ikan itu sendiri

kemudian gonadnya diperhatikan. Dari situlah kita dapat menentukan jenis kelamin

ikan tersebut. Sedangkan pengamatan seksualitas sekunder dapat dilakukan dengan

pengamatan bagian-bagian luar tubuh ikan tanpa membedah tubuh ikan yang akan

diamati.

Dan pada praktikum Tingkat Kematangan Gonad Ikan dapat disimpulkan

bahwa ikan yang diamati Tingkat Kematangan Gonad nya baik , sehingga mudah

diperoleh ikan yang siap untuk memijah atau ikan yang telah matang gonad. Dan

selain itu perkembangan gonad di dalam tubuh ikan sangat dipengaruhi oleh kuantitas

dan kualitas makanan serta kondisi lingkungan perairan tempat ikan itu hidup.

5.2. Saran

Saran untuk praktikum ini adalah agar dalam pengamatan seksualiatas ikan

dan kematangan gonad ikan ini sebaiknya menggunakan spesies ikan yang berbeda

dan sebaiknya ikan yang akan disiapkan untuk praktikum adalah segera dikeluarkan,

agar tidak menunggu lama.


17

DAFTAR PUSTAKA

Asep. 2015. Profil Departemen Kelautan Dan Perikanan Republik


Indonesia. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Ernawati, Y., Siti Nurul Aida, dan H. A. Juwaini. 2014. Biologi Reproduksi Ikan
Sepatung (Pristolepis grooti) di Sungai Musi. Jurnal. Jurnal Iktiologi
Indonesia, 9 (1): 2009. Bogor. 13-24 Hal.

Hardjamulia, A., N. Suhenda., dan E. Wahyudi. 1995. Perkembangan Oosit dan Ovari
Ikan Semah (Tor dourenensis) di Sungai Selabung, Danau Ranau, Sumatera
Selatan. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia I(3) : 36 – 48.

Haryani, G. S., dan F. Sulawesty. 2003. Efek Hormon 17α-Metiltestosteron Terhadap


Pertumbuhan Ikan Pelangi Irian (Melanotaenia boesemani). Jurnal Iktiologi
Indonesia, 3 (1):1-4.

Kottelat, M. A. 1993. Ikan Air Tawar di Perairan Indonesia Bagian Barat dan
Sulawesi. Periplus Edition (HK) Limited Bekerjasama Proyek EMDi. Kantor
kementerian Kependudukan dan Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
Jakarta. 594 Hal.

Manda, R, Pulungan, Windarti. 2019 Penuntun Praktikum Biologi Perikanan.


Laboratorium Biologi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Pekanbaru.

Mulyasari. 2014. Karakteristik Fenotipe Morfometrik dan Keragaman Genotipe


RAPD (Randomly Amplified Polymorphism DNA) Ikan Nilem (Osteochilus
hasselti) di Jawa Barat. Tesis Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.

Murtejo, H. E. 2016. Effektivitas Egg Stimulant dalam Pakan terhadap Pematangan


Gonad dan Produktifitas Ikan Red Fin Shark (Epalzeorhynchos frenatum).
Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Susanti, L. 2014. Study Biologi Reproduksi Ikan Pantau Janggut Dari Rawa Banjiran
Sungai Tapung dan Sungai Tenayan Provinsi Riau. Skripsi. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. Pekanbaru. 68 Hal. (tidak
diterbitkan).

Susanto, H. 2001. Budidaya Ikan di Pekarangan. Jakarta : PT . Penebar Swadaya. 73


Halaman.
18

Syandri, R. 1996. Aspek Reproduksi Ikan Bilih (Mystacolucus padangensis) dan


kemungkinan Pembenihannya Di Danau Singkarak. Disertasi. Program Pasca
Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 106 Hal.
Tang.U. M. 2002. Fisiologi Hewan Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Riau. Pekanbaru. 217 Halaman.

Thaib Rizwan. 2016 Identifikasi Jenis Ikan di Perairan Laguna Gampoeng Kecamatan
Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. 1 (1)
: 66-81.

Yanuarista, Rizky. 2018. Laporan Praktikum Biologi Perikanan Tingkat Kematangan


Gonad Ikan.Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh November: Surabaya.
19

LAMPIRAN
20

Lampiran 1. Alat saat praktikum

Serbet Buku penuntun praktikum

Alat tulis Nampan

Gunting Bedah Timbangan Berat Badan


21

Timbangan Gonad

Lampiran 2. Bahan Praktikum

Ikan Selincah (Belontia hasselti)

Ovari Testes
22

Lampiran 3. Perhitungan Diameter Telur

12,5 x 0,01 43x 0,01 35 x 0,01


= 0,125mm = 0,73 = 0,35

10 x 0,01 15 x 0,01 26 x 0,01


= 0,1 = 0,15 = 0,26

105x 0,01 22 x 0,01 31 x 0,01


= 10,5 = 0,22 = 0,31

450 x 0,01 61 x 0,01 42 x 0,01


= 1,5 = 0,61 = 0,42

150 x 0,01 37 x 0,01 36 x 0,01


= 1,5 = 0,37 = 0,36

𝑊
Fekunditas : X 𝑤 x

5,98
=0,03 x 0,795

4,7541
=
0,03

= 158,47 gr

Penggunaan perkalian 0,01 dikarenakan saat melihat sampel telur di mikroskop


menggunakan perbesaran 10x10.

Anda mungkin juga menyukai