PENDAHULUAN
Sampah laut (marine debris) ialah benda padat yang kuat dan tahan lama,
diproduksi atau diproses oleh manusia, secara langsung atau tidak langsung, sengaja
atau tidak sengaja, dibuang atau ditinggalkan melalui sungai dan berakhir di dalam
lingkungan laut (NOAA, 2013). Beberapa jenis sampah laut yang dapat ditemukan di
antaranya plastik, kain, busa, gabus, kaca, keramik, logam, kertas, karet, dan kayu
(Hastuti ,2014),). Tipe plastik merupakan jenis sampah laut dominan di antara tipe
sampah laut
Berbagai macam masalah muncul akibat adanya sampah laut (marine debris)
ikan yang ditangkap. Bila hal tersebut terjadi, maka berpengaruh terhadap rantai
makanan, perekonomian dan juga akan berdampak pada kehidupan manusia terutama
Dari sifat plastik tersebut menjadikan plastik sangat berbahaya bagi lingkungan
sekitar. Semakin tingginya sampah plastik yang ada pada lingkungan akan memiliki
potensi sebagai cemaran. Selain itu plastik memiliki sifat yang tidak mudah terurai
(non biodegradable) pada tanah maupun perairan, sehingga dengan sifat yang
demikian plastik diperkirakan membutuhkan waktu 100 sampai 500 tahun, hingga
yang dikemukakan oleh Lippiat et al., (2013) dapat dilihat pada Tabel 1.
permukaan perairan.
3. Meso-debris merupakan sampah laut yang berukuran >5 mm sampai < 2,5
ukuran 0,33 sampai 5,0 mm. Sampah yang berukuran seperti ini sangat mudah
terbawa oleh arus, selain itu sangat berbahaya karena dapat dengan mudah
Sama halnya dengan mikro-debris sampah jenis ini sangat berbahaya karena
I.2. Mikroplastik
Bagian terkecil dari plastik setelah mengalami proses degradasi dikenal dengan
>5 mm (Eriksen et al.,2013). Plastik dengan ukuran kurang dari 5 mm terlihat seperti
bagi biota laut (Wright et al., 2013). Biota laut secara tidak langsung akan menelan
mikroplastik tersebut. Mulai dari zooplankton hingga biota seperti ikan akan tercemar
akuatik terbentuk dalam ukuran, densitas, komposisi kimia, dan bentuk yang berbeda
(Duis and Coors, 2016). Mikroplastik dapat ditemukan dalam produk penggunaan
sehari-hari seperti facial scrub, cat atau dari pecahan makroplastik yang lebih besar
a) Filamen atau fiber, yaitu serat plastik memanjang yang bersumber dari kain
c) Foam, yaitu mikroplastik yang biasanya bewarna putih dan berpori (spongy),
serta berasal dari kemasan polystyrene atau seperti cangkir yang dapat di buang
(disposable cups).
d) Fragmen, merupakan mikroplastik yang bersifat kaku dan keras yaitu dapat
berasal dari patahan plastik yang lebih besar, seperti botol plastik dan pipa
paralon.
sebagai bahan baku pembuatan produk plastik, yang berbentuk silinder seperti
mahasiswa untuk mengetahui pencemaran laut yang diakibatkan dari sampah laut dan
mikroplastik dan menambah keterampilan dalam menganalisis kualitas air laut oleh
sampah laut dan mikroplastik di perairan laut dan dapat memberikan data-data terkait
pencemaran laut.
DAFTAR PUSTAKA
Andrady, A.L. 2011. Microplastics in the Marine Environment. Mar. Poll. Bull. 62:
1596-1605.
Citrasari, N., N.I. Oktavitri, A. Nuril, & Aniwindira. (2012). Analisis laju timbunan
dan komposisi sampah di permukiman pesisir Kenjeran Surabaya. J. Biol. Res.,
18, 83–85
Duis, K. and Coors, A., 2016, Microplastics in the Aquatic and Terrestrial
Environment: Sources (with a specific focus on personal care products), Fate
and Effects, J. Environ. Scien. Eur., 28: 2-25
Lippiatt, S., Opfer, S., & Arthur, C. 2013. Marine Debris Monitoring And
Assessment: Recommendations For Monitoring Debris Trends In The Marine
Environment. In NOAA Technical Memorandum.
M. Eriksen et al. 2013. “Microplastic pollution in the surface waters of the Laurentian
Great Lakes,” Mar. Pollut. Bull., vol. 77, no. 1–2, pp. 177–182.
Wright, S.L., R.C. Thompson and T. S. Galloway. 2013. The Physical Impact of
Microplastics On Marine Organisms: A Review. Env. Poll. 178: 483-492.