Anda di halaman 1dari 20

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

(Windarti, 2017) fisiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari

segala proses  yang berlangsung dalam tubuh makhluk hidup, baik organisme

besel tunggal maupun bersel banyak, termasuk interaksi antar sel, jaringan, organ

serta semua komunikasi intercellular, baik energetik maupun metabolik. Fisiologi

ikan mencakup proses osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem respirasi,

bioenergetik dan metabolisme, pencernaan, organ-organ sensor, sistem saraf,

sistem endokrin dan reproduksi.

(BBL Lampung, 2010) Tubuh tersusun dari kumpulan sel membentuk

jaringan, dan kumpulan jaringan membentuk satu kesatuan organ untuk

melaksanakan fungsi organ. Organ-organ tubuh akan menyusun suatu system

organ untuk melakukan proses fisiologi tubuh secara normal. Gangguan terhadap

salah satu organ atau sistem organ akan memberikan pengaruh pada jaringan,

organ atau sistem organ yang terkait untuk melokalisasikan melakukan reaksi

adaptif terhadap gangguan tersebut.

Ikan yang memiliki sifat sangat sensitive terhadap pencemaran di dalam

perairan diantaranya adalah ikan nila (Oreochromis niloticus)sehingga kita

menggunakan ikan nila sebagai indicator pada saat melakukan praktikum kali ini,

selain karena sensitive terhadap bahan pencemaran factor lain adalah ikan ini

mudah di dapatkan dan harganya pun cukup terjangkau, inilah yang menjadi

alasan mengapa pada praktikum ini menggunakan ikan nila sebagai ikan uji.
2

Setiap makhluk hidup memerlukan oksigen yang cukup sebagai kebutuhan

mendasar. Oksigen dibutuhkan untuk melepas energi, melangsungkan oksidasi

lemak dan gula. Energi yang terlepas digunakan untuk kegiatan tubuh dalam

menjalani kehidupan.

Insang dan jantung merupakan organ yang berperanan penting pada sistem

pernafasan ikan. Insang berperan sebagai organ tempat terjadinya difusi O2

terlarut dari perairan ke dalam sel darah. Selain itu insang juga terjadi pelepasan

CO2 yang dibawa dari jaringan ke perairan lepas. Proses pengambilan oksigen

serta pelepasan CO2 ini terjadi ketika ikan sedang bernafas. Jantung juga

berperanan penting dalam proses pernafasan karena jantung berfungsi untuk

memompa darah yang merupakan pembawa (carrier) O2 dari insang ke jaringan

tubuh dan mengambil CO2 dari berbagai organ tubuh serta membuangnya lewat

insang (Penuntun Fisiologi Hewan Air, 2016)

Sehingga perairan menjadi sangat berarti bagi kehidupan organisme ikan

yang hidup didalamnya. Tetapi kenyataan kini banyak perairan menjadi tempat

kehidupan yang tidak menyenangkan lagi bagi jenis-jenis ikan yang berada

didalamnya. Karena banyak lingkungan perairan itu sudah tercemar oleh berbagai

macam limbah. Pencemaran di perairan salah satu penyebab terbesarnya adalah

limbah industri dan limbah rumah tangga, kali ini kita akan membahas tentang

pencemaran akibat limbah rumah tangga. Pada dasarnya setiap orang

menggunakan perairan dalam kehidupan sehari – hari seperti mencuci pakaian di

perairan, sabun cuci yang digunakan seperti rinso, bayclin, dan lain sebagainya

adalah salah satu faktor yang menyebabkan pencemaran di dalam perairan. Hal

tersebutlah yang menjadi alasan kenapa pada praktikum ini menggunakan bahan
3

pencemar tersebut, selain sering di jumpai pada perairan juga karena bahan

tersebut telah umum di gunakan di perairan dan bahan pencemar tersebut mudah

di dapatkan.

1.3 Tujuan dan manfaat

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk melihat laju pernafasan, morfologi

insang, jantung dan laju denyut jantung pada ikan yang kita beri perlakuan yang

berbeda – beda pada tiap wadahnya.

Manfaat dari praktikum kali ini adalah agar pratikan mengetahui laju

pernafasan pada ikan yang terkena bahan pencemaran dan yang tidak terkena

bahan pencemar (wadah kontrol), selain itu pratikan juga dapat mengetahui

morfologi insang, jantung dan laju denyut jantung sesaat setelah ikan mati karena

bahan pencemaran tersebut.


4

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ikan adalah  hewan bertulang belakang yang berdarah dingin, hidup di air,

pergerakan dan keseimbangan tubuhnya menggunakan sirip dan bernafas dengan

insang (Penuntun praktikum ikhtiologi, 2012).

Insang dan jantung merupakan organ yang berperanan penting pada sistem

pernafasan ikan. Insang berperan sebagai organ tempat terjadinya difusi O2

terlarut dari perairan ke dalam sel darah. Selain itu insang juga terjadi pelepasan

CO2 yang dibawa dari jaringan ke perairan lepas. Proses pengambilan oksigen

serta pelepasan CO2 ini terjadi ketika ikan sedang bernafas. Jantung juga

berperanan penting dalam proses pernafasan karena jantung berfungsi untuk

memompa darah yang merupakan pembawa (carrier) O2 dari insang ke jaringan

tubuh dan mengambil CO2 dari berbagai organ tubuh serta membuangnya lewat

insang (Penuntun Fisiologi Hewan Air, 2016)

Ikan nila memiliki ciri morfologis yaitu berjari-jari keras, sirip perut

torasik, letak mulut subterminal dan berbentuk meruncing. Selain itu, tanda

lainnya yang dapat dilihat dari ikan nila adalah warna tubuhnya hitam dan agak

keputihan. Bagian tutup insang berwarna putih, sedangkan pada nila lokal putih

agak kehitaman bahkan kuning. Sisik ikan nila berukuran besar, kasar dan

tersusun rapi. Sepertiga sisik belakang menutupi sisi bagian depan. Tubuhnya

memiliki garis linea lateralis yang terputus antara bagian atas dan bawahnya.

Linea lateralis bagian atas memanjang mulai dari tutup insang hingga belakang

sirip punggung sampai pangkal sirip ekor. Ukuran kepala relatif kecil dengan
5

mulut berada di ujung kepala serta mempunyai mata yang besar (Kottelat et al.,

1993).

Ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan

lingkungan sekitarnya. Ikan ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap

lingkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair

payau maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang rendah (Trewavas 1982).

Ikan nila mampu hidup pada suhu 14-38 oC dengan suhu terbaik adalah 25-30 oC

dan dengan nilai pH air antara 6-8,5 (Suyanto, 2013).

Oksigen sebagai bahan pernapasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai

reaksi metabolisme. Oleh sebab itu, kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan

oleh kemampuannya memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya.

Berkurangnya oksigen terlarut dalam perairan, tentu saja akan mempengaruhi

fisiologi respirasi ikan, dan hanya ikan yang memiliki system respirasi yang

sesuai dapat bertahan hidup.

Jantung adalah salah satu bagian dari sistem peredaran darah pada ikan

yang merupkan pusat pemompaan darah. Letak jantung pada ikan berada agak

dibagian posterior insang. Jantung dibungkus oleh selaput yang disebut

pericardium, setiap ikan ukuran jantungnya bervariasi.

Kusnoputranto (2000) salah satu penyebab rendahnya konsentrasi oksigen

dalam air adalah masuknya bahan pencemar. Jika konsentrasi oksigen dalam

perairan jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan keadaan jenuh dapat

diartikan telah terjadi pencemaran.


6

Tambayong (2003) dalam proses pernafasan ikan terdapat beberapa

tahapan-tahapan yaitu respirasi eksternal dan respirasi internal. Respirasi eksternal

merupakan sebentuk pertukaran gas, sehingga oksigen (O2) dari paru-paru masuk

kedalam darah, dan karbondioksida (CO2) dan air (H2O) keluar dari darah masuk

ke paru-paru. Sedangkan respirasi internal merupakan proses pertukaran

karbondioksida (CO2) dengan oksigen (O2) di tingkat sel.

Penyebab tingginya rendahnya angka mortalitas ini selain karena  faktor

kematian secra alami juga disebkan oleh faktor-faktor lain. Untuk jenis-jenis ikan

yang bernilai ekonomis tinggi faktor yang lain dapat berperan sebagai

penyumbang terbesar angka mortalitasnya terjadi daripada kematian terjadi secara

alami (Pulungan et al., 2010).

Dahuri (2002) pencemaran didefenisikan sebagai dampak negatif

(pengaruh yang membahayakan) bagi kehidupan biota, sumber daya, kenyamanan

ekosistem, serta kesehatan manusia, dan nilai guna lainnya dari ekosistem, baik

disebabkan secara langsung maupun secara tidak langsung oleh pembuangan

bahan-bahan atau limbah ke dalam perairan yang berasal dari kegiatan manusia.

Simaeremare (2013) deterjen termasuk bahan pencemar di perairan,

dimana bahan pencemar (polutan) merupakan bahan-bahan yang bersifat asing

bagi alam atau bahan yang berasal dari alam itu sendiri yang memasuki suatu

tatanan ekosistem sehingga mengganggu peruntukan ekosistem tersebut.

Berdasarkan sifat toksiknya deterjen termasuk pada polutan toksit yang dapat

mengakibatkan kematian (lethal) maupun bukan kematian (sub-lethal), misalnya

terganggunya pertumbuhan, tingkah laku dan karakteristik morfologi berbagai

organisme akuatik.
7

Klein (1962) di lingkungan perairan, pencemaran air oleh bayclin terutama

terjadi melalui aliran air dari tempat-tempat kegiatan manusia yang menggunakan

pestisida dalam usaha menaikkan produksi pertanian/peternakan. Di dalam air

kadar atau jumlah pestisida yang tinggi dapat menimbulkan kematian organisme

air secara tidak langsung yakni sebagai akibat pengendapan dan berkumpulnya

pestisida didalam tubuh ikan/organisme air. Pada kadar yang rendah kemungkinan

yang besar menyebabkan kematian organisme.


8

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Fisiologi Hewan Air ini dilaksanakan pada tanggal 21 Maret

2018 pukul 08.00 – 10.30 WIB, yang bertempat di Laboratorium Biologi Perairan

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah  3 buah wadah besar,

air 10 liter, 3 ekor ikan nila, detergen. Sedangkan alat yang digunakan adalah

toples besar, gunting bedah, timer, alat tulis, buku penuntun.

3.3. Metode Praktikum

Metode yang digunakan dalam pratikum adalah Metode Eksperiment yaitu

dengan melakukan percobaan dan pengamatan secara langsung pada ikan nila

(sebagai objek praktikum) sesuai dengan pendapat para ahli dan prosedur di buku

penuntun Fisiologi Hewan Air.

3.4. Prosedur Praktikum

Siapkan bahan dan alat berupa 3 buah toples besar dan masukkan 10 liter

air pada masing-masing toples besar, dan kemudian masukkan 3 ekor ikan pada

toples besar.

Setelah itu masukkan bersamaan detergen pada kedua toples besar dengan

volume 2 ml pada toples besar pertama dan pada toples besar kedua dengan

volume 4 ml serta toples besar ketiga tidak ditambahkan apapun didalamnya.

Setelah itu ikan control sudah dapat di amati maupun di bedah, dan setelah 5

menit pertama ambil satu ikan pada toples besar pertama dan toples besar kedua,
9

kemudian ambil pada 5 menit kemudian lagi dan ambil 5 menit kemudian

berikutnya sehingga ikan tersebut habis.

Diamati dahulu warna tubuh, warna insang, bukaan mulut per menit

bukaan operculum per menit dan baru kemudian ikan di bedah untuk mengetahui

denyut jantungnya per menit dan kemudian catat hasil yang di peroleh.
10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Berdasarkan hasil praktikum mengenai “Menentukan Laju Pernafasan,

Melihat Morfologi Insang, Jantung Sesaat Setelah Ikan Mati Akibat Pencemaran

dan Menentukan Laju Denyut Jantung Pada Ikan”, di peroleh data sebagai berikut:

Menurut Saanin (1984), ikan nila (Oreochromis niloticus) mempunyai klasifikasi

sebagai berikut:

Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus

4.1.1 Gambar morfologi ikan nila

Gambar 1. Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus)


11

4.1.2 Gambar bentuk jantung sesudah pencemaran

5 menit pada 2 ml 10 menit pada 2 ml 15 menit pada 2 ml

5 menit pada 4 ml 10 menit pada 4 ml 15 menit pada 4 ml

5 menit pada contol 10 menit pada contol 15 menit pada contol

Gambar 2. Bentuk jantung ikan nila (Oreochromis niloticus)

4.1.3 Gambar bentuk insang sesudah pencemaran

5 menit pada 2 ml 10 menit pada 2 ml 15 menit pada 2 ml

5 menit pada 4 ml 10 menit pada 4 ml 15 menit pada 4 ml

5 menit pada contol 10 menit pada contol 15 menit pada contol

Gambar 3. Bentuk insang ikan nila (Oreochromis niloticus)


12

4.1.4 Tabel 1. Sebelum dan sesudah pencemaran

Perlakuan Sebelum Sesudah


A - Ikan aktif bergerak - Ikan mudah terbawa arus
- Gerakan operculum - Gerakan melambat dan
normal/teratur ikan diam
- Lebih sering berada - Gerakan operculum
didasar menjadi cepat
- Tenaga berkurang
B - Gerakan ikan terhenti
- Gerakan operculum
menjadi cepat
_ - Ikan berenang
kepermukaan
- Keseimbangan ikan
terganggu
C - -

(Kontrol)

4.1.5 Tabel 2. Pengamatan kondisi ikan setelah dicampur detergen

Jumlah
Jumlah
Perlaku TL/S Bukaan Warna Denyut Warna Warna
Waktu Bukaan
an L Operculu insang jantung Jantung tubuh
mulut
m
5 Menit 5,2/4, - - Merah 100/Me Merah Pudar

5 cm hati nit hati dan

berlendir
A 10 Menit 7,7/6, 30 30 Pucat 123/Me Merah Sangat

(2 ml) 5 cm nit cerah berlendir

15 Menit 6/5 25 25 Merah Merah Sangat

cm Pucat pucat berlendir


B 5 Menit 5/4,5 30 30 Merah 100/Me Merah berlendir

(4 ml) cm pucat nit


10 Menit 5,2/4, 20 20 Merah 123/Me Merah berlendir
13

5 cm pekat nit
15 Menit 5,9/5 20 20 Merah 100/Me Merah Sangat

cm nit pucat berlendir


C (Kontrol) 4,6/3, 110 110 Merah 28/Men Merah Sedikit

9 cm Segar it hati berlendir

4.2. Pembahasan

Pada tabel di atas dapat kita lihat perbedaan antara ikan yang diberi larutan

detergen dan ikan sebagai kontrol. Perbedaan tersebut dapat kita lihat dari warna

insang, aktifitas serta cara kerja jantung. Ikan yang tercemar oleh bahan pencemar

memiliki dampak negatif pada ikan yang bersangkutan. Dampak tersebut mampu

menghilangkan kesadaran ikan dan bahkan dapat menyebabakan ikan tersebut

mati.Kebutuhan oksigen jaringan meningkat, jumlah darah yang dipompa oleh

jantung bertambah dan aktivitas bernapas meninggi. (Siregar et al., 2000).

Dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran lingkungan terhadap

sumberdaya ikan dapat mengganggu aktivitas dari ikan itu sendiri seperti

mengganggu organ laju pernafasan dan denyut jantung yang diberi perlakuan

lebih banyak karena ikan-ikan tersebut akan mencari oksigen lebih aktif dari pada

ikan yang tidak diberi perlakuan. Sedangkan warna insang dan jantung yang

diberi perlakuan lebih pucat dari pada yang tidak diberi perlakuan karena insang

dan jantung lebih bekerja keras untuk mendapatkan oksigen.

Sehubungan dengan pernapasan pada ikan, salah satu penyebab rendahnya

konsentrasi oksigen dalam air adalah masuknya bahan pencemar yang akan

memperlihatkan tanggapan fisiologis jangka pendek dan selanjut terjadi kematian

pada ikan tersebut, selain itu penurunan konsentrasi oksigen juga akan

berpengaruh terhadap aktivitas jantung untuk meninggikan sirkulasi darah ke


14

seluruh tubuh. Dengan adanya gerakan ikan sebagai tanggapan terhadap bahan

pencemar menyebabkan pernapasan, nafsu makan turun, frekuensi pernapasan

meningkat dan dapat mengakibatkan kematian (Anonimus dalam Fardiaz, 2002).

Kalau kita lihat lagi pernapasan ikan dengan masuknya zat pencemar akan

mengakibatkan penurunan konsentrasi oksigen akan berpengaruh aktivitas jantung

untuk meningkatkan konsentrasi darah keseluruh tubuh.

Menurut Connel dan Miller (2001), menyatakan bahwa respon akibat

adanya pencemaran dengan perubahan tingkah laku marupakan suatu indikasi

kematian karena ketakseimbangan syaraf otak dangan kekurangan suplai oksigen.

Selain itu, pada ikan yang tercemar akan ditemui lendir pada insang, tubuh serta

warna insang dan jantung yang merah kehitaman.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Laju pernafasan dan denyut jantung yang diberi perlakuan lebih banyak

karena ikan-ikan tersebut akan mencari oksigen lebih aktif daripada ikan yang
15

tidak diberi perlakuan. Sedangkan warna insang dan jantung yang diberi

perlakuan lebih pucat daripada yang tidak diberi perlakuan karena insang dan

jantung lebih bekerja keras untuk mendapatkan oksigen. Pemasukan bahan

pencemar menyebabkan berkurangnya kadar oksigen berkurang di perairan.

5.2. Saran

Air sangat penting bagi kelangsungan hidup ikan. Jika air tempat ikan

hidup tercemar maka itu mampu menyebabkan terganggunya ekosistem ikan serta

mikroorganisme lainya. Karena sadar akan hal tersebut, hendaknya kita menjaga

perairan tempat dimana ikan hidup. Pratikum ini mampu memberikan wawasan

mengenai hal tersebut. Karenanya diharapan kepada mahasiswa yang mengikuti

pratikum ini mengikuti pratikum dengan bersungguh-sungguh.

DAFTAR PUSTAKA

BBL Lampung, A. 2010. Makanan Ikan Dan Sistem Darah. Jakarta. PT. Penebar
swadaya.

Connel dan Miller. 2001. Fisiologi Hewan Air. CV Sagung Seto, Jakarta. 64 hal.

Dahuri, 2002. Budidaya Ika Patin, Biologi, Pembenihan dan Pembesaran,


Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 170 hal.
16

Fardiaz. 2002. Menentukan Laju Pernafasan, Melihat Morfologi Insang, Jantung


Sesaat Setelah Ikan Mati Akibat Pencemaran dan Menentukan Laju
Denyut Jantung Pada Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Pekanbaru.

Klein, L. 1962. Reser Pollution II. Causes and Effectens. Butterwort and Cl. Ltd.
Surabaya. 102 halaman.

Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN, Wirjoatmojo S. 1993. Freshwater fishes


of Western Indonesia and Sulawesi. Hong Kong: Periplus Editions.
Hlm: 344.

Kusnoputra, H. 2000. Air Limbah dan Eksrets Manusia. Aspek Kesehatan


Masyarakat dan Pengelolaannya. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. UI Press. 110
halaman.

Pulungan, C. P., Windarti,efrizal, deni efizon,.yuliati 2010. Buku ajar Fisiologi


Hewan Air. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Riau.
Pekanbaru. 70 Halaman (tidak diterbitkan).

Ikhtiologi tim. 2012. Ikhtiologi. Institut Pertanian Bogor. Fakultas Perikanan.


Jurusan Manajemen Semberdaya Perairan. Bogor. 182 Halaman.

Penuntun praktikum iktiologi. 2016. Fakultas Perikanan dan Kelautan.


Universitas Riau.

Saanin H. 1984. Taksonomi dan kunci identifikasi ikan. Jakarta: Bina Cipta.

Simaremare, Riko. J. E. 2008. Struktur Histologi Ikan Mas yang Dipaparkan


Pada Air Deterjen Rinso.Skripsi MSP FAPERIKA Unri. 69 halaman.

Siregar, et al.,. 2000. Fisiologi Hewan Air. Unri Press. Pekanbaru. 217 halaman.

Suyanto, R. 2013. Nila. Jakarta: Penebar Swadaya.

Tambayong, 2003. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembangunan


Berkelanjutan Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Windarti, Niken Ayu Pamungkas, Morina Riauwaty, Benny Heltonika, M. Fauzi,


Efawani. 2017. Buku Ajar Fisiologi Hewan Air. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Riau. UR Press. Pekanbaru.
17
18

LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat dan Bahan Yang Digunakan Dalam Praktikum


19

Buku penuntun Serbet

Tissu gulung Nampan

Alat tulis Ikan nila (Oreochromis niloticus)

Toples besar Detergen

Buku gambar Gunting Bedah


Lampiran 2. Kegiatan Praktikum
20

Mempersiapkan ikan yang akan Masukkan larutan detergen kedalam

Dijadikan bahan percobaan kali ini. Toples untuk melihat reaksi ikan

Terhadap pencemaran. Dan

Melakukan pengamatan fisologis

Ikan akibat penambahan larutan

Detergen kedalam perairan.

Setelah dilakukan pengukuran SL dan TL Setelah selang waktu 5, 10, dan

Pada ikan nila. Ikan tersebut dibedah, 15 menit ikan diambil dan diukur

Kemudian amati denyut jantung pada SL dan TL pada masing-masing

Ikan selama 1 menit. ikan yang berada di toples

. berbeda.

Anda mungkin juga menyukai