Anda di halaman 1dari 21

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan merupakan hewan vertebrata poikiloterm (berdarah dingin) yang

hidup di air dan benafas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata

yang paling beranekaragam dengan jumlah spesies lebih dari 27.000 di seluruh

dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang

kekrabatannya masih diperdebatkan, biasanya ikan dibagi meenjadi ikan yag

memiliki rahang (Condrichthyes), ikan yang tidak memiliki rahang (Agnatha).

Ikan dibedakan berdasarkan karakter-karakter umum yang dapat

membedakan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Adapun

karakter-karakter yang biasa digunakan dalam identifikasi ika antara lain, yaitu:

bentuk umum tubuh, bentuk dan jumlah sirip, bentuk mulut, bentuk ekor,

perbandingan dan posisi tubuh (Adrim, 2010).

Setiap ikan mempunyai ukuran yang berbeda-beda, tergantung pada

umur, jenis kelamin, dan keadaan lingkungan hidupnya. Faktor-faktor lingkungan

yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan di antaranya adalah makanan, derajat

keasaman (pH) air, suhu, dan salinitas. Faktor-faktor tersebut, baik secara sendiri-

sendiri maupun secara bersama-sama, mempunyai pengaruh yang sangat besar

terhadap pertumbuhan ikan. Dengan demikian, walaupun dua ekor ikan

mempunyai umur yang sama namun ukuran mutlak di antara keduanya dapat

saling berbeda.
2

Berbeda dengan karakter morfometrik yang menekankan pada pengukuran

bagian-bagian tertentu tubuh ikan, karakter meristik berkaitan dengan

penghitungan jumlah bagian-bagian tubuh ikan (counting methods ). Variabel yang

termasuk dalam karakter meristik antara lain jumlah jari-jari sirip, jumlah

sisik, jumlah gigi, jumlah tapis insang, jumlah kelenjar buntu (pyloric caeca),

jumlah vertebra, dan jumlah gelembung renang (Hubbs dan Lagler, 1958)

1.2. Tujuan

Tujuan dari praktikum Morfometrik perhitungan meristik ikan tubuh ikan

adalah untuk memahami dan mengetahui lebih dalam tentang morfometrik ikan

serta perhitungan-perhitungan meristik pada tubuh ikan ditinjau dari dari sirip,

sisik, tubuh ikan, linea lateralis, dan lain-lain.

1.3. Manfaat

Manfaat dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu mengetahui

melakukan perhitungan meristik serta morfometrik dari semua spesies ikan baik

dari perairan laut maupun dari perairan tawar.


3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Morfometrik Tubuh Ikan

Morfometrik adalah ukuran bagian-bagian tertentu dari struktur tubuh ikan

(measuring methods ). Ukuran ikan adalah jarak antara satu bagian tubuh ke bagian

tubuh yang lain. Karakter morfometrik yang sering digunakan untuk diukur antara

lain panjang total, panjang baku, panjang cagak, tinggi dan lebar badan, tinggi dan

panjang sirip, dan diameter mata (Parin, 1999).

Setiap ikan mempunyai ukuran yang berbeda-beda, tergantung pada

umur, jenis kelamin, dan keadaan lingkungan hidupnya. Faktor-faktor lingkungan

yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan diantaranya adalah makanan, pH, suhu,

dan salinitas. Faktor-faktor tersebut baik secara sendiri-sendiri maupun

secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

pertumbuhan ikan. Dengan demikian, walaupun dua ekor ikan memiliki umur

yang sama, namun ukuran mutlak diantara keduanya dapat saling berbeda. Ukuran

ikan adalah jarak antara suatu bagian tubuh dengan bagian tubuh lainnya (Irfan,

2009).

Pengukuran morfometrik merupakan pengukuran yang diambil dari satu

titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan. Metode pengukuran standar

ikan antara lain panjang standar, panjang moncong atau bibir, panjang

sirip punggung atau tinggi badan atau ekor (Rajabnadia, 2009).

Ukuran tubuh ikan, semua ukuran yang digunakan merupakan pengukuran

yang di ambil dari satu titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan

seperti panjang total, panjang standar, dan lain-lain (Effendie,2002). Dan Jika di
4

dasarkan pada ukuran panjang dan tinggi tubuh ikan terdapat dua tipe dasar yaitu

Trunctae dan Attenuate (Hasni, 2008).

Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk

luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam

mempelajari jenis-jenis ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat

ikan tersebut di perairan. (Wahyuningsih dan barus, 2006).

Pengukuran mofometrik merupakan pengukuran yang diambil dari satu

titik ke titik yang lain tanpa melalui lengkungan badan. Metode pengukuran

standar ikan antara lain panjang standar, moncong/bibir, sirip punggung atau

tinggi badan dan ekor. Ikan bertulang belakang memiliki beraneka ragam

karakteristik tubuh sehingga bentuk badan dan ukuran berbeda.

2.2. Perhitungan Meristik Ikan

Berbeda dengan karakter morfometrik yang menekankan pada pengukuran

bagian-bagian tertentu tubuh ikan, karakter meristik berkaitan dengan

penghitungan jumlah bagian-bagian tubuh ikan (counting methods). Variabel yang

termasuk dalam karakter meristik antara lain jumlah jari-jari sirip, jumlah

sisik, jumlah gigi, jumlah tapis insang, jumlah kelenjar buntu (pyloric caeca),

jumlah vertebra, dan jumlah gelembung renang (Parin, 1999).

Pengenalan struktur tubuh ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu

bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam

mempelajari jenis-jenis ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat

ikan tersebut diperairan (Saanin,H. 1984).

Pada ikan terdapat lima jenis sirip yang mempunyai fungsi berbeda-beda.

Sirip pada ikan berperan dalam penentuan arah dan gerak pada ikan. Kelima sirip
5

tersebut ada yang bersifat ganda dan ada yang bersifat tunggal. Tidak semua

spesies ikan yang ada di permukaan bumi ini memiliki kelima sirip tersebut secara

utuh. Sirip punggung ada yang menghilang dan ada juga yang bermodifikasi

menjadi alat penghisap. Sedangkan sirip dada terletak pada bagian anterior badan

dibelakang operculum. Sirip perut terletak pada sisi ventral badan didepan anus.

Sirip anus terletak disisi ventral badan persis dibelakang anus. Sirip ekor terletak

pada bagian paling anterior dari tubuh ikan, dengan bentuk dan ukuran yang

bervariasi (Putra et al., 2013)

Linnea lateralis pada ikan adalah suatu garis pada tubuh yang dibentuk

oleh pori, jadi linnea lateralis ini dapat ditemukan pada ikan yang bersisik maupun

yang tidak bersisik. Bentuk linnea lateralis umumnya bervariasi demikian juga

jumlah sisik yang membentuk linnea lateralis (Putra et al., 2013).

Sirip pada ikan terdiri dari sirip punggung atau dorsal (D), sirip dada atau

sirip pectoral (P), sirip perut atau sirip ventral (V), sirip anus atau anal (A), dan

sirip ekor atau sirip caudal (C), dari kelima sirip tersebut ada yang bersifat ganda

seperti sirip perut dan sirip dada, ada juga yang bersifat tunggal seperti sirip

punggung dan sirip ekor. Tidak semua jenis ikan yang ada dimuka bumi

mempunyai kelima sirip tersebut secara sempurna, melainkan ada yang tidak

sempurna atau lengkap. Jari-jari sirip pada kelima sirip tersebut ada yang disebut

jari-jari lunak, jari-jari keras, jari-jari lemah mengeras (Putra et al., 2013).

Untuk mengidentifikasi ikan harus diperhatikan tanda – tanda, bentuk dan

bagian bentuk tubuh ikan yaitu rumus sirip, perbandingan panjang dan tinggi,

bentuk garis rusuk tersebut, bentuk sisik dan gigi beserta susunannya, tulang
6

ingsang. Oleh karena itu satu macam ikan berbeda besarnya disebabkan oleh umur

atau kadang – kadang oleh tempat hidupnya. (Saanin, 1984).

Jumlah sisik pada ikan dapat ditemui didepan sirip punggung, yaitu jumlah

sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari permulaan sirip punggung sampai ke

belakang kepala, jumlah sisik juga terdapat pada pipi yaitu jumlah baris sisik yang

dilalui oleh garis yang ditarik dari mata sampai ke sudut preoperculum, jumlah

sisik disekeliling badan, jumlah sisik batang ekor, jumlah sisik pada garis rusuk,

dan jumlah sisik atas dan bawah garis rusuk. (Kottelat et al., 1993)

Menurut Kottelat (1992) bentuk badan ikan dapat memberikan informasi

yang meyakinkan mengenai ekologi dan perilakunya. Sistim anatomi ikan secara

garis besar dapat dikatakan sama, tetapi karena habitat atau tempat hidupnya yang

berbeda, tidak jarang sistim pada anatomi ikan-ikan tersebut dapat bermodifikasi

baik bentuk maupun fungsinya.

Saanin (1984) mengatakan bahwa untuk mengidentifikasi ikan harus

diperhatikan tanda-tanda, bentuk dan bagian dari tubuh ikan yaitu rumus sirip,

perbandingan panjang dengan tinggi, bentuk garis rusuk dan jumlah sisik yang

meliputi garis rusuk tersebut, bentuk sisik dan gigi beserta susunannya, tulang-

tulang insang. Oleh karena satu macam ikan berbeda besarnya disebabkan oleh

umur atau kadang-kadang oleh tempat hidupnya, maka tidak mungkin

memberikan ukuran, ukuran yang diberikan hanyalah perbandingan saja.

Rangka ikan berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang atau atau

menyokong organ-organ tubuh. Secara tidak langsung rangka menentukan bentuk

tubuh ikan yang beraneka ragam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
7

tulang-tulang yang membentuk sistem rangka berkaitan dengan terhadap

lingkungannya secara terus menerus (Rahardjo et al., 2011).

Sehubungan dengan bervariasinya integumen pada vertebrata khusunya

ikan, maka fungsinya pun bermacam-macam pula, antara lain: pelindung terhadap

gangguan mekanis, fisis, organis atau penyesuaian diri terhadap faktor-faktor

yang mempengaruhi kehidupannya, termasuk pelindung terhadap hewan lain yang

merupakan musuhnya; kulit juga digunakan sebagai alat ekskresi dan

osmoregulasi dan sebagai alat pernapasan pada beberapa jenis ikan tertentu

(Burhanuddin, 2008).
8

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Iktiologi mengenai “Morfometrik dan Perhitungan Meristik

Tubuh Ikan” dilaksanakan pada Kamis, 21 Maret 2019 pukul 10.30-12.00 WIB.

Bertempat di Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan

Universitas Riau.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktium adalah Ikan Tambakan (Helostoma

temminckii) dan Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis) yang sudah disediakan

di laboratorium.

Sedangkan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah serbet, buku

penuntun praktikum, buku gambar, alat tulis (pena, pensil, penghapus, peraut,

penggaris 30 cm), buku saanin dan nampan.

3.3. Metode Praktikum

Dalam melakukan praktikum, metode yang digunakan adalah

menggunakan metode pengamatan secara langsung terhadap objek yang

dipraktikumkan dengan mengamati ikan-ikan sampel secara langsung pada bagian

linea lateralis, jari-jari sirip, dan sisik-sisik ikan. Selain itu, praktikum ini

berpedoman pada buku penuntun praktikum iktiologi dan buku- buku literatur

yang berhubungan dengan hasil pengamatan selama praktikum berlangsung.

3.4. Prosedur Praktikum

Dalam praktikum ini pertama sekali kita mengamati ikan yang telah

ditentukan untuk dipraktikumkan. Ikan yang telah diletakkan di atas nampan


9

untuk diamati kemudian di gambar morfologinya dibuku penuntun praktikum

ikhtiologi lengkap dengan klasifikasinya. Setelah itu dilanjutkan dengan

melakukan perhitungan jumlah jari-jari sirip yang terdiri dari jari-jari lemah, jari-

jari lemah mengeras dan jari – jari keras. Sebelum menghitung jari-jari tersebut,

praktikan harus benar-benar mengetahui masing-masing dari jenis jari-jari sirip

pada ikan yang dipraktikumkan. Setelah menghitung jari-jari sirip, praktikan

melakukan pengamatan tentang susunan linea lateralis. Praktikan menentukan

susunan linea lateralis apa yang terdapat pada ikan yang diamati, lengkap dan

sempurna, lengkap tetapi tidak sempurna, atau tidak lengkap. Kemudian,

menentukan bentuk linea lateralis. Dan terakhir menghitung jumlah sisik pada

ikan, jika ikan yang diamati oleh praktikan termasuk dalam ikan yang bersisik.
10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Setelah dilakukan penelitian terhadap ikan , hasil yang didapatkan adalah

sebagai berikut :

Gambar 1. Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)

Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) merupakan jenis ikan yang

habitatnya di air tawar. Klasifikasi dari ikan Tambakan adalah :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Osteichthyes

Ordo : Anabantoidea

Famili : Helostomatidae

Genus : Helostoma

Spesies : Helostoma temminckii


11

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada ikan Selar Kuning

didapatkan hasil seperti berikut ini :

Gambar 2. Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis)

Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis) merupakan jenis ikan yang

habitatnya di air laut. Klasifikasi dari ikan Selar Kuning adalah :

Filum : Chordata

Sub filum : Vertebrata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Famili : Carangidae

Genus : Selaroides

Spesies : Selaroides leptolepis

Berikut ini merupakan pengukuran morfometrik pada ikan Ikan Tambakan

(Helostoma temminckii) :
12

Tabel 1. Pengukuran Morfometrik Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)


No Morfometrik P (cm) P%
1. Panjang total 15 130
2. Panjang baku 11,5 100
3. Panjang kepala bagian dorsal 2,5 22
4. Panjang kepala bagian lateral 3,5 30
5. Panjang pre dorsal 0,5 4
6. Panjang pangkal ekor -dorsal - -
7. Panjang pangkal ekor -anal - -
8. Panjang anal -pelvik 1,5 13
9. Tinggi kepala dimata 4 35
10. Tinggi kepala ditengkuk 5 43
11. Tinggi badan dipelvik 6 52
12. Tinggi badan diawal dorsal 5,5 48
13. Tinggi badan diakhir anal 1,5 13
14. Tinggi batang ekor 1,5 13
15. Tinggi dasar ekor - -
16. Diameter bola mata 1 9
17. Panjang dasae sirip pectoral 7,5 65
18. Panjang dasar sirip dorsal 8 70
19. Panjang sirip pelvik 0,5 4
20. Panjang dasar sirip anal 6 52
21. Panjang sungut - -
22. Panjang jari sirip dorsal terpanjang 9,5 83
23. Panjang jari sirip pectoral terpanjang 7 61
24. Panjang cuping sirip ekor bagian atas 3,5 30
25. Panjang cuping sirip ekor bagian bawah 2 17
13

Berikut ini merupakan pengukuran morfometrik pada ikan Selar Kuning

(Selaroides leptolepis):

Tabel 2. Pengukuran Morfometrik Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis)


No Morfometrik P (cm) P%
1. Panjang total 19 126
2. Panjang baku 15 100
3. Panjang kepala bagian dorsal 3,5 23
4. Panjang kepala bagian lateral 5 33
5. Panjang pre dorsal 2 13
6. Panjang pangkal ekor -dorsal 1 6
7. Panjang pangkal ekor -anal 4 26
8. Panjang anal -pelvik 4 26
9. Tinggi kepala dimata 3 20
10. Tinggi kepala ditengkuk 4 26
11. Tinggi badan dipelvik 5 33
12. Tinggi badan diawal dorsal 5 33
13. Tinggi badan diakhir anal 4 26
14. Tinggi batang ekor 0,8 5
15. Tinggi dasar ekor 4 26
16. Diameter bola mata 1,5 10
17. Panjang dasae sirip pectoral 0,7 4
18. Panjang dasar sirip dorsal 5 33
19. Panjang sirip pelvik 0,5 3
20. Panjang dasar sirip anal 1,5 10
21. Panjang sungut - -
22. Panjang jari sirip dorsal terpanjang 2,2 14
23. Panjang jari sirip pectoral terpanjang 4,5 30
24. Panjang cuping sirip ekor bagian atas 4 33
25. Panjang cuping sirip ekor bagian bawah 4 33
14

Berikut ini merupakan hasil perhitungan meristik pada Ikan Tambakan

(Helostoma temminckii) :

Tabel 3. Perhitungan Meristik Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)


NO Jari-jari sirip ikan

1. D.XVI,16 P.11 V.XI A.14 C.16

Berikut ini merupakan hasil perhitungan meristik pada ikan Selar Kuning

(Selaroide leptolepis) :

Tabel 4. Perhitungan Meristik Ikan Selar Kuning (Selaroide leptolepis)


NO Jari-jari sirip ikan

1. D.III,11,2 P.8,16 V.9 A.7 C.15

4.2. Pembahasan

4.2.1 Ikan Tambakan (Helostoma temmincki)

Dari hasil pengukuran morfometrik tubuh ikan tambakan, maka panjang

pangkal ekor-dorsal dan panjang pangkal ekor-anal tidak dapat diukur karena sirip

ekor dan sirip punggung nya menyatu begitupun dengan sirip ekor dan sirip anal

(Irawati,1993).

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa, Ikan Tambakan memiliki

Bentuk tubuh pipih kompressed, kepala bersisik, mulut subterminal, berukuran

sempit dan protractil, rahang tidak bergerigi, bibir tebal, kedua bibir berlipatan,

moncong berukuran pendek, sirip punggung terletak di belakang kepala bagian

anterior badan, permulaan sirip punggung persis sama dengan permulaan sirip

perut. Ikan tambakan memiliki lima sirip diantaranya sirip punggung, sirip dada,

sirip perut, sirip anal, dan sirip ekor dengan rumus siripnya yaitu D.XVI,16 P.11
15

V.XI A.14 C.16. Ikan tambakan memiliki sisik di depan sirip punggung = 16,

sisik pipi = 6, sisik di sekeliling badan = 18, sisik batang ekor = 9, sisik pada garis

rusuk = 40, sisik di atas dan di bawah garis rusuk = 38. Memiliki susunan linea

lateralis lengkap dan sempurna dan bentuknya hampir menyerupai garis lurus

berjumlah dua baris.

4.2.2. Ikan Selar Kuning (Selaroide leptolepis)

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap ikan selar kuning di

dapatkan 3 jari-jari keras, 11 jari-jari lemah mengeras dan 2 jari-jari lemah pada

sirip dorsal. Didapatkan juga 16 jari-jari lemah pada sirip pectoral. 9 jari-jari

lemah pada sirip ventral, 15 jari-jari lemah mengeras pada sirip caudal dan 7 jari-

jari lemah pada sirip anal. Susunan line lateralis yang terdapat pada ikan selar

kuning ini adalah lengkap dan sempurna karena membentuk garis melengkung

dari ujung operculum sampai ke pangkal sirip ekor, bentuk linea lateralisnya

adalah melengkung ke bawah berjumlah satu garis. Pada linea lateralis ikan selar

ini juga terdapat sisik sebanyak 48 buah.


16

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan data dari hasil dan pembahasan praktikum dapat disimpulkan

bahwa ikan Tambakan (Helostoma temminckii) dan ikan Selar Kuning

(Selaroide leptolepis) memiliki keadaan tubuh yang berbeda-beda sesuai dengan

bagaimana caranya hidup didalam lingkungannya. Tiap spesies ikan mempunyai

ciri-ciri yang berbeda antara spesies yang satu dengan spesies yang lain. Salah

satu perbedaan dapat dilihat dari jumlah jari – jari sirip, susunan linea lateralis,

bentuk linea lateralis, dan jumlah sisik pada ikan.

Tidak semua ikan yang terdapat di alam mempunyai kelima sirip tersebut

di atas secara sempurna. Serta terdapat juga perbedaan yang mendasar rmengenai

jumlah jari-jari keras, lemah mengeras, dan lemah dari sirip ikan tersebut.

5.2. Saran

Sebelum melakukan praktikum, sebaiknya praktikan sudah menguasai dan

memahami teori yang akan di praktikumkan atau cara untuk melakukan praktikum

tersebut. Dan dalam melakukan praktikum, praktikan hendaknya melakukan

pengamatan secara spesifik dan berhati-hati, agar tidak terjadi kesalahan dalam

pengidentifikasian sehingga dapat memperoleh hasil yang sebenarnya.


17

DAFTAR PUSTAKA

Adrim, M dan Fahmi. 2010. Panduan Untuk Penelitian Ikan Laut.Jakarta: Pusat
Penelitian Oseanografi-LIPI.

Burhanuddin, A. I. 2008. Peningkatan Pengetahuan Konsepsi Sistematika dan


Pemahaman System Organ Ikan yang Berbasis SCL Pada Matakuliah
Ikhtiologi. Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan. Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Laporan Modul
Pembelajaran Berbasis SCL.

Effendie. 2002. Ikhtiologi. Usu-press. Medan.

Hasni. 2008. Usaha Perikanan di Indonesia. Mutiara Sumber Widya. Jakarta. 96


hal.

Hubbs, C.L. dan K.F. Lagler, 1958. Fishes of the Great Lakes region. Univ.
Michigan Press. Ann, Arbor, Michigan. 213 p.

Irfan. 2009. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu


Kelautan-Universitas Riau.Pekanbaru.

Kottelat, M., A. J. Whitten, S. N. Kartikasari & S. Wiroatmodjo. 1993. Freshwater


Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Edisi Dwi Bahasa
InggrisIndonesia. Periplus Edition (HK) Ltd. Bekerjasama dengan Kantor
Menteri KLH, Jakarta.

Manda et al. 2013. Penuntun Praktikum Ikhtiologi. Fakultas


Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.

Parin, N.V., 1999. Flying fishes of the genus Prognichthys (Exocoetidae) in the
Atlantic Ocean. J. Ichthyol. 39(4):281-293.

Rajabnadia, L. 2009. Buku Ajar Ichtyology. Kendari: Fakultas Perikanan dan


Ilmu Kelautan. Universitas Haluoleo.

Rahardjo et al. 2011. Manajemen Pemerintahan Daerah. Yogyakarta :Graha Ilmu

Saanin, h.1968. Taksonomi dan kunci identifikasi ikan 1. Binacipta. Bogor. 244
halaman.

Wahyuningsih, H dan Barus,T.A. 2006. Ikhtiologi. Departemen Biologi Fakultas


MIPA Universitas Sumatera Utara, Medan.
18

LAMPIRAN
19

Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan

Nampan Serbet Buku Saanin

Buku penuntun Pensil Peraut

Penghapus Penggaris Gunting bedah


20

Buku gambar Pena Pisau cutter


21

Lampiran 2. Objek yang diamati

Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)

Ikan Selar Kuning (Selaroide leptolepis)

Anda mungkin juga menyukai