Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas laporan akhir praktikum
mata kuliah Biologi Perikanan semester genap
Disusun oleh :
Perikanan C/Kelompok 22
FADHIILAH 230110150170
VETTHY FATIMAH 230110150190
M. FAISAL RAPSANJANI 230110150212
RIZMI DANURAHMAN 230110150234
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2017
KATA PENGANTAR
Kami ucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat, hikmah, serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
akhir praktikum Biologi Perikanan dengan judul aspek biologi ikan mas ini
dengan baik. Tak lupa kami ucapkan pula terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Laporan ini berisikan laporan akhir dari praktikum yang telah kami
lakukan, mengenai analisis aspek biologi dari ikan, meliputi pengukuran
pertumbuhan, pengamatan reproduksi, dan pengamatan kebiasaan makan. Ikan
yang diamati adalah ikan yang sudah sangat umum dikenal oleh masyarakat
Indonesia, yaitu Ikan Nilem (Osteochilus hasselti). Untuk mengamati alat
reproduksi dan kebiasaan makan, ikan dibedah kemudian gonad, hati, dan ususnya
diamati. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai cara mengerjakannya dan
hasil yang kami peroleh.
Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya dan
membalas segala amal budi serta kebaikan pihak-pihak yang membantu penulis
dalam penyelesaian laporan ini. Kami memohon maaf apabila Masih ada
kekurangan yang tak kami sadari dalam makalah ini, karena waktu penyelesaian
yang diberikan sangat pendek. Terakhir, kami mohon doa dari para pembaca agar
di masa yang akan datang kami mampu membuat karya yang lebih baik.
Penyusun
2
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
4
5
1
2
3
4
terdapat dua pasang sungutsungut peraba. Sirip punggung disokong oleh tiga
jarijari keras dan 1218 jarijari lunak. Sirip ekor berjagak dua, bentuknya
simetris. Sirip dubur disokong oleh 3 jarijari keras dan 5 jarijari lunak. Sirip
perut disokong oleh 1 jarijari keras dan 1315 jarijari lunak. Jumlah sisiksisik
gurat sisi ada 3336 keping, bentuk tubuh Ikan Nilem agak memenjang dan piph,
ujung mulut runcing dengan moncong (rostral) terlipat, serta bintim hitam besar
pada ekornya merupakan ciri utama Ikan Nilem. Ikan ini termasuk kelompok
omnivora, makanannya berupa ganggang penempel yang disebut epifition dan
perifition (Djuhanda, 1985).
3. Habitat Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)
Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) merupakan ikan endemik (asli)
Indonesia yang hidup di sungaisungai dan rawarawa. Di habitat tersebut mudah
ditumbuhi pakan alami dari kelompok peryphyton seperti cyanophyceae,
chlorophyceae yang berfungsi sebagai sumber makanan penting bagi invertebrata,
berudu, dan ikan. Peryphyton juga berfungsi sebagai indikator penting dari
kualitas air, dan mampu menghilangkan polutan padat dan terlarut serta mampu
mengurangi kekeruhan. Peryphyton memiliki respon yang cepat terhadap
perubahan kualitas air. Selain peryphyton di sungai dan rawa-rawa ditumbuhi
dengan ceratophyllum atau tanaman hornwort yang sering mengambang di bawah
permukaan air dan bereproduksi dalam jumlah besar, yang mana berfungsi untuk
melindungi ikan yang sedang bertelur, serta mampu memproduksi oksigen tinggi,
biasanya tanaman hornwort ini digunakan di akuarium air tawar.
dan untuk pH berkisar antara 6 - 8,6 ppm, serta kandungan ammonia yang
disarankan adalah < 0,5 mg/L (Susanto 2001).
Ikan Nilem dapat dipelihara pada daerah dengan ketinggian sekitar 150-
1000 m dpl namun, ketinggian yang paling optimum untuk pemeliharaan Ikan
Nilem yaitu 800 m dpl (Susanto 2008). Ikan Nilem tergolong dalam jenis ikan
herbivora. Panjang total usus pada ikan herbivora melebihi panjang total
badannya yaitu dapat mencapai lima kali panjang total badannya, sedangkan
panjang usus pada ikan karnivora lebih pendek dari panjang total badannya dan
panjang total pada ikan omnivora hanya sedikit lebih panjang dari total badannya
(Handajani dan Widodo 2010).
naluri gerakkannya lincah, postur tubuh dan perut ramping, warna tubuh
kehijauan dan kadang gelap, lubang urogenital agak menonjol serta sirip dada
kasar dan perutnya keras.
Telur Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) banyak mengandung kuning telur
yang mengumpul pada suatu kutub, tipe telur yang demikian dinamakan
Telolechital (Sumantadinata, 1981). Ditambahkan pula oleh Djajareja dkk (1977)
dalam Triyani (2002) warna telur ikan ini transparan dan bersifat demersal
(terbenam di dasar perairan). Sementara menurut Soeminto dkk (1995) dalam
Triyani (2002) telur ikan ini diameter berkisar antara 0,8 mm 1,2 mm. Menurut
Cassie dan Effendie (1979) berat rata rata dan panjang total untuk Ikan Nilem
diantaranya:
a. Berat rata rata induk betina 200,7 gram, panjang total rata rata
induk betina 28,7 cm, dan
b. Berat rata rata induk jantan 187,3 gram, panjang total rata rata
induk jantan 28,2 cm.
2. Pertumbuhan
7
2. Faktor Kondisi
Faktor kondisi adalah keadaan yang menyatakan kemontokan ikan dalam
bentuk angka (Royce 1972). Nilai faktor kondisi ini menunjukkan keadaan baik
dari ikan dengan melihat segi kapasitas fisik untuk bertahan hidup (survival) dan
reproduksi (Effendie 1997). Menurut Vakily et al.,(1986) dalam Manik (2009),
faktor kondisi ikan umumnya antara 0,5-2,0. Nilai K pada ikan yang berbadan
agak pipih berkisar antara 2,0-4,0 sedangkan pada ikan yang kurang pipih
berkisara antara 1,0-3,0 (Effendie, 2002). Ikan dengan pola pertumbuhan
allometrik, faktor kondisinya dihitung dengan menggunakan faktor kondisi relatif.
Ikan memiliki kemampuan yang berbeda dalam beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan pada setiap ukuran panjang, selain itu ketersediaan
makanan di perairan juga mempengaruhi nilai faktor kondisi (Effendie 1997).
Nilai faktor kondisi rata-rata cenderung menurun ketika ukuran ikan semakin
panjang, sesuai dengan pernyataan Pantulu (1963) in Effendie (1997) bahwa
faktor kondisi relative berfluktuasi terhadap ukuran ikan, ikan yang berukuran
kecil mempunyai kondisi relatif yang tinggi kemudian menurun ketika ikan
bertambah besar.
Nilai faktor kondisi rata-rata ikan jantan pada setiap kelas ukuran panjang
berkisar antara 1,07111,4169, sedangkan pada ikan betina berkisar antara
9
1,22451,4334. Secara keseluruhan, kisaran nilai faktor kondisi betina lebih besar
daripada ikan jantan. Hal ini diduga bahwa ikan betina memiliki kondisi lebih
baik saat mengisi gonadnya dengan cell sex dalam proses reproduksi
dibandingkan dengan ikan jantan (Effendie 1997). Peningkatan faktor kondisi
disebabkan oleh perkembangan gonad yang akan mencapai puncaknya sebelum
terjadi pemijahan (Pantulu 1963 in Effendie 1997).
3. Reproduksi
Tidak setiap individu mampu menghasilkan keturunan, tetapi setidaknya
reproduksi akan berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup
dipermukaan bumi ini. Reproduksi merupakan hal yang sangat penting dari suatu
siklus hidup ikan, dengan mengetahui biologi reproduksi ikan, kita dapat
memberikan keterangan yang jelas mengenai tingkat kematangan gonad,
fekunditas, musim pemijahan, serta ukuran ikan pertama kali matang gonad
(Nikolsky 1963 dalam Setiawan 2007).
10
Reproduksi merupakan hal yang sangat penting dari suatu siklus hidup
ikan, dengan mengetahui biologi reproduksi ikan, kita dapat memberikan
keterangan yang jelas mengenai tingkat kematangan gonad, fekunditas, musim
pemijahan, serta ukuran ikan pertama kali matang gonad (Nikolsky 1963 dalam
Setiawan 2007).
Perbedaan jenis kelamin dari suatu individu ikan dapat ditentukan dengan
memperhatikan karakteristik seksual yang dimilikinya. Karakteristik seksual
bersifat sementara hanya muncul ketika musim ikan mijah, biasanya hanya dapat
dijumpai pada ikan jantan saja (Lagler et al. 1977; Moyle dan Cech (1982)).
Biasanya setiap spesies ikan akan memiliki karakteristik seksual sekunder yang
berbeda - beda.
Berdasarkan sifat seksualitas primer pada ikan di tandai dengan adanya
organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu
ovarium dan pembuluhnya pada ikan betina, dan testis dengan pembuluhnya pada
ikan jantan. Ciri seksual primer yaitu alat/organ yang berhubungan langsung
dengan proses reproduksi. Sedangkan berdasarkan sifat seksualitas sekunder dapat
dilihat berdasarkan morfologi ikan tersebut. Biasanya pada ikan betina memiliki
tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan jantan, memiliki tutup operculum
yang kasar pada ikan jantan dan halus pada ikan betina, dan pada ikan jantan
mempunyai warna yang lebih cemerlang daripada ikan betina. Bagi ikan jantan
warna berfungsi untuk menarik perhatian ikan betina.
1. Rasio Kelamin
Rasio kelamin merupakan perbandingan jumlah ikan jantan dengan jumlah
ikan betina dalam suatu populasi dimana perbandingan 1:1 yaitu 50% jantan dan
50% betina merupakan kondisi ideal untuk mempertahankan spesies. Kenyataanya
di alam perbandingan rasio kelamin tidaklah mutlak, hal ini dipengaruhi oleh pola
distribusi yang disebabkan oleh ketersediaan makanan, kepadatan populasi, dan
keseimbangan rantai makanan (Effendie 2002).
Melalui rasio kelamin dapat diketahui kemampuan induk ikan jantan untuk
membuahi induk betina sehingga diperoleh larva yang optimal. Komposisi jantan
dan betina dapat memberikan perilaku pemijahan yang berbeda (Musrin 2014).
11
Prilaku pemijahan terbagi menadi tiga kategori, yaitu promiscuous, poligami, dan
monogami (Rahardjo 2011).
5. Fekunditas
Fekunditas adalah jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada waktu
ikan memijah. Nikolsky (1963), menamakan fekunditas yang menunjukkan
jumlah telur yang dikandung individu ikan sebagai fekunditas mutlak,
sedangkan jumlah telur persatuan berat atau panjang ikan disebut sebagai
fekunditas relatif. Nikolsky (1969) dalam Effendi (1997), menyebutkan bahwa
fekunditas akan bertambah dan menurun, dimana fekunditas maksimum terjadi
pada golongan ikan muda, respon terhadap persediaan makanan dan kematangan
gonad yang lebih awal dari individu yang tumbuh lebih cepat. Fekunditas lebih
sering dihubungkan dengan panjang daripada dengan berat, karena panjang
penyusutannya relatif kecil tidak seperti berat yang dapat berkurang dangan
mudah (Effendie 1997).
Penentuan fekunditas dilakukan dengan menghitung selisih bobot tubuh
induk betina ikan saat matang gonad pada TKG IV sebelum dipijahkan (pra salin)
dengan induk betina ikan setelah dipijahkan (pasca salin). Besarnya bobot gonad
dan fekunditas cenderung dipengaruhi oleh bobot dan panjang ikan. Effendie
(2002) menyatakan bahwa variasi jumlah telur ikan dapat disebabkan karena
adanya variasi ukuran ikan. Nilai fekunditas spesies ikan dipengaruhi oleh ukuran
panjang total dan bobot badan (Sukandi 2001).
7. Diameter Telur
Diameter telur adalah garis tengah dari suatu telur yang diukur di bawah
mikroskop binokuler dengan bantuan mikrometer okuler yang telah ditera
sebelumnya. Pengukuran ini dilakukan pada telur-telur yang berada pada tingkat
kematangan gonad III dan IV. Perkembangan diameter telur semakin meningkat
dengan meningkatnya tingkat kematangan gonad (Effendie 2002). Diameter telur
didapatkan berbeda-beda berdasarkan letaknya. Diameter telur bagian anterior
kecil dengan posisi inti telur ditengah, diameter telur bagian tengah berukuran
sedang dengan posisi inti telur sudah bermigrasi menuju tepi, dan diameter telur
bagian posterior berukuran besar dengan posisi inti telur yang sudah melebur dan
sudah siap untuk dipijahkan. Semakin besar diameter telur maka cadangan kuning
telurnya semakin banyak sehingga larva yang dihasilkan akan besar (Herawati
2017).
gonad akhir dan ovulasi oosit. Faktor eksternal yang mempengaruhi reproduksi
yaitu pendorong dan penghambat hormon gonadotropin, gonadotropin pra ovulasi
dan respon ovarium terhadap GtH. Sedangkan faktor eksternal yang
mempengaruhi pemijahani adalah foto periode, suhu, substrat untuk pemijahan
dan hubungan dengan individu lain (faktor sosial) (Stacey 1984).
Proses ovulasi pada beberapa ikan teleostei menunjukkan hubungan yang
erat dengan photoperiod. Ikan cyprinidae yang hidup di daerah subtropik
seperti Notemigonus crysoleucas, Carassius auratus, Gila cypha dan Couesius
plumbeus biasanya memijah pada akhir musim semi dan awal musim
panas. Proses gametogenesis disesuaikan dengan suhu dan photoperiode. Saat
musim dingin gametogenesis berlangsung lambat, kemudian semakin meningkat
pada musim panas dan mencapai tahap perkembangan sempurna pada musim
semi (Helfman et al. 1997).
Suhu berpengaruh terhadap berbagai fungsi sistem reproduksi ikan
teleostei, termasuk laju sekresi dan pembersihan GnRH atau hormon peptida yang
dihasilkan oleh hipotalamus yang menstimulasi sel-sel gonadotrop pada hipofisis
anterior, pengikatan GtH oleh gonad, siklus harian GtH, sintesis dan katabolisme
steroid, serta stimulasi GtH (Stacey 1984). Perubahan suhu yang terlalu tinggi
dapat menjadi trigger tingkah laku pemijahan ikan. Suhu juga berpengaruh
langsung dalam menstimulasi endokrin yang mendorong terjadinya ovulasi.
Komposisi protein merupakan faktor esensial yang dibutuhkan ikan untuk
pematangan gonad. Shimeno (1974) dalam Shimeno dkk. (2001) menyatakan
bahwa kadar protein 88-89% baik bagi perkembangan gonad ikan lalawak.
Mineral yang penting bagi pematangan gonad adalah phospor (P), seng (Zn), dan
mangan (Mn) (NRC, 1993 dalam Tang dan Affandi, 2001). Sedangkan vitamin E
berperan penting dalam pematangan gonad (Verankupiya et al. 1995 dalam Tang
dan Affandi 2001). Meretsky et al. (2000) mengatakan bahwa perubahan bobot
ikan dapat dihasilkan dari perubahan pakan dan alokasi energi untuk tumbuh dan
reproduksi, yang mengakibatkan bobot ikan berbeda walaupun panjangnya sama.
Food habits memiliki arti yang berbeda dengan feeding habits, karena
keduanya sering disamakan dalam hal definisi. Food habits mencakup kualitas
dan kuantitas makanan yang dimakan ikan, sementara feeding habits mencakup
cara ikan dalam mendapatkan makanan. Kebiasaan makanan dan cara memakan
ikan itu secara alami tergantung kepada lingkungan itu hidup (Kurniasari 2011).
Setiap hewan memiliki tingkah laku (behavior) yang berbeda-beda.
Berdasarkan macam pakan yang dimakannya, ikan dapat dibedakan menjadi 3
golongan, yaitu (1) pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora), (2) pemakan daging
(karnivora), dan (3) pemakan campuran (omnivora). Jenis ikan pemakan
campuran adalah ikan pemakan plankton dan ikan pemakan hancuran bahan
organik (detritus).
Untuk merangsang pertumbuhan yang optimal diperlukan jumlah dan
mutu makanan yang cukup serta sesuai dengan kondisi perairan.menurut Nikolsky
(1963), urutan kebiasaan makanan terdiri dari makanan utama (makanan yang
biasa dimakan dalam jumlah banyak), makanan pelengkap (makanan yang
ditemukan dalam saluran pencernaan dalam jumlah sedikit), makanan tambahan
(makanan yang ditemukan dalam saluran pencernaan dalam jumlah sangat sedikit)
dan makanan pengganti (makanan yang dikonsumsi jika makanan utama tidak
tersedia).
1. Indeks Preponderan
2. Indeks Pilihan
3. Tingkat Trofik
Tingkat trofik adalah urutan-urutan tingkat pemanfaatan makanan atau
material dan energi seperti yang tergambarkan oleh rantai makanan. Tingkat trofik
ikan dikategorikan menjadi tingkat trofik 2 yaitu untuk ikan bersifat herbivora,
tingkat 2,5 untuk ikan yang bersifat omnivora, dan tingkat trofik 3 atau lebih
untuk ikan yang bersifat karnivora (Caddy dan Sharp 1986 dalam Tjahjo 2001
dalam Nugraha 2011).
BAB III
METODOLOGI
Berikut adalah rincian alat dan bahan yang digunakan ketika praktikum
berlangsung.
1. Alat
a. Timbangan, untuk mengukur berat ikan, gonad, hati dan isi usus ikan
b. Pinset, untuk membantu proses pembedahan dan pengambilan organ
dari perut
c. Pipet, untuk mengambil sampel uji
d. Pisau, untuk melakukan pembedahan
e. Gunting, untuk melakukan pembedahan
f. Cawan petri, untuk menyimpan gonad, hati dan isi usus
g. Mikroskop, untuk melihat telur ataupun melihat isi usus
h. Gelas ukur, untuk mengukur volume gonad
i. Mistar/penggaris, untuk mengukur panjang ikan
j. Sonde (Penusuk), untuk mematikan ikan
k. Kamera, untuk mendokumentasikan kegiatan praktikum
l. Cover glass, untuk meletakkan suatu objek yang akan diamati dengan
mikroskop
2. Bahan
18
19
3. Metode Praktikum
4. Prosedur Praktikum
1. Pertumbuhan
g. Untuk mengetahui pola pertumbuhan pada ikan. Adapun langkah-
langkah yang akan dilakukan adalah:
h.
i.
j. Sampel ikan diambil
k.
l. ikan diukur panjang baik SL (Standart Length), FL (Fork Length), dan
Sampel
Dibedah
m. bagian
TL (Total bawah
Length) perut
dengan ikan dari anus
menggunakan ke arah atas
penggaris dan hingga mencapai
millimetre tulang
blok, satuan
n. kemudian dibedah melintang kearah operculum.
yang digunakan adalah milimeter (mm).
o.
p.
Amati
Sampel ikan tingkat
diukur kematangan
bobotnya dengangonad menurut timbangan
menggunakan Effendi (1979)
digital, satuan
q. yang digunakan adalah gram.
r.
2. Reproduksi Ditimbang gonad ikan uji
s. Data hasil mengetahui
Untuk pengukuran dicatat
jenis dalam tabel pengamatan.
kelamin dari ikan serta aspek
reproduksinya. Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan adalah:
t. Dihitung nilai IKG
Jika ikan yang diamati berjenis kelamin betina, lanjutkan dengan perhitungan
fekunditas
20
u.
v.
w.
x.
y.
z.
aa.
ab.
ac.
ad.
ae.
3. Food and feeding habits
af. Untuk mengetahui kebiasaan makanan ikan maka dilakukan
analisis terhadap usus ikan. Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan adalah:
5. Analisa Data
Ikan yang akan diteliti kebiasaan makanannya adalah ikan yang tertangkap
Ikan hasil tangkapan diukur panjang dan bobot tubuhnya, kemudian dibedah dan
diambil organ pencernaannya
Isi usus makroskopis dan mikroskopis dipisahkan, isi usus yang dipisahkan
kemudian diperiksa dibawah mikroskop
Jenis organisme yang ditemukan dalam organ pencernaan ikan diidentifikasi dan
dihitung jumlahnya
ag. Berikut adalah metode untuk menganalisa data yang didapatkan
ketika praktikum.
ai. W = a . L b
aj. Keterangan:
ak. W = Berat (gram)
al. L = Panjang total ikan (cm)
am.a = Konstanta atau intersep
an. b = Eksponen atau sudut tangensial
ao. Persamaan tersebut dapat digambarkan dalam bentuk linier
dengan logaritma digunakan persamaan log W = log a + b log L. Yang
harus ditentukan dari persamaan tersebut ialah harga a dan b, sedangkan
harga W dan L diketahui. Teknik perhitungan panjang berat menurut
Rousefell dan Everhart (1960) dan Lagler (1961) secara langsung adalah
dengan membuat daftar tersusun dari harga L, log L, W, log W, log L x log
W, dan (log L)2. Apabila N = jumlah ikan yang sedang dihitung, maka
untuk mencari a:
L
log
W
log L log
L
log
ap.
2
log L
logW
log a=
aq. Untuk mencari b digunakan rumus:
a
N log
ar.
logW
b=
Log (Panjang)
az.
ba. Gambar 2. Grafik Hubungan Panjang dan Berat pada Ikan
2. Faktor Kondisi
bb. Perhitungan factor kondisi atau indeks ponderal
menggunakan sistem metric (K). mencari nilai K digunakan rumus:
W
Kn
bc. = aLb
bd. Keterangan:
be. K = Faktor Kondisi
bf. W = Bobot Ikan (gram)
bg. L = Panjang total (mm)
bh. a = Intercept
bi. b = Slope
3. Rasio Kelamin
bj. Rasio kelamin dihitung dengan cara membandingkan
jumlah ikan jantan dan betina yang diperoleh sesuai dengan Haryani
(1998), adalah sebagai berikut:
J
bk. Rasio kelamin = B
bl. Keterangan:
bm. J = jumlah ikan jantan (ekor)
bn. B = jumlah ikan betina (ekor)
23
Bg
IKG= 100
cn. Bt
co. Keterangan:
cp. IKG = Indeks Kematangan Gonad
cq. Bg = Berat Gonad (gram)
cr. Bt = Berat Tubuh (gram)
6. Hepatosomatik Indeks
cs. Hepatosomatik Indeks (HSI) merupakan suatu metoda yang
dilakukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam hati secara
kuantitatif. Hepatosomatik Indeks merupakan indeks yang menunjukkan
perbandingan berat tubuh dan berat hati dan dinyatakan dalam bentuk
25
cu. Keterangan:
cv. IKG = Indeks Kematangan Gonad (%)
cw. Bh = Berat Hati (gram)
cx. Bw = Berat Tubuh (gram)
7. Diameter Telur
cy. Diameter telur dianalisis dalam bentuk histogram. Diameter
telur dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
(Rodriquez et. al 1995) :
cz. Ds= D d
da. Keterangan:
db. Ds = Diameter telur sebenarnya (mm)
dc. D = Panjang diameter telur (mm)
dd. d = Lebar diameter telur (mm)
8. Fekunditas
de. Fekunditas menunjukkan kemampuan induk ikan untuk
menghasilkan anak ikan dalam suatu pemijahan. Fekunditas individu
dihitung berdasarkan metode gravimetric (Effendie 1992) dengan bentuk
rumus:
G
df. F = g xn
dg. Keterangan:
dh. F = Jumlah total telur dalam gonad
di. G = Bobot gonad setiap ekor ikan
dj. g = Bobot sebagian gonad satu ekor ikan
dk. n = Jumlah telur dari sampel gonad
dl. Fekunditas ikan juga dapat dihitung berdasarkan metode
volumetric (Effendie 1997) dengan bentuk rumus:
dm. X.x=V.v
dn. Keterangan:
do. X = Jumlah telur di dalam gonad yang akan dicari
26
9. Indeks Preponderan
ds. Kebiasaan makan dianalisis dengan menggunakan indeks
propenderan (Effendie 1979). Indeks propenderan adalah gabungan
metode frekuensi kejadian dan volumetric dengan rumus sebagai berikut:
Vi x Oi
n
dt. IPi = Vi x Oi x 100 %
i=1
du. Keterangan:
dv. IPi = indeks propenderan
dw.Vi = presentase volume satu macam makanan
dx. Oi = persentase frekuensi kejadian satu macam makanan
dy. (Vi x Oi) = jumlah Vi x Oi dari semua jenis makanan
dz. Analisis kebiasaan makanan ikan, pakan dikelompokkan
menjadi lima kelompok pakan yaitu fitoplankton, zooplankton, bagian
tumbuhan, bagian hewan dan detritus. Setiap kelompok pakan dapat
dikategorikan berdasarkan nilai Indeks of Preponderan (IP) yaitu sebagai
kelompok pakan utama bagi ikan apabila IP lebih besar dari 20%, pakan
pelengkap apabila 5% IP 20% dan pakan tambahan apabila IP kurang
dari 5% (Nikolsky 1963).
ec. Keterangan:
ed. E = indeks pilihan
ee. ri = jumlah relatif macam-macam organisme yang dimakan
ef. pi = jumlah relatif macam-macam organisme dalam perairan
eg. Nilai indeks pilihan ini berkisar antara +1 sampai -1,
apabila 0 < E < 1 berarti pakan digemari, dan jika nilai -1 < E < 0 berarti
27
pakan tersebut tidak digemari oleh ikan. Jika nilai E=0 berarti tidak ada
seleksi oleh ikan terhadap pakannya.
ek. Keterangan :
el. Tp = tingkat trofik ikan
em.Ttp = tingkat trofik kelompok pakan ke-p
en. Ii = indeks bagian terbesar untuk kelompok pakan ke-p
eo. Tingkat trofik ikan dikategorikan menjadi tingkat trofik 2 yaitu
untuk ikan bersifat herbivora, tingkat 2,5 untuk ikan yang bersifat
omnivore, dan tingkat trofik 3 atau lebih untuk ikan yang bersifat
karnivora (Caddy dan Sharp 1986 dalam Tjahjo 2001 dalam Nugraha
2011).
relung yang sempit berarti ikan tersebut selektif dalam memilih makanan
yang tersedia di perairan (spesialis).
2. Pertumbuhan
fe. Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, baik panjang maupun
berat. Pertumbuhan dipengaruhi faktor genetik, hormon dan lingkungan.
Meskipun secara umum, faktor lingkungan yang memegang peranan sangat
penting adalah zat hara dan suhu lingkungan. Akan tetapi, di daerah tropis zat hara
lebih penting dibandingkan lingkungan. Tidak semua makanan yang dimakan oleh
ikan digunakan untuk pertumbuhan. Sebagian besar energi dari makanan
digunakan untuk aktivitas, pertumbuhan dan reproduksi (Fujaya 2004).
ff. Berdasarkan hasil praktik dari kelompok 22 didapat perhitungan
morfometrik Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) pada hasil lingkar badan Ikan
Nilem sebesar 160 mm, lingkar kepala 135 mm, SL 201 mm, FL 220 mm, TL 240
mm, serta bobotnya mencapai 158.40 gram. Hal ini sesuai pernyataan Hardanto
(1979) bahwa pada pengukuran ikan yang menunjukan besar ataupun kecilnya
ikan. Ikan dapat dikatakan besar apabila panjangnya lebih dari 100 mm,
pengukuran yang dimaksud yaitu panjang yang diukur dari ujung mulut ikan
sampai dengan ujung ekornya yang disebut panjang total. Berarti diatas dari 100
mm maka ikan tersebut termasuk golongan ikan besar.
29
fg. Ikan Nilem yang diamati berjumlah masing 70 ekor, terdiri atas 43
ekor ikan betina dan 27 ekor ikan jantan dengan frekuensi panjang total berkisar
antara
30
31
fh. 132-306 mm. Untuk frekuensi berat total berada pada kisaran 22,09-
315,09 gram. Pengelompokan ikan dilakukan untuk membagi suatu
kelompok ikan ke dalam kelas ukuran yang memiliki rentang ukuran yang
relatif sama. Rentang ukuran ini dapat dikelompokan berdasarkan panjang
dan berat ikan. Berikut ini grafik distribusi panjang dan berat Ikan Nilem
yang diujikan dari data angkatan :
fi.
fj. Gambar 3. Grafik distribusi panjang Ikan Nilem
fk. Dari grafik tersebut terlihat bahwa ikan dengan interval panjang
total 282-306 mm berjumlah sebanyak 1% yang merupakan presentasi terendah.
Sedangkan presentasi tertinggi berada pada interval panjang total 157-181 mm
sebanyak 46%. Berdasarkan literatur yang ada yaitu penelitian terhadap aspek
pertumbuhan dan reproduksi Ikan Nilem di perairan Rawa Pening, Semarang,
ukuran rata rata pertama kali tertangkap Ikan Nilem sebesar 135 mm dan ukuran
pertama kali matang gonad 102,93 mm, menunjukkan ukuran tersebut layak
tangkap. Dari pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ikan yang
digunakan rata-rata memiliki panjang yang normal, meskipun ada beberapa ikan
yang ukurannya lebih besar dari ukuran standar.
32
fl.
fm. Gambar 4. Grafik distribusi bobot Ikan Nilem
fn. Untuk Ikan Nilem, Interval berat ikan yang mendominasi adalah
pada berat 22,09-63,09 gram dengan persentase 51% sedangkan interval terendah
dengan persentase 1% adalah pada berat 232,09-273,09 gram dan 274,09-315,09
gram. Adapun untuk bobot minimal Ikan Nilem yang digunakan untuk praktikum
yakni seberat 22,09-63,09 gram dan tertinggi yakni 274,09-315,09 gram.
2. Pola Pertumbuhan
fo. Untuk melihat pola pertumbuhan ikan uji maka ditampilkan dalam
grafik hubungan panjang-bobot berdasarkan data yang diperoleh.
fp.
33
fq.
2.00
1.20
1.00
2.10 2.20 2.30 2.40 2.50 2.60
Panjang
fr. Gambar 5. Grafik hubungan panjang dan berat pada Ikan Nilem
air. Ikan Nilem yang dijadikan sampel praktikum kali ini berbeda dengan sampel
pada literature, dikarenakan faktor pendukung pada perairan seperti arus yang
mengalir di sepanjang perairan berbeda.
fu. Menurut Santoso (2003), angka korelasi diatas 0,5 menunjukan
korelasi cukup kuat dan dibawah 0,5 korelasinya lemah. Berarti data yang didapat
angkatan 2015 cukup baik karena hubungan berat dan panjang cukup kuat dilihat
dari nilai R2 yang didapat. Hubungan panjang total dan bobot tubuh serta faktor
kondisi suatu ikan bergantung pada makanan, umur, jenis sex dan kematangan
gonad (Effendi 1997).
3. Faktor Kondisi
fv. Faktor kondisi merupakan salah satu derivat dari pertumbuhan
yang sering disebut pula sebagai Faktor K. Faktor kondisi ini menunjukkan
keadaan baik dari ikan dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival dan
reproduksi. Apabila dalam suatu perairan terjadi perubahan mendadak dari kondisi
ikan itu, situasi demikian memungkinkan untuk dapat diselidiki. Apabila
kondisinya kurang baik mungkin populasinya terlalu padat, dan sebaliknya
apabila kondisinya baik dan sumber makanan cukup melimpah maka ada
kecenderungan ikan-ikan yang mendiami habitat tersebut gemuk/montok. Untuk
keperluan analisis tersebut dilakukan uji Faktor Kondisi (Effendi 2002).
fw. Apabila dalam suatu perairan terjadi perubahan yang mendadak
dari kondisi ikan itu situasinya memungkinkan untuk cepat diselidiki. Apabila
kondisinya kurang baik mungkin populasinya terlalu padat dan sebaliknya bila
kondisinya baik mungkin terjadi pengurangan populasi atau tersedia makanan
yang mendadak (Effendie 2002).
fx. Faktor kondisi adalah keadaan yang menyatakan kemontokan ikan
dalam bentuk angka (Royce 1972). Nilai faktor kondisi ini menunjukkan keadaan
baik dari ikan dengan melihat segi kapasitas fisik untuk bertahan hidup (survival)
dan reproduksi (Effendie 1997).
35
fy.
fz. Gambar 6. Grafik faktor kondisi Ikan Nilem
ga. Nilai faktor kondisi rata-rata Ikan Nilem setiap kelas ukuran
berkisar antara 1,04-1,32 dengan nilai tertinggi berada pada kelas ukuran 157-181
mm. Menurut Effendie (1979) bahwa besarnya faktor kondisi tergantung pada
banyak hal antara lain jumlah organisme yang ada, kondisi organisme,
ketersediaan makanan, dan kondisi lingkungan perairan.
gb. Dari grafik yang diperoleh didapatkan bahwa faktor kondisi Ikan
Nilem semakin meningkat untuk setiap interval kelasnya. Menurut Effendie
(1979), variasi faktor kondisi bergantung pada kepadatan populasi, tingkat
kematangan gonad, makanan, jenis kelamin dan umur. Peningkatan nilai faktor
kondisi ikan terjadi pada saat ikan mengisi gonadnya dengan sel kelamin dan akan
mencapai puncaknya sebelum terjadi pemijahan. Selain itu, perubahan faktor
kondisi yang terjadi juga diduga karena adanya pertambahan panjang dan bobot
tubuh ikan, perbedaan umur dan perubahan pola makan selama proses
pertumbuhan.
gc. Pada grafik yang telah disajikan, terlihat bahwa nilai faktor
kondisi Ikan Nilem terus bertambah. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor.
Berdasarkan Effendie (1979) bahwa besarnya faktor kondisi tergantung pada
banyak hal antara lain jumlah organisme yang ada, kondisi organisme,
36
3. Reproduksi
gd. Ikan Nilem yang kelompok kami amati berasal dari kolam
Ciparanje dengan jenis kelamin betina. Hasil pengamatan kelompok dapat dilihat
Tingkat Kematangan Gonad Ikan Nilem kelompok kami berada pada TKG II
karena bentuk ovarinya masih belum mengkerut. Berat dari gonad nya sebesar
3,61 gram dan berat tubuh seberat 54,62 gram.
1. Rasio Kelamin
ge. Rasio kelamin adalah perbandingan antara jantan dan betina dalam
suatu populasi. Rasio kelamin dihitung dengan cara membandingkan jumlah ikan
jantan dan betina yang diperoleh (Haryani 1998). Menurut Ball & Rao (1984)
Perbandingan jumlah ikan jantan dengan ikan betina dalam suatu populasi dan
kondisi ideal untuk mempertahankan suatu spesies adalah 1:1 (50 % jantan & 50
% betina), namun seringkali terjadi penyimpangan dari pola 1:1, hal ini
disebabkan oleh adanya perbedaan tingkah laku ikan yang suka bergerombol,
perbedaan laju mortalitas, perbedaan distribusi, aktivitas, gerakan ikan itu sendiri
dan pertumbuhan.
gf. Dari hasil pengamatan, didapatkan nilai rasio kelamin Ikan Nilem
angkatan sebagai berikut :
37
gg.
gh. Gambar 7. Grafik Rasio Kelamin Ikan Nilem
go.
10
TKG I
8
TKG II
6 5 TKG III
TKG IV
4 3 TKG V
2
2 1 1
gr.
10.00%
8.00%
6.00%
4.00% 2.61%
2.00% 0.20%
0.00%
TKG I TKG II TKG III TKG IV 0.00%
TKG V
gv. Gambar 10. Grafik Hubungan TKG Terhadap IKG Ikan Nilem Jantan
14.00% 12.78%
12.00%
10.00%
8.00%
5.40%
6.00%
3.29%
4.00%
0.00%
TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V
gz. Gambar 11. Grafik Hubungan TKG Terhadap IKG Ikan Nilem Betina
ha. Berdasarkan grafik diatas, nilai IKG Ikan Nilem betina terus
meningkat berdasarkan TKGnya dan mengalami puncak nilai IKG pada
TKG IV sebesar 12,78%. Dari TKG I sampai TKG III, Ikan Nilem betina
melakukan proses pematangan telur itu sebabnya IKG terus meningkat
dari TKG I sampai III. Tetapi, dari TKG IV sampai TKG V terjadinya
penurunan IKG karena dari TKG IV sampai V, Ikan Nilem betina
melakukan pemijahan telur. Indeks Kematangan Gonad (IKG) diketahui
untuk melihat perubahan yang terjadi didalam gonad secara kuantitatif.
Effendie (2002), menyatakan bahwa Indeks Kematangan Gonad Ikan
Nilem Betina lebih besar dibandingkan IKG Ikan Nilem Jantan. Hal yang
dikatakan Effendie (2002) sesuai dengan pelaksanaan praktikum kali ini
yaitu IKG Ikan Nilem Betina lebih besar 0,96% dari IKG Ikan Nilem
Jantan.
42
4. Hepatosomatik Indeks
hb. Hepatosomatic Indeks (HSI) yang digunakan untuk mengetahui
perubahan yang terjadi dalam hati secara kuantitatif, dimana hati merupakan
tempat terjadinya proses vitelogenesis. Pada kelompok kami nilai HSI yang
didapat dari sampel yaitu bernilai 0,11%.
hc. Berikut merupakan grafik hubungan HSI terhadap TKG dan IKG
Ikan Nilem yang telah diamati:
hd.
Hubungan
TKG terhadap IKG terhadap HSI
15.00%
12.78%
HSI
10.00%
TKG
HSI
5.00% 5.40%
3.29%
0.50% 0.67% 1.84%
0.00% 0.45% 0.16% 0.13% 0.11%
TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V
he. Gambar 12. Grafik Hubungan TKG Terhadap IKG Terhadap HSI Ikan Nilem
hf. Berdasarkan grafik diatas, grafik TKG jauh lebih tinggi dari grafik
HSI. Data yang didapatkan tergolong baik karena semakin rendah nilai
HSI menunjukkan bahwa senyawa vitelinogen sudah disalurkan ke dalam
gonad sebagai zat kuning telur. Hepatosomatik indeks pada saat
perkembangan kematangan gonad menjadi salah satu aspek penting,
karena menggambarkan cadangan energi yang ada pada tubuh ikan
sewaktu ikan mengalamai perkembangan matang gonad.
1. Indeks Preponderan
hk. Kebiasaan makanan dianalisis dengan menggunakan indeks
preponderan (Effendie 1979). Indeks preponderan adalah gabungan metode
frekuensi kejadian dan volumetric, dengan rumus sebagai berikut.:
Vi x Oi
IPi= n
x 100
hl. Vi x Oi
i=1
hp.
60.00%
40.00% 71.64%
20.00%
Persentase
12.48% 11.74%
0.00%0.00%2.29% 0.75%
0.02% 0.15%
0.00% 0.27%
0.00% 0.10%
0.06%
0.15% 0.32% 0.00%
0.04%
Jenis Makanan
hr. Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Ikan Nilem merupakan
ikan yang bersifat omnivore, namun lebih cenderung pada detritivore dan
herbivore karena makanan utama (IP > 25%) yang dikonsumsi oleh Ikan Nilem
mayoritas berupa detritus. Makanan pelengkap (5% IP 25%) berupa
fitoplankton (Chlorophycae) dan bagian dari tumbuhan. Selain itu ada makanan
tambahan (IP < 5%) berupa fitoplankton (bacillariophycae, Desmidiacae,
Chrysophycae), zooplankton (Rotatoria, Copepoda, Tardigrada, Nemata,
Platyhelmintes), benthos dan bagian hewan.
2. Indeks Pilihan
hs. Preferensi tiap organisme atau jenis plankton yang terdapat dalam
alat pencernaan ikan ditentukan berdasarkan indeks pilihan (indeks of electvity)
dalam Effendie (1979) sebagai berikut:
ri pi
E=
ht. ri+ pi
3. Tingkat Trofik
hw. Tingkat trofik adalah urutan-urutan tingkat pemanfaatan makanan
atau material dan energi seperti yang tergembarkan oleh rantai makanan. Untuk
mengetahui tingkat trofik ikan, ditentukan berdasarkan pada hubungan antara
tingkat trofik organisme pakan dan kebiasaan makanan ikan sehingga dapat
diketahui kedudukan ikan tersebut dalam ekosistem. Tingkat trofik ikan
dikategorikan menjadi tingkat trofik 2 yaitu untuk ikan yang bersifat herbivora,
tingkat 2,5 untuk ikan yang bersifat omnivora dan tingkat trofik 3 atau lebih untuk
ikan yang bersifat karnivora (Caddy and Sharp 1986).
hz. Dari grafik diatas terlihat bahwa Ikan Nilem tergolong sebagai ikan
omnivore cenderung detritivor karena sesuai dengan literatur dari Caddy and
Sharp (1986) yang mengatakan bahwa jika tingkat trofik lebih dari 2,5 itu berarti
tergolong sebagai omnivora.
ia. BAB V
1. Kesimpulan
ic. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
a. Tipe pertumbuhan Ikan Nilem termasuk allometrik positif karena b >
3, Allometrik positif berarti pertumbuhan berat lebih cepat di
bandingkan dengan pertumbuhan panjang ikan.
b. Sampel ikan menunjukan tingkat kematangan gonadnya sedang
berada pada tingkat IV untuk jantan dan betina, yang berarti gonad
ikan sedang berada pada kondisi optimal.
2. Saran
id. Sebaiknya penelitian mengenai analisis aspek biologi Ikan Nilem
lebih banyak lagi dilakukan dan lebih intensif oleh pihak-pihak terkait, agar data-
data yang masih belum ada dapat dilengkapi lagi. Dengan demikian, diharapkan
pengetahuan mengenai aspek biologi Ikan Nilem dapat bertambah lagi di masa
depan.
47
ie. DAFTAR PUSTAKA
ih.
ii. Fujaya, Y. 2002. Fisiologi Ikan. Dasar Pengembangan Teknologi
Perikanan. DIKTI. Jakarta.
ik. Nikolsky GV. 1963. The ecologi of fishes. Academic Press. New York. 352
p.
il.
im. Nikolsky, G. V. 1969. Theory of Fish Population Dynamic, as the
Biological Bacground of rational Exploitation and the management of
Fishery Resources.
io. Saanin H. 1984. Taksonomi dan kunci identifikasi ikan 1 dan 2. Bina
Cipta. Bandung. Viii + 508 h.
is. Anhar S., Siti Y.R., Suradi W.R. 2014. Aspek Pertumbuhan dan
Reproduksi Ikan Nilem di Perairan Rawa Pening Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang. Universitas Diponegoro: Semarang.
48
it. Sabilah K.P. 2010. Budidaya Ikan Nilem. Universitas Diponegoro:
Semarang.
49
50
iv. PBIAT Muntilan. 2007. Pusat Budidaya Ikan Air Tawar, Muntilan.
iw. Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Cetakan I. Bina
Cipta, Jakarta.
iz.
ja.
jb.
jc.
jd.
je.
jf.
jg.
jh.
ji.
jj.
jk. LAMPIRA
N
jl.
jm.
jn.
jo.
jp.
jq.
jr.
js.
jt. Lampiran 1. Alat Praktikum
ju. jw.
jv. Gunting dan object glass jx. Gunting
ka.
jy.
jz. Jarum sonde
kb. Pinset
kc. ke.
53
kg.
54
kh. Lampiran 2. Bahan Praktikum
ki.
kl.
km.
55
kn. Lampiran 3. Kegiatan Praktikum
ko.
kq.
kp. Ikan yang sedang diukur
kr. Pengukuran berat gonad ikan
bobotnya
ks. ku.
kt. Pengukuran berat hati ikan kv. Organ dalam ikan (usus)
ky.
56
lc. Lampiran Tabel
ld. Tabel 1. Data Hasil Pengukuran pertumbuhan Ikan Nilem Perikanan 2015
57
12 13 15
3 65
pe. pf. pg.
pd. 1 ph.
13 15 16 pi. 105 pj. 52
4 85
pl. pm. pn. po.
pk. 1
15 16 18 10 pp. 127 pq. 75
5
ps. pt. pu.
pr. 1 pv.
13 14 16 pw.106 px. 48
6 70
pz. qa. qb. qc.
py. 1
13 15 17 12 qd. 135 qe. 50,6
7
qg. qh. qi.
qf. 1 qj.
13 15 16 qk. 110 ql. 52,66
8 85
qn. qo. qp.
qm. qq.
12 18 15 qr. 110 qs. 42,64
19 90
qu. qv. qw.
qt. 2 qx.
14 16 18 qy. 145 qz. 74,17
0 85
rb. rc. rd. re.
ra. 2
22 24 27 14 rf. 180 rg. 211,25
1
ri. rj. rk.
rh. 2 rl.
13 15 17 rm. 110 rn. 54,62
2 90
rp. rq. rr.
ro. 2 rs.
16 14 17 rt. 102 ru. 54,64
3 84
rw. rx. ry. rz.
rv. 2
16 19 20 11 sa. 153 sb. 120,63
4
sd. se. sf. sg.
sc. 2
18 21 23 12 sh. 160 si. 133
5
sk. sl. sm. sn.
sj. 2
21 23 25 13 so. 174 sp. 179
6
sr. ss. st.
sq. 2 su.
16 17 18 sv. 75 sw. 59
7 90
sx. 2 sy. sz. ta. tb. tc. 120 td. 57,7
8 13 15 16 80
58
tf. tg. th. ti.
te. 2
19 21 22 11 tj. 150 tk. 139
9
tm. tn. to.
tl. 3 tp.
14 15 17 tq. 110 tr. 53
0 88
tt. tu. tv. tw.
ts. 3
14 16 17 11 tx. 75 ty. 60
1
ua. ub. uc.
tz. 3 ud.
14 15 17 ue. 116 uf. 49
2 90
uh. ui. uj.
ug. 3 uk.
13 15 17 ul. 112 um. 55
3 98
uo. up. uq. ur.
un. 3
15 16 19 10 us. 130 ut. 76
4
uv. uw. ux.
uu. 3 uy. uz. 102
12 14 16 va. 46
5 75 ,5
vc. vd. ve.
vb. 3 vf.
16 17 20 vg. 150 vh. 91
6 90
vj. vk. vl.
vi. 3 vm.
15 16 18 vn. 90 vo. 63
7 79
vq. vr. vs. vt.
vp. 3
22 24 26 11 vu. 164 vv. 236
8
vx. vy. vz. wa.
vw.3
25 27 30 13 wb.169 wc.308
9
we. wf. wg.
wd.4 wh.
12 14 15 wi. 110 wj. 48
0 82
wl. wm. wn.
wk.4 wo.
12 13 16 wp.120 wq.51,97
1 80
ws. wt. wu. wv.
wr. 4 ww.
21 24 26 12 wx.203,17
2 170
wz. xa. xb.
wy.4 xc.
12 14 16 xd. 95 xe. 39,12
3 70
59
xg. xh. xi.
xf. 4 xj.
10 12 13 xk. 85 xl. 22,09
4 65
xn. xo. xp.
xm. xq.
14 15 17 xr. 100 xs. 48,72
45 65
xu. xv. xw. xx.
xt. 4
20 23 25 11 xy. 160 xz. 187,62
6
yb. yc. yd.
ya. 4 ye.
13 14 15 yf. 70 yg. 42,48
7 35
yi. yj. yk.
yh. 4 yl. ym.
14 16 17 yn. 67
8 96 121
yp. yq. yr. ys.
yo. 4
14 16 18 10 yt. 120 yu. 66
9
yw. yx. yy. yz.
yv. 5
14 15 17 11 za. 135 zb. 59
0
zd. ze. zf.
zc. 5 zg.
15 16 18 zh. 120 zi. 71
1 92
zk. zl. zm. zn.
zj. 5
21 23 25 11 zo. 159 zp. 181
2
zr. zs. zt.
zq. 5 zu.
14 15 18 zv. 109 zw. 61
3 80
zy. zz. aaa. aab.
zx. 5 aac. aad. 14
19 20 22 12
4 155 9
aaf. aag. aah.
aae. aai.
14 16 17 aaj.110 aak. 59
55 80
aam. aan. aao.
aal.5 aap. aaq.
15 16 18 aar.76
6 80 115
aat. aau. aav. aaw.
aas. aax. aay. 20
21 23 25 13
57 172 3
aba. abb. abc. abd.
aaz. abe. abf. 21
21 23 26 13
58 170 2
abg. abh. abi. abj. abk. abl.120 abm. 53
60
13 15 17 10
59
abo. abp. abq. abr.
abn. abs.
16 17 19 10 abt.83
60 143
abv. abw. abx.
abu. aby. abz.
14 15 17 aca. 52
61 83 115
acc. acd. ace.
acb. acf. acg.
14 16 17 ach. 64
62 75 102
acj. ack. acl.
aci.6 acm. acn.
14 16 17 aco. 68
3 90 120
acq. acr. acs. act.
acp. acu. acv. 12
17 18 20 10
64 160 8,09
acx. acy. acz.
acw. ada. adb. adc. 56
13 15 17
65 77 109 ,06
ade. adf. adg. adh.
add.
14 16 17 11 adi.137 adj.68,69
66
adl. adm. adn.
adk. ado. adp. adq. 55
14 15 17
67 79 117 ,99
ads. adt. adu.
adr.6 adv. adw. adx. 70
15 16 18
8 82 120 ,22
adz. aea. aeb. aec.
ady. aed. aee. 15
20 22 24 13
69 160 8,4
aeg. aeh. aei.
aef.7 aej. aek.
14 16 19 ael.70,55
0 36 90
aem.
61
aen. Tabel 2. Data Hasil Pengukuran Reproduksi Ikan Nilem Perikanan 2015
aer.
aes.
aeq. Ber
aeo. Jeni
Berat a
KE s
G t
L K
aep. o H aet. aeu. aev. aew.
O e
B n a T Fe I H
M l
a t
P a
d i
O m
(g (
K i
) g
n
)
afk.
afh. afi. 4, JAN afl. afn. afo.
afg.
4 6 afj. T I afm. 1 0
1
8 A
N
aft. B
afs.0 E
afq. afr. 6, afu. afv. afw. afx.
afp. , T
5 8 I 12 1 0
2 2 I
4
2 N
A
agc.
afz. JAN agd. agf. agg.
aga.
afy.3 9 agb. T I age. 9 0
8,81
A
N
agl.B
E
agi. agj.1, agm. ago. agp.
agh. agk. T
1 3 I agn. 0 0
4 0,34 I
2
N
A
agu.
agr. JAN agx. agy.
agq. ags. agv.
1 agt. T agw. 0 0
5 0,22 I
A
N
ahd.
aha. JAN ahg. ahh.
agz. ahb. ahe.
5 ahc. T ahf. 0 0
6 0,13 I
A
N
ahi.7 ahj. ahk. ahl. ahm. ahn. aho. ahp. ahq.
1 0,27 BET I 0 0
62
I
N
A
ahv.
ahs. aht.6, JAN ahw. ahy. ahz.
ahr.8 5 3 ahu. T I ahx. 1 0
9 A
N
aie.B
aid.0 E
aib. aic.0, aif. aih. aii.
, T aig.
aia.9 3 7 I 1 0
0 I
2
7 N
A
ain.B
E
aik. ail. 6, aio. aip. aiq. air.
aij. 1 aim. T
4 2 I 26 1 0
0 0,07 I
3
N
A
aiw.
aiv.0
ait. aiu.0, BET aix. aiz. aja.
ais. 1 , aiy.
1 8 I I 0 0
1 2
6 N
2
A
ajf. B
aje.0 E
ajc. ajd.6, ajg. ajh. aji. ajj.
ajb.1 , T
4 0 I 11 1 0
2 0 I
5
6 N
A
ajo.J
A
ajl. ajp. ajr. ajs.
ajk.1 ajm. N ajq.
4 ajn. I 1 0
3 4,86 T
A
N
ajx.B
E
aju. ajv.0, ajy. aka. akb.
ajt. 1 ajw. T ajz.
5 3 I 0 0
4 0,21 I
9
N
A
akc. akd. ake. akf. akg. akh. aki. akj. akk.
15 7 15,91 0,04 BET I 33 2 0
I
63
N
A
akp.
akm. BET akq. akr. aks. akt.
akl.1 akn. ako.
4 I I 90 1 0
6 5,75 0,05
N
A
aky.
akv. BET akz. ala. alb. alc.
aku. akw. akx.
5 I I 46 1 0
17 5,65 0,36
N
A
alh.B
alg.0 E
ale. alf. 0, ali. alk. all.
ald.1 , T alj.
5 6 I 1 0
8 0 I
7
6 N
A
alq.J
A
aln. alo.0, alr. alt. alu.
alm. N als.
4 2 alp. I 0 0
19 T
9
A
N
alz.J
alx.1 A
alw. ama. amc. amd.
alv.2 0, N
7 aly. I amb. 1 0
0 1 T
4 A
N
ami.
amf. BET amj. aml. amm.
ame. amg. amh.
2 I I amk. 0 0
21 0,89 0,06
N
A
amr.
amo. JAN ams. amu. amv.
amn. amp.
5 amq. T I amt. 6 0
22 3,61
A
N
ana.
amx. BET anb. and. ane.
amw. amy. amz.
5 I I anc. 1 3
23 5,529 17
N
A
anf. ang. anh. ani. anj.J ank. anl. anm. ann.
64
A
N
1 I 1 0
24 13,26 T
A
N
anr.0 ans.
anp. ant. anu. anv. anw.
ano. anq. , Beti
1 I 77 8 0
25 10,18 1 n
5 a
aob.
any. aoc. aoe. aof.
anx. anz. aoa. Beti
1 I aod. 0 0
26 4:04 0,15 n
a
aoj.0 aok.
aoh. aol. aon. aoo.
aog. aoi.0, , Beti
5 I aom. 1 0
27 7 0 n
1 a
aot.J
a
aoq. aor.6, aou. aow.
aop. n
5 9 aos. I aov. 1 aox.
28 t
6
a
n
apc.
aoz. apd. apf.
aoy. apa. Jant
1 apb. I ape. 1 apg.
29 14,51 a
n
apl.B
e
api. apj.6, apm. apn. apo. app.
aph. apk. t
5 0 I 10 1 0
30 0,04 i
8
n
a
apt.0 apu.
apr. apw. apx. apy.
apq. aps. , Beti apv.
6 12 5 0
31 3,51 1 n V
3 a
aqd.
aqa. aqe. aqg. aqh.
apz. aqb. aqc. Beti
4 I aqf. 0 0
32 0,36 0,01 n
a
aqm.
aqj. aqn. aqp.
aqi.3 aqk. Jant
5 aql. I aqo. 1 aqq.
3 6,18 a
n
aqr.3 aqs. aqt.7, aqu. aqv. aqw. aqx. aqy. aqz.
65
Jant
7 6 I 9
4 a
8
n
are.B
e
arb. arc.5, arf. arg. arh. ari.
ara.3 ard. t
4 1 I 77 1 0
5 0,14 i
3
n
a
arl. 1 arn.
ark. aro. arp. arq. arr.
arj. 3 3, arm. Beti
9 I 10 1 0
6 9 0,33 n
3 a
arv.0 arw.
art. ary. arz. asa.
ars.3 aru. , Beti arx.
6 72 0 0
7 2,38 0 n V
4 a
asf.J
a
asc. asg. asi.
asb. asd. n asj.
2 ase. I ash. 1
38 26,5 t
a
n
aso.
asl. asp. asq. asr. ass.
ask. asm. asn. Beti
3 I 34 1 0
39 43,79 0,33 n
a
asx.
asu. asy. ata.
ast. 4 asv. Jant atb.
4 asw. I asz. 1
0 5,58 a
n
atg.B
atf. 0 e
atd. ate.3, ath. ati. atj. atk.
atc.4 , t
5 0 I 60 5 0
1 1 i
9
5 n
a
atp.J
a
atm. atn.0, atq. ats.
atl. 4 n atr. att.
2 2 ato. I 0
2 t
2
a
n
atu.4 atv. atw. atx. aty.J atz. aua. aub. auc.
3 3 4,51 a I 1
n
66
t
a
n
auh.
aue. auk.
aud. auf. Jant aui. auj. aul.
2 aug. 0
44 0,02 a I
n
auq.
aun. aur. aus. aut. auu.
aum. auo. aup. Beti
4 I 16 1 0
45 0,74 0,02 n
a
auz.
auw. ava. avc. avd.
auv. aux. auy. Beti
1 I avb. 0 0
46 0,5 0,65 n
a
avi.B
e
avf. avj. avl. avm.
ave. avg. avh. t
4 I avk. 0 0
47 0,16 0,1 i
n
a
avr.B
e
avo. avs. avt. avu. avv.
avn. avp. avq. t
6 I 88 8 0
48 5,37 0,03 i
n
a
awa.
avx. awb. awd.
avw. avy. Jant
6 avz. I awc. 2 awe.
49 1,84 a
n
awj.
awg. awk. awl. awm. awn.
awf. awh. awi. Beti
5 I 14 1 1
50 9,54 0,9 n
a
aws.
awp. awu. awv. aww.
awo. awq. awr. Beti awt.
7 36 5 0
51 3,87 0,08 n V
a
axb.
awy. axe. axf.
awx. awz. axa. Beti axc.
1 axd. 0 0
52 0,56 0,39 n I
a
axg. axh. axi.5, axj.0 axk. axl. axm. axn. axo.
53 6 7 , Beti I 72 9 0
1 1 n
67
4 a
axt.J
axr.1 a
axq. axu. axw.
axp. 3, n
1 axs. I axv. 9 axx.
54 5 t
1 a
n
ayc.
axz. ayd. ayf.
axy. aya. Jant
5 ayb. I aye. 0 ayg.
55 0,19 a
n
ayl.B
e
ayi. ayj.8, aym. ayn. ayo. ayp.
ayh. ayk. t
7 8 I 11 1 0
56 0,15 i
6
n
a
ayu.
ayr. ayv. ayx.
ayq. ays. Jant
2 ayt. I ayw. 0 ayy.
57 1,78 a
n
azd.
aza. aze. azg. azh.
ayz. azb. azc. Beti azf.
2 I 0 0
58 1,76 0,77 n
a
azm.
azj. azn. azp.
azi.5 azk. Jant
5 azl. I azo. 1 azq.
9 5,31 a
n
azv.
azs. azt.3, azw. azx. azy. azz.
azr.6 azu. Beti
8 2 I 96 3 0
0 0,21 n
6
a
bae.
bab. bah.
baa. bac. Jant baf. bai.
5 bad. bag. 0
61 0,15 a I
n
ban.
bak. bal.2, bao. bap. baq. bar.
baj.6 bam. Beti
6 3 I 62 3 0
2 0,26 n
4
a
baw.
bat. bax. bay. baz. bba.
bas. bau. bav. Beti
6 I 21 1 0
63 13,06 0,1 n
a
bbb. bbc. bbd. bbe. bbf. bbg. bbh. bbi. bbj.
68
Beti
1 I 21 2 0
64 28,75 0,17 n
a
bbo.
bbl. bbp. bbr.
bbk. bbm. Jant
5 bbn. I bbq. 0 bbs.
65 0,21 a
n
bbx.
bbu. bby. bbz. bca. bcb.
bbt. bbv. bbw. Beti
6 I 53 7 0
66 5,28 0,44 n
a
bcg.
bcd. bcj. bck.
bcc. bce. bcf. Beti bch. bci.
5 0 0
67 0,39 0,36 n I
a
bcp.
bcm. bcr. bcs. bct.
bcl.6 bcn. bco. Beti bcq.
7 16 1 0
8 1,29 0,08 n V
a
bcy.
bcv. bcz. bdb.
bcu. bcw. Jant
1 bcx. I bda. 0 bdc.
69 0,9 a
n
bdh.
bde. bdi. bdj. bdk. bdl.
bdd. bdf. bdg. Beti
7 I 20 1 0
70 10,78 0,3 n
a
bdm.
69
bdn. Tabel 3. Data Hasil Food and Feeding Habits Ikan Nilem Perikanan 2015
bdo. bdp. Fitoplankton bdq. Zooplankton bdr. bds. bdt. bdu. bdv.
bdw. bdx. bdy. bdz. bea. beb. bec. bed. bee. bef. beg. beh. bei. bej. bek. bel. bem.
ben.
Ke C C B D C Rh Ro E Co Ta Ne P Be B B Det
Ikan
bfd.
beo. beq. bfb. bfe.
bep. ber. bes. bet. beu. bev. bew. bex. bey. bez. bfa. bfc. 1 bff.
1 3 25
bfg. bfv.
bfh. bfi. bfj. bfk. bfl. bfm. bfn. bfo. bfp. bfq. bfr. bfs. bft. bfu. bfw. bfx.
2 4
bga. bgn.
bfy. bgo.
bfz. 1 bgb. bgc. bgd. bge. bgf. bgg. bgh. bgi. bgj. bgk. bgl. bgm. 6 bgp.
3 127
bgq.
bgr. bgs. bgt. bgu. bgv. bgw. bgx. bgy. bgz. bha. bhb. bhc. bhd. bhe. bhf. bhg. bhh.
4
bhi. bhk. bhy.
bhj. bhl. bhm. bhn. bho. bhp. bhq. bhr. bhs. bht. bhu. bhv. bhw. bhx. bhz.
5 2 3
bia. bip. biq.
bib. bic. bid. bie. bif. big. bih. bii. bij. bik. bil. bim. bin. bio. bir.
6 2 10
bis. biu. biv.
bit. biw. bix. biy. biz. bja. bjb. bjc. bjd. bje. bjf. bjg. bjh. bji. bjj.
7 5 3
bjk.
bjl. bjm. bjn. bjo. bjp. bjq. bjr. bjs. bjt. bju. bjv. bjw. bjx. bjy. bjz. bka. bkb.
8
bkc. bks.
bkd. bke. bkf. bkg. bkh. bki. bkj. bkk. bkl. bkm. bkn. bko. bkp. bkq. bkr. bkt.
9 1
bku. bkw. blk.
bkv. bkx. bky. bkz. bla. blb. blc. bld. ble. blf. blg. blh. bli. blj. bll.
10 7 23
blm. bmb. bmc.
bln. blo. blp. blq. blr. bls. blt. blu. blv. blw. blx. bly. blz. bma. bmd.
11 1 169
bmg.
bme. bmu.
bmf. 1 bmh. bmi. bmj. bmk. bml. bmm. bmn. bmo. bmp. bmq. bmr. bms. bmt. bmv.
12 7
bmw. bnm.
bmx. bmy. bmz. bna. bnb. bnc. bnd. bne. bnf. bng. bnh. bni. bnj. bnk. bnl. bnn.
13 30
bno. boe.
bnp. bnq. bnr. bns. bnt. bnu. bnv. bnw. bnx. bny. bnz. boa. bob. boc. bod. bof.
14 12
bog. bow.
boh. boi. boj. bok. bol. bom. bon. boo. bop. boq. bor. bos. bot. bou. bov. box.
15 10
boy. bpo.
boz. bpa. bpb. bpc. bpd. bpe. bpf. bpg. bph. bpi. bpj. bpk. bpl. bpm. bpn. bpp.
16 83
bpq. bpx. bqa.
bpr. bps. bpt. bpu. bpv. bpw. bpy. bpz. bqb. bqc. bqd. bqe. bqf. bqg. bqh.
17 2 3
bqx.
bqi. bqy.
bqj. bqk. bql. bqm. bqn. bqo. bqp. bqq. bqr. bqs. bqt. bqu. bqv. bqw. 1 bqz.
18 15
bra. brn. brp. brq.
brb. brc. brd. bre. brf. brg. brh. bri. brj. brk. brl. brm. bro. brr.
19 5 8
brs. bsi.
brt. bru. brv. brw. brx. bry. brz. bsa. bsb. bsc. bsd. bse. bsf. bsg. bsh. bsj.
20 11
bsl.
bsk.
1 bsm. bsn. bso. bsp. bsq. bsr. bss. bst. bsu. bsv. bsw. bsx. bsy. bsz. bta. btb.
21
btr.
btc. bts.
btd. bte. btf. btg. bth. bti. btj. btk. btl. btm. btn. bto. btp. btq. 1 btt.
22 3
btu. buj. buk.
btv. btw. btx. bty. btz. bua. bub. buc. bud. bue. buf. bug. buh. bui. bul.
23 5 5
bum. bvc.
bun. buo. bup. buq. bur. bus. but. buu. buv. buw. bux. buy. buz. bva. bvb. bvd.
24 23
bve. bvt. bvu.
bvf. bvg. bvh. bvi. bvj. bvk. bvl. bvm. bvn. bvo. bvp. bvq. bvr. bvs. bvv.
25 3 5
bvw. bwl. bwm.
bvx. bvy. bvz. bwa. bwb. bwc. bwd. bwe. bwf. bwg. bwh. bwi. bwj. bwk. bwn.
26 2 6
bwo. bxc. bxd. bxe.
bwp. bwq. bwr. bws. bwt. bwu. bwv. bww. bwx. bwy. bwz. bxa. bxb. bxf.
27 1 5 4
bxv.
bxg. bxw.
bxh. bxi. bxj. bxk. bxl. bxm. bxn. bxo. bxp. bxq. bxr. bxs. bxt. bxu. 1 bxx.
28 3
70
bxy. byn. byo.
bxz. bya. byb. byc. byd. bye. byf. byg. byh. byi. byj. byk. byl. bym. byp.
29 6 19
byq. bzf. bzg.
byr. bys. byt. byu. byv. byw. byx. byy. byz. bza. bzb. bzc. bzd. bze. bzh.
30 2 4
bzi. bzx. bzy.
bzj. bzk. bzl. bzm. bzn. bzo. bzp. bzq. bzr. bzs. bzt. bzu. bzv. bzw. bzz.
31 5 17
caa. cao. caq.
cab. cac. cad. cae. caf. cag. cah. cai. caj. cak. cal. cam. can. cap. car.
32 1 5
cas. cbi.
cat. cau. cav. caw. cax. cay. caz. cba. cbb. cbc. cbd. cbe. cbf. cbg. cbh. cbj.
33 22
cbm.
cbk. cbz.
cbl. 1 cbn. cbo. cbp. cbq. cbr. cbs. cbt. cbu. cbv. cbw. cbx. cby. cca. ccb.
34 4
ccr.
ccc. ccs.
ccd. cce. ccf. ccg. cch. cci. ccj. cck. ccl. ccm. ccn. cco. ccp. ccq. 2 cct.
35 40
ccu. cde. cdk.
ccv. ccw. ccx. ccy. ccz. cda. cdb. cdc. cdd. cdf. cdg. cdh. cdi. cdj. cdl.
36 2 32
cdm. cec.
cdn. cdo. cdp. cdq. cdr. cds. cdt. cdu. cdv. cdw. cdx. cdy. cdz. cea. ceb. ced.
37 32
cet.
cee. ceu.
cef. ceg. ceh. cei. cej. cek. cel. cem. cen. ceo. cep. ceq. cer. ces. 1 cev.
38 72
cew. cff. cfl. cfm.
cex. cey. cez. cfa. cfb. cfc. cfd. cfe. cfg. cfh. cfi. cfj. cfk. cfn.
39 1 1
cfq.
cfo. cfr. cfs. cgd.
cfp. 3 cft. cfu. cfv. cfw. cfx. cfy. cfz. cga. cgb. cgc. cge. cgf.
40 2 1 4
cgg. cgs. cgu. cgw.
cgh. cgi. cgj. cgk. cgl. cgm. cgn. cgo. cgp. cgq. cgr. cgt. cgv. cgx.
41 1 1 109
cgy. chj. chm. cho.
cgz. cha. chb. chc. chd. che. chf. chg. chh. chi. chk. chl. chn. chp.
42 3 5 80
cht.
chq. chs. cic. cif. cig.
chr. 1 chu. chv. chw. chx. chy. chz. cia. cib. cid. cie. cih.
43 8 3 8 56
cii. ciw. ciy.
cij. cik. cil. cim. cin. cio. cip. ciq. cir. cis. cit. ciu. civ. cix. ciz.
44 3 83
cja. cjm. cjo.
cjb. cjc. cjd. cje. cjf. cjg. cjh. cji. cjj. cjk. cjl. cjn. cjp. cjq. cjr.
45 4 4
cjs. cki.
cjt. cju. cjv. cjw. cjx. cjy. cjz. cka. ckb. ckc. ckd. cke. ckf. ckg. ckh. ckj.
46 72
ckk. ckm. cky. cla.
ckl. ckn. cko. ckp. ckq. ckr. cks. ckt. cku. ckv. ckw. ckx. ckz. clb.
47 2 2 6
clc. cld. cle. cli. cls.
clf. clg. clh. clj. clk. cll. clm. cln. clo. clp. clq. clr. clt.
48 3 3 327
clw. clx. cmj.
clu. cmk.
clv. 1 2 cly. clz. cma. cmb. cmc. cmd. cme. cmf. cmg. cmh. cmi. 6 cml.
49 127
cmo. cmr.
cmm. cmp. cmv. cnc.
cmn. 2 cmq. 1 cms. cmt. cmu. cmw. cmx. cmy. cmz. cna. cnb. cnd.
50 8 14 100
cne. cnf. cng. cnu.
cnh. cni. cnj. cnk. cnl. cnm. cnn. cno. cnp. cnq. cnr. cns. cnt. cnv.
51 2 3 200
col.
cnw. com.
cnx. cny. cnz. coa. cob. coc. cod. coe. cof. cog. coh. coi. coj. cok. 1 con.
52 20
coq. cpd.
coo. cpe.
cop. 1 cor. cos. cot. cou. cov. cow. cox. coy. coz. cpa. cpb. cpc. 4 cpf.
53 53
cpi. cpj.
cpg. cpv.
cph. 1 2 cpk. cpl. cpm. cpn. cpo. cpp. cpq. cpr. cps. cpt. cpu. cpw.cpx.
54 6
cqa. cqb. cqn.
cpy. cqo.
cpz. 9 2 cqc. cqd. cqe. cqf. cqg. cqh. cqi. cqj. cqk. cql. cqm. 7 cqp.
55 276
cqt.
cqq. cqs. crd. crf. crg.
cqr. 1 cqu. cqv. cqw. cqx. cqy. cqz. cra. crb. crc. cre. crh.
56 9 2 4 8
cri. crj. crk. crl. crm. crn. cro. crp. crq. crr. crs. crt. cru. crv. crw. crx. cry. crz.
71
2
57 3 6
csc.
csa. csh. csn.
csb. 3 csd. cse. csf. csg. csi. csj. csk. csl. csm. cso. csp. csq. csr.
58 6
css. cti.
cst. csu. csv. csw. csx. csy. csz. cta. ctb. ctc. ctd. cte. ctf. ctg. cth. ctj.
59 345
ctk. cua.
ctl. ctm. ctn. cto. ctp. ctq. ctr. cts. ctt. ctu. ctv. ctw. ctx. cty. ctz. cub.
60 25
cuc. cus.
cud. cue. cuf. cug. cuh. cui. cuj. cuk. cul. cum. cun. cuo. cup. cuq. cur. cut.
61 841
cuu.
cuv. cuw. cux. cuy. cuz. cva. cvb. cvc. cvd. cve. cvf. cvg. cvh. cvi. cvj. cvk. cvl.
62
cvm. cvn. cvo. cvp. cwc.
cvq. cvr. cvs. cvt. cvu. cvv. cvw. cvx. cvy. cvz. cwa. cwb. cwd.
63 2 7 4 10
cwe. cwt. cwu.
cwf. cwg. cwh. cwi. cwj. cwk. cwl. cwm. cwn. cwo. cwp. cwq. cwr. cws. cwv.
64 1 10
cww. cxm.
cwx. cwy. cwz. cxa. cxb. cxc. cxd. cxe. cxf. cxg. cxh. cxi. cxj. cxk. cxl. cxn.
65 5
cxo. cxr. cye.
cxp. cxq. cxs. cxt. cxu. cxv. cxw. cxx. cxy. cxz. cya. cyb. cyc. cyd. cyf.
66 6 87
cyg. cyj. cyv. cyw.
cyh. cyi. cyk. cyl. cym. cyn. cyo. cyp. cyq. cyr. cys. cyt. cyu. cyx.
67 3 3 13
cyy. czo.
cyz. cza. czb. czc. czd. cze. czf. czg. czh. czi. czj. czk. czl. czm. czn. czp.
68 20
czq. czt. dag.
czr. czs. czu. czv. czw. czx. czy. czz. daa. dab. dac. dad. dae. daf. dah.
69 1 12
dai. day.
daj. dak. dal. dam. dan. dao. dap. daq. dar. das. dat. dau. dav. daw. dax. daz.
70 30
dbc. dbd. dbf. dbo. dbp. dbq.
dbb. dbe. dbg. dbh. dbi. dbj. dbk. dbl. dbm. dbn. dbr.
dba. 6 1 3 1 6 374
0 1 0 8 0 14 5 3 8 2 0
dbs.
72