Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

BIOLOGI PERIKANAN
SEKSUALITAS IKAN

Disusun oleh :
Fadhiilah
230110150170
Perikanan C

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2017
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Biologi perikanan merupakan cabang ilmu dari biologi yang membahas
perikanan secara khusus dan terperinci mulai dari awal siklus hidup, reproduksi,
sampai kematian. Bentuk aplikasi dari biologi perikanan di bidang perikanan
dapat dilihat dari semakin berkembangnya teknologi dalam rekayasa genetika
ikan, berbagai macam hormon dan vaksin yang muncul, serta pengembangan
galur biota. Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan
keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya (Yushinta
Fujaya, 2004).
Untuk dapat melakukan reproduksi maka harus ada gamet jantan dan
betina. Penyatuan gamet jantan dan betina akan membentuk zigot yang
selanjutnya berkembang menjadi generasi baru.Meskipun tidak semua individu
mampu menghasilkan keturunan, namun setidaknya reproduksi berlangsung pada
sebagian besar individu yang hidup di permukaan bumi ini (Anonim, 2006).
Pada sistem reproduksi ikan, faktor-faktor yang mempengaruhi
kematangan seksualitas ikan antara lain spesies, ukuran, dan umur. Siklus
reproduksi ikan berhubungan erat dengan perkembangan gonad. Seksualitas ikan
penting untuk dipahami agar dapat mengerti pula tentang reproduksi ikan yang
nantinya dapat bermanfaat misalnya dalam bidang budidaya dan genetika ikan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan dan memahami istilah-istilah umum seksualitas ikan
2. Menjelaskan dan memahami ciri-ciri seksualitas ikan
3. Mengetahui berbagai jenis seksualitas ikan

1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari paper ini adalah mengenai istilah-istilah
yang umum pada seksualitas ikan beserta ciri-cirinya dan mengenai berbagai jenis
seksualitas ikan.
PEMBAHASAN

2.1 Istilah-istilah Umum dan Ciri-ciri Seksualitas Ikan


Pada prinsipnya, seksualitas hewan terdiri dari dua jenis kelamin yaitu
jantan dan betina. Begitu pula seksualitas pada ikan, yang dikatakan ikan jantan
adalah ikan yang mempunyai organ penghasil sperma, sedangkan ikan betina
adalah ikan yang mempunyai organ penghasil telur. Suatu populasi terdiri dari
ikan-ikan yang berbeda seksualitasnya, maka populasi tersebut disebut populasi
heteroseksual, bila populasi tersebut terdiri dari ikan-ikan betina saja maka disebut
monoseksual. Namun, penentuan seksualitas ikan di suatu perairan harus berhati-
hati karena secara keseluruhan terdapat bermacam-macam seksualitas ikan mulai
dari hermaprodit sinkroni, protandri, protogini, hingga gonokorisme yang
berdiferensiasi maupun yang tidak.
Ciri seksualitas pada ikan terbagi dua, yakni ciri seksual primer dan ciri
seksual sekunder. Secara primer ditandai dengan adanya ovarium pada betina dan
testis pada jantan. Secara sekunder terbagi dua, yaitu dengan adanya perbedaan
morfologi (sexual dimorphism) dan dengan adanya perbedaan warna (sexual
dichormatism). Tanda khusus lainnya yaitu ada yang permanen (ada sebelum,
selama, dan setelah pemijahan) dan semmentara (hanya muncul pada waktu
musim pemijahan saja).
Sifat seksual primer pada ikan tandai dengan adanya organ yang secara
langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya
pada ikan betina, dan testis dengan pembuluhnya pada ikan jantan. Sifat seksual
sekunder ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan ikan
jantan dan ikan betina. Satu spesies ikan yang mempunyai sifat morfologi yang
dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina dengan jelas, maka spesies itu
bersifat seksual dimorfisme. Namun, apabila satu spesies ikan dibedakan jantan
dan betinanya berdasarkan perbedaan warna, maka ikan itu bersifat seksual
dikromatisme. Pada umumnya ikan jantan mempunyai warna yang lebih cerah
dan lebih menarik dari pada ikan betina.
Pada dasarnya sifat seksual sekunder dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a) Sifat seksual sekunder yang bersifat sementara, hanya muncul pada waktu
musim pemijahan saja. Misalnya ovipositor, yaitu alat yang dipakai untuk
menyalurkan telur ke bivalvia, adanya semacam jerawat di atas kepalanya pada
waktu musim pemijahan. Banyaknya jerawat dengan susunan yang khas pada
spesies tertentu bisa dipakai untuk tanda menentukan spesies, contohnya ikan
Nocomis biguttatus dan Semotilus atromaculatus jantan.
b) Sifat seksual sekunder yang bersifat permanen atau tetap, yaitu tanda ini
tetap ada sebelum, selama dan sesudah musim pemijahan. Misalnya tanda bulatan
hitam pada ekor ikan Amia calva jantan, gonopodium pada Gambusia affinis,
clasper pada golongan ikan Elasmobranchia, warna yang lebih menyala pada ikan
Lebistes, Beta dan ikan-ikan karang, ikan Photocornycus yang berparasit pada
ikan betinanya dan sebagainya. Biasanya tanda seksual sekunder itu terdapat
positif pada ikan jantan saja. Apabila ikan jantan tadi dikastrasi (testisnya
dihilangkan), bagian yang menjadi tanda seksual sekunder menghilang, tetapi
pada ikan betina tidak menunjukkan sesuatu perubahan. Sebaliknya tanda bulatan
hitan pada ikan Amia betina akan muncul pada bagian ekornya seperti ikan Amia
jantan, bila ovariumnya dihilangkan. Hal ini disebabkan adanya pengaruh dari
hormon yang dikeluarkan oleh testis mempunyai peranan pada tanda seksual
sekunder, sedangkan tanda hitam pada ikan Amia menunjukkan bahwa hormon
yang dikeluarkan oleh ikan betina menjadi penghalang timbulnya tanda bulatan
hitam.

2.2 Jenis Seksualitas Ikan


Jika dibandingkan dengan vertebrata yang hidup di darat, tipe seksualitas
ikan sangat beraneka ragam, terdiri atas hermaprodit, uniseksual dan biseksual
(Kordi, 2010).
Biseksual
Biseksual dapat di artikan sebagai jenis ikan yang memiliki dua kelamin
dalam satu spesies atau dengan kata lain dapat di bedakan menjadi jantan dan
betina. Pembedaan ini dapat dilakukan dengan melihat ciri seksual primer dan
sekunder nya. Ciri seksual primer hanya bisa di lihat dengan melakukan
pembedahan. Ciri seksual primer hanya dapat ditandai oleh organ yang
berhubungan langsung dengan proses reproduksi; yaitu testis dan saluran pada
ikan jantan, dan ovarium dan saluranya pada ikan betina. Sedangkan ciri seksual
sekunder dapat dibedakan oleh dimorfise seksual atau melihat ciri morfologi dari
ikan tersebut dan dikromatisme seksual dengan melihat warna dari ikan tersebut.
Uniseksual
Uniseksual dapat diartikan sebagai organisme yang berkelamin tunggal.
Pada beberapa spesies ikan penentuan kelamin lebih mudah dilakukan karena
semua individu berkelamin betina. Contoh yang tepat yang mengenai fenomena
ini adalah kelompok ikan Molly mexico dari famili Poeciliidae merupakan ikan
yang ditemukan pertama kali sebagai ikan yang berkelamin betina (Moyle &
Cech, 2004). Molly-amazon bertindak sebagai parasit seksual terhadap dua
spesies lain dari genus yang sama. Sperma dari jantan dari jenis ikan inang
diperlukan untuk mengaktifkan perkembagan telur-telur molly-amazon, tetapi
penyatuan kromosom jantan dan betina tidak terjadi sehingga hanya terbentuk
betina yang secara genetik seragam. Pembentukan keturunan uniseksual ini
disebut dengan partenogenesis (partenos,perawan, dan genesis, kejadian).
Hermaprodit
Hermaprodit dapat diartikan sebagai sebuah organisme yang memiliki
kelamin ganda. Hermaprodit dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu hermaprodit
singkroni, hemaprodit protandri, dan hemaprodit protogini. Hermaprodit singkroni
adalah golongan ikan yang gonadnya terdapat sel kelamin jantan dan betina yang
dapat aktif secara bersamaan. Hemaprodit protandi adalah golongan ikan yang
dalam hidupnya mengalami perubahan jenis kelamin dari jantan menjadi betina
misalnya ikan. Hermaprodit terbagi atas beberapa macam, yakni :
1. Hermaprodit Sinkroni
Hermaprodit sinkroni terjadi apabila di dalam gonad individu ikan terdapat
sel seks betina dan sel seks jantan yang dapat masak bersama-sama.Gonadnya
mempunyai daerah ovarium yang mengandung telur dan daerah testes yang
mengandung sperma, dimana telur dan spermanya dapat masak bersama-sama dan
masing-masing siap untuk dikeluarkan.
Ikan hermaprodit sinkroni ini dapat mengadakan pembuahan sendiri
dengan mengeluarkan telur terlebih dahulu kemudian dibuahi oleh sperma dari
individu yang sama. Namun jika tidak mengadakan pembuahan sendiri maka
dalam satu kali pemijahan ia dapat berlaku sebagai ikan jantan dan dapat pula
berlaku sebagai ikan betina. Apabila ikan telah berlaku sebagai ikan jantan dengan
mengeluarkan sperma untuk membuahi telur dari ikan yang lain, maka ia sendiri
tetap dapat berlaku sebagai ikan betina dengan mengeluarkan telur yang akan
dibuahi sperma dari individu yang lain. Contoh ikan hermaprodit sinkroni yaitu
ikan-ikan dari Famili Serranidae.

Gambar 1. Acanthistius paxtoni


Sumber : fishofaustralia.net.au
2. Hermaprodit Protandri
Hermaprodit protandri terjadi apabila di dalam tubuh individu ikan
mempunyai gonad yang mengadakan proses diferensiasi dari fase jantan ke fase
betina.Ketika ikan masih muda gonadnya mempunyai daerah ovarium dan daerah
testes, tetapi jaringan testes tersebut mengisi sebagian besar gonad pada bagian
lateroventral. Setelah jaringan testesnya berfungsi dan dapat mengeluarkan
sperma, kemudian akan terjadi masa transisi dimana selama itu jaringan
ovariumnya membesar dan testesnya mengkerut. Pada ikan yang sudah tua
umumnya testes tadi sudah tereduksi sekali sehingga sebagian besar dari gonad
tadi diisi oleh jaringan ovarium yang berfungsi. Contoh ikan-ikan yang termasuk
dalam golongan ini antara lain Sparus auratus, Sargus annularis, Lates calcarifer
(ikan kakap).
Hasil penelitian menunjukkan, proporsi jantan menurun seiring
bertambahnya berat badan. Pada berat badan 2,4 kg terjadi peningkatan jumlah
betina dari jantan dewasa setelah mengalami perubahan kelamin (secondary
female). Ukuran biologi minimal induk jantan yang matang adalah 1,4 kg dan
panjang 45 cm dan induk betina adalah 1,5 kg dan panjang 47 cm. Pengamatan ini
juga menunjukkan bahwa perubahan kelamin kakap putih dari jantan menjadi
betina berlangsung selang waktu antara umur 21-157 hari, dimana perubahan ini
banyak dijumpai pada ikan berukuran 2,0 3,0 kg. Dari hasil ini dapat
diasumsikan bahwa pada ukuran tersebut kakap putih mengalami masa transisi
(intersex) atau masa perubahan kelamin (Kordi, 2010).

Gambar 2. Sparus auratus


Sumber : www.alamy.com
3. Hermaprodit Protogini
Hermaprodit protogini terjadi apabila di dalam tubuh individu ikan
mempunyai gonad yang mengadakan proses diferensiasi dari fase betina ke fase
jantan. Pada beberapa ikan yang termasuk golongan ini sering terjadi sesudah satu
kali pemijahan, jaringan ovariumnya mengkerut kemudian jaringan testesnya
berkembang.Salah satu spesies ikan di Indonesia yang sudah dikenal termasuk ke
dalam golongan hermaprodit protogini ialah ikan belut sawah (Monopterus albus)
dan ikan kerapu Lumpur (Epinephelus tauvina).
Gambar 3. Epinephelus tauvina
Sumber : www.pinterest.com
Gonokhorisme
Gonokhorisme adalah suatu kondisi seksual berganda dimana pada ikan
bertahap juvenil gonadnya tidak mempunyai jaringan yang jelas status jantan atau
betinanya. Gonad tersebut kemudian berkembang menjadi semacam ovarium.
Setelah keadaan ini yaitu ikan yang mempunyai gonad semacam ovarium,
setengah dari individu ikan-ikan itu gonadnya menjadi ovarium dan setengahnya
lagi menjadi testes. Dengan kata lain setengahnya menjadi betina dan setengahnya
lagi menjadi jantan.
Gonokhoris yang seperti itulah yang dinamakan gonokhoris tidak
berdiferensiasi, dimana keadaannya tidak stabil dan dapat terjadi interseks secara
spontan. Ikan gonokhoris yang berdiferensiasi sejak dari mudanya sudah ada
perbedaan antara jantan dan betina dan perbedaan itu tetap sejak dari kecil sampai
dewasa. Karena stabilnya pada ikan-ikan yang gonokhoris berdiferensiasi tidak
terdapat spesies yang interseks.
KESIMPULAN

Kesimpulan yang ditarik dari paper ini yakni seksualitas pada ikan terdiri
dari dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina. Ikan jantan adalah ikan yang
mempunyai organ penghasil sperma dan ikan betina ialah ikan mempunyai organ
penghasil telur. Sifat seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang
secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yakni ovarium dan
pembuluhnya pada ikan betina dan testes dengan pembuluhnya pada ikan jantan.
Sifat seksual sekunder pada ikan ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk
membedakan ikan jantan dan ikan betina.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Typical Finfish. Aquatic Animal Disease Significant to


Australia. Identification Field Guide 3rd edn. Departement of Agriculture,
Fisheries, and Forestry. State of New South Wale 52 Department of
Primary Industries : New South Wales, Australia.

Fujaya, Yusinta. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknologi


Perikanan. PT Rineka Cipta, Jakarta.

Kordi, M. Ghufran H. 2010. Pembenihan ikan laut ekonomis secara buatan.


Yogyakarta : Lily Publisher.

Moyle, P.B. & J.J. Cech. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second
Edition. Prentice Hall,New Jersey.

https://www.pinterest.com/pin/438678819934465246/

http://l7.alamy.com/zooms/bb8a83dc828f41cc869a8e26d2034a48/gilthead-
gilthead-seabream-sparus-auratus-studio-picture-b7p49e.jpg

http://fishesofaustralia.net.au/home/family/76

Anda mungkin juga menyukai