Anda di halaman 1dari 12

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan merupakan hewan dengan frekuensi kawin, jumlah pasangan dan peran
gender yang paling bervariasi dibanding semua hewan dalam kelompok vertebrata.
Sebagian besar ikan memiliki satu jenis kelamin seumur hidupnya, akan tetapi,
beberapa spesies ikan mengalami perubahan jenis kelamin dan beberapa spesies lain
bersifat parthenogenetik (menghasilkan keturunan dari telur yang tidak dibuahi).
Perbedaan jenis kelamin dari suatu individu ikan dapat ditentukan dengan
memperhatikan karakteristik seksual yang dimilikinya. Testis dan ovary adalah
karakter seksual primer pada ikan. Dimorfisme seksual dan dikromatisme seksual
adalah karakteristik seksual sekunder ikan. Karakteristik seksual sekunder ini ada
yang bersifat permanen ada juga yang bersifat sementara.
Karakteristik seksual bersifat bersifat sementara hanya muncul ketika musim
ikan memijah, biasanya hanya dapat dijumpai pada ikan jantan saja (Lagler et al,
1977). Biasanya setiap spesies ikan akan memiliki karakteristik seksual sekunder
yang berbeda-beda. Pada prinsipnya, seksualitas ikan terdiri dari dua jenis yaitu
jantan dan betina. Ikan jantan yaitu ikan yang mempunyai organ penghasil sperma,
sedangkan ikan betina yaitu ikan yang mempunyai organ penghasil telur. Kedua jenis
ikan ini terkadang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam suatu populasi.
Suatu populasi yang di dalamnya terdapat interaksi dari ikan-ikan yang berbeda jenis
seksualitasnya, disebut dengan populasi heteroseksual. Sedangkan populasi yang
hanya terdiri dari ikan-ikan yang sama jenis seksualitasnya (misalkan betina saja)
disebut dengan populasi monoseksual. Nisbah kelamin adalah perbandingan dalam
jumlah antara ikan jantan dengan ikan betina di dalam suatu populasi. Pemahaman
nisbah kelamin pada ikan di bulan dan musim yang berbeda merupakan suatu hal
yang sangat penting untuk mendapatkan informasi tentang perbedaan jenis kelamin
secara musiman dan kelimpahan relatifnya di musim pemijahan. Purdom (1993)
menjelaskan bahwa penentuan nisbah kelamin spesies ikan sangat penting
sebagai alat dalam menghitung produksi ikan. Namun pada kenyataannya, penentuan
seksualitas ikan di suatu perairan tidaklah mudah. Sehingga, perlu adanya
pemahaman yang benar mengenai seksualitas ikan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini antara lain:
1. Bagaimana ciri seksualitas ikan?
2. Bagaimanakah sifat seksualitas sekunder pada ikan?
3. Bagaimanakah tipe seksualitas ikan?
4. Bagaimanakah hermaproditisme pada ikan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah yaitu untuk mengetahui ciri seksualitas ikan,
sifat seksualitas sekunder pada ikan, tipe seksualitas ikan, dan hermaproditisme pada
ikan.
II. PEMBAHASAN

2.1 Ciri Seksual Ikan


Seksualitas ikan adalah ciri khas untuk membedakan antara ikan jantan dan ikan
betina. Sifat seksual ikan dapat ditentukan dengan mengamati ciri-ciri seksual
sekunder dan seksual primer. Pengamatan seksual primer harus dengan pemebelahan
diperut ikan (dimorphisme), sedangkan seksual sekunder dengan memperhatikan ciri-
ciri morfologi yaitu bentuk dan warna tubuh (dichromatisme). Organ pelengkap dan
warna (Andrea, 2016).
Sifat seksual sekunder yang bersifat permanen atau tetap, yaitu tanda ini tetap
ada sebelum, selama dan sesudah pemijahan. Misalnya tana bulatan hiam pada ekor
ikan Amia calva jantan, gonopodium pada gambusia affinisi, clasper pada golongan
ikan Elasmobranchia, warna yang lebih menyala pada ikan labiestes, beta dan ikan-
ikan karang, ikan photocornycus yang berparasit pada ikan betinanya dan sebagainya
(Wahyuningsih dan tenala, 2014)
Seksualitas ikan terdiri dari 2 jenis kelamin yaitu : kelamin jantan dan betina.
Ikan jantan adalah ikan yang memiliki organ penghasil sperma sedangkan ikan betina
adalah ikan yang memiliki organ penghasil telur. Suatu populasi terdiri dari berbeda
seksulaitasnya, maka populasi tersebut disebut dengan heteroseksual, bila populasi itu
terdiri dari ikan betina saja maka disebut dengan monoseksual. Namun, penentuan
seksualitas ikan disuatu perairan harus berhati-hati karena secara keseluruhan terdapat
berbagai macam jenis seksualitas mulai dari hermaprodit sinkroni, protandri,
protogini hingga gonokarisme yang berdiferensiasi maupun yang tidak
berdiferensiasi.
Ciri seksual yang tidak memiliki hubungan dengan kegiatan reproduksi :
1) Bentuk tubuh
Bentuk tubuh merupakan ciri seksual sekunder yang penting. Biasanya ikan
betina lebih buncit daripada ikan jantan, terutama ketika matang atau mendekati saat
pemijahan karena produk seksual yang dikandungnya relatif besar Sementara pada
ikan jantan puncak pemijahan nampak adanya suatu benjolan yang timbul tepat
sebelum musim pemijahan dan menghilang sesaat setelah pemijahan, misalnya ikan
minnow (Osmerus) (Susanto, 2017).
2) Warna pada ikan
Warna pada ikan sering dijadikan sebagai ciri pengenalan seksual. Secara
umum dapat dikatakan bahwa ikan jantan mempunyai warna yang lebih cemerlang
dari pada ikan betina. Pada ikan Lepomis humilis jantan terdapat bintik jingga yang
lebih terang dan lebih banyak dibandingkan dengan betinannya.
a. Ciri seksual sekunder yang merupakan alat bantu pemijahan
Ciri seksual sekunder tambahan yang dapat ditemukan pada beberapa spesies ikan
jantan yaitu adanya perkembangan sirip anal menjadi “intromittent organ” (alat
kopulasi). Sebagai contoh adanya gonopodium yang merupakan modifikasi sirip anal
yang berkembang menjadi sirip yang panjang. Sementara pada ikan betina tidak
memiliki ganopodium (Panjaitan, 2017). Gonopodium terdapat pada ikan seribu
(Poecilia reticulata) jantan, ikan Gambussia jantan dan ikan guppy jantan. Pada
Elasmobranchii, sirip perut bermodifikasi menjadi myxopterygium (clasper) yang
membantu menjamin fertilisasi internal. Selain itu ikan jantan mempunyai gigi yang
lebih tajam atau lebih panjang dibandingkan dengan betina yang berfungsi untuk
mencengkerm betina selama kopulasi, sebaliknya ikan betina mempunyai kulit yang
tebal. Pada Chimaera jantan berkembang suatu organ clasper di bagian atas kepalanya
yang dinamakan tenakulum. Sementara itu, pada ikan Rhodeus amarus, memiliki
ovipositor berfungsi sebagai alat penyalur telur.
satu spesies ikan dibedakan jantan dan betinanya berdasarkan perbedaan warna,
maka ikan itu bersifat seksual dikromatisme.
1. Dimorfisme seksual
Dimorfisme muncul sebagai konsekuensi dari perbedaan dalam pola pematangan,
pola pertumbuhan, ukuran simtotik antar jenis kelamin (Cervino, 2014). Menurut
Herler et al. (2010) dimorfisme seksual adalah fenomena yang terjadi terjadi pada
beberapa taksa hewan. Seleksi seksual biasanya terjadi pada ikan jantan, yakni ketika
ikan betina menunjukkan asortatif kawin atau ketika terjadi kompetisi pasangan.
Ukuran seksual dimorfisme sebagian besar merupakan fungsi dari sistem perkawinan,
bahwa ikan jantan lebih besar daripada ikan betina. Hal ini terjadi dalam sistem
perkawinan/pemijahan dimana ikan jantan kawin dengan banyak betina. Ikan gurami
jantan mempunyai ukuran yang biasanya lebih besar daripada ikan betina. Hal ini
berkaitan dengan kebiasaan ikan gurami untuk menjaga territorial wilayahnya dari
pejantan lain (Sularto, Febrianti & Suharyanto, 2016). Ikan salmon (Oncorhynchus
goburscha) jantan mempunyai punggung meninggi dan rahang seperti kait
dibandingkan dengan betina.
Ikan lamadang (Choryphaena hippurus) jantan bagian atas kepalanya
melengkung seperti kubah dan posisi sirip dorsal lebih ke depan dibandingkan dengan
sirip dorsal ikan betina. Pada genus Sebastes (S. melanops, S. flavidus, dan S.
serranoides) yang jantan mempunyai mata yang lebih besar dan jari-jari sisi pektoral
yang lebih panjang dari pada mata dan sirip pektoral ikan betina (Susanto, 2017).
Sirip sering menunjukkan ciri seksual sekunder. Sirip ekor bagian bawah yang
memanjang terdapat pada ikan jantan cingir putri (Xiphophorus helleri). Ujung sirip
dorsal seperti ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis) jantan memanjang melewati
pangkal ekornya, sedangkan yang betina tidak melewatinya. Ikan laut dalam
Photocorynus spiniceps jantan bersifat parasit pada ikan betina. Ikan jantan
menempel pada kulit ikan betina menggunakan mulutnya. Ikan jantan semata-mata
hanya berfungsi dalam reproduksi (Susanto, 2017).
Pada beberapa anggota Elasmobranchii sirip ventral bermodifikasi menjadi
myxosopterigium (klasper) yang berfungsi sebagai penyalur sperma yang membantu
menjamin keberhasilan fertilisasi internal. Selain itu, ikan jantan mempunyai gigi
yang lebih tajam atau lebih panjang daripada betina yang berfungsi untuk
mencengkeram betina selama kopulasi, sebaliknya ikan betina mempunyai kulit yang
lebih tebal. Pada Chimaera jantan berkembang suatu organ klasper di bagian atas
kepalanya yang dinamakan tenakulum. Ovipositor yang berfungsi sebagai alat
penyalur telur ditemukan misalnya pada ikan Rhodeus amarus dan Careproctus betina
(Susanto, 2017).
2. Dikromatisme seksual
Warna pada ikan sering dijadikan sebagai ciri pengenalan seksual. Ikan jantan
biasanya mempunyai warna yang lebih cemerlang daripada ikan betina. Bagi ikan
jantan, warna berfungsi untuk menarik perhatian ikan betina. Variasi warna yang
menakjubkan ditemukan pada banyak spesies siklid jantan pada berbagai danau di
Afrika. Pada ikan orange spotted sunfish (Lepomis humilis) jantan terdapat bintik
jingga yang lebih terang dan lebih banyak dibandingkan dengan ikaan betina.
Pinggiran belakang sirip ekor ikan mujair (Oreochromis mossambicus) jantan
berwarna merah.Pada dasarnya sifat seksual sekunder dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Sifat seksual sekunder yang bersifat sementara, hanya muncul pada waktu
musim pemijahan saja. Misalnya ovipositor ikan Rhodeus amarus yaitu alat yang
dipakai untuk menyalurkan telur ke bivalvia dan adanya semacam jerawat di atas
kepalanya pada waktu musim pemijahan. Banyaknya jerawat dengan susunan yang
khas pada spesies tertentu bisa dipakai untuk tanda mementukan spesies, contohnya
ikan Nocomis biguttatus dan Semotilus atromaculatus jantan (Susanto, 2017).
b. Sifat seksual sekunder yang bersifat permanen atau tetap, yaitu tanda ini tetap
ada sebelumnya, selama dan sesudah musim pemijahan. Misalnya tanda bulatan
hitam pada ekor ikan Amia calva jantan, gonopodium pada Gambusia affinis, clasper
pada golongan ikan Elasmobranchii, warna yang lebih menyala pada ikan Lebistes,
beta dan ikan-ikan karang, ikan Photocornycus yang berparasit pada ikan betinanya
dan sebagainya.

Biasanya tanda seksual sekunder itu terdapat positif pada ikan jantan saja.
Apabila ikan jantan tadi dikastrasi (testis dihilangkan), bagian yang menjadi tanda
seksual sekunder menghilang, tetapi pada ikan betina tidak menunjukkan sesuatu
perubahan. Sebaliknya tanda bulatan hitam pada ikan Amia betina akan muncul pada
bagian ekornya seperti ikan Amia jantan, bila ovariumnya dihilangkan. Hal ini
disebabkan karena adanya pengaruh dari hormone yang dikeluarkan oleh testis
mempunyai peranan pada tanda seksual sekunder, sedangkan tanda hitam pada ikan
Amia menunjukkan bahwa hormone yang dikeluarkan oleh ikan betina menjadi
penghalang timbulnya tanda bulatan hitam.

2.2 Tipe Seksualita Pada Ikan

2.2.1 Hermaproditisme

Ikan hermaprodit mempunyai jaringan ovarium maupun jaringan testis yang


sering dijumpai dalam beberapa family ikan. kedua jaringan tersebut terdapatdalam
satu organ dan letaknya seperti letak gonad yang terdapat dalam individu normal.
Pada umumnya, ikan ini hanya satu seks saja yang berfungsi pada suatu saat,
meskipun ada beberapa spesies yang bersifat hermaprodit sinkroni. Berdasarkan
perkembangan ovarium ataupun testis yang terdapat dalan satu individu dapat
menentukan jenis hermaproditismenya.
1. Hermaprodit sinkroni atau simulataneous
Apabila dalam gonad individu terdapat sel yang dapat masak bersama-sama dan
siap untuk dikeluarkan maka ikan jenis ini dapat mengadakan pembuahan sendiri
dengan mengeluarkan telur terlebih dahulu kemudian dibuahi oleh sperma dari
individu yang sama, namun ada juga yang tidak bisa mengadakan pembuahan sendiri.
Ikan ini dalam satu pemijahan dapat dapat berlaku sebagai jantan dan mengeluarkan
sperma untuk membuahi telur dari ikan yang lain, dan juga juga berlaku sebagai
betina dengan mengeluarkan telur dan dibuahi dari ikan yang lain. Contoh ikan
hermaprodit sinkroni adalah ikan dari family Serranidae.
2. Hermaprodit protandri
Ikan yang dalam tubuhnya mempunyai gonad yang mengadakan proses diferensial
dari fase jantan ke fase betina. Ketika ikan masih muda gonadnya mempunyai daerah
ovarium dan daerah testis, tetapi jaringan testis mengisi sebagian besar gonad pada
bagian lateroventral. Setelah jaringan testisnya berfungsi dan dapat mengeluarkan
sperma, terjadi masa transisi yaitu overiumnya membesar dan testisnya mengkerut.
Pada ikan yang sudah tua, testis telah tereduksi sekali sehingga sebagian besar dari
gonad diisi oleh jaringan ovarium yang berfungsi, sehingga ikan berubah menjadi
fase betina. Contoh ikan yang tergolong didalam bagian ini adalah Sparus aurataus,
Sargus annularis, Lates calcarifer.
3. Hermaprodit Protogini
Hermaprodit Protogini merupakan kebalikan dari hermaprodit protandri. Proses
diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betina ke fase jantan. Pada beberapa ikan
yang termasuk kedalam golongan ini sering terjadi sesudah satu kali pemijahan,
jaringan ovariumnya mengkerut kemudia jaringan testisnya berkembang. Contoh
spesies yang tergolong kedalam bagian ini adalah belut sawah. Ikan ini memulai
siklus resproduksinya sebagai ikan betina dan kemudian berubah menjadi ikan jantan
yang berfungsi. Urutan daur hidupnya yaitu : masa juvenile yang hermaprodit, masa
betina yang berfungsi, masa intersek dan masa terakhir masa jantan yang berfungsi.
Pada ikan yang termasuk kedalam family Labridae, terdapat dua macam jantan yang
berbeda. Ikan jantan pertama terlihatnya seperti betina tetapi tetap jantan selama
hidupnya., pada tiap-tiap fasenya sering didapatkan ada perbedaan baik dalam bentuk
morfologi maupun warnanya. Hermaprodit protandri dan hermaprodit protogini
sering disebut hermaprodit beriring. Pada waktu ikan ini masih muda mempunyai
gonad yang beroganisasi dua macam seks, yaitu terdapat jaringan testis dan jaringan
ovarium yang berkembang dengan baik. Proses suksesi kelamin dari satu populasi
hermaprodit protandri atau hermaprodit protogini terjadi pada individu yang berbeda
baik menurut ukuran atau umur, tetapi merupakan suatu proses yang beriring.

2.2.2 Gonokhorisme
Gonokhorisme merupakan kondisi seksual berganda yaitu pada ikan bertahap
juvenile gonadnya tidak mempunyai jaringan yang jelas status jantan dan betinanya.
Gonad tersebut kemudian berkemebang menjafi semacam ovarium, setelah itu
setengah dari individu ikan-ikan gonadnya menjadi ovarium dan setengahnya menjadi
testis.
2.2 Sifat Seksual Primer Dan Seksualitas Sekunder
Sifat seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang secara
langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya
pada ikan betina, dan testis dengan pembuluhnya pada ikan jantan. Sifat seksual
sekunder ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan
dan ikan betina. Satu spesies ikan yang mempunyai sifat morfologi yang dapat
dipakai untukmembedakan jantan dan betina dengan jelas, maka spesies itu bersifat
seksual dimorfisme. Namun, apabila satu spesies ikan dibedakan jantan dan betinanya
berdasarkan perbedaan warna, maka ikan itu bersifat seksual dikromatisme. Pada
umumnya ikan jantan mempunyai warna yang lebih cerah dan lebih menarik dari
pada ikan betina. Pada dasarnya sifat seksual sekunder dapat dibagi menjadi dua
yaitu:
a) Sifat seksual sekunder yang bersifat sementara, hanya muncul pada waktu
musim pemijahan saja. Misalnya “ovipositor”, yaitu alat yang dipakai untuk
menyalurkan telur ke bivalvia, adanya semacam jerawat di atas kepalanya
pada waktu musim pemijahan. Banyaknya jerawat dengan susunan yang khas
pada spesies tertentu bisa dipakai untuk tanda menentukan spesies, contohnya
ikan Nocomis biguttatus dan Semotilus atromaculatus jantan.
b) Sifat seksual sekunder yang bersifat permanent atau tetap, yaitu tanda ini tetap
ada sebelum, selama dan sesudah musim pemijahan. Misalnya tanda bulatan
hitam pada ekor ikan Amia calva jantan, gonopodium pada Gambusia affinis,
clasper pada golongan ikan Elasmobranchia, warna yang lebih menyala pada
ikan Lebistes, Beta dan ikan-ikan karang, ikan Photocornycus yang berparasit
pada ikan betinanya dan sebagainya. Biasanya tanda seksual sekunder itu
terdapat positif pada ikanjantan saja. Apabila ikan jantan tadi dikastrasi
(testisnya dihilangkan), bagian yang menjadi tanda seksual sekunder
menghilang, tetapi pada ikan betina tidak menunjukkan sesuatu perubahan.
Sebaliknya tanda bulatan hitam pada ikan Amia betina akan muncul pada
bagian ekornya seperti ikan Amia jantan, bila ovariumnya dihilangkan. Hal ini
disebabkan adanya pengaruh dari hormone yang dikeluarkan oleh testis
mempunyai peranan pada tanda seksual sekunder, sedangkan tanda hitam
pada ikan Amia menunjukkan bahwa hormon yang dikeluarkan oleh ikan
betina menjadi penghalang timbulnya tanda bulatan hitam.
III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Seksualitas pada ikan dapat dilihat dari ciri-ciri seksualnya. Ciri seksual pada
ikan terbagi menjadi dua yaitu ciri seksual primer dan ciri seksual sekunder. Ciri
seksual primer ditandai dengan adanya alat/organ yang berhubungan dengan proses
reproduksi secara langsung. Ciri tersebut meliputi testis dan salurannya ada ikan
jantan serta ovarium dan salurannya pada ikan betina. Ciri seksual sekunder yaitu ciri
seksual yang tidak mempunyai hubungan dengan proses reproduksi secara langsung
dan merupakan alat tambahan pada pemijahan. Seksualitas ikan terdiri dari jenis ikan
yang dapat dibedakan dengan jelas jenis kelaminnya (jantan dan betina), hermaprodit
dan gonochoristik. Hermaproditisme yaitu sifat ikan yang mempunyai jaringan
ovarium dan testis pada satu spesies. Kedua jaringan tersebut terdapat dalam satu
organ dan letaknya seperti letak gonad. Hermaprodit dapat dibagi menjadi 3 yaitu
hermaprodit sinkroni, hermaprodit protandri, dan hermaprodit protogini.
Gonochoristik adalah tipe seksualitas pada ikan yang memiliki 1 jenis kelamin dan
terus bertahan sampai dewasa.
DAFTAR PUSTAKA

Devlin, R.H. & Nagahama, Y. 2002. Sex determination and sex differentiation in
fish: an overview of genetic, physiological, and environmental influences.
Aquaculture. 208: 191 – 364
Langer, K.F., Bardach, J.E., Miller, R.R. & Passino, D.R.M. 1977. Ichtyology Second
Edition. John Wiley & Sons, New York
Mayunar. 1994. Beberapa Tipe dan Teori Hermaprodit Pada Ikan Laut. Oseana.
21(1): 21-31
Muchlisin, Z. A. 2014. A General Overview on Some Aspects of Fish Reproduction.
Aceh Int. J. Sci. Technol. 3(1): 43-52
Panjaitan, Y.K. 2016. Struktur Populasi Ikan Guppy (Poecilia reticulate Peters) Di
Sungai Gajah Putih Surakarta. Skripsi. Salatiga: Universitas Kristen Satya
Wacana
Purdom, C.E. 1993. Genetics and Fish Breeding. London: Chapman & Hall
Sularto, Febrianti, R. & Suharyanto. 2016. Perbandingan jenis kelamin dan
Dimorfisme Seksual Pada Pertumbuhan Ikan Gurami (Osphronemus goramy)
Serta Implikasinya Terhadap Stategi Seleksinya. Jurnal Riset Akuakultur.
11(4): 307-312
Susanto, G.N. 2017. Ichtyologi Biologi Ikan. Yogyakarta: Innosain Todd, E.V., et al.
2016. Bending Genders: The Biology of Natural Sex Change in Fish. Karger
AG. 10: 1661–5425

Anda mungkin juga menyukai