PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah yaitu untuk mengetahui ciri seksualitas ikan,
sifat seksualitas sekunder pada ikan, tipe seksualitas ikan, dan hermaproditisme pada
ikan.
II. PEMBAHASAN
Biasanya tanda seksual sekunder itu terdapat positif pada ikan jantan saja.
Apabila ikan jantan tadi dikastrasi (testis dihilangkan), bagian yang menjadi tanda
seksual sekunder menghilang, tetapi pada ikan betina tidak menunjukkan sesuatu
perubahan. Sebaliknya tanda bulatan hitam pada ikan Amia betina akan muncul pada
bagian ekornya seperti ikan Amia jantan, bila ovariumnya dihilangkan. Hal ini
disebabkan karena adanya pengaruh dari hormone yang dikeluarkan oleh testis
mempunyai peranan pada tanda seksual sekunder, sedangkan tanda hitam pada ikan
Amia menunjukkan bahwa hormone yang dikeluarkan oleh ikan betina menjadi
penghalang timbulnya tanda bulatan hitam.
2.2.1 Hermaproditisme
2.2.2 Gonokhorisme
Gonokhorisme merupakan kondisi seksual berganda yaitu pada ikan bertahap
juvenile gonadnya tidak mempunyai jaringan yang jelas status jantan dan betinanya.
Gonad tersebut kemudian berkemebang menjafi semacam ovarium, setelah itu
setengah dari individu ikan-ikan gonadnya menjadi ovarium dan setengahnya menjadi
testis.
2.2 Sifat Seksual Primer Dan Seksualitas Sekunder
Sifat seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang secara
langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya
pada ikan betina, dan testis dengan pembuluhnya pada ikan jantan. Sifat seksual
sekunder ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan
dan ikan betina. Satu spesies ikan yang mempunyai sifat morfologi yang dapat
dipakai untukmembedakan jantan dan betina dengan jelas, maka spesies itu bersifat
seksual dimorfisme. Namun, apabila satu spesies ikan dibedakan jantan dan betinanya
berdasarkan perbedaan warna, maka ikan itu bersifat seksual dikromatisme. Pada
umumnya ikan jantan mempunyai warna yang lebih cerah dan lebih menarik dari
pada ikan betina. Pada dasarnya sifat seksual sekunder dapat dibagi menjadi dua
yaitu:
a) Sifat seksual sekunder yang bersifat sementara, hanya muncul pada waktu
musim pemijahan saja. Misalnya “ovipositor”, yaitu alat yang dipakai untuk
menyalurkan telur ke bivalvia, adanya semacam jerawat di atas kepalanya
pada waktu musim pemijahan. Banyaknya jerawat dengan susunan yang khas
pada spesies tertentu bisa dipakai untuk tanda menentukan spesies, contohnya
ikan Nocomis biguttatus dan Semotilus atromaculatus jantan.
b) Sifat seksual sekunder yang bersifat permanent atau tetap, yaitu tanda ini tetap
ada sebelum, selama dan sesudah musim pemijahan. Misalnya tanda bulatan
hitam pada ekor ikan Amia calva jantan, gonopodium pada Gambusia affinis,
clasper pada golongan ikan Elasmobranchia, warna yang lebih menyala pada
ikan Lebistes, Beta dan ikan-ikan karang, ikan Photocornycus yang berparasit
pada ikan betinanya dan sebagainya. Biasanya tanda seksual sekunder itu
terdapat positif pada ikanjantan saja. Apabila ikan jantan tadi dikastrasi
(testisnya dihilangkan), bagian yang menjadi tanda seksual sekunder
menghilang, tetapi pada ikan betina tidak menunjukkan sesuatu perubahan.
Sebaliknya tanda bulatan hitam pada ikan Amia betina akan muncul pada
bagian ekornya seperti ikan Amia jantan, bila ovariumnya dihilangkan. Hal ini
disebabkan adanya pengaruh dari hormone yang dikeluarkan oleh testis
mempunyai peranan pada tanda seksual sekunder, sedangkan tanda hitam
pada ikan Amia menunjukkan bahwa hormon yang dikeluarkan oleh ikan
betina menjadi penghalang timbulnya tanda bulatan hitam.
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seksualitas pada ikan dapat dilihat dari ciri-ciri seksualnya. Ciri seksual pada
ikan terbagi menjadi dua yaitu ciri seksual primer dan ciri seksual sekunder. Ciri
seksual primer ditandai dengan adanya alat/organ yang berhubungan dengan proses
reproduksi secara langsung. Ciri tersebut meliputi testis dan salurannya ada ikan
jantan serta ovarium dan salurannya pada ikan betina. Ciri seksual sekunder yaitu ciri
seksual yang tidak mempunyai hubungan dengan proses reproduksi secara langsung
dan merupakan alat tambahan pada pemijahan. Seksualitas ikan terdiri dari jenis ikan
yang dapat dibedakan dengan jelas jenis kelaminnya (jantan dan betina), hermaprodit
dan gonochoristik. Hermaproditisme yaitu sifat ikan yang mempunyai jaringan
ovarium dan testis pada satu spesies. Kedua jaringan tersebut terdapat dalam satu
organ dan letaknya seperti letak gonad. Hermaprodit dapat dibagi menjadi 3 yaitu
hermaprodit sinkroni, hermaprodit protandri, dan hermaprodit protogini.
Gonochoristik adalah tipe seksualitas pada ikan yang memiliki 1 jenis kelamin dan
terus bertahan sampai dewasa.
DAFTAR PUSTAKA
Devlin, R.H. & Nagahama, Y. 2002. Sex determination and sex differentiation in
fish: an overview of genetic, physiological, and environmental influences.
Aquaculture. 208: 191 – 364
Langer, K.F., Bardach, J.E., Miller, R.R. & Passino, D.R.M. 1977. Ichtyology Second
Edition. John Wiley & Sons, New York
Mayunar. 1994. Beberapa Tipe dan Teori Hermaprodit Pada Ikan Laut. Oseana.
21(1): 21-31
Muchlisin, Z. A. 2014. A General Overview on Some Aspects of Fish Reproduction.
Aceh Int. J. Sci. Technol. 3(1): 43-52
Panjaitan, Y.K. 2016. Struktur Populasi Ikan Guppy (Poecilia reticulate Peters) Di
Sungai Gajah Putih Surakarta. Skripsi. Salatiga: Universitas Kristen Satya
Wacana
Purdom, C.E. 1993. Genetics and Fish Breeding. London: Chapman & Hall
Sularto, Febrianti, R. & Suharyanto. 2016. Perbandingan jenis kelamin dan
Dimorfisme Seksual Pada Pertumbuhan Ikan Gurami (Osphronemus goramy)
Serta Implikasinya Terhadap Stategi Seleksinya. Jurnal Riset Akuakultur.
11(4): 307-312
Susanto, G.N. 2017. Ichtyologi Biologi Ikan. Yogyakarta: Innosain Todd, E.V., et al.
2016. Bending Genders: The Biology of Natural Sex Change in Fish. Karger
AG. 10: 1661–5425