Anda di halaman 1dari 13

Makalah

SEKSUALITAS IKAN

Oleh
Febiyanti Padja
1131417023

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
GORONTALO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-
Nya maka Makalah Biologi Perikanan yang membahas mengenai “Seksualitas Ikan”
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya yang dimaksudkan untuk memenuhi tugas
Biologi Perikanan.
Namun, tanpa bantuan dari berbagai pihak, makalah ini tentu tidak dapat
terselesaikan. Maka dari itu saya ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah mendorong dan membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini,
terutama pada dosen dari mata kuliah Biologi Perikanan yang telah memberikan
bimbingan hingga makalah ini dapat terselesaikan.
Walaupun makalah ini telah tersusun, namun saya tahu masih banyak
kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, maka untuk itu saya mohon maaf bila
terdapat kesalahaan, saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
maupun pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Gorontalo, April 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan ............................................................................................. 1
1.3 Manfaat ............................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Seksualitas Ikan ............................................................................... 2
2.2 Ciri-Ciri Seksual Pada Ikan ............................................................ 3
2.2 Tipe Reproduksi Ikan ..................................................................... 4

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 8
3.2 Saran ................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan melakukan reproduksi secara eksternal. Prosesnya yaitu ikan jantan dan
betina akan saling mendekat satu sama lain kemudian ikan betina akan mengeluarkan
telur. Selanjutnya ikan jantan mengeluarkan spermanya, lalu sperma dan telur ini
bercampur di dalam air. Cara reproduksi semacam ini dikenal sebagai oviparus, yaitu
telur dibuahi dan berkembang di luar tubuh ikan.
Pada prinsipnya, seksualitas ikan terdiri dari dua jenis yaitu jantan dan betina.
ikan jantan yaitu ikan yang mempunyai organ penghasil sperma, sedangkan ikan
betina yaitu ikan yang mempunyai organ penghasil telur. Kedua jenis ikan ini
terkadang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam suatu populasi. Suatu
populasi yang didalamnya terdapat interaksi dari ikan-ikan yang berbeda jenis
seksualitasnya, disebut dengan populasi heteroseksual. Sedangkan populasi yang
hanya terdiri dari ikan-ikan yang sama jenis seksualitasnya (misalkan betina saja)
disebut dengan populasi monoseksual.
Dengan mengetahui konsep seksualitas pada ikan, tentunya kita diharapkan
mampu mengembangkan dan juga mengaplikasikan untuk pengelolaan sumber daya
alam khususnya ikan secara optimal dan efektif. Untuk itulah penulis menyusun
makalah ini dengan tujuan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai seksualitas pada
ikan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
a. Mengetahui seksualitas pada ikan serta cirri-cirinya
b. Mengetahui apa itu hermaprodit, macam-macam hermaprodit, juga jenis-
jenis ikan yang tergolong ikan hermaprodit
1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat kita ambil dari pembuatan makalah ini yaitu kita dapat
mengetahui dan menjelaskan apa itu seksualitas ikan, macam-macam dan jenis ikan
yang tergolong hermaprodit.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Seksualitas Ikan


Seksualitas Ikan umumnya terdiri atas dua jenis kelamin, yaitu jantan dan
betina. Ikan jantan ditandai dengan adanya sperma sedangkan ikan betina
menghasilkan telur. Suatu populasi dikatakan populasinya heteroseksual apabila
dalam suatu populasi didiami oleh jenis-jenis ikan yang memiliki jenis kelamin yang
berbeda, jantan ataupun betina (Fitrani dkk, 2011).
Dilihat dari fungsi reproduksinya, ikan terbagi menjadi dua yakni jantan dan
betina. Sebagian besar jenis ikan tidak menunjukkan perbedaan tubuh luar antara
jantan dan betina. Kondisi ini dinamakan monomorfisme. Perbedaan kedua jenis
kelamin ini secara nyata hanya dapat dilakukan dengan membedah ikan dan melihat
ciri seksual primer. Ciri seksual primer ditandai oleh organ yang berhubungan
langsung dengan proses reproduksi, yaitu testis dan salurannya pada ikan jantan dan
ovarium dan salurannya pada ikan betina. Ciri ini tampak dengan jelas dan pasti pada
ikan yang dewasa (Rahardjo, dkk., 2011 dalam Aisyah, 2014).
Sifat seksual sekunder adalah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk
membedakan jantan dan betina. Apabila suatu spesies ikan mempunyai sifat
Universitas Sumatera Utara morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan jantan
dan betina, maka spesies itu mempunyai seksual dimorfisme. Apabila yang menjadi
tanda tadi itu warna, maka ikan itu mempunyai sifat seksual dikromatisme. Pada ikan
jantan mempunyai warna yang lebih cerah dan lebih menarik dari pada ikan betina
(Effendie, 2002 dalam Aisyah, 2014).
Untuk membedakan ikan jantan dan betina dapat dilakukan dengan cara
mengamati ciri seksual. Ciri seksual pada ikan ada dua yaitu ciri seksual primer dan
ciri seksual sekunder. Seksualitas pada ikan dibagi menjadi tiga yakni, perbedaan
seksual, hermaprodit, dan uniseksualitas (Rahardjo et al. 2011 dalam Andriano,
2016)
Berdasarkan tipe reproduksinya, ikan dapat dibagi menjadi tiga tipe. Tipe
pertama adalah gonokhorisme (gonochorism), yaitu memiliki jenis kelamin yang
terpisah. Tipe kedua adalah hermaprodit (hermaphroditism), yaitu kedua jenis

2
kelamin berada pada individu yang sama. Tipe ketiga adalah uniseksualitas
(unisexuality), yaitu spesies yang semua individunya betina (Zairin, 2002).
.Perkembangan gonad yang semakin matang pada ikan betina, ditandai
dengan proses vitellogenesis, yaitu proses pengendapan kuning telurpadatiap-
tiapseltelur.Siklus reproduksi akan tetap berlangsung selama fungsi reproduksi masih
normal. Faktor-faktor yang mengontrol siklus reproduksi adalah faktor fisika, kimia,
dan biologi. Faktor fisika yang mengontrol siklus reproduksi ikan yang hidup
didaerah tropis adalah arus,suhu, dan substrat. Faktor kimia antara lain gas-gas
terlarut, pH, nitrogen dan metabolitnya serta zat buangan yang berbahaya bagi
kehidupan ikan di suatu perairan (Sjafeietal.,1992 dalam Marlidjah dan Patria, 2012).
Menurut Pellokila (2009), ikan betina cenderung lebih cepat matang gonad
dibandingkan ilcan jantan. Ikan betok pertama kali matang gonad ketika ukurannya
mencapai selang g4-109 mm dan mencapai kemarangan akhir apabila diameter telur
sudah mencapai 380450 mm.
Sex reversal merupakan pengalihan jenis kelamin yang bertujuan untuk
menghasilkan ikan berkelamin monosex, (Sex reversal bertujuan untuk memproduksi
ikan berkelamin sejenis. Dalam aplikasi sex reversal maskulinisasi ikan dapat
dilakukan dengan pemberian hormon steroid, hormon steroid merupakan reseptor
yang membawa protein masuk kedalam sel, (Alamsyah dan Yushinta, 2010).
2.2 Ciri-ciri seksual pada ikan
2.2.1 Sifat Seksual Primer
Sifat seksual primer pada ikan di tandai dengan adanya organ yang secara
langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya
pada ikan betina, dan testis dengan pembuluhnya pada ikan jantan. Ciri seksual
primer yaitu alat/organ yang berhubungan langsung dengan proses reproduksi
Contoh:
 Testes dan salurannya pada ikan jantan
 Ovarium dan salurannya pada ikan betina
Menurut Selman & Wallace (1989) dalam Gundo dkk, (2013), ovarium ikan
dapat diklasifikasikan dalam tiga tipe berdasarkan bentuk perkembangan oositnya
yaitu tipe berkembang bersamaan (synchronic), berkembang bersamaan secara

3
berkelompok (group synchronic) dan berkembang tidak bersamaan (asynchronic).
Tipe perkembangan oosit tidak bersamaan (asynchronic) dapat ditemukan dalam
ovarium yang memiliki beberapa kelompok oosit dengan tingkat perkembangan
kematangan yang berbeda-beda
2.2.2 Sifat Seksualitas Sekunder
Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk
membedakan ikan jantan dan ikan betina. Satu spesies ikan yang mempunyai sifat
morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina dengan jelas,
maka spesies itu bersifat seksual dimorfisme. Namun, apabila satu spesies ikan
dibedakan jantan dan betinanya berdasarkan perbedaan warna, maka ikan itu bersifat
seksual dikromatisme.
Ikan yang organ seksualnya mulai berkembang memiliki tanda-tanda luar
atau seksual skunder yang dapat dijadikan pedoman untuk membedakan jantan dan
betina. Menurut Efrizal (1995) dalam Lisna (2013) menyebutkan bahwa ciri seksual
skunder berguna dalam membedakan ikan jantan dan ikan betina yang dapat dilihat
dari luar. Selanjutnya Effendie (1994) dalam Lisna (2013) menjelaskan ciri seksual
skunder dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : (a) seksual skunder yang bersifat
sementara yang hanya muncul pada saat musim pemijahan saja. (b) seksual skunder
yang bersifat permanen yang munculnya sudah ada sebelum dan sesudah musim
pemijahan.
2.3 Tipe reproduksi ikan
2.3.1 Uniseksual pada Ikan
Fenomena uniseksualitas (berkelamin tunggal) ini merupakan sifat sejumlah
ikan. Pembentukan keturunan uniseksualitas ini disebut sebagai parthenogenesis
(parthenos, perawan, dan genesis, kejadian) yang mencakup dua bentuk yaitu
ginogenesis dan hibridogenesis.
Spesies uniseksual berhasil terus eksis, tersebar dan sering lebih melimpah
dari pada spesies induknya. Menurut Moyle & Cech (2004), hal ini disebabkan oleh
kombinasi beberapa faktor ;
a. Heterosis (kekuatan hibrida) yang diperlihatkan oleh hibrida-hibrida tersebut
(misal : ukuran lebih besar, laju sintasan lebih tinggi),

4
b. Potensi reproduksi populasi yang semua betina meningkat, dan
c. Kemampuan spesies untuk beradaptasi dengan aspek tertentu, suatu lingkungan,
sehingga tumbuh pesat di dalam lingkungan setempat yang sangat khas.
Lebih jauh mereka menyatakan bahwa spesies uniseksual mempunyai dua
masalah yang harus diatasi. Masalah tersebut ialah:
a. Keragaman genetik yang rendah karena ketiadaan rekombinasi genetik untuk
reproduksi.
b. Ketergantungan terus menerus ikan uniseksual kepada ikan jantan biseksual
dalam reproduksi
Masalah pertama dapat diperkecil oleh kenyataan bahwa spesies
uniseksualitas jelas telah muncul berulang-ulang, sehingga tiap spesies mewakili
banyak klon (clone) yang berbeda. Masing-masing klon mempunyai asal-usul yang
berbeda dan persyaratan ekologis yang berbeda pula. Ketika individu dari dua klon
muncul bersama, mereka dapat memisahkan diri secara ekologis yang satu dari yang
lainnya (tercermin dalam pembentukan gigi dan tingkah laku mencari makan),
seperti halnya dari induk spesies biseksual (Balsano et al., 1989 in Moyle & Cech,
2004).
Masalah kedua terjadi karena spesies uniseksualitas tidak mampu
menyingkirkan ikan biseksual dalam interaksi persaingan dengan mereka. Sebagai
tambahan, sangat nyata terjadi tekanan seleksi yang kuat pada spesies inang dalam
mengembangkan mekanisme agar tidak memboroskan upaya reproduktif kepada ikan
uniseksualitas yang parasit. Jantan spesies biseksual harus memilih betina yang
cocok, tetapi ia juga bebas kawin dengan betina uniseksual. Sperma bukan
merupakan sumber daya terbatas bagi betina yang bersaing, setidak-tidaknya pada
ikan (Balsano et al., 1989 in Moyle & Cech, 2004).
2.3.2 Hermaproditisme pada Ikan
Jika dibandingkan dengan vertebrata yang hidup di darat, tipe seksualitas ikan
sangat beraneka ragam, terdiri atas hermaprodit, uniseksual dan biseksual
(Price,1984 dalam Kordi, 2010).
Hermaprodit (hermaphrodite) adalah sifat seksual ikan yang membawa
jaringan jantan dan betina dalam tubuhnya atau menghasilkan sprematozoa dan

5
ovum secara bersamaan. Spesies yang demikian disebut juga hermaprodit normal.
Ikan dikatakan hermaprodit, apabila gonad ikan mempunyai jaringan jantan dan
betina. Jika seluruhnya atau hampir seluruh individu tersebut mempunyai jaringan
ovarium dan testis, maka spesies tersebut adalah hermaprodit. Berdasarkan
perkembangan ovarium dan atau testis yang terdapat dalam satu individu dapat
menentukan jenis hermaproditismenya.
Berdasarkan sifat perubahannya, hermaprodit dibagi menjadi 3, yaitu
hermaprodit sinkroni, hermaprodit protogini, dan hermaprodit protandri.
a. Hermaprodit sinkroni/simultaneous
Hermaprodit sinkroni yaitu golongan ikan dalam satu siklus hidupnya
terdapat sel seks betina dan sel seks jantan yang dapat masak secara bersama-sama.
Hermaprodit protogini yaitu golongan ikan hermaprodit yang dalam satu siklus
hidupnya terdapat proses diferensiasi gonad dari fase betina menuju jantan.
Sedangkan hermaprodit protandri yaitu golongan ikan hermaprodit yang dalam satu
siklus hidupnya terdapat proses diferensiasi gonad dari jantan ke fase betina (Sari,
2016).
b. Hermaprodit protandri
Hermaprodit protandri adalah perubahan kelamin dari jantan menjadi betina.
Ikan ini mempunyai gonad yang mengadakan proses diferensiasi dari fase jantan ke
fase betina. Ketika ikan masih muda gonadnya mempunyai daerah ovarium dan
daerah testis, tetapi jaringan testis mengisi sebagian besar gonad pada bagian
lateroventral. Setelah jaringan testisnya berfungsi dan dapat mengeluarkan sperma,
terjadi masa transisi yaitu ovariumnya membesar dan testis mengkerut. Pada ikan
yang sudah tua, testis sudah tereduksi sekali sehingga sebagian besar dari gonad diisi
oleh jaringan ovarium yang berfungsi, sehingga ikan berubah menjadi fase betina.
c. Hermaprodit protogini
Hermaprodit protogini adalah sifat perubahan kelamin dari betina menjadi
jantan. Keadaan yang sebaliknya dengan hermaprodit protandri. Pada beberapa ikan
yang termasuk golongan ini sering terjadi sesudah satu kali pemijahan, jaringan
ovariumnya mengkerut kemudian jaringan testisnya berkembang.

6
Ikan-ikan dari famili Serranidae dan famili Labridae tergolong hermaprodit
protogini. Ikan Kerapu (Cromileptes, Epinephelus, Pletropomus) dan ikan napoleon
(Cheilinus undulatus) merupakan ikan yang bersifat hermaprodit protogini.
Perubahan kelamin (change sex) dari betina ke jantan dipengaruhi oleh ukuran, umur
dan spesiesnya. Pada kerapu lumpur (Epinephelus suillus/ Epinephelus tauvina)
transisi dari betina ke jantan terjadi setelah ikan mencapai ukuran panjang badan
660-720 mm. Testes mulai matang pada ukuran 740 mm atau berat 11 kg.
Transformasi dari betina ke jantan ini memerlukan waktu yang cukup lama dan
dalam kondisi alami.
d. Gonokhorisme pada Ikan
Gonokhorisme, yaitu kondisi seksual berganda yaitu pada ikan bertahap
juvenil gonadnya tidak mempunyai jaringan yang jelas status jantan atau betinanya.
Gonad tersebut kemudian berkembang menjadi semacam ovarium, setelah itu
setengah dari individu ikanikan itu gonadnya menjadi ovarium (menjadi ikan betina)
dan setengahnya lagi menjadi testis (menjadi ikan jantan). Gonokhoris yang
demikian dinamakan gonokhoris yang “tidak berdiferensiasi:, yaitu keadaannya tidak
stabil dan dapat terjadi interseks yang spontan. Misalnya Anguilla anguilla dan
Salmo gairdneri irideus adalah gonokhoris yang tidak berdiferensiasi. Ikan
gonokhorisme yang “berdiferensiasi” sejak dari mudanya sudah ada perbedaan antara
jantan dan betina yang sifatnya tetap sejak dari kecil sampai dewasa, sehingga tidak
terdapat spesies yang interseks (Rahardjo dkk, 2011).

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Seksualitas hewan terdiri dari dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina
begitu pula seksualitas pada ikan. Yang dikatakan ikan jantan adalah ikan yang
mempunyai organ penghasil sperma, sedangkan ikan betina adalah ikan yang
mempunyai organ penghasil telur suatu populasi terdiri dari ikan.
Perbedaan seksualitas pada ikan dapat dilihat dari ciri-ciri seksualnya. Ciri
seksual pada ikan terbagi atas ciri seksual primer dan ciri seksual sekunder. Ciri
seksual primer adalah alat/organ yang berhubungan dengan proses reproduksi secara
langsung. Hermaproditisme yaitu sifat ikan yang mempunyai jaringan ovarium dan
jaringan testis pada satu spesies (hermaprodit). Kedua jaringan tersebut terdapat
dalam satu organ dan letaknya seperti letak gonad yang terdapat pada individu
normal. Hermaprodit dibagi menjadi 3, yaitu Hermaprodit Sinkroni, Hermaprodit
Protandri, Hermaprodit Protogini. Gonokharisme yaitu kondisi seksual berganda,
pada saat ikan dalam tahap juvenil gonadnya tidak mempunyai jaringan yang jelas
status jantan atau betinanya.
3.2 Saran
Sebaiknya untuk mengetahui ciri dan Tipe-tipe seksualitas ikan, kita harus
lebih teliti dalam menganalisis suatu spesies. Karena tiap spesies memiliki organ dan
ciri yang berbeda-beda.

8
Daftar Pustaka
Alamsyah, S dan Yushinta, F. 2010. Stimulasi Molting dan Pertumbuhan Kepiting
Bakau (Scylla sp) Meialui Aplikasi Pakan Buatan Berbahan Dasar Limbah
Pangan Yang Diperkaya Dengan Ekstrak Bayam. ILMU KELAUTAN
September 2010. Vol. 15 (3) 170-178. Fakultas llmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Andriano. 2016. Reproduksi Ikan Baji-Baji Platycephalus Indicus (Linnaeus 1758 )
di Teluk Pabean, Pabean Ilir, Pasekan Indramayu. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Fitrani, Mirna. Muslim. Jubaedah, Dade. 2011. Ekologi Ikan Betok (Anabas
Testudineus) Di Perairan Rawa Banjiran Indralaya. Agria. Jurnal Vol. 7. No.
1 Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Unsri, Indralaya.
Gundo, M.F. Rahardjo, D.T.F. Batu, L. Hadie, W. 2013. Dimorfisme seksual dan
mikroanatomi ovarium ikan endemik rono (Adrianichthys oophorus, Kottelat
1990) di Danau Poso Sulawesi Tengah. Jurnal Vol 13 No 1. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Jayadi, M. H. 2011. Aspek Biologi Reproduksi Ikan Pari (Dasyatis Kuhlii Müller &
Henle, 1841) yang Didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan Paotere Makassar.
Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Kordi, M. Ghufran H. 2010. Pembenihan ikan laut ekonomis buatan. Yogyakarta :
Lily Publisher.
Lisna. 2013. Seksualitas, Nisbah Kelamin Dan Hubungan Panjang-Berat (Rasbora
argyrotaenia ) Di Sungai Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi. Jurnal Vol 15,
No 2. Fakultas Peternakan, Universitas Jambi. Jambi.
Mardlijah, S. dan Patria, M.P. 2012. Biologi reproduksi ikan madidihang (Thunnusal
bacares bonnatere 1788)Di teluk tomini. Jurnal Vol. 4 (1). Universitas
Indonesia. Depok.
Pellokila, N.A.Y 2009. Biologi reproduksi ikan betook (Anabas testudineus Bloch,
1972) di Rawa banjiran DAS Mahakam. Kalimantan Timur. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Sloman, K.A. and Wilson, R.W.
Rahardjo, M.F, Sjafei D.S Affandi R. dan Sulistiono. 2011. Ikhtiologi. CV. Lubuk
Agung. Bandung 396 hlm.

Sari, R.T. 2016. Hubungan Panjang Tubuh Dan Rasio Papilla dengan Jenis Kelamin
pada Ikan Gobi (Sicyopterus Macrostetholepis Blkr.). Jurnal Pendidikan
Matematika dan IPA. Universitas Bung Hatta. Padang,

9
Zairin, Jr. M. 2002. Sex Reversal, Memproduksi Benih Ikan Jantan atau Betina.
Penebar Swadaya. Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai