Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TENTANG REPRODUKSI IKAN

Dosen Pengampu : Dr. Noor Syarifuddin Yusuf, S. Pi, M.Si

DISUSUN OLEH:

NAMA. : LASTARIDA SIANTURI

Nim. : 193020407021

PRODI. : Teknologi Hasil Perikanan

MATA KULIAH : IKTHIOLOGI

UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN PERIKANAN
PRODI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nyah
sehingga penyusun tugas ini dapat diselesaikan

Tugas ini disusun untuk di ajukan sebagai tugas Mata Ikthiologi Yang Berjudul “ REPRODUKSI IKAN ” tata
sumber daya fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sukabumi.

Terima kasih Disampaikan kepada Dosen mata Kuliah Ikthiologi yang telah membimbing dan
memberikan kuliah demi kelancaran tugas ini.

Demikian tugas disusun semoga bermanfaat, agar dapat memenuhi tugas mata kuliah Pengantara Ilmu
Perikanan
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan di sektor perikanan mengacu pada pembangunan Nasional yang di selaraskan dengan
kondisi wilayah dengan tidak lepas dari kebijakan pemerintah daerah dalam mendukung konsep untuk
meningkatkan daya tahan ke daerahan atas dasar kekuatan sendiri. Perairan tawar Indonesia sebagai
perairan tropis, memiliki plasma nuftah perikanan yang sangat banyak. Jenis ikan air tawar sangat
beragam, ada yang berukuran besar dan ada yang berukuran kecil. Beberapa di antaranya dapat
dijadikan ikan hias dan sebagian lagi dijadikan ikan konsumsi, terutama ikan yang berukuran besar.

Kalimantan Tengah pada umumnya dan Kabupaten Seruyan pada khususnya memiliki potensi yang
sangat besar dibidang perikanan sehingga dengan potensi yang dimiliki ini dapat meningkatkan
kesejahteraan hidup masyarakat dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki tersebut dengan
semaksimal mungkin, baik itu untuk perikanan budidaya maupun perikanan tangkap. Upaya yang
dilakukan untuk menuju kesejahteraan tersebut diatas, salah satunya adalah dengan perencanaan
pengembangan kawasan sentra produksi unggulan yang merupakan ruang untuk sektor – sektor
strategis yang diharapkan dapat mendorong percepatan hasil produksi perikanan dengan
perkembangan wilayah. Sektor budidaya merupakan salah satu alternatif dalam pengembangan wilayah
tersebut, sehingga dapat memperoleh hasil yang benar – benar maksimal. Perkembangan usaha
budidaya ikan semakin hari dirasakan semakin meningkat. Hal ini memang sudah sejalan dengan
kemajuan jaman dan teknologi.

Sebagaimana ilmu – ilmu terapan yang lain, pengembangan ilmu dan teknologi perikanan sangat
ditentukan oleh pengetahuan dasar yang memadai, antara lain fisiologi. Fisiologi sebagai salah satu
cabang biologi yang berkaitan dengan fungsi dan kegiatan kehidupan dapat lebih mudah dipahami bila
organisme dan fungsi sel diketahui, dimana salah satu bentuk fisiologi tersebut adalah reproduksi.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui sistem reproduksi ikan dan proses
reproduksinya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan

Anonim (2006), ikan adalah hewan berdarah dingin, ciri khasnya adalah mempunyai tulang belakang,
insang dan sirip, dan terutama ikan sangat bergantung atas air sebagai medium dimana tempat mereka
tinggal. Yushinta Fujaya (2004), ikan sebagai hewan air memiliki beberapa mekanisme fisiologis yang
tidak dimiliki oleh hewan darat. Perbedaan habitat menyebabkan perkembangan organ – organ ikan
disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Misalnya, sebagai hewan yang hidup di air, baik itu perairan
tawar maupun di perairan laut menyebabkan ikan harus dapatmengetahui kekuatan maupun arah arus,
karenanya ikan dilengkapi dengan organ yang dikenal sebagai linea lateral.

2.2 Teknologi Budidaya

Menurut Irzal Effendi (2010), sistem teknologi akuakultur didefinisikan sebagai wadah produsi beserta
komponen lainnya dan teknologi yang diterapkan pada wadah tersebut serta bekerja secara sinergis
dalam rangka mencapai tujuan akuakultur. Sedikitnya terdapat 13 sistem akuakultur yang sudah
diusahakan untuk memproduksi ikan. Sistem tersebut adalah kolam air tenang, kolam air deras, tambak,
jaring apung, jarring tancap, karamba, kombongan, penculture, enclosure, longline, rakit, bak-tangki-
akuarium, dan ranching (restocking).

Menurut Khairul Amri, et al (2008) ada 4 (empat) cara pembenihan tawes yang biasa dilakukan, yaitu
pembenihan secara tradisional, cara tradisional yang diperbaiki, cara hypofisasi (kawin suntik), dan
pemijahan ala cangkringan.

2.3 Reproduksi

Yushinta Fujaya (2004), reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai
upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Untuk dapat melakukan reproduksi maka harus
ada gamet jantan dan betina. Penyatuan gamet jantan dan betina akan membentuk zigot yang
selanjutnya berkembang menjadi generasi baru.

Menurut Anonim (2006), meskipun tidak semua individu mampu menghasilkan keturunan, namun
setidaknya reproduksi berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup di permukaan bumi ini.
Tingkah laku reproduksi pada ikan merupakan suatu siklus yang dapat dikatakan berkala dan teratur.
Kebanyakan ikan mempunyai siklus reproduksi tahunan. Sekali mereka memulainya maka hal itu akan
berulang terus menerus sampai mati. Beberapa ikan malahan bisa bereproduksi lebih dari satu kali
dalam satu tahun.

Menurut Anne Ahira (2011), cara reproduksi ikan ada antara lain :

1. Ovipar, yaitu sel telur dan sel sperma bertemu di luar tubuh dan embrio ikan berkembang di luar
tubuh sang induk. Contoh : ikan pada umumnya.

2. Vivipar, kandungan kuning telur sangat sedikit, perkembangan embrio ditentukan oleh
hubungannya dengan placenta, dan anak ikan menyerupai induk dewasa.

3. Ovovivipar, sel telur cukup banyak mempunyai kuning telur, Embrio berkembang di dalam tubuh
ikan induk betina, dan anak ikan menyerupai induk dewasa. Contoh : ikan-ikan livebearers.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Seksualitas

Secara umum ikan dapat dibedakan atas dua jenis yaitu jantan dan betina (biseksual/dioecious) dimana
sepanjang hidupnya memiliki jenis kelamin yang sama. Istilah lain untuk keadaan ini disebut
gonokhoristik yang terdiri atas dua kelompok yaitu :

1. Kelompok yang tidak berdiferensiasi, artinya pada waktu juvenil, jaringan gonad belum dapat
diidentifikasi apakah berkelamin jantan atau betina.

2. Kelompok yang berdiferensiasi, artinya sejak juvenil sudah tampak jenis kelaminnya apakah jantan
atau betina.

Selain gonokhoristik, dikenal pula istilah hermafrodit yang artinya di dalam tubuh individu ditemukan
dua jenis gonad (jantan dan betina). Bila kedua jenis gonad ini berkembang secara serentak dan mampu
berfungsi, keduanya dapat matang bersamaan atau bergantian maka jenis hermafrodit ini disebut
hermafrodit sinkroni. Contoh ikan yang bersifat seperti ini adalah Serranus cabrilla, Serranus subligerius
dan Hepatus hepatus. Ikan yang termasuk golongan ini adalah Sparrus auratus dan Pagellus
centrodontus. Bila pada awalnya berkelamin jantan namun semakin tua akan berubah kelamin menjadi
betina maka disebut sebagai hermafrodit protandri. Sedangkan hermafrodit protogini adalah istilah
untuk individu yang pada awalnya berkelamin betina, namun semakin tua akan berubah menjadi
kelamin jantan seperti dijumpai pada ikan belut, Fluta alba.

Perbedaan seksualitas pada ikan dapat dilihat dari ciri-ciri seksualnya. Ciri seksual pada ikan terbagi atas
ciri seksual primer dan ciri seksual sekunder. Ciri seksual primer adalah alat/organ yang berhubungan
dengan proses reproduksi secara langsung. Ciri tersebut meliputi testes dan salurannya pada ikan jantan
serta ovarium dan salurannya pada ikan betina. Ciri seksual primer sering memerlukan pembedahan
untuk melihat perbedaannya. Hal ini membuat ciri seksual sekunder lebih berguna dalam membedakan
jantan dan betina meskipun kadangkala juga tidak memberikan hasil yang nyata.

Ciri seksual sekunder terdiri atas dua jenis yaitu yang tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan
reproduksi secara keseluruhan, dan merupakan alat tambahan pada pemijahan. Bentuk tubuh ikan
merupakan ciri seksual sekunder yang penting. Biasanya ikan betina lebih buncit dibandingkan ikan
jantan, terutama ketika ikan tersebut telah matang atau mendekati saat pemijahan (spawning). Hal
tersebut disebabkan karena produk seksual yang dikandungnya relatif besar. Pada saat puncak
pemijahan, tampak pada banyak ikan jantan suatu benjolan yang timbul tepat sebelum musim
pemijahan dan menghilang sesaat setelah pemijahan. Contoh kejadian seperti ini dapat dilihat pada ikan
minnow (Osmerus). Ada juga ikan yang memiliki sirip ekor bagian bawah yang memanjang pada ikan
jantan Xiphophorus helleri, sirip ekor yang membesar dijumpai pada ikan Catostomus commersoni.
Contoh yang sangat ekstrim dijumpai pada ikan anglerfish (Ceratias) dimana ikan jantan jauh lebih kecil
daripada ikan betinanya. Sebegitu kecilnya sehingga ukurannya lebih kecil daripada ovarium ikan betina
yang matang.
Ciri seksual sekunder tambahan yang mencirikan ikan jantan pada beberapa spesies, dalam hal ini sirip
anal berkembang menjadi alat kopulasi (intromittent). Gonopodium terdapat pada ikan Gambusia
affinis, Lobistes reticulatus dan ikan-ikan famili Poeciliidae. Pada ikan Xenodexia, modifikasi sirip dada
digunakan dalam perkawinan untuk memegang gonopodium pada kedudukannya sehingga
memudahkan masuk ke dalam oviduct betina. Pada Chimaera jantan berkembang suatu organ clasper di
bagian atas kepalanya yang dinamakan ovipositor yang berfungsi sebagai alat penyalur telur. Bentuk
seperti ini dijumpai pada ikan Rhodeus amarus dan Carreproctus betina.

Pewarnaan pada ikan sering juga digunakan sebagai pengenal seksualitas. Umumnya ikan jantan
mempunyai warna yang lebih cemerlang daripada ikan betina. Pada ikan sunfish, Lepomis humilis,
jantannya mempunyai bintik jingga yang lebih terang dan lebih banyak dibandingkan betinanya.

3.2 Perkembangan gamet jantan

Alat kelamin jantan meliputi kelenjar kelamin dan saluran-salurannya. Kelenjar kelamin jantan disebut
testis. Pembungkus testikular yang mengelilingi testis, secara luas menghubungkan jaringan-jaringan
testis, membentuk batasan-batasan lobular yang mengelilingi germinal epithelium. Spermatozoa
dihasilkan dalam lobule yang dikelilingi sel-sel sertoli yang mempunyai fungsi nutritif.

Saluran sperma terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berbatasan dengan testis, berguna untuk
membuka lobule (juxta-testicular part) dan bagian lainnya adalah saluran sederhana yang
menghubungkan bagian posterior testis ke genital papilla. Pada beberapa ikan, misalnya ikan salmon,
tidak memiliki kantung seminal, tetapi pada bagian luar saluran sperma terdapat sel-sel yang berfungsi
mengatur komposisi ion-ion cairan seminal dan mensekresi hormon.

Perkembangan gamet jantan dari spermatogonium menjadi spermatozoa melalui dua tahap, yaitu
spermatogenesis dan spermiogenesis. Spermatogenesis adalah tahap perkembangan spermatogonium
menjadi spermatid. Sedangkan spermiogenesis adalah metamorfosis spermatid menjadi spermatozoa.
Awal spermatogenesis ditandai dengan berkembangbiaknya spermatogonia beberapa kali melalui
pembelahan mitosis, untuk memasuki tahap spermatosit primer. Selanjutnya terjadi pembelahan
meiosis, yang dimulai dengan kromosom berpasangan, yang diikuti dengan duplikasi membentuk
tetraploid (4n). Satu spermatosit sekunder diploid membelah diri menjadi dua spermatid haploid (n).

Proses spermiasi berhubungan dengan pelepasan spermatozoa dari lumen lobulus masuk ke dalam
saluran sperma. Pelepasan ini mungkin disebabkan oleh kenaikan tekanan hidrostatik ke dalam lobule
untuk mengeluarkan cairan-cairan oleh sel-sel sertoli di bawah rangsangan gonadotropin. Spermatozoa
kemudian didorong ke dalam sistem pengeluaran, di sini akan bercampur dengan cairan sperma.

Perangsangan perkembangan sperma tidak terlepas dari peran serta hormon androgen, yaitu
testosteron. Sedangkan testosteron yang memegang peranan utama pada spermatogenesis dan
spermiasi adalah ketotestosteron. Ketotestosteron selanjutnya akan merangsang sel-sel sertoli sehingga
aktif menstimulasi pembelahan mitosis spermatogonia dan menyempurnakan spermatogenesis.

3.3 Perkembangan gamet betina

Perkembangan gamet betina atau disebut juga oogenesis terjadi di dalam ovarium. Oogenesis diawali
dengan perkembangbiakan oogonium beberapa kali melalui pembelahan mitosis, untuk memasuki
tahap oosit primer. Selanjutnya terjadi pembelahan meiosis I, membentuk oosit sekunder dan polar
body I melalui proses meiosis II oosit sekunder membelah menjadi oosit dan polar body II.

Oogenesis adalah proses kompleks yang secara keseluruhan merupakan pengumpulan kuning telur.
Secara substansial, kuning telur terdiri atas tiga bentuk yaitu : kantung kuning telur (yolk vesicle), butiran
kuning telur (yolk globule) dan tetesan minyak (oil droplet). Kantung kuning telur berisi glikoprotein dan
pada perkembangan selanjutnya, menjadi kortikal alveoli. Butir-butir kuning telur terdiri atas
lipoprotein, karbohidrat dan karoten. Oil droplet secara umum terdiri atas gliserol dan sejumlah kecil
kolesterol.

Perkembangan telur ikan secara umum meliputi empat tahap, yaitu awal pertumbuhan, tahap
pembentukan kantung kuning telur, tahap vitelogenesis dan tahap pematangan. Pertumbuhan awal
adalah terjadinya pelepasan hormon gonadotropin yang dicirikan dengan bertambahnya ukuran nukleus
dan jumlah nukleolus. Sejumlah besar dari RNA disimpan dalam sitoplasma sel telur sebagai bekal bagi
embrio untuk menghasilkan protein dari dirinya sebagai cadangan.

Tahap pembentukan kantung telur dicirikan dengan terbentuknya kantung atau vesikel. Pada
perkembangan telur selanjutnya, kantung kuning telur ini akan membentuk kortikal alveoli yang berisi
butir-butir korteks. Tahap ini juga dicirikan dengan terbentuknya zona radiata, perkembangan
ekstraseluler dan bakal korion.

Vitelogenesis dicirikan oleh bertambah banyaknya volume sitoplasma yang berasal dari luar sel, yaitu
kuning telur atau disebut juga vitelogenin. Vitelogenin ini disintesis oleh hati dalam bentuk
lipophosphoprotein-calcium kompleks dan hasil mobilisasi lipid dari lemak visceral. Selanjutnya kuning
telur dibawa oleh darah dan ditransfer ke dalam sel telur secara endositosis.

Selama proses vitelogenesis terjadi penambahan ketebalan pada zona radiata, sel-sel granulosa dan
theca. Sel-sel theca bertanggung jawab dalam sintesis 17 -hydroxyprogesterone dan testosteron yang
oleh sel-sel granulosa diubah menjadi 17 , 20 -dihydroxy-4-pregnen-3-3-one (17,20-p dan estradiol-17 ).
Sirkulasi estradiol-17 mengatur pengembangan beberapa gen vitelogenin dalam hepatosit yang
selanjutnya menghasilkan protein vitelogenin.

Tahap akhir perkembangan telur adalah tahap pematangan, yakni setiap tahap pergerakan germinal
vesicle ke tepi dan akhirnya melebur (germinal vesicle breakdown) yang selanjutnya membentuk
pronuklei dan polar body II.
Proses ovulasi terjadi dengan cepat setelah telur mengalami pematangan dan mengakibatkan pecahnya
dinding folikel, pada waktu bersamaan sel-sel mikrofil yang menutupi lubang mikrofil berpisah sehingga
spermatozoa dapat menembus korion setelah telur dikeluarkan (oviposition). Pecahnya dinding folikel
ini diduga disebabkan oleh pengaruh hormon prostaglandin. Prostaglandin mungkin merupakan
mediator aksi gonadotropin terhadap ovulasi atau pecahnya dinding folikel.

Saat pertama ikan mempunyai kemampuan bereproduksi (kematangan seksual) dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Terdapat perbedaan kematangan seksual antara masing-masing spesies pada umur
dan ukuran yang berbeda. Secara umum ikan-ikan mempunyai ukuran maksimum kecil dan jangka hidup
pendek, akan mencapai kedewasaannya pada umur yang lebih muda daripada ikan yang mempunyai
ukuran maksimum lebih besar. Ikan Lebistes dan Gambusia affinis mencapai kematangan seksual pada
umur kurang dari satu tahun pada panjang kurang dari 2,5 cm. Banyak ikan yang mencapai kedewasaan
pada umur satu tahun. Tetapi banyak pula spesies ikan yang mencapai kematangan seksual pertama kali
pada umur dua sampai lima tahun, dengan panjang 3 sampai 12 inci bahkan lebih. Yang termasuk
kelompok ikan ini adalah ikan trout (Salmo), blackbass (Micropterus) dan sunfishes (Lepomis).
Sementara ikan sidat (Anguilla) mencapai kematangan seksual pada umur 10-13 tahun dengan panjang
lebih dari 60-100 cm. Ikan sturgeons baru mencapai kematangan pada umur 15 tahun atau lebih dengan
panjang satu meter.

Bilamana ikan sudah dewasa secara seksual, produk seksual akan matang dan kegiatan reproduksi akan
berlangsung. Banyak faktor yang mempengaruhi peristiwa ini, yang secara garis besarnya dapat
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu yang timbul dalam diri ikan itu sendiri (faktor internal) dan yang
berasal dari lingkungannya (faktor eksternal). yang termasuk faktor internal antara lain jenis ikan dan
hereditasnya, makanan dan faktor fisiologiknya.

3.4 Pemijahan

Pada pemijahan ikan-ikan yang biseksual, persatuan sel telur dengan sperma bisa terjadi dengan dua
cara. Cara pertama yaitu sel telur bersatu dengan sperma di luar tubuh induk (fertilisasi eksternal).
fertilisasi eksternal ini dilakukan misalnya oleh ikan-ikan yang termasuk famili Cyprinidae, Anabantidae,
dan Siluridae. Cara yang kedua yaitu sel telur bersatu dengan sperma di dalam tubuh induk (Fertilisasi
internal). Cara ini dijumpai pada ikan-ikan subklas Elasmobranchii dan juga sebagian kecil golongan
teleostei (misalnya Anablepidae dan Poeciliidae). Untuk fertilisasi internal, beberapa alat digunakan oleh
ikan pada waktu melakukan kopulasi seperti gonopodium, myxopterygium dan tenaculum.

Jumlah telur yang dihasilkan oleh induk betina (fekunditas) umumnya jauh lebih banyak pada ikan-ikan
yang melakukan fertilisasi eksternal dibandingkan dengan ikan-ikan yang melakukan fertilisasi internal.
Hal ini merupakan adaptasi terhadap kecilnya peluang bertemunya sel telur dan sperma di luar tubuh.
Berdasarkan tempat embrio berkembang, terdapat tiga golongan ikan yaitu ovipar, vivipar dan
ovovivipar. Golongan ovipar adalah golongan ikan yang mengeluarkan telur pada waktu pemijahan,
sedangkan golongan vivipar dan ovovivipar adalah ikan-ikan yang melahirkan anak-anaknya. Pada
golongan ovovivipar, sel telur cukup banyak mempunyai kuning telur untuk memenuhi kebutuhan anak
ikan dan induk ikan bisa dikatakan hanya menyediakan tempat perlindungan. Pada golongan vivipar,
kandungan telur sangat sedikit dan perkembangan embrio ditentukan oleh hubungannya dengan
plasenta pada tahap awal untuk mencukupi kebutuhan makanannya. Anak ikan yang dilahirkan oleh
golongan ikan vivipar, sudah hampir menyerupai induk dewasa.

3.5 Pembuahan (fertilisasi)

Pembuahan adalah bersatunya oosit (telur) dengan sperma membentuk zigot. Pada proses pembuahan
ini terjadi percampuran inti sel telur dan inti sperma. Kedua inti ini masing-masing mengandung gen
(pembawa sifat keturunan) sebanyak satu sel (haploid).

Hanya satu sperma yang dibutuhkan untuk membuahi satu sel telur (monosperm). Meskipun berjuta-
juta spermatozoa dikeluarkan pada saat pemijahan dan menempel pada sel telur tetapi hanya satu yang
dapat melewati mikrofil, satu-satunya lubang masuk spermatozoa pada sel telur. Kepala spermatozoa
menerobos mikrofil dan bersatu dengan inti sel telur, sedangkan ekornya tertinggal pada saluran
mikrofil tersebut dan berfungsi sebagai sumbat untuk mencegah spermatozoa yang lain masuk.

Cara lain yang digunakan sel telur mencegah sperma lain masuk adalah terjadinya reaksi kortikal mikrofil
menjadi lebih sempit dan spermatozoa yang bertumpuk pada saluran mikrofil terdorong keluar. Reaksi
korteks juga berfungsi membersihkan korion dari spermatozoa yang melekat karena akan mengganggu
proses pernafasan zigot yang sedang berkembang.

Ada beberapa hal yang mendukung berlangsungnya pembuahan yaitu spermatozoa yang tadinya tidak
bergerak dalam cairan plasmanya, akan bergerak setelah bersentuhan dengan air dan dengan bantuan
ekornya, bergerak ke arah telur. Selain itu, telur mengeluarkan zat gimnogamon yang berperan menarik
spermatozoa ke arahnya.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan makalah ini dapat di simpulkan bahwa:

1. Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk
melestarikan jenisnya atau kelompoknya.

2. Perkembangan gamet jantan dan betina diawali dengan pembelahan mitosis kemudian pembelhana
miosis untuk membentuk gamet yang haploid.

3. Spermatozoa bersifat immotile dalam cairan plasmanya, dan akan bergerak bersama bercampur
dengan udara.
4.2 Saran

Untuk menjaga ekosistem perairan, maka diharapkan bagi masyarakat agar dapat menjaga kondisi
lingkungan dengan baik. Menjaga kualitas air budidaya di tambak sebaik mungkin dan menghindari
penggunaan bahan kimia yang dapat merusak kualitas udara.

Anda mungkin juga menyukai