Anda di halaman 1dari 16

TUGAS INDIVIDU

“BIOLOGI PERIKANAN”

OLEH:

NAMA : DIAN KUSUMA WARDHANI


NIM : L021181001

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

DEPARTEMEN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2020
 Mencari lama waktu setiap proses perkembagan embrio sampai menetas

PEMIJAHAN DAN PERKEMBANGAN EMBRIO IKAN LELE


(Clarias gariepinus)

 Morfologi dan klasifikasi Ikan Lele (Clarias gariepinus)

Gambar 1. Ikan lele ( wikipedia,2020)

Ikan lele adalah ikan yang hidup di perairan umum dan merupakan ikan yang bernilai
ekonomis, serta disukai oleh masyarakat. Ikan lele bersifat nocturnal, yaitu aktif mencari
makan pada malam hari. Ikan lele memiliki berbagai kelebihan, diantaranya adalah
pertumbuhannya cepat, memiliki kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang tinggi,
rasanya enak dan kandungan gizinya cukup tinggi (Suyanto 2008). Selain itu ikan lele mudah
dibudidayakan karena mampu hidup dalam kondisi air yang jelek dengan kadar oksigen yang
rendah dan mampu hidup dalam kepadatan yang sangat tinggi. Klasifikasi ikan lele
menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:
Kingdom :Animalia
Sub Kingdom :Metazoa
Filum :Chordata
Sub Filum :Vertebrata
Kelas :Pisces
Sub Kelas :Teleostei
Ordo :Ostariophysi
Sub Ordo :Siluroidea
Famili :Clariidae
Genus :Clarias
Spesies :Clarias gariepinus
Ikan lele memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan mempunyai organ
arborescent, yaitu alat yang membuat lele dapat hidup di lumpur atau air yang hanya
mengandung sedikit oksigen. Ikan lele berwarna kehitaman atau keabuan memiliki bentuk
badan yang memanjang pipih ke bawah (depressed), berkepala pipih dan memiliki empat
pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba.
Ikan lele mempunyai jumlah sirip punggung D.68-79, sirip dada P.9-10, sirip perut V.5-
6 dan jumlah sungut sebanyak empat pasang, satu pasan diantaranya lebih panjang
dan besar. Sirip dada dilengkapi dengan sepasang duri tajam atau patil yang memiliki panjang
mencapai 40 mm terutama pada ikan lele dewasa, sedangkan pada ikan lele yang sudah tua
sudah berkurang racunnya. Panjang baku 5-6 kali tinggi badan dan perbandingan antara
panjang baku dan panjang kepala adalah 1: 3-4. Ukuran mata sekitar 1/8 panjang
kepalanya. Giginya berbentuk viliform dan menempel pada rahang (Rahardjo dan
muniarti,1984).

 Pertumbuhan

Menurut Mudjiman (2000), pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan ikan dalam berat,
ukuran, maupun volume seiring dengan berubahnya waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berhubungan
dengan ikan itu sendiri seperti umur, dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan,
kemampuan untuk memanfaatkan makanan dan ketahanan terhadap penyakit. Faktor
eksternal merupakan faktor yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan yang
meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi kualitas
dan kuantitas.
Menurut Subandiyono dan Hastuti (2010), pertumbuhan terjadi apabila ada kelebihan
energi setelah energi yang digunakan untuk pemeliharaan tubuh, metabolisme basal dan
aktifitas. Pertumbuhan akan terjadi apabila didukung dengan pemberian pakan yang
disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi ikan lele Dumbo dan memiliki nilai kecernaan tinggi.
Ikan memerlukan pakan dengan nutrien (protein, karbohidrat dan lemak) yang sesuai dengan
kebutuhan ikan lele dumbo untuk pemeliharaan tubuh (maintenance) serta pertumbuhan.
Gambar 2. Pertumbuhan ikan lele

 Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Lele

Habitat atau lingkungan hidup ikan lele ialah semua perairan air tawar. Di sungai yang
airnya tidak terlalu deras, atau di perairan yang tenang seperti danau, waduk, telaga, rawa
serta genangan-genangan kecil seperti kolam, merupakan lengkungan hidup ikan lele. Ikan
lele mempunyai organ insang tambahan yang memungkinkan ikan ini mengambil oksigen
pernapasannya dari udara di luar air. Karena itu ikan lele tahan hidup di perairan yang
airnya mengandung sedikit oksigen. Ikan lele ini relatif tahan terhadap pencemaran bahan-
bahan organik. Oleh karena itu ikan lele tahan hidup di comberan yang airnya kotor. Ikan lele
hidup dengan baik di dataran rendah sampai daerah perbukitan yang tidak terlalu tinggi.

o
Apabila suhu tempat hidupnya terlalu dingin, misalnya 20 C, pertumbuhannya agak lambat.
Di daerah pegunungan dengan ketinggian di atas 700 meter, pertumbuhan ikan lele kurang
begitu baik. Lele tidak pernah ditemukan hidup di air payau atau asin (Suyanto 2007).

Ikan lele dapat hidup normal di lingkungan yang memiliki kandungan oksigen terlarut 4
ppm dan air yang ideal mempunyai kadar karbondioksida kurang dari 2 ppm, namun
pertumbuhan dan perkembangan ikan lele akan cepat dan sehat jika dipelihara dari sumber air
yang cukup bersih, seperti sungai, mata air, saluran irigasi ataupun air sumur (Suyanto, 2007).

Kualitas air yang dianggap baik untuk kehidupan lele adalah suhu yang berkisar antara

o o o
20 -30 C, akan tetapi suhu optimalnya adalah 27 C, kandungan oksigen terlarut > 3 ppm,
pH 6,5-8 dan NH3 sebesar 0,05 ppm. Ikan lele digolongkan ke dalam kelompok omnivora
(pemakan segala) dan mempunyai sifat scavanger yaitu ikan pemakan bangkai. Selain
pakan alami, untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele perlu pemberian makanan tambahan
berupa pelet. Jumlah paakan yang diberikan sebanyak 3% perhari dari berat total ikan
yang ditebarkan di kolam dengan frekuensi 2-3 kali sehari (Khairuman dan Amri,2001) .

 Perkembangan embrio

Perkembangan embrio diawali saat proses impregnasi, dimana sel telur (ovum) dimasuki sel
jantan (spermatozoa). Proses pembuahan pada ikan bersifat monospermik, yakni hanya satu
spermatozoa yang akan melewati mikropil dan membuahi sel telur. Pada pembuahan ini terjadi
pencampuran inti sel telur dengan inti sel jantan. Kedua macam inti sel ini masing-masing
mengandung gen (pembawa sifat keturunan) sebanyak satu set (haploid). Sel telur dan sel
jantan yang berada dalam cairan fisiologis masing-masing dalam tubuh induk betina dan
jantan masih bersifat non aktif. Ada beberapa hal yang mendukung berlangsungnya
pembuahan dengan baik. Pada saat sel telur dan spermatozoa dikeluarkan ke dalam air
mereka menjadi aktif. Spermatozoa yang tadinya non aktif bergerak (motil) dengan
menggunakan ekornya yang berupa cambuk. Berjuta-juta spermatozoa dikeluarkan pada saat
pemijahan dan menempel pada sel telur, tetapi hanya satu yang dapat melewati mikropili satu-
satunya lubang masuk spermatozoa pada sel telur. Kepala spermatozoa, dimana terdapat inti,
menerobos mikropil dan bersatu dengan inti sel telur sedangkan ekornya tertinggal pada
saluran mikropil tersebut, dan berfungsi sebagai sumbat untuk mencegah sel-sel jantan
yang lain ikut masuk.
Masuknya spermatozoa lewat mikropil harus berlangsung dengan cepat sekali supaya
persatuan kedua inti sel kelamin tersebut dapat terjadi, karena inti sel telur akan bergerak
dan daya gerak sperma itu sendiri sangat terbatas 1 – 2 menit saja. Spermatozoa
lainnya yang bertumpuk pada saluran mikropil, ada yang mengatakan akan dilebur dijadikan
makanan sel telur yang telah dibuahi atau zigot. Tetapi ada pula yang mengatakan dibuang,
didorong keluar oleh reaksi korteks.
Demikian juga halnya dengan spermatozoa yang menempel pada permukaan karion
harus dibuang karena akan mengganggu proses pernapasan (metabolisme) zigot yang
sedang berkembang. Cara pembuangan atau pelepasan spermatozoa itupun dengan reaksi
korteks.
Pencampuran inti sel telur dan spermatozoa terjadi dalam sitoplasma telur. Persatuan
kedua inti (pronuklei) dari sel betina dan sel jantan bersatu dalam proses yang
disebut amfimiksis.
Perkembangan embrio dimulai dari pembelahan zygote (cleavage), stadia morula
(morulasi), stadia blastula (blastulasi), stadia gastrula (gastrulasi) dan stadia
organogenesis.

Gambar3. tahap perkembangan embrio ikan lele

1. Pembelahan sel zigot (cleavage)


Pembelahan sel zigot pada ikan umumnya adalah tipe meroblastik (parsial) walaupun
ada juga holoblastik (total). Pada tipe meroblastik yang membelah hanya inti sel dan
sitoplasmanya saja, sedang pada holoblastik kuning telur pun turut membelah diri. Kedua tipe
pembelahan sel tersebut ditentukan oleh banyaknya kuning telur dan penyebarannya.

Banyaknya dan penyebaran kuning telur dalam telur ikan tidak sama tergantung kepada
jenis ikannya. Telur isolesital (alesital, oligolesital) adalah telur yang mengandung kuning
telurnya sedikit dan tersebar di seluruh sel telur. Sedangkan pada telur telolesital jumlah
kuning telurnya relatif banyak dan berkumpul pada kutub vegetatif sedangkan pada kutub
anima hanya terdapat inti sitoplasma. Telur telolesital ini terdiri dari 2 macam, politelosital dan
sentrolesital.
Dari hasil pembelahan sel telolesital ini akan terbentuk 2 kelompok sel. Yang pertama
adalah kelompok sel-sel utama (blastoderm) yang akan membentuk tubuh embrio disebut sel-
sel formatik atau gumpalan sel-sel dalam (inner mass cells). Yang kedua adalah kelompok sel-
sel pelengkap (trophoblast, periblast, auxiliary cells) yang berfungsi sebagai selaput pelindung
dan jembatan penghubung antara embrio dengan induk atau lingkungan luar.

Pada ikan, reptil dan burung kelompok sel-sel utama ini disebut juga cakram kecambah
(germinal disc) yang terdiri dari jaringan embrio (blastodisc) yang akan menjadi tubuh
embrio dan jaringan periblast yang berfungsi sebagai penyalur makanan yang berasal dari
kuning telur.

2. Stadia Morula
Morula merupakan pembelahan sel yang terjadi setelah sel berjumlah 32 sel dan
berakhir bila sel sudah menghasilkan sejumlah blastomer yang berukuran sama akan tetapi
ukurannya lebih kecil. Sel tersebut memadat untuk menjadi blastodik kecil yang membentuk
dua lapisansel.Pada saat ini ukuran sel mulai beragam.

3. Stadia Blastulasi
Proses pembentukan blastula disebut blastulasi dimana kelompok sel-sel anak hasil
pembelahan berbentuk benda yang relatif bulat ditengahnya terdapat rongga yang kosong
disebut suloblastula (coeloblastula) sedangkan yang berongga massif disebut steroblastula.
Suloblastula terdapat pada Amphioxus dan kodok, steroblastula terdapat pada ikan dan
amphibi yang tidak berkaki (gymmophonia).
Pada blastula ini sudah terdapat daerah yang akan berdiferensiasi membentuk
organ- organ tertentu (presumtife organ forming) seperti sel-sel saluran pencernaan,
notochorda, saraf dan epidermis, ectoderm, mesoderm, dan entoderm.
Bentuk dan fungsi berbagai bagian blastula terjadi melalui diferensiasi yakni sebuah
atau sekelompok sel mengalami perubahan bentuk atau fungsi. Ada 3 macam
diferensiasi yakni kimiawi, bentuk dan faali (fungsi). Diferensiasi kimiawi merupakan
langkah awal untuk diferensiasi-diferensiasi berikutnya dan sifatnya menentukan atau
membatasi kegiatan sel kearah fungsi tertentu.

4. Stadia Gastrulasi

Gastrulasi adalah proses pembentukan 3 daun kecambah yakni ectoderm, mesoderm


dan entoderm. Gastrulasi ini erat hubungannya dengan pembentukan system syaraf
(neurolasi) sehingga merupakan periode kritis. Pada proses ini terjadi perpindahan daerah
ectoderm, mesoderm, entoderm dan notokorda menuju tempat definitif. Ektoderm adalah
lapisan terluar dari gastrula, disebut juga ektoblast atau epiblast, entoderm adalah lapisan sel-
sel terdalam pada gastrula, sedangkan mesoderm atau mesoblast adalah lapisan sel lembaga
yang terletak ditengah antara ectoderm dan entoderm. Gastrulasi pada ikan akan berakhir
pada saat massa kuning telur telah terbungkus seluruhnya. Selama proses ini beberapa
jaringan mesoderm yang berada sepanjang kedua sisi notokorda disusun menjadi segmen-
segmen yang disebut somit.
Akibat adanya gastrulasi maka perkembangan embrio berlangsung terus sampai terbentuk
bentuk badan hewan bertulang punggung yang primitif.

5. Stadia Organogenesis

Organogenesis, yakni proses pembentukan alat-alat tubuh makhluk yang sedang


berkembang. System organ-organ tubuh berasal dari 3 buah daun kecambah, yakni ectoderm,
entoderm dan mesoderm. Dari ectoderm akan terbentuk organ-organ susunan (system) syaraf
dan epidermis kulit. Dari entoderm akan terbentuk saluran pencernaan beserta kelenjar-
kelenjar pencernaan dan alat pernapasan. Sedangkan dari mesoderm akan muncul rangka,
otot, alat-alat peredaran darah, alat ekskresi, alat-alat reproduksi dan korium kulit.
Dari mesoderm intermediate dihasilkan ginjal, gonad dan saluran-salurannya.
Mesoderm lateral menjadi lapisan-lapisan dalam dan luar yang membungkus ruang coelom.
Pelapis ruang pericardium, peritoneum, jantung, saluran-saluran darah, tubuh dan lapisan-
lapisan usus semua berasal dari endoderm (entoderm), sedangkan alat ekskresi melalui
pembentukan nephrostom. Mesenchym di kepala membantu pembentukan lapisan-lapisan luar
mata, rangka kepala, otot kepala dan lapisan dentin pada gigi.
Beberapa faktor mempengaruhi seluruh proses perkembangan menyebabkan
keberhasilan atau kegagalan. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi kecepatan perkembangan
dan menentukan bentuk dan susunannya. Diantara faktor-faktor tersebut adalah suhu
perairan. Suhu mempengaruhi kecepatan seluruh proses perkembangan atau fraksi-fraksi
perkembangan. Kecepatan dapat dinyatakan sebagai kebalikan periode perkembangan dalam
hari. Makin besar fraksi tersebut makin cepat perkembangannya. Sebagai contoh jika ikan
mempunyai periode perkembangan selama 88 hari maka kecepatannya adalah 1/88.

Periode perkembangan dan periode penetasan umumnya lebih pendek pada suhu
yang lebih tinggi. Beberapa jenis ikan berkembang dialam di bawah suhu yang tidak optimal
seperti yang dilakukan di laboratorium. Suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan
merintangi perkembangan. Suhu yang ekstrim atau yang berubah secara mendadak
akan menyebabkan kematian.

Gas-gas yang terlarut dalam air juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
perkembangan emberio, terutama bagi telur-telur ikan ovipar. Kelarutan oksigen yang optimum
atau yang tak dapat ditoleransi bervariasi tergantung kepada jenis ikan, umumnya 4 – 12 ppm
dapat diterima oleh ikan-ikan. Ikan-ikan yang biasa memijah di air mengalir dan dingin
memerlukan oksigen terlarut lebih tinggi dari pada ikan-ikan yang biasa di air
tergenang (stagnan) berarus lambat. Tekanan oksigen dapat mempengaruhi jumlah elemen-
elemen meristik. Pada ikan Salmo truta, tekanan yang berkurang pada saat perkembangan
embrio akan menyebabkan bertambahnya jumlah tulang punggung.
Sekurang-kurangnya 2 jenis gas yang bersifat racun bagi ikan dan embrionya, yakni
CO2 dan amonia. Makin tinggi konsentrasi kedua gas tersebut dalam air makin berbahaya
bagi ikan dan embrionya. Salinitas tinggi dapat merusak telur ikan air tawar sebaliknya bagi
ikan-ikan air laut, begitu juga untuk telurnya. Apabila telur ikan air tawar disimpan dalam
salinitas yang tak ditoleransinya telur tersebut akan mengkerut karena air ditarik keluar,
akhirnya mati. Sedangkan telur ikan laut bila disimpan dalam air tawar akan menarik air
kedalamnya (imbibisi) dan akhirnya telur tersebut akan pecah. Salinitas mempunyai
pengaruh selektif terhadap perkembangan beberapa organ.
Pengaruh endokrin (hormon) pada perkembangan embrio telah dikenal, seperti hormon
kelenjar hipofisa dan tiroid yang berperan pada metamorfosa. Jumlah kuning telur ada
hubungannya dengan kecepatan perkembangan embrio. Biasanya jenis telur ikan yang
mempunyai kuning telur yang banyak perkembangannya lambat. Misal sebagai contoh telur-
telur ikan tropis dengan jumlah kuning telur yang relatif sedikit lebih cepat berkembang
daripada telur ikan dari daerah 4 musim yang biasa berpijah pada suhu yang lebih rendah.
Menurut Tucker, C.S and Hargreaves, J.A. 2004 untuk penanganannya telur ikan lele
biasanya telurnya dilekatkan pada substrat. Telur yang telah menempel pada kakaban dapat
ditetaskan dalam wadah budidaya disesuaikan dengan sistem budidaya yang akan
diaplikasikan. Selama penetasan telur, air dialirkan terus menerus. Seluruh telur yang akan
ditetaskan harus terendam air, kakaban yang penuh dengan telur diletakan terbalik sehingga
telur menghadap ke dasar bak. Dengan demikian telur akan terendam air seluruhnya. Telur
yang telah dibuahi berwarna kuning cerah kecoklatan, sedangkan telur yang tidak dibuahi
berwarna putih pucat. Di dalam proses penetasan telur diperlukan suplai oksigen yang cukup.
Untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen terlarut dalam air, setiap bak penetasan di
pasang aerasi. Telur akan menetas tergantung dari suhu air wadah penetasan dan suhu
udara. Jika suhu semakin panas, telur akan menetas semakin cepat. Begitu juga sebaliknya,
jika suhu rendah, menetasnya semakin lama.
 Pengelompokan ikan berdasarkan tempat dimana ikan meletakkan atau
melepaskan telurnya, dan berikan contoh spesis ikan atau biotanya).

Ikan lele mempunyai organ insang tambahan yang memungkinkan ikan ini mengambil
oksigen pernapasannya dari udara di luar air. Karena itu ikan lele tahan hidup di perairan yang
airnya mengandung sedikit oksigen. Ikan lele ini relatif tahan terhadap pencemaran bahan-
bahan organik. Oleh karena itu ikan lele tahan hidup di comberan yang airnya kotor. Ikan lele
hidup dengan baik di dataran rendah sampai daerah perbukitan yang tidak terlalu tinggi.
Apabila suhu tempat hidupnya terlalu dingin, misalnya dibawah 20 C, pertumbuhannya agak
lambat. Di daerah pegunungan dengan ketinggian di atas 700 meter, pertumbuhan ikan lele
kurang begitu baik. Lele tidak pernah ditemukan hidup di air payau atau asin (Suyanto,
2002:56).
Lele, secara ilmiah, terdiri dari banyak spesies. Tidak mengherankan pula apabila lele di
Nusantara mempunyai banyak nama daerah. Antara lain : ikan kalang (Sumatra Barat), ikan
maut (Gayo dan Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makassar), ikan cepi
(Sulawesi Selatan), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah) atau ikan keli (Malaysia). Sedang di
negara Inggris dikenal dengan nama catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Nama
ilmiahnya, Clarias, berasal dari bahasa Yunani chlaros, yang berarti „lincah‟, „kuat‟, merujuk
pada kemampuannya untuk tetap hidup dan bergerak di luar air. Ikan lele mencapai
kedewasaan setelah mencapai ukuran 100 gram atau lebih. Jika sudah masanya
berkembangbiak, ikan jantan dan betina berpasangan. Pasangan itu lalu mencari tempat, yakni
lubang yang teduh dan aman untuk bersarang. Lubang sarang ikan lele terdapat kira-kira 20-
30 cm di bawah permukaan air. Ikan lele tidak membuat sarang dari suatu bahan (jerami atau
rumput-rumputan) seperti ikan gurame, melainkan hanya meletakkan telurnya di atas lubang
sarangnya itu (Suyanto, 2002).
DAFTAR PUSTAKA

Hernowo & S. R. Suyanto. 2008. Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele di Pekarangan
Sawah dan Logyam. Jakarta: Penebar Swadaya.
Khairuman dan K. Amri. 2001. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Penerbit Agromedia Pustaka.
Jakarta. 83 Hal.
Khairuman dan K. Amri. 2011. Pembesaran Gurame Secara Intensif. Agromedia
Mudjiman, A. 2000. Makanan Ikan. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta. 90 Hal
Mudjiman, A. 2004. Budidaya Ikan Lele. Penerbit Seri CV. Yasaguna, Jakarta.
Rahardjo, MF dan Muniarti. 1984. Anatomi beberapa jenis Ikan ekonomis penting di Indonesia.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB

Saanin, 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Volume I dan II. Bina Rupa Aksara.
Jakarta

Suyanto SR. 2007. Budidaya Ikan Lele. Edisi Revisi . Penebar Swadaya. Jakarta.

Khairuman dan K. Amri. 2001. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Penerbit


Agromedia Pustaka. Jakarta. 83 Hal.

Khairuman dan K. Amri. 2011. Pembesaran Gurame Secara Intensif. Agromedia


Pustaka. Jakarta. 82 Hlm

Anda mungkin juga menyukai