Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN AIR

OSMOREGULASI

NAMA : ANDI ILMA APRIANTI


NIM : L021 18 1018
KELOMPOK : 44 (EMPATPULUH EMPAT)
HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : JUMAT, 06 MARET 2020
ASISTEN : BASKARA SETIAWAN
MAWADDATAN WARAHMA S.Pi
MUH. IRFAN HAMID
MEI MULYA
A. MUH FAJRIN RAMADHAN. F

LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN AIR


PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
6pt
Menurut Fujaya dan Sudaryono (2015), fisiologi dapat didefinisikan sebagai ilmu
yang mempelajari fungsi, mekanisme dan cara kerja organ, jaringan, dan sel-sel
organisme. Karena tiap-tiap jenis kehidupan mempunyai sifat-sifat fungsional tersendiri,
maka fisiologi biasanya dikelompokkan menjadi bagian-bagian yang lebih khusus
misalnya fisiologi ikan dan sebagainya. Pada hakekatnya semua organ dan jaringan
tubuh melakukan fungsi untuk membantu mempertahankan keadaan stabil dalam
lingkungan internalnya agar dapat berfungsi dengan normal. Masing-masing bidang
fisiologi tersebut mencoba untuk menerangkan faktor-faktor fisika dan kimia yang
mempengaruhi seluruh proses kehidupannya. Perubahan sistem budidaya, kualitas air,
lingkungan, dan kondisi sosial dapat mengakibatkan stres pada ikan.
Menurut Burhanuddin (2014), menyatakan bahwa osmoregulasi adalah pengaturan
terhadap tekanan osmotik cairan tubuh yang relatif konstan terhadap kebutuhan ikan
agar proses fisiologi di dalam tubuhnya berjalan normal yang dimana terdapat tiga
pola regulasi ion dan air yaitu regulasi hipertonik atau hipersomatik, regulasi hipotonik
atau hipoosmotik, dan regulasi isotonik atau isoosmotik yang dimana berbeda pada
setiap tempat hidup atau kondisi perairan.
Proses osmoregulasi dapat terjadi pada sel dari semua organisme dan
merupakan dasar yang penting dalam penghematan air dalam sel, substansi sari
makanan, serta hampir semua proses metabolisme. Ditinjau dari ekofisiologi, organisme
air dapat dibagi menjadi dua kateori, sehubungan dengan mekanisenya menghadapai
osmolaritas media yaitu osmoconformer dan osmoregulator. Pengetahuan tentang
osmoregulasi sangat penting karena terkait dengan pengelolaan kualitas air dalam
budidaya perairan terutama salinitas. Mekanisme osmoregulasi tersebut dapat terjadi
lewat dua aktivitas, yaitu dengan mempertahankan kemantapan osmolaritas cairan
eksrasel tanpa harus isoosmotik terhadap salinitas media dan menjaga kemantapan
cairan agar tetap isoosmotik dengan cairan eksternalnya (Ghufran dan Kordi, 2008).
Berdasarkan uraian di atas praktikum osmoregulasi perlu dilakukan untuk
mengetahui pengaruh perlakuan perbeda
an salinitas pada ikan air tawar, payau dan ikan air laut serta untuk mengetahui
ketahanan hidup ikan air laut, ikan air payau dan ikan air tawar.
B. Tujuan dan Kegunaan
6pt
Adapun tujuan praktikum osmoregulasi yaitu untuk mengetahui pengaruh perlakuan
perbedaan salinitas pada ikan air tawar, ikan air payau, dan ikan air laut.
Adapun kegunaan praktikum osmoregulasi yaitu untuk mengetahui ketahanan hidup
ikan air laut, ikan air payau, dan ikan air tawar.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ikan mas Koi (Cyprinus carpio)

Gambar 1. Ikan mas Koi (Cyprinus carpio)

1. Klasifikasi
Adapun klasifikasi ikan mas Koi menurut (Amalia dan Rahman,2019), sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Familia : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio

2. Morfologi

Ikan mas Koi merupakan jenis air tawar, bentuk tubuh ikan mas Koi agak memanjang
dan memipih tegak (Compressed), mulut terletak di ujung tengah (terminal). Bagian
anterior mulut terdapat dua sungut, di ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan
(pharyngeal teeth) yang tersusun tiga baris gigi geraham. Sirip punggung ikan mas
berbentuk memanjang yang terletak pada bagian permukaannya, sama dengan
permukaan sirip perut. Di bagian belakang sirip punggung ini berjari keras, dan di bagian
akhir bergerigi seperti juga sirip punggung. Di bagian sirip dubur ikan mas ini juga berjari
keras dan bagian yang terakhir bergerigi, sedangakan sisikikan mas ini berukuran cukup
besar dengan 7 tipe sisik lingkaran (cycloid) dan terletak beraturan. Linea lateralis
terletak di pertengahan tubuh melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang ekor
(Riastina,2016)
1,5..... Jarak antar paragraf disambung seperti di latar belakang
Warna tubuh ikan mas Koi terdapat pada lapisan dermis yang mengandung pigmen
atau warna seperti kuning, hitam, merah dan putih. Ikan mas Koi memiliki bentuk mulut
yang tidak terlalu lebar dan tidak memiliki gigi pada bagian rahang. Gigi yang digunakan
untuk menghancurkan makanan terdapat pada bagian dalam kerongkongan. Hidung
ikan mas Koi berupa lekukan dan tidak berhubungan dengan alat pernapasan. Pada
ujung bagian kepala ikan mas Koi dilengkapi oleh sepasang barbel. Barbel ini
merupakan alat indra yang berfungsi untuk mencari makan saat berada dalam lumpur
(Amalia dan Rahman,2019).
6pt
3. Siklus hidup

Siklus hidup ikan Mas dimula dari perkembaangan didalam gonad. Pemijahan ikan
mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun di habitat
aslinya ikan Mas sering memijah pada awal musim hujan, karena adanya rangsangan
dari aroma tanah kering yang tergenang air. Secara alami pemijahan terjadi pada tengah
malam sampai akhir fajar. Menjelang memijah, induk-induk ikan Mas aktif mencari
tempat rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air.
Substrat inilah yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus
membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan(Suseno, 2010).
1,5
Ikan mas Koi cenderung tumbuh tercepat selama dua tahun pertama hidupnya. Pada
tahun pertama, seekor ikan ma Koi dapat tumbuh mencapai panjang 30 cm dan bisa
mencapai panjang 50 cm pada saat usia dua tahun. Pada tahun ketiga, sebagian besar
ikan mas Koi akan mencapai panjang 70 cm. Ukuran tersebut tidak mutlak, tetapi
panjang normal yang lazim dicapai oleh seekor ikan mas Koi.. Pada saat ikan mas Koi
mencapai usia dua tahun maka organ-organ reproduksi sperma pada ikan mas Koi
jantan dan telur pada ikan mas Koi betina mulai bereproduksi secara aktif sehingga gizi
dan makanan banyak diserap untuk reproduksi sehingga pertumbuhan tidak secepat
sebelum usia dua tahun. Pertumbuhan ikan mas Koi dipengaruhi oleh banyak faktor,
antara lain kualitas air kolam, makanan ikan mas ikan Koi, keturunan dan kedalaman
kolam (Sutikno, 2011).

2,5
B. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
6pt

6pt
Gambar 2. Ikan Nila (Oreochromis niloticus.)
6pt
1. Klasifikasi
6pt
Menurut Suyanto (2010) kedudukan Ikan Nila dalam sistematika (taksonomi) hewan
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Percomorphi
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
6pt
2. Morfologi

Adapun morfologi ikan nila yaitu lebar badan ikan nila umumnya sepertiga dari
panjang badannya. Bentuk tubuhnya memanjang dan ramping, sisik
ikan nila relatif besar,.mata (Organum visus) dengan retina hitam pucat dan bulat agak
menonjol, tepi mata berwarna putih. Operkulum (Operculum) putih keabu-abuan dan
agak pucat. Sirip punggung (Dorsal fin) keras dan terdapat garis berwarna hitam keabu-
abuan agak pucat. Sirip dada (Pectoral fin) hitam keabu-abuan agak pucat. Sirip perut
(Ventral fin) hitam keabu abuan agak pucat. Sirip anus (Anal fin) keras hitam keabu-
abuan agak pucat. Sirip ekor (Caudal fin) garis melintang yang ujungnya berwarna ungu
kemerah-merahan. Sisik (Squama) terdapat garis hitam pucat atau keabuan-abuan
pucat. Perut (Abdomen) jika ditekan agak lembek (Mujalifah et all, 2018).
6pt
3. Siklus Hidup
6pt.... Terlalu dekat jaraknya
Menurut Khairuman dan Amri, (2013), bahwa proses pemijahan ikan nila
(Oreochromis niloticus) berlangsung sangat cepat. Dalam waktu 50 - 60 detik, ikan nila
mampu menghasilkan 20 – 40 butir telur yang telah dibuahi. Pemijahan itu terjadi
beberapa kali dengan pasangan yang sama atau berbeda sehingga membutuhkan
waktu 20 – 60 menit. Telur Ikan Nila berdiameter 2,8 mm, berwarna abu-abu kadang
juga berwarna kuning dan tenggelam di dasar perairan.
1,5
Ikan Nila biasanya memijah saat setelah turun hujan sejak berumur 4 bulan, Ikan
Nila telah siap dapat memijah. Bahkan Ikan Nila di kenal sebagai sebutan ikan tukang
kawin. Bila tiba saatnya memijah, induk jantan membuat sarang berbentuk cekungan di
dasar perairan berdiameter sekitar 30 – 50 cm. Kemudian, induk jantan menggiring induk
betina pasangannya masuk ke dalam sarang tadi. Induk betina akan mulai
mengeluarkan telur dan pada saat yang sama induk jantan Ikan Nila akan mengeluarkan
sperma, pembuahan akan terjadi di dasar sarang. Sekali memijah seekor induk betina
mengeluarkan telur sebanyak 250 – 1500 butir. Induk betina akan mengerami telur dari
dalam mulutnya selama 6 – 7 hari. Selama mengeram dan dalam mengasuh anaknya,
tubuh induk ikan Nila betina memiliki berat sangat kurus karena kurangnya induk Ikan
Nila kesempatan untuk makan. Ketika telur baru menetas, larva Ikan Nila masih memiliki
kuning telur dan masih berada dalam mulut induknya. Setelah 4 – 5 hari, kuning telur
yang habis terserap dan larva Ikan Nila sudah dapat berenang keluar dari mulut induk
Ikan Nila. Namun, karena masih lemahnya kemapuan bertahan Ikan Nila kecil, maka
induknya masih selalu mengawasinya (Ghufran dan kordi, 2010).

C. Ikan Giru (Amphiprion ocellaris)


6pt

6pt
Gambar 3. Ikan Giru (Amphiprion ocellaris.)
1. Klasifikasi
6pt
Menurut Randall dkk (2006) dalam Larasati (2016), adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actynopterygii
Spasi 1,5..... Kenapa Klasifikasi yang
Ordo : Perciformes
kau buat beragam Ki spasinya...
Famili : Pomacentridae
Kingdom ke filum dempet sekali...
Genus : Amphiprion
Genus ke spesies terlalu jauh
Spesies : Amphiprion ocellaris
6pt
2. Morfologi
6pt
Ikan dari family ini berukuran kecil, cantik, berwarna terang, dan gerakannya lincah.
Bentuk tubuhnya bulat, panjang, dan pipih. Ikan jenis ini memiliki jenis mulut tipe terminal
yang berukuran kecil. Sisik berukuran besar dan stenoid. Pipi dan operkulumnya
bersisik. Gurat sisi memanjang sampai ke belakang dasar sirip punggung dan dapat
berlanjut sampai ke dekat dasar ekor. Pre-operkulumnya bergirigi dengan tepi sirip ekor
berlekuk. Ikan dalam family ini mempunyai satu sirip punggung yang terdiri dari 9 – 14
jari-jari keras, 11 – 18 jari-jari lemah, serta sirip dubur yang terdiri dari 2 – 3 jari ( Larasati,
2016). Penulisan cat.kaki tidak boleh dipisah
6pt
3. Siklus Hidup
6pt
Menurut Anggeni (2017), menyatakan bahwa diantara ikan-ikan yang berganti
kelamin, ikan badut merupakan salah satu ikan yang unik, ikan badut hidup bersimbiosis
dengan anemon laut. Pada kelompok ikan badut, ikan betina adalah ikan yang paling
besar dan menunjukkan sifat yang paling agresif dibandingkan anggota kelompok
lainnya. Ikan yang besar kedua akan menjadi jantan fungsional, dan sisanya akan
menjadi individu yang tidak berkembang biak. Jika induk betina mati atau menghilang
dari kelompok tersebut, maka induk jantan akan berubah kelamin menjadi betina, dan
individu yang paling besar akan berganti kelamin menjadi jantan fungsional. Ikan badut
yang belum matang gonadnya biseksual dan akan menjadi jantan atau betina sesuai
hirarki yang terbentuk.
12pt
D. Osmoregulasi pada Ikan Air Tawar
6pt
Pada semua ikan yang hidup di air tawar memiliki cairan tubuh dengan tekanan
osmotiknya lebih besar (hiperosmotik) dari pada lingkungannya. Dengan kata lain, air
cenderung masuk ke dalam tubuhnya secara difusi melalui permukaan tubuh yang semi
permiabel. Bila hal tersebut tidak terkendalikan atau terimbangi, difusi akan mendorong
keluarnya garam-garam tubuh dan terjadi pengenceran cairan tubuh sehingga fungsi-
fungsi fisiologis tubuh tidak berjalan normal (Burhanuddin, 2014).
Menurut Fujaya dan Sudaryono (2015), menyakatan bahwa pada pola regulasi ion
air ikan air tawar termasuk dalam golongan hipertonik atau hiperosmotik yaitu
pengaturan secara aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih tinggi dari konsentrasi
medianya. Ada tiga hal penting dilakukan, terutama oleh organisme perairan yaitu harus
terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan. Kedua membran sel yang
permeable merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak cepat.
Ketiga adanya perbedaan osmose antara cairan tubuh dan lingkungannya. Karena itu,
tidak ada organisme yang hidup pada air tawar tidak melakukan osmeregulasi. Pada
ikan air tawar untuk menjaga keseimbangan cairan tubuhnya, teleostei patadrom
berosmoregulasi dengan cara minum sedikit atau tidak minum sama sekali. Air yang
bergerak masuk kedalam tubuh dan ion-ion keluar ke lingkungan dengan cara difusi.
12pt
E. Osmoregulasi pada Ikan Air Payau
6pt
Menurut (Burhanuddin, 2010)Tidak semua ikan menetap pada habitat yang tetap
di air tawar atau air laut. Ikan pada saat-saat tertentu akan masuk kedaerah payau.
Perairan payau adalah lingkungan akuatik didaerah pantai yang merupakan tempat
pertemuaan antara sungai dengan air laut. Beberapa ikan hidup menetap pada
daerah payau yang tentunya memerlukan kemampuan adaptasi yang baik
terhadap perubahan kadar garam yang selalu berubah. Banyak jenis ikan yang
menetas diperairan tawar kemudian berpindah menuju ke laut dan tinggal untuk makan
maupun tumbuh, serta kembali keperairan tawar setelah dewasa untuk memijah.
Didaerah tropis banyak ikan laut yang bergerak kedaerah estuaria sehingga harus
mampu mengubah secara mendadak dari penyimpanan air menjadi
menngeluarkan sebanyak mungkin air melalui ginjal dan harus mengubah
darimengeksresikan garam yang lebih menjadi menyimpan. Volume air seni yang
dikeluarkan dan keseimbangan garam pada ikan oleh sekresi hormon. Hormon dapat
mempengaruhi ginjal dengan penaikan atau penurunan tekanan darah yang mengubah
laju penyaringan kedalam kapsul Bowman yang berarti pula mengubah jumlah cairan
sekresi.

2,5
Ikan-ikan eurhaline bersifat hypoosmotik terhadap air laut dan hyperosmotik
terhadap air tawar. Gambaran osmotik berubah secara total dari membuang air dan
menghemat air pada lingkungan laut. Pada lingkungan estuari dimana konsenterasi
garam sama dengan plasma darah ikan, semua organ-organ omoregulasi menurunkan
aktivitasnya untuk mempersiapkan diri dalam migrasi ikan. Hal ini merupakan suatu
media adaptasi karena memiliki pengaruh yang berbahaya apabali langsung
ditransfer ke air laut (Baharuddin,2010).
12pt
F. Osmoregulasi pada Ikan Air Laut
6pt
Berkebalikan dengan lingkungan air tawar, ikan yang hidup pada lingkungan yang
isotonik terhadap jaringan dan cairan tubuhnya, cenderung kehilangan air melalui kulit
dan insang, dan kemasukan garam-garam. Ikan mengonsumsi air laut dan berarti pula
meningkatnya kandungan garam dalam cairan tubuh. Padahal dehidrasi dicegah dengan
proes ini. Untuk itu kelebihan garam harus dihilangkan. Karena ikan laut dipaksa oleh
kondisi osmotik untuk mempertahankan air, maka volume air seni teresuksi sangat besar
dibandingkan dengan ikan air tawar. Tubuli ginjal berfungsi sebagai penahan air (Sitepu,
2012). Penulisan cat.kaki tidak boleh dipisah
Menurut Fujaya dan Sudaryono (2015), osmoregulasi pada ikan diatur
oleh beberapa organ, yakni insang, ginjal, usus, kantung urine, dan kelenjar rektal. Pada
telesostei air lut (oseanodrom), insang cukup berperan mengeluarkan Na+ dan Cl- ke
dalam laut. Ginjal yang terdapat pada telesostei oseanodrom, ginjal kurang berperan
dalam proses osmoregulasi sehingga ikan tersebut memiliki tubulus yang tidak
sempurna. Secara umum, tidak ada telesostei oseanodrom dapat memproduksi urine
bila konsentrsi urin lebih tinggi dibanding konsentrasi plasma darah. Karena perbedaan
proses osmoregulasi pada golongan ikan, maka struktur organ-organ osmoregulasinya
kadang berbeda. Organ yang berperan dalam proses osmoregulasi ikan antara lain,
insang, ginjal, dan usus.
II. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


6pt
Praktikum Fisiologi Hewan Air tentang Osmoregulasi dilaksanakan pada Jumat, 06
Maret 2020 pukul 10.00 – 12.00 WITA di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Departemen
Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar.
12pt
B. Alat dan Bahan
6pt
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum osmoregulasi ini dapat dilihat pada
tabel 1 dan 2 di bawah ini:
Tabel 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya
No Alat Jumlah Fungsi
1 Refraktometer 1 buah Sebagai pengukur kadar salinitas
2 Gelas ukur 500 ml 1 buah Sebagai pengukur volume air tawar
3 Gelas ukur 1000 ml 1 buah Sebagai pengukur volume air laut
4 Toples kaca 12 buah Sebagai wadah air dan tempat
meletakkan ikan yang diamati
Sebagai penghitung waktu
Spasi 1
5 Stopwatch 4 buah
pengamatan
6 Ember 1 buah Sebagai wadah saat pengenceran

Tabel 2. Bahan yang digunakan beserta fungsinya


N
Bahan Jumlah Fungsi
o
1 Ikan Mas Koi 9 ekor Sebagai sampel ikan pengamatan
(Cyprinus carpio)
2 Ikan Nila 9 ekor Sebagai sampel ikan pengamatan
(Oreochromis niloticus)
3 Ikan Giru 9 ekor Sebagai sampel ikan pengamatan
(Amphiprion ocellaris)
4 Air tawar 2000 ml Sebagai air sampel untuk menguji
keseimbangan cairan ikan sampel
5 Air payau 2000 ml Sebagai air sampel untuk menguji
keseimbangan cairan ikan sampel
6 Air laut 6000 ml Sebagai air sampel untuk menguji
keseimbangan cairan ikan sampel
7 Tissue Secukupnya Sebagai bahan pembersih alat
8 Kertas label Secukupnya Sebagai penanda pada toples kaca
9 Salinitas air 15 ppt Sebagai parameter pengamatan
C. Prosedur Kerja

Pada praktikum osmoregulasi, terlebih dahulu siapkan 9 buah wadah (toples kaca),
air laut dan air tawar. Adapun tingkat salinitas yang digunakan dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
Siapkan 3 toples kaca untuk 0 ppt. Kemudian masukkan air tawar ke dalam toples
sebanyak 2000 ml per toples dengan menggunakan gelas ukur 500 ml, pada masing-
masing toples masukkan secara bersamaan ikan (tiap toples berisi 3 ekor ikan dengan
jenis habitat yang berbeda). Amatilah tingkah laku ikan dengan interval waktu 3 kali 15
menit. Catat waktu dan tingkah lakunya.
Siapkan 3 toples kaca untuk 15 ppt, digunakan alat pengukur salinitas air
refraktometer. Kemudian mengubah salinitas air dengan mencampurkan air laut dan air
tawar dengan rumus pengenceran M1 x V1 = M2 x V2.Misalnya, Jika air laut yang
digunakan memiliki salinitas 30 ppt, maka untuk menghasilkan 6000 ml air payau 15 ppt,
dicampurkan 3000 ml air tawar dengan 3000 ml air laut 30 ppt. Setelah itu masukkan air
payau ke dalam toples sebanyak 2000 ml per toples dengan menggunakan gelas ukur
500 ml, pada masing-masing toples ikan dimasukkan secara bersamaan (tiap toples
berisi 3 ekor ikan dengan jenis habitat yang berbeda).Amatilah tingkah laku ikan dengan
interval waktu 3 kali 15 menit. Catat waktu dan tingkah lakunya.
Siapkan 3 toples kaca untuk 30 ppt. Kemudian masukkan air laut ke dalam toples
sebanyak 2000 ml per toples dengan menggunakan gelas ukur 500 ml, pada masing-
masing toples masukkan secara bersamaan ikan (tiap toples berisi 3 ekor ikan dengan
jenis habitat yang berbeda).Amatilah tingkah laku ikan dengan interval waktu 3 kali 15
menit. Catat waktu dan tingkah lakunya.

D. Analisis Data
6pt
Adapun rumus yang digunakan dalam percobaan osmoregulasi adalah:

M1 . V1 = M2 . V2

Ket : V1 : Volume awal


V2 : Volume akhir
M1 : Konsentrasi awal
M2 : Konsentrasi akhir
IV. HASIL

A. Ikan Mas Koi (Cyprinus carpio)

Hasil yang peroleh pada ikan mas koi adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil pengamatan pada ikan mas koi (Cyprinus carpio)

No. Salinitas Waktu Tingkah laku ikan

1. 0 ppt 15 menit Ikan Mas Koi kadang aktif, kadang tenang dan
aktif berenang ke dinding toples
Air tawar
Cenderung aktif dan selalu bergerak ke dinding
30 menit
toples
45 menit
Aktif bergerak ke dinding toples

2. 15 ppt 15 menit Cenderung panik


Air payau 30 menit Cenderung panik, banyak gelembung di
permukaan dan operculum bergerak dengan
cepat
45 menit Cenderung panik dan banyak mengeluarkan
kotoran

3. 30 ppt 15 menit Operculum membuka dan menutup dengan


Air laut 30 menit cepat, bergerak ke permukaan dan 1 ikan
pingsan
45 menit 2 ikan mas koi mati dan 1 ikan pingsan
3 ikan mas koi mati

B. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Hasil yang diperoleh pada ikan nila adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil pengamatan pada ikan nila (Oreochromis niloticus)


No. Salinitas Waktu Tingkah laku ikan
1. 0 ppt 15 menit Cenderung stabil
Air tawar 30 menit Cenderung stabil dan bergerak ke permukaan
45 menit Stabil

2. 15 ppt 15 menit Berenang dengan tenang dan mengeluarkan


Air payau kotoran
30 menit Cenderung stabil dan berenang kepermukaan
45 menit Stabil
3. 30 ppt 15 menit Berenang ke permukaan, tenang dan operculum
Air laut bergerak dengan cepat
30 menit Operculum bergerak dengan cepat dan banyak
mengeluarkan gelembung udara
45 menit Berenang ke permukaan, stabil, operculum
bergerak lambat dan mengeluarkan gelembung
C. Ikan Giru (Amphiprion ocellaris)
Hasil yang diperoleh pada ikan giru adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Hasil pengamatan pada ikan giru (Amphiprion ocellaris)

No. Salinitas Waktu Tingkah laku ikan


1. 0 ppt 15 menit Tenang didasar air
Air tawar 30 menit Tetap tenang didasar air
45 menit Tetap tenang di dasar dan pergerakan lambat
2. 15 ppt 15 menit Stabil didasar air
Air payau 30 menit Tetap tenang didasar air
45 menit Naik ke permukaan air, mulutnya terbuka
tertutup mencari udara
3. 30 ppt 15 menit Aktif berenang diseluruh bagian toples
Air laut 30 menit Aktif berenang diseluruh bagian toples
45 menit Aktif berenang
VI. PEMBAHASAN

A. Ikan Mas Koi (Cyprinus carpio)

a. Air Tawar (0 ppt)

Hasil percobaan osmoregulasi dengan sampel ikan mas koi (Cyprinus carpio), yang
dimasukkan ke dalam air tawar (0 ppt) dapat diperoleh bahwa pada waktu 15 menit, ikan
mas koi kadang aktif berenang dan kadang tenang didasar air, pada waktu 30 menit
ikan mas koi aktif berenang ke dinding toples begitupun pada menit ke 45 ikan mas koi
aktif berenang ke dinding toples.
Menurut Fujaya (2015) bahwa untuk menjaga keseimbangan cairan tubuhnya, ikan
teleostei potadrom melakukan osmoregulasi dengan cara minum air banyak dan sedikit
mengeluarkan urine sehingga ikan dapat menjaga cairan dalam tubuh.
6pt Sebutkan juga ikan mas koi tipe
b. Air Payau (15 ppt)
osmoregulasinya apa??
Hasil percobaan osmoregulasi dengan sampel ikan mas koi (Cyprinus carpio), yang
dimasukkan ke dalam air payau (15 ppt) dapat diperoleh bahwa pada waktu 15 menit,
ikan mas koi cenderung panik, pada waktu 30 menit ikan mas cenderung panik, banyak
gelembung di permukaan dan operculum bergerak dengan cepat begitupun pada menit
ke 45 ikan mas koi Cenderung panik dan banyak mengeluarkan kotoran.
Hal ini sesuai dengan pendapat Baharuddin(2010) bahwa ada beberapa spesies ikan
yang mampu dan mempunyai toleransi besar terhadap perubahan selinitas, sehingga
mampu bergerak diperiaran air tawar dan air laut. Kondisi tersebut mengharuskan ikan
memiliki kemampuan organisme osmoregulasi yang kecepatannya bergantung kepada
perubahan habitat. Setiap ikan memiliki mekanisme tersendiri untuk mengaktimalisasi
perubahan yang terjadi terhadap lingkungannya.
6pt
c. Air Laut (30 ppt)

Hasil percobaan osmoregulasi dengan sampel ikan mas koi (Cyprinus carpio), yang
dimasukkan ke dalam air laut (30 ppt) dapat diperoleh bahwa pada waktu 15 menit,
Operculum membuka dan menutup dengan cepat, bergerak ke permukaan dan 1 ikan
pingsan, pada waktu 30 menit 2 mati dan 1 ikan pingsan begitupun pada menit ke 45 3
ikan mas koi mati.
Pada ikan air laut terjadi kehilangan air dari dalamtubuh melalui kulit dan kemudian
ikan akan mendapatkangaram-garam dari air laut yang masuk lewat mulutnya.Organ
dalam tubuh ikan menyerap ion-ion garam sepertiNa+, K+, dan Cl-, serta air masuk ke

Ikan mas koi itu bukan ikan air laut... Tapi ikan
air tawar... Cuman dipindahkan ke air laut
untuk praktikum
dalam darah danselanjutnya disirkulasi. Selanjutnya, insang ikan akanmengeluarkan
kembali ion-ion tersebut dari darah kelingkungan luar (Pamungkas,2012)

B. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

6pt
a. Air Tawar (0 ppt)

Hasil percobaan osmoregulasi dengan sampel Ikan Nila (Oreochromis niloticus),


yang dimasukkan ke dalam air tawar (0 ppt) dapat diperoleh bahwa pada 15 menit, Ikan
Nila berenang cenderung stabil, pada menit ke 30 ikan Nila berenang cenderung stabil
dan bergerak ke permukaan, sedangkan pada menit 45 ikan Nila berenang stabil.
Hal ini sesuai dengan pendapat Mujalifah et al. (2018) yang menyatakan bahwa
habitat Ikan Nila adalah air tawar, seperti sungai, danau, waduk dan rawa-rawa tetapi
karena toleransi Ikan Nila tersebut sangat luas terhadap salinitas (eury haline) sehingga
dapat pula hidup dengan baik di air payau dan air laut. Selinitas yang cocok untuk Ikan
Nila adalah 0 - 35 ppt (part per thousand), pertumbuhan Ikan Nila secara optimal pada
saat salinitas 0 - 30 ppt. Nila dapat hidup pada salinitas 31 - 35 ppt, tetapi
pertumbuhannya sangat lambat.
Menurut Fujaya (2015) bahwa untuk menjaga keseimbangan cairan tubuhnya, ikan
teleostei potadrom melakukan osmoregulasi dengan caraminum sedikit atau tidak
minum sama sekali dan akan memproduksi sejumlah urine sehingga dapat
menyebabkan dehidrasi bagi ikan tersebut.
6pt Cari literatur yang lebih spesifik ke ikan nila
b . Air Payau (15 ppt)
6pt
Hasil percobaan osmoregulasi dengan sampel Ikan Nila (Oreochromis niloticus),
yang dimasukkan ke dalam air payau (15 ppt) dapat diperoleh bahwa pada 15 menit,
ikan Nila Berenang dengan tenang dan mengeluarkan kotoran, pada menit ke 30 ikan
Nila berenang cenderung stabil dan berenang kepermukaan,pada menit ke 45 ikan Nila
berenang stabil.
Hal ini sesuai dengan pendapat Purnamasari dan Santi (2017) yang menyatakan
bahwa ikan air payau cairan tubuhnya isotonik terhadap medium tempat hidupnya. Bila
terjadi perubahan konsentrasi dalam mediumnya, maka cairan tubuhnya disesuaikan
dengan perubahan tersebut (osmokonformitas).Pada ikan air payau regulasi isotonik
atau isoosmotik, yaitu bila kerja osmotik dilakukan pada keadaan konsentrasi cairan
tubuh sama dengan konsentrasi media. Semua organisme pada umumnya mempunyai
permasalahan yang sama dalam mempertahankan konsentrasi osmotik cairan yang
tepat dangan gradien konsentrasi yang tidak berbeda jauh dengan konsentrasi osmotic
pada media hidupnya.

6pt

c. Air Laut (30 ppt)

Hasil percobaan osmoregulasi dengan sampel Ikan Nila (Oreochromis niloticus),


yang dimasukkan ke dalam air laut (30 ppt) dapat diperoleh bahwa pada waktu 15 menit,
Ikan Nila berenang ke permukaan, tenang dan operculum bergerak dengan cepat, pada
menit ke 30 operculum bergerak dengan cepat dan banyak mengeluarkan gelembung
udara, pada menit ke 45 ikan Nila berenang ke permukaan, stabil, operculum bergerak
lambat dan mengeluarkan gelembung
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Aliyas et al. (2016), menyatakan bahwa ikan
nila dapat hidup di perairan dengan salinitas 0 ppt sampai 35 ppt. Namun, salinitas
yangsesuai bagi ikan nila untuk hidup optimal, yaitu 0 ppt sampai 30 ppt. Persentase
kelangsungan hidup tersebut menunjukkan bahwa benih ikan nila mampu beradaptasi
pada kondisi lingkungan bersalinitas 30 ppt. Tingginya tingkat kelangsungan hidup ikan
nila pada berbagai media salinitas tersebut, menunjukkan bahwa ikan nila bersifat
euryhaline. Spesies ikan nila mampu beradaptasi pada media bersalinitas tinggi, karena
kemampuan osmoregulasinya yang cukup baik. Diduga pada media salinitas 0 ppt– 30
ppt kondisi tekanan osmotik media mendekati tekanan osmotik ikan nila atau sering
disebut isoosmotik.

C. Ikan Giru (Amphiprion ocellaris)

a. Air Tawar (0 ppt)

Hasil percobaan osmoregulasi dengan sampel Ikan Giru (Amphiprion ocellaris),


yang dimasukkan ke dalam air tawar (0 ppt) dapat diperoleh bahwa pada waktu menit
ke 15 dan 30 ikan tetap tenang didasar air. Pada menit ke 45 ikan tetap tenang di dasar
dan pergerakan lambat. Ikan Giru (Amphiprion ocellaris) dapat beradaptasi dengan cepat
dengan lingkungan yang baru. Hal ini terjadi karena cairan tubuh secara alami akan
mengalir dari dalam tubuh ikan air laut sehingga ikan air laut mengeluarkan garam-
garam dari kulit dan masuk melalui mulutnya
Sesuai dengan pendapat Fujaya (2015), bahwa awalnya Ikan Giru (Amphiprion
ocellaris) berusaha mentolerir salinitas air tawar (0 ppt), tetapi pergerakannya kemudian
menjadi pasif tetapi masih dan hidup dalam rentan waktu yang lama, hal ini terjadi
karena Ikan Giru (Amphiprion ocellaris) lebih banyak mengeluarkan air melalui kulitnya
melalui proses difusi dalam tubuhnya.
b. Air Payau (15 ppt)
Kapital
percobaan osmoregulasi dengan sampel Ikan Giru (Amphiprion ocellaris), yang
dimasukkan ke dalam air payau (15 ppt) dapat diperoleh bahwa pada waktu menit 15
dan 30, Ikan Giru stabil berenang didasar air,pada menit ke 45 ikan naik ke permukaan
air, mulutnya terbuka tertutup mencari udara. Ikan Giru (Amphiprion ocellaris) dapat
beradaptasi dengan cepat dengan lingkungan yang baru. Hal ini terjadi karena cairan
tubuh secara alami akan mengalir dari dalam tubuh ikan air laut sehingga ikan air laut
mengeluarkan garam-garam dari kulit dan masuk melalui mulutnya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Purnamasari dan Santi, (2017) yang menyatakan
bahwa Ikan laut hidup pada lingkungan yang hipertonik terhadap jaringan dan cairan
tubuhnya, sehingga cenderung kehilangan air melalui kulit dan insang, dan kemasukan
garam-garam. Untuk mengatasi kehilangan air, ikan minum air laut sebanyak-
banyaknya.

c. Air Laut (30 ppt)

Hasil percobaan osmoregulasi dengan sampel Ikan Giru (Amphiprion ocellaris),


yang dimasukkan ke dalam air laut (30 ppt) dapat diperoleh bahwa pada waktu 15 menit,
30 menit, dan 45 menit Ikan Giru berenang aktif di seluruh sisi toples.
1,5
Hal tersebut terjadi karena Ikan Giru berada di habitat aslinya yaitu air laut. Hal ini
menunjukkan bahwa parameter kualitas air yangs sesuai dengan Ikan Giru, yaitu
salinitas 30-32 ppt. Sehingga Ikan Giru tetap hidup dan tumbuh optimal sesuai dengan
kadar salinitas habitatnya. Jarak antar paragraf disambung
1,5 seperti di poin air payau
Hal ini sesuai dengan pendapat Menurut Farianti et al (2015), bahwa ikan Giru
merupakan ikan karang tropis yang hidup di perairan hangat pada daerah terumbu
dengan kedalaman kurang dari 50 meter dan berair jernih
VI. PENUTUP

A. Kesimpulan Simpulan
6pt
Berdasarkan hasil praktikun yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa proses
osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan
lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu banyak air maka ia akan
meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air sarana untuk membuang zat-zat
yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup.
Ikan mas koi (Cyprinus carpio) merupakan ikan air tawar yang membutuhkan energi
yang besar untuk dapat mentolerir kondisi salinitas yang berbeda dari habitat biasanya,
Ikan nila (Oreocromis niloticus) merupakan ikan yang hidup pada estuaria sehingga ia
termasuk dalam euryhaline karena kemampuan tubuhnya untuk beradaptasi dengan
salinitas yang berbeda. Ikan giru (Amphipron lamprchii) merupakan ikan yang mampu
beradaptasi dengan habitat yang salinitasnya di bawah 30 ppt.
Nama ikan huruf kapital
B. Saran
6pt
1. Laboratorium
6pt
Saran untuk laboratorium yaitu seharusnya lebih diperluas lagi karena dalam
percobaan praktikan tidak bisa leluasa dan fasilitas lab seharusnya dilengkapi agar
praktikum dapat berjalan lebih lancer.

2. Asisten

Saran untuk asisten yaitu tetap menjaga sikap baiknya kepada praktikan serta tetap
memperbanyak membagi ilmu dan pemahaman yang dimiliki kepada praktikan.
DAFTAR PUSTAKA

Aliyas, S. Ndobe & Z. R. Ya’la. 2016. Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila
(Oreochromis sp.) Yang Dipelihara Pada Media Bersalinitas. Jurnal Sains dan
Teknologi Tadulako. Vol. 5, No. 1, hlm 19-27.

Anggeni, P. 2017. Feminisasi Ikan Badut Amphiprion ocellaris Melalui Induksi Hormonal
Menggunakan 17β-Estradiol dan 17α-Metiltestosteron .[Skripsi]. Sekolah
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Burhanuddin, A. I. 2014. Ikhtiologi Ikan Dan Segala Aspek Kehidupannya. CV Budi
Utama. Yogyakarta.

Farianti, L., H. Irawan dan A. Pratomo. 2015. Pola Hubungan antara Jenis Anemon
dengan Ikan Badut (Amphiprioninae) di Perairan Daerah Pulau Pucung Kabupaten
Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Fakultas Ilmu Kelautan danPeikanan. Universitas
Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang.

Fujaya, Y. dan A. Sudaryono. 2015. Fisiologi Ikan dan Aplikasinya pada


Perikanan.Pustaka Al Zikra. Makassar.

Khairuman, dan K. Amri. 2010. Petunjuk Praktis Budi Daya Patin Di Kolam Terpal. PT
Agromedia Pustaka. Jakarta

Kordi, G. M. H. K. 2008. Budi Daya Perairan.PT Citra Aditya Bakti. Bandung.

Larasati, A, S, A. 2016. Teknik Pembesaran Ikan Badut (Amphiprion ocellaris) Dengan


Sistem Karamba Jaring Apung Di Balai Perikanan Budidaya Laut, Sekotong Barat,
Nusa Tenggara Barat. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas
Airlangga. Surabaya.

Mujalifah, H. Santoso dan S. Laili. 2018. Kajian Morfologi Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) dalam Habitat Air Tawar dan Air Payau. Jurnal Ilmiah Biosaintropis. Vol.

3 (3) : 11.

Pamungkas W. 2012.Media Akuakultur. Aktivitas Osmoregulasi, Respon Pertumbuhan,


Dan Energetic Cost Pada Ikan Yang Dipelihara Dalam Lingkungan Bersalinitas. Vol.
7,No.1.

Purnamasari, R. dan W. R. Santi. 2017. Fisiologi Hewan. Program Studi Arsitektur UIN
Sunan Ampel. Surabaya.

Sitepu, G, F. 2012. Ikhtiologi Fungsional Anatomi Ikan. Masagena Press. Makassar

Suyanto, R, S. 2010. Pembenihan & Pembesaran Nila. Penebar Swadaya. Bogor

Literatur masih banyak yang belum dicantumkan di


dapus.... Mana Sutikno?? Suseno? Amalia dan Rahman??
LAMPIRAN
Air Payau (15 ppt)
Diketahui :
- M1 = 30 ppt
- M2 = 15 ppt
- V2 = 2000 ml
Ditanyakan : v2…..?
Penyelesaian : M1 x V1 = M2 x V2
30 x v1 = 15 x 2000
V1 = 3000/30
V1 = 1000 ml air tawar
V air laut = V2 – V1
Vair laut = 2000- 1000
Vair laut = 1000 ml air laut

Anda mungkin juga menyukai