Larva tidak tahan terhadap sinar ultra violet yang terdapat pada sinar
matahari secara langsung. Karena itu pada pemeliharaan larva (penderan)
kolam harus diberi pelindung terhadap sinar ultra violet.
Tempat Pemeliharaan larva
Wadah untuk pemeliharaan larva disebut “pendederan” atau “ipukan”.
Dapat berupa bak dari semen maupun kolam tanah biasa, yang kedalamannya
30-40 cm saja. Berhubung sifatnya masih lemah, maka bak atau kolam
pendederan perlu diberi pelindung yaitu atap yang tembus cahaya untuk
menghalangi sinar matahari langsung, agar suhu tidak terlalu berubah-ubah
dan tidak terkena air hujan langsung yang dapat merubah sifat kimia air.
Dijaga terhadap masuknya hama/pemangsa baik berupa ikan
lain, hama serangga, dan lain-lain.
Bila pendederan dilakukan di dalam kolam tanah, hendaknya dalam
kolam itu dipasang pelindung dari pelepah daun kelapa yang di tancapkan di
sekeliling kolam maupun di dalam kolam itu sendiri sebagai tempat
berlindung bagi burayak.
Padat penebaran burayak dalam kolam pendederan berkisar
antara 50-100 / meter persegi permukaan kolam. Bila
dipergunakan bak semen yang volumenya tidak terlalu besar (10-
20 ton), padat penebaran dapat dipertinggi hingga 500 ekor per
meter persegi, tetapi harus dipasang aerator agar tidak
kekurangan oksigen. Burayak peka terhadap kekurangan oksigen.
Kadar oksigen dalam kolam ini hendaknya minimum 5 ppm.
Makanan Burayak
Pada hari pertama mulai makan (2-3 hari stelah menetas) burayak hanya
dapat menangkap makanan yang ukurannya amat kecil dan gerakannya
lambat. Pakan alami yang cocok bagi burayak pertama adalah Rotifera dan
Protozoa.
Protozoa adalah binatang renik bersel satu dan rotifera bersel banyak
tetapi ukurannya hanya 20-60 mikron hingga dapat masuk dalam bukaan
mulut burayak. Gerakan rotifera dan protozoa juga lambat dan hanya
melingkar-lingkar di sekitar sesuatu titik saja sehingga mudah ditangkap oleh
burayak. Pada awal mulai makan, burayak dapat juga diberi pakan buatan
berupa kuning telur ayam/itik yang direbus, lalu diremas dan dicampur air
sedikit menjadi suspensi, lalu ditaburkan ke dalam kolam.
Burayak umur 7-10 hari memakan zooplankton ukuran 100-200 mikron
yaitu beberapa jenis cladosera kecil, dapat juga diberi pakan tambahan berupa
katul halus.
Burayak umur 10-20 hari dapat memakan zooplankton
ukuran besar yaitu Cladosera besar dan Copepoda. Disamping
itu masih terus memakan Rotifera maupun Cladosera kecil.
Untuk menanggulangi keadaan tersebut maka kolam yang
sudah dipupuk diberi obat insektisida yang lunak dengan daya
bunuhnya yang selektif (misalnya Dipterex 0,1 ppm) untuk
memebunuh zooplankton besar tetapi zooplankton kecil tetap
hidup. Sedangkan insektisida lunak tersebut sama sekali tidak
berbahaya bagi burayak. Setelah beberapa hari Rotifera habis
termakan oleh burayak, tentu daya racun obat insektisida sudah
tidak lagi berbahaya bagi zooplankton besar, maka zooplankton
besar selanjutnya akan dapat berkembang menjadi makanan bagi
burayak yang juga sekarang sudah menjadi benih yang cukup
besar.
Burayak ikan, contohnya ikan mas, setelah berumur 3 minggu
dianggap masa pendederan selesai. Benih ikan umur 3 minggu
berukuran 2-3 cm dapat dijual atau dipelihara lebih lanjut dengan
cara memindahkannya ke dalam kolam lain yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Persiapan kolam itu meliputi
pembersihan terhadap hama-hama dan pemberantasan penyakit,
perbaikan tanggul, pintu air dan menutup bocoran yang mungkin
ada, pengolahan tanah dan pemupukan. Kolam yang telah
dipersiapkan dengan baik itu ditumbuhi subur oleh berbagai jenis
organisme pakan alami untuk benih ikan yaitu fitoplankton,
zooplankton kecil dan besar, jentik-jentik serangga/nyamuk/cuk,
cacing yang banyak hidup di Lumpur dasar. Sementara
itu hama yang berupa binatang pemakan anak ikan seperti ular,
linsang atau berang-berang, burung harus diwaspadai pula.
Pemeliharaan benih lanjutan ini tidak lagi dilakukan di dalam
bak semen karena benih ikan lepas pendederan itu amat rakus
makan pakan alami yang hanya dapat tumbuh subur di kolam
tanah dengan pemupukan. Bila terpaksa dipelihara dalam bak
semen, maka terpaksa diberi pakan buatan berupa serbuk atau
remah-remah sebelum dapat memakan pellet ukuran kecil.
Walaupun benih ikan juga dapat makan pakan buatan tersebut,
tetapi akan lebih pesat pertumbuhannya apabila memeperoleh
pakan alami yang cukup banyak. Pemeliharaan lanjutan bagi
benih ikan (disebut pembenihan I) juga dapat dilakukan dalam
petak sawah yang digali parit-parit (kemalir) sedalam 40-50 cm,
pembenihandilakukan bersama padi (mina-padi) maupun sebagai
“palawija” disaat sawah tidak dipakai bertanam padi tetapi air
cukup banyak.
Pemeliharaan benih lanjutan biasanya dilakukan dalam tahap yang lamanya masing-
masing 1-1,5 bulan.
Pembenihan tahap I adalah pindahan dari pendederan, setelah benih umur 3 minggu.
Pada akhir masa pembenihan tahap I hasil benioh ikan berukuran 6-8 cm, dapat dijual
dengan harga yang lebih mahal; dan/atau dilanjutkan dengan pembenihan tahap II.
Pembenihan tahap II juga dapat dilakukan di dalam kolam tanah atau petak sawah
seperti pembenihan tahap I tadi. Lama pemeliharaan 1,5-2 bulan. Pada akhir masa
pembenihan benih diperoleh benih ikan ukuran 10-12 cm dengan berat kira-kira 10-15
gram per ekor. Pada tahap pembenihan ini, pakan alami dengan pemupukan tak cukup
dan penambahan pakan buatan merupakan keharusan agar benih ikan tidak
kekurangan pakan dan dapat tumbuh pesat. Pakan buatan yang diberikan berupa pakan
buatan pabrik dengan kandungan protein 25-30 % dengan ukuran remah (crumble)
atau pellet kecil agar dapat ditelan oleh benih ikan itu.
Pemeliharaan selanjutnya adalah pembesaran benih gelondongan besar menjadi
ikan konsumsi.
TERIMAKASIH