I. PENDAHULUAN
dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang
gurih. Selain itu ikan lele dumbo memiliki banyak keunggulan dibanding dengan
ikan air tawar lainnya, seperti pemeliharaan mudah, pertumbuhan cepat, rasa
Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan jenis ikan air tawar yang
berasal dari Taiwan, jenis ikan ini masuk ke Indonesia pada tahun 1985. Di
gariepinus. Ikan lele dumbo merupakan hasil perkawinan silang antara induk
betina lele Clarias gariepinus yang berasal dari Afrika dan dengan induk jantan
dumbo mempunyai pertumbuhan yang lebih baik dan dapat mencapai ukuran
yang lebih besar, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit.
Perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik
induk, kualitas telur, kualitas air serta perbandingan antara jumlah makanan dan
ikan, maka diperlukan makanan yang memenuhi kebutuhan nutrisi ikan. Makanan
2
yang dimakan oleh ikan digunakan untuk kelangsungan hidup dan selebihnya
Tingkat kelangsungan hidup ikan lele yang baik berkisar antara 73,5-86,0%.
antara jumlah pakan,kepadatan, serta kualitas air meliputi suhu, kadar amoniak
dan nitrit, oksigen yang terlarut, dan tingkat keasaman (pH) perairan (Yuniarti,
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pemijahan ikan Lele
Dumbo secara buatan dan cara pemeliharaan larva ikan lele dumbo dengan baik.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh pada praktikum ini ialah agar
mahasiswa dapat mengetahui teknik pemijahan buatan ikan lele dumbo dan cara
Ikan lele memiliki tubuh yang licin, berlendir dan tidak bersisik. Secara
morfologi, bentuk tubuh lele memanjang, agak bulat pada bagian tengahnya dan
bagian belakang berbentuk pipih. Kepala lele pipih dengan memiliki panjang yang
pasang sungut peraba (barbels) yang berfungsi sebagai alat peraba saat mencari
makan atau saat bergerak. Di dekat sungut terdapat juga alat olfaktori yang
berfungsi untuk perabaan dan penciuman serta penglihatan lele yang kurang
Habitat atau tempat hidup lele dumbo adalah air tawar. Air yang paling baik
untuk pertumbuhan lele dumbo adalah air sungai, air sumur,air tanah dan mata air.
Namun lele dumbo jaga dapat hidup dalam kondisi air yang rendah O2 seperti
dalam lumpur atau air yang memiliki kadar oksigen yang rendah. Hal tersebut
dapat dimungkinkan karena lele dombo memiliki alat pernapasan tambahan yaitu
dari lele dumbo adalah suka meloncat kedarat, terutama pada saat malam hari. Hal
tersebut karena lele dumbo termasuk ikan nokturnal, yaitu hewan yang lebih aktif
beraktivitas dan mencari makan pada malam hari. Sifat tersebut juga yang
menyebabkan lele dumbo lebih menyenangi tempat yang terlindung dari cahaya
karnivora atau pemakan daging. Pakan alami lele dumbo adalah cacing, kutu air,
penting. Untuk mendapatkan induk yang berkualitas baik, maka ada beberapa
tahap seleksi yang diperlukan. Tahap pertama dimulai sejak ikan lele masih
berupa benih hasil pendederan. Benih yang dipilih adalah yang pertumbuhannya
dipelihara secara khusus (Prihartono et al, 2000). Benih dipelihara 6-8 minggu,
5
benih tersebut diseleksi kembali sesuai dengan criteria seperti pada seleksi
pertama. Benih hasil seleksi ini dipelihara lagi, demikian seterusnya hingga
Untuk dijadikan induk, calon induk tersebut tidak boleh dipelihara dalam
satu kolam, tetapi harus dipelihara dalam kolam terpisah untuk setiap jenis
kelamin. Agar mendapatkan hasil yang baik dan induk betina yang dipilih dapat
dipijahkan, maka induk jantannya harus dari daerah atau tempat lain. Hal ini
dilakukan agar perkawinan sekerabat dapat dihindarkan. Induk ikan lele biasanya
dapat dipijahkan sekitar umur setahun atau bobot tubuhnya sudah mencapai 700-
800 gram. Biasanya ikan lele ukuran tersebut dapat memijah 5-6 kali dalam satu
tahun. Perbedaan ciri sekunder pada induk ikan lele dapat dilihat pada tabel 1.
Selain dapat dipijahkan secara alami, lele dumbo juga dapat dipijahkan
ini cukup satu kali untuk satu masa bertelur. Penyuntikan ini dilakukan secara
hapa halus, selanjutnya induk jantan dan betina yang sudah disuntik dimasukan ke
dalam hapa pada sore hari. Dengan cara ini induk akan memijah secara
dan induk betina pada pemijahan ini harus dipisahkan. Setelah 10-12 jam dari
kelamin), larutan sperma harus sudah disiapkan terlebih dahulu. Telur yang keluar
selanjutnya ditampung dalam wadah plastik dan pada saat yang bersamaan
dimasukan larutan sperma sambil diaduk sampai rata dengan perlahan dan hati-
Telur ikan lele akan menetas dalam waktu 36-48 jam pada suhu air 26-
280C. Larva lele yang baru menetas memiliki cadangan makanan berupa kantung
telur (yolk sack) yang akan diserap sebagai sumber makanan bagi larva sehingga
tidak perlu diberi pakan. Penetasan telur dan penyerapan yolk sack akan lebih
cepat terjadi pada suhu yang lebih tinggi. Pakan mulai diberikan setelah larva
berumur 4-5 hari atau ketika larva sudah dapat berenang dan berwarna hitam
(Sunarma, 2004).
7
Alat yang digunakan dalm praktikum ini dapat dilihat pada tabel 2.
Sedangkan bahan yang digunakan pada paraktikum ini dapat dilihat pada
tabel 3.
adalah persiapan wadah pemijahan untuk penetasan telur berupa baskom yang
sudah dicuci dan diisi air. Setelah itu dilakukan pemasangan aerasi untuk
Induk yang digunakan dalam pemijahan buatan ini adalah induk yang telah
matang gonad, sehat dan tidak cacat serta tidak terdapat infeksi penyakit.
3.4.3. Pemijahan
ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui berapa dosis ovaprim yang akan
Sebelum induk betina distriping, terlebih dahulu induk ikan jantan dibedah
ke perut, setelah itu ambil sperma dengan memotong kantong sperma secara hati-
hati dan langsung bersihkan dari bercak darah. Kantong sperma yang telah didapat
kemudian diletakkan pada mangkuk yang kering setelah itu langsung diberikan
spermatozoa dalam waktu yang relatif lama. Setelah itu sperma dihancurkan
lele betina. Striping dilakukan dengan cara mengurut bagian pangkal perut hingga
ke arah lubang urogenital. Telur hasil striping ditampung pada gelas-gelas kecil
dengan larutan sperma tambahkan sedikit NaCl 0,9 % dan larutan pembuahan.
Telur yang telah dibuahi langsung ditebar pada baskom. Telur ditebar
secara pelan-pelan dan usahakan agar tidak menumpuk. Lama penetasan telur ikan
lele di baskom adalah 24-36 jam setelah penebaran telur. Setelah 6 jam penebaran
diberikan pakan tambahan berupa Kutu Air. Saat pemeliharaan larva dilakukan
pergantian air dengan cara mengurangi air dan ditambah dengan air masuk. Hal
ini bertujuan agar kualitas air tetap terjaga dari sisa-sisa feses dan pakan yang
dapat menyebabkan larva stress dan jangan lupa mengontrol aerator terpasang
dengan baik.
11
untuk mengetahui banyak hormon yang akan disuntikkan. Adapun hasil yang
diperoleh dari penimbangan bobot induk dan hormone yang digunakan dapat
Tabel 4. Data Bobot Induk , Dosis dan Banyak Hormon yang Disuntikan
adalah 1 ekor induk betina dengan berat 2,45 kg dan 1ekor induk jantan dengan
Setelah ditimbang dan disuntik keesokan harinya induk betina ikan lele
distripping dan induk jantan dibedah untuk diambil testisnya. Adapun data yang
didapat dari hasil pemijahan ikan lele dapat dilihat pada tabel 5.
No Parameter Hasil
1 Oviposisi 129.446 butir
2 FR 70,16 %
3 HR 77,93 %
Setelah 2 hari larva menetas, larva diberi pakan berupa kutu air dengan
Betikut data hasil pemeliharaan larva ikan lele dumbo selama dua minggu
25
Panjang Tubuh Ikan (mm)
20
15
Larva 1
10 Larva 2
0
Sampling 1 Sampling 2
yang menunjukkan bahwa pada sampling pertama pada ikan satu memiliki
panjang 8 mm (0,8 cm), ikan dua juga memiliki panjang 9 mm (0,9 cm).
Sedangkan pada sampling kedua panjang tubuh ikan meningkat yaitu pada ikan
0.07
0.06
0.05
0.02
0.01
0
Sampling 1 Sampling 2
ikan, menunjukkan bahwa pada sampling pertamaikan satu memiliki bobot 0,0036
gr, ikan dua memiliki bobot 0,0055 gr. Sedangkan pada sampling kedua bobot
tubuh ikan meningkat yaitu pada ikan satu memiliki bobot 0,0648 gr dan pada
800
700
600
500
400
300
200
100
0
Larva Awal (No) Larva Akhir (Nt)
grafik tersebut dapat dilihat bahwa kelulus hidupan larva ikan mengalami
penurunan. Pada awl pemeliharaan jumlah larva yang hidup 678 ekor, sedangkan
pada akhir pemeliharaan larva yang hidup hanya 26 ekor, jadi presentasi
diperhatikan, kualitas air yang buruk karena jarang sekali dilakukan penyifonan,
V. PEMBAHASAN
Untuk melakukan pemijahan ikan lele, hal yang perlu dilakukan adalah
dimulai dari persiapan alat dan bahan, wadah inkubasi, substrat temat penempel
fisiologis, ovulasi dan fertilisasi sampai dengan perawatan larvamenjadi benih dan
penyediaan pakan alami maupun buatan. Penyuntikan dilakukan pada pukul 21:00
WIB. Induk lele disuntik dengan hormon ovaha dengan dosis 0,5 ml/kg untuk
akuades. Induk betina disuntik dua kali dengan selang waktu 6 jam, penyuntikan
kedua untuk ovulasi dan induk jantan disuntik hanya satu kali.
Pembedahan pada induk jantan dan stripping induk betina dilakukan pada
pukul 09.00 WIB. Pembedahan tersebut bertujuan untuk mengambil sperma induk
jantan, agar dapat mencampurnya dengan telur – telur induk betina sehingga dapat
terjadi proses pembuahan. Pada saat proses stripping diusahakan telur tidak
terkena air agar telur tidak rusak. Sperma pada ikan jantan diberi larotan fisiologis
ikan jantan dilakukan fertilisasi yaitu pencampuran sel telur dan sel sperma
menggunakan bulu ayam. Setelah fertilisasi telur ditebar pada wadah penetasan
telur.
16
sebanyak 129.446 butir yang dikeluarkan oleh induk betina. Menurut Manik et al
(2015) pada dosis 0,5 ml/kg bobot tubuh telur yang dikeluarkan sebanyak 124
butir / g bobot induk atau 8.222 butir/ekor induk. Ini menandakan bahwa induk
yang di stripping telah matang gonad dengan baik sehingga telur yang dikeluarkan
ukuran sedang. Baskom dibersihkan dengan cara dicuci dengan air bersih
kemudian diisi air bersih secukupnya. Pada baskom dipasang aerasi, tujuannya
agar oksigen terlarut terdapat dalam konsentrasi yang cukup. Telur ditebar diatas
Telur akan menetas setelah satu hari penebaran. Larva diberi pakan dua
hari setelah menetas hal ini disebabkan pada waktu tersebut kuning telur sebagai
cadangan makanan larva sudah habis. Larva diberi pakan berupa kutu air yang
diberi secara adlibitum dengan frekuensi tiga kali sehari. Larva dipelihara selama
% dan SR 3,83%.
Daya tetas telur ikan akan menentukan kualitas larva yang dihasilkan,
menurut Bobe dan Labbé (2010) bahwa kualitas telur dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain status nutrisi induk jantan/betina, penanganan/ manajemen induk
saat pemijahan (tingkat pembuahan), faktor stress dan kondisi lingkungan seperti
suhu, lama pencahayaan. Salah satu faktor yang berperan signifikan dalam
penting dalam upaya penyerapan kuning telur, pembentukan organ serta tingkah
tetas telur ikan cenderung meningkat pada kisaran 24 0C-30 0C, dan cenderung
mengalami penurunan daya tetas apabila suhu media berada lebih tinggi dari 30
0
C, (Hakim & Gamal, 2009). Kisaran optimum suhu untuk daya tetas telur juga
berbeda antar satu jenis ikan dengan jenis ikan lainnya. Proses penetasan telur
akan terganggu pada suhu tinggi sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada
jaringan sel telur. Suhu yang sangat tinggi akan mempercepat laju penetasan telur
sehingga telur tidak dapat melewati fase-fase penetasan telur dengan sempurna
VI.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan Tingkat FR, HR dan SR
dipengaruhi oleh kualitas induk, penangan induk, telur, sperma, suhu dan kualitas
air. Untuk itu diperlukan penanganan yang baik dan suhu serta kualitas air yang
optimal. Hasil yang didapat yaitu oviposisi sebanyak 129.446 butir, FR 70,16 %,
nya SR dipengaruhi oleh suhu, kualitas air dan pakan serta sifat ikan lele yang
kanibal.
VI.2. Saran
akan dilakukan pada proses penyuntikan dan pemijahan supaya tidak terjadi nya
kesalahan. Dan juga diharapkan peralatan dan bahan praktikum dilengkapkan lagi
agar setiap praktikan dapat melakukan praktikum secara langsung sehingga lebih
DAFTAR PUSTAKA
Amri. K, dan Khairuman, 2013. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. PT.
Agromedia Pustaka: Jakarta.
Hakim & Gamal, 2009. 2011. Selection of Brood stocks and management of
finger lings of Clarias Gariepinus Under Dark and Light Environment.
Journal of Agriculture and Veterinary Sciences. Vol. 3. March 2011.
Hernowo et al, 1999. Budidaya Lele Sangkuriang. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Susanto. H, 2002. Teknik Kawin Suntik Ikan Ekonomis. PT. Penebar Swadaya:
Jakarta.