Anda di halaman 1dari 19

1

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Ikan lele dumbo merupakan komoditas perikanan yang banyak

dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

gurih. Selain itu ikan lele dumbo memiliki banyak keunggulan dibanding dengan

ikan air tawar lainnya, seperti pemeliharaan mudah, pertumbuhan cepat, rasa

dagingnya yang khasdan efesiensi pakan yang tinggi.

Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan jenis ikan air tawar yang

berasal dari Taiwan, jenis ikan ini masuk ke Indonesia pada tahun 1985. Di

Indonesia, jenis inidicatat sebagai king catfish,dengan nama ilmiah Clarias

gariepinus. Ikan lele dumbo merupakan hasil perkawinan silang antara induk

betina lele Clarias gariepinus yang berasal dari Afrika dan dengan induk jantan

Clarias fuscus yang berasal dari Taiwan.

Bila dibandingkan dengan ikan lele lokal (Clarias batrachus),ikan lele

dumbo mempunyai pertumbuhan yang lebih baik dan dapat mencapai ukuran

yang lebih besar, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit.

Perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik

menyebabkan ikan lele dumbo mengalami penurunan kualitas karena adanya

perkawinan sekerabat (inbreeding)(Hernowo et al, 1999).

Pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan ditentukan oleh kualitas

induk, kualitas telur, kualitas air serta perbandingan antara jumlah makanan dan

kepadatannya. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan

ikan, maka diperlukan makanan yang memenuhi kebutuhan nutrisi ikan. Makanan
2

yang dimakan oleh ikan digunakan untuk kelangsungan hidup dan selebihnya

akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan (Effendi, 2003).

Tingkat kelangsungan hidup ikan lele yang baik berkisar antara 73,5-86,0%.

Kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya rasio

antara jumlah pakan,kepadatan, serta kualitas air meliputi suhu, kadar amoniak

dan nitrit, oksigen yang terlarut, dan tingkat keasaman (pH) perairan (Yuniarti,

2006). Menurut Mujiman (2000) pemberian pakan alami disesuaikan dengan

ukuran benih.Cacing sutra (Tubifex sp.) mempunyai kandungan protein sebesar

52,49% yang baik bagi pertumbuhan ikan (Meisza, 2003)

I.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pemijahan ikan Lele

Dumbo secara buatan dan cara pemeliharaan larva ikan lele dumbo dengan baik.

Adapun manfaat yang dapat diperoleh pada praktikum ini ialah agar

mahasiswa dapat mengetahui teknik pemijahan buatan ikan lele dumbo dan cara

memelihara larvanya sehingga dapat diterapkan ilmunya dimasyarakat.


3

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Dumbo

Menurut Saanin dalam Setiaji (2009) Klasifikasi Ikan Lele (Clarias

gariepinus) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia; Sub-kingdom :

Metazoa; Phyllum : Chordata; Sub-phyllum : Vertebrata; Klas : Pisces; Sub-klas :

Teleostei; Ordo : Ostariophysi; Sub-ordo : Siluroidea; Familia : Clariidae; Genus :

Clarias; Spesies : Clarias gariepinus.

Gambar 1. Ikan Lele (Clarias gariepinus)


Sumber : https://www.google.co.id/search?q=induk+ikan+lele&tbm

Ikan lele memiliki tubuh yang licin, berlendir dan tidak bersisik. Secara

morfologi, bentuk tubuh lele memanjang, agak bulat pada bagian tengahnya dan

bagian belakang berbentuk pipih. Kepala lele pipih dengan memiliki panjang yang

hampir mencapai seperempat panjang tubuhnya. Sekitar mulut terdapat empat

pasang sungut peraba (barbels) yang berfungsi sebagai alat peraba saat mencari

makan atau saat bergerak. Di dekat sungut terdapat juga alat olfaktori yang

berfungsi untuk perabaan dan penciuman serta penglihatan lele yang kurang

berfungsi dengan baik (Mahyuddin, 2008).


4

II.2. Habitat Ikan Lele

Habitat atau tempat hidup lele dumbo adalah air tawar. Air yang paling baik

untuk pertumbuhan lele dumbo adalah air sungai, air sumur,air tanah dan mata air.

Namun lele dumbo jaga dapat hidup dalam kondisi air yang rendah O2 seperti

dalam lumpur atau air yang memiliki kadar oksigen yang rendah. Hal tersebut

dapat dimungkinkan karena lele dombo memiliki alat pernapasan tambahan yaitu

arborescent. Alat tersebut memungkinkan lele mengambil O2 langsung dari udara

sehingga dapat hidup di tempat beroksigen rendah.

Alat tersebutjuga memungkinkan lele dumbo hidup di darat asalkan udara

disekitarnya memiliki kelembapan yang cukup (Nugroho,2007).Salah satu sifat

dari lele dumbo adalah suka meloncat kedarat, terutama pada saat malam hari. Hal

tersebut karena lele dumbo termasuk ikan nokturnal, yaitu hewan yang lebih aktif

beraktivitas dan mencari makan pada malam hari. Sifat tersebut juga yang

menyebabkan lele dumbo lebih menyenangi tempat yang terlindung dari cahaya

(Khairuman, 2010). Dilihat dari makanannya, lele dumbo termasuk hewan

karnivora atau pemakan daging. Pakan alami lele dumbo adalah cacing, kutu air,

dan bangkai binatang.

II.3. Pengelolaan Induk Ikan Lele

Dalam pembenihan ikan lele, induk merupakan sarana produksi paling

penting. Untuk mendapatkan induk yang berkualitas baik, maka ada beberapa

tahap seleksi yang diperlukan. Tahap pertama dimulai sejak ikan lele masih

berupa benih hasil pendederan. Benih yang dipilih adalah yang pertumbuhannya

cepat, bentuknya normal, dan kondisinya sehat. Selanjutnya benih tersebut

dipelihara secara khusus (Prihartono et al, 2000). Benih dipelihara 6-8 minggu,
5

benih tersebut diseleksi kembali sesuai dengan criteria seperti pada seleksi

pertama. Benih hasil seleksi ini dipelihara lagi, demikian seterusnya hingga

diperoleh calon induk yang baik.

Untuk dijadikan induk, calon induk tersebut tidak boleh dipelihara dalam

satu kolam, tetapi harus dipelihara dalam kolam terpisah untuk setiap jenis

kelamin. Agar mendapatkan hasil yang baik dan induk betina yang dipilih dapat

dipijahkan, maka induk jantannya harus dari daerah atau tempat lain. Hal ini

dilakukan agar perkawinan sekerabat dapat dihindarkan. Induk ikan lele biasanya

dapat dipijahkan sekitar umur setahun atau bobot tubuhnya sudah mencapai 700-

800 gram. Biasanya ikan lele ukuran tersebut dapat memijah 5-6 kali dalam satu

tahun. Perbedaan ciri sekunder pada induk ikan lele dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan Seks Sekunder pada Induk Ikan Lele


No Induk betina Induk jantan
1 Genital berbentuk oval Genital meruncing kearah ekor
2 Bagian perut relatif lebih besar Perut ramping
3 Lubang kelamin berwarna Alat kelamin tampak jelas memerah
kemerahan dan tampak agak
membesar
4 Jika bagian perut diurut akan Ada peribahan warna tubuh menjadi
mengeluarkan butir telur berwarna coklat kemerahan
hijau tua
5 Pergerakan lambat Pergerakan lincah
Sumber : Permadi (2009)

II.4. Pemijahan dan Pemeliharaan Larva Ikan Lele

Selain dapat dipijahkan secara alami, lele dumbo juga dapat dipijahkan

secara buatan melalui proses perangsangan dengan kawin suntik. Pemijahan

buatan dilakukan dengan cara merangsang induk dengan penyuntikan hormon

perangsang, kemudian dipijahkan secara buatan. Pemijahan buatan dapat

dilakukan dengan dua cara, yaitu induced spawning dan streeping.


6

Pemijahan semi alami (induced spawning) dan streeping dilakukan setelah

penyuntikan terhadap induk betina dengan menggunakan ekstra pituitary atau

hipofisis atau hormone perangsang. (misalnya, ovaprim, ovatide, Llieutenaizing

Hormone Releasing Hormone (LHRH), atau yang lainnya). Penyuntikan hormon

ini cukup satu kali untuk satu masa bertelur. Penyuntikan ini dilakukan secara

intramuskular(melalui otot) pada bagian punggung.

Induced spawning merupakan pemijahan yang dilakukan dalam bak

berukuran 3 m x 4 m dengan ketinggian 1 m. Di dalam bak tersebut dipasangkan

hapa halus, selanjutnya induk jantan dan betina yang sudah disuntik dimasukan ke

dalam hapa pada sore hari. Dengan cara ini induk akan memijah secara

alami.Pemijahan secara streeping berbeda dengan induced spawning. Induk jantan

dan induk betina pada pemijahan ini harus dipisahkan. Setelah 10-12 jam dari

penyuntikan, induk betina siap di streeping (pengerutan perut kearah lubang

kelamin), larutan sperma harus sudah disiapkan terlebih dahulu. Telur yang keluar

selanjutnya ditampung dalam wadah plastik dan pada saat yang bersamaan

dimasukan larutan sperma sambil diaduk sampai rata dengan perlahan dan hati-

hati dengan menggunakan bulu ayam.

Telur ikan lele akan menetas dalam waktu 36-48 jam pada suhu air 26-

280C. Larva lele yang baru menetas memiliki cadangan makanan berupa kantung

telur (yolk sack) yang akan diserap sebagai sumber makanan bagi larva sehingga

tidak perlu diberi pakan. Penetasan telur dan penyerapan yolk sack akan lebih

cepat terjadi pada suhu yang lebih tinggi. Pakan mulai diberikan setelah larva

berumur 4-5 hari atau ketika larva sudah dapat berenang dan berwarna hitam

(Sunarma, 2004).
7

III. BAHAN DAN METODE

III.1. Waktu dan tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 18 April sampai 11 Mei 2018 di

Laboratorium Pembenihan dan Pemuliaan Ikan, Fakultas Perikanan dan Kelautan,

Universitas Riau, Pekanbaru.

III.2. Alat dan bahan

Alat yang digunakan dalm praktikum ini dapat dilihat pada tabel 2.

Table 2. Alat yang digunakan dalam praktikum


No Alat Fungsi

1. Bak Induk Wadah untuk induk ikan Lele Dumbo


2. Baskom Wadah penetasan dan pemeliharaan larva
3. Timbangan Untuk menimbang berat larva
4. Aerator Untuk menyuplai oksigen
5. Spuit dan jarum suntik Untuk menyuntikan ovaprim
6. Gunting bedah Untuk membedah induk jantan
7. Mangkok Untuk wadah telur dan sperma
8. Selang sifon Untuk mengambil kotoran ikan di wadah
9. Bulu ayam Untuk mengaduk sperma dan telur
10. Pipettetes Untuk pengambilan larutan
11. Nampan Untuk wadah bahan dan alat
12. Serokan Untuk mengambilikan larva yang mati
13. Sendok Untuk alat bantu menghitung larva dan telur
14. Kertas Milimeter Untuk mengukur panjang larva
15. Alat tulis Untuk mencatat data yang di peroleh
16. Buku penuntun Untuk panduan dalam praktikum
8

Sedangkan bahan yang digunakan pada paraktikum ini dapat dilihat pada

tabel 3.

Table 3. Bahan yang digunakanselamapraktikum


No Bahan Fungsi

1. Induk Ikan Lele Dumbo Untuk ikan uji

2. Ovaprim Untuk zat perangsang

3. Larutan Pembuahan Untuk mengurangi daya rekat telur

4. Larutan fisiologis Untuk membantu pengenceran sperma

5. Kutu air Untuk pakan larva

III.3. Metode praktikum

Metode yang digunakan pada praktikum Pemijahan dan Pembesaran Larva

Ikanadalah metode pengamatan secara langsung pada objek yang dipraktikumkan.

III.4. Prosedur kerja

3.4.1. Persiapan wadah

Sebelum melakukan pemijahan, kegiatan utama yang harus di lakukan

adalah persiapan wadah pemijahan untuk penetasan telur berupa baskom yang

sudah dicuci dan diisi air. Setelah itu dilakukan pemasangan aerasi untuk

menambah oksigen terlarut di dalam baskom tersebut.

3.4.2. Seleksi Induk

Induk yang digunakan dalam pemijahan buatan ini adalah induk yang telah

matang gonad, sehat dan tidak cacat serta tidak terdapat infeksi penyakit.

3.4.3. Pemijahan

Pemijahan ikan lele dumbo dilakukan secara buatan (induced breeding),

yang keseluruhannya adalah hasil campur tangan manusia. Pemijahan ini

dilakukan dengan pemberian hormon perangsang berupa ovaprim untuk menekan


9

keluarnya telur pada ikan betina, sedangkan sperma didapatkan melalui

pembedahan induk jantan. Sebelum dilakukan penyuntikan induk ikan betina

ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui berapa dosis ovaprim yang akan

disuntikkan pada induk betina.

Sebelum induk betina distriping, terlebih dahulu induk ikan jantan dibedah

untuk mengambil sperma. Pembedahan dilakukan dari lubang urogenital hingga

ke perut, setelah itu ambil sperma dengan memotong kantong sperma secara hati-

hati dan langsung bersihkan dari bercak darah. Kantong sperma yang telah didapat

kemudian diletakkan pada mangkuk yang kering setelah itu langsung diberikan

larutan fisiologis (NaCl 0,9 %) tujuannya agar mempertahankan daya hidup

spermatozoa dalam waktu yang relatif lama. Setelah itu sperma dihancurkan

dengan cara menggunting-gunting hingga kantong sperma benar-benar hancur dan

pengambilan kantong sperma, langkah selanjutnya adalah stripping induk ikan

lele betina. Striping dilakukan dengan cara mengurut bagian pangkal perut hingga

ke arah lubang urogenital. Telur hasil striping ditampung pada gelas-gelas kecil

yang telah disedia dalam keadaan kering. Kemudian langsung dicampurkan

dengan larutan sperma tambahkan sedikit NaCl 0,9 % dan larutan pembuahan.

Setelah itu aduk menggunakan bulu ayam hingga homogen.

3.4.4. Penebaran Telur

Telur yang telah dibuahi langsung ditebar pada baskom. Telur ditebar

secara pelan-pelan dan usahakan agar tidak menumpuk. Lama penetasan telur ikan

lele di baskom adalah 24-36 jam setelah penebaran telur. Setelah 6 jam penebaran

telur dapat dilakukan perhitungan %FR.


10

3.4.5. Pemeliharaan Larva

Pemeliharaan larva dilakukan selama 3 hari hingga kuning telur habis

setelah penetasan telur ikan lele dumbodandihitung SR larvanya.

Kemudiandilanjutkandenganpemeliharaan larva selama 3 minggu, Larva baru

diberikan pakan tambahan berupa Kutu Air. Saat pemeliharaan larva dilakukan

pergantian air dengan cara mengurangi air dan ditambah dengan air masuk. Hal

ini bertujuan agar kualitas air tetap terjaga dari sisa-sisa feses dan pakan yang

dapat menyebabkan larva stress dan jangan lupa mengontrol aerator terpasang

dengan baik.
11

IV. HASIL PRAKTIKUM

IV.1. Hasil Pemijahan Buatan Ikan Lele Dumbo

Sebelum disuntikan hormon induk ikan lele ditimbang terlebih dahulu

untuk mengetahui banyak hormon yang akan disuntikkan. Adapun hasil yang

diperoleh dari penimbangan bobot induk dan hormone yang digunakan dapat

dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Data Bobot Induk , Dosis dan Banyak Hormon yang Disuntikan

No Induk Bobot Dosis Banyak hormon yang


disuntikkan
Penyuntikan 1 Penyuntikan 2
1 Jantan 1,10 kg 0,3 ml/kg 1,225 ml -
2 Betina 2,45 kg 0,5 ml/kg 0,33 ml 0,33 ml

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui jumlah induk yang akan dipijahkan

adalah 1 ekor induk betina dengan berat 2,45 kg dan 1ekor induk jantan dengan

berat 1,10 kg.

Setelah ditimbang dan disuntik keesokan harinya induk betina ikan lele

distripping dan induk jantan dibedah untuk diambil testisnya. Adapun data yang

didapat dari hasil pemijahan ikan lele dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Parameter yang Diukur Dalam Pemijahan Ikan Lele Dumbo

No Parameter Hasil
1 Oviposisi 129.446 butir
2 FR 70,16 %
3 HR 77,93 %

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui parameter yang diamati selama

praktikum dan hasil yang didapat.

IV.2. Pemeliharaan Larva


12

Setelah 2 hari larva menetas, larva diberi pakan berupa kutu air dengan

frekuensi pemberian pakan tiga kali sehari secara adlibitum.

Betikut data hasil pemeliharaan larva ikan lele dumbo selama dua minggu

dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Data Hasil Pemeliharaan Larva Ikan Lele Dumbo

Sampel Pertumbuhan Sampling 1 Sampling 2 SR


(ikan)
Ke-1 Panjang 8 mm 19 mm
Berat 0,0036 gr 0,0648 gr 3,83 %
Ke-2 Panjang 9 mm 17 mm
Berat 0,0055 gr 0,0523 gr

berdasarkan tabel 6 dapat dilihat pertumbuhan panjang larva ikan lele

dalam grafik berikut.

25
Panjang Tubuh Ikan (mm)

20

15
Larva 1
10 Larva 2

0
Sampling 1 Sampling 2

Gambar 2. Grafik Panjang Tubuh Ikan Lele Dumbo

Grafik (Gambar 4) diatas adalah grafik pertumbuhan panjang tubuh ikan

yang menunjukkan bahwa pada sampling pertama pada ikan satu memiliki

panjang 8 mm (0,8 cm), ikan dua juga memiliki panjang 9 mm (0,9 cm).

Sedangkan pada sampling kedua panjang tubuh ikan meningkat yaitu pada ikan

satu memiliki panjang 19 mm sedangkan pada ikan 2 yaitu 17 mm.


13

0.07

0.06

0.05

Bobot Tubuh Ikan (g)


0.04
Larva 1
0.03 Larva 2

0.02

0.01

0
Sampling 1 Sampling 2

Gambar 3. Grafik Bobot Tubuh Ikan Lele Dumbo

Sedangkan pada grafik (Gambar 5) yaitu grafik pertumbuhan bobot tubuh

ikan, menunjukkan bahwa pada sampling pertamaikan satu memiliki bobot 0,0036

gr, ikan dua memiliki bobot 0,0055 gr. Sedangkan pada sampling kedua bobot

tubuh ikan meningkat yaitu pada ikan satu memiliki bobot 0,0648 gr dan pada

ikan 2 yaitu 0,0523 gr


Persentasi Kelulus
Hidupan Ikan (%)

800
700
600
500
400
300
200
100
0
Larva Awal (No) Larva Akhir (Nt)

Gambar 4. Grafik Kelulushidupan Larva Ikan Lele Dumbo

Pada gambar 6 menunjukkan grafik kelulus hidupan ikan lele dumbo.Dari

grafik tersebut dapat dilihat bahwa kelulus hidupan larva ikan mengalami

penurunan. Pada awl pemeliharaan jumlah larva yang hidup 678 ekor, sedangkan

pada akhir pemeliharaan larva yang hidup hanya 26 ekor, jadi presentasi

kelulushidupan ikan hanya 3,83 %. Jumlah tersebut dikatakan rendah sekali


14

dikarenakan pada saat pemeliharaan larva manajemen pemberian pakannya tidak

diperhatikan, kualitas air yang buruk karena jarang sekali dilakukan penyifonan,

aerator yang mati, serta sifat ikan lele yang kanibal.


15

V. PEMBAHASAN

5.1. Pemijahan Buatan Ikan Lele Dumbo

Untuk melakukan pemijahan ikan lele, hal yang perlu dilakukan adalah

dimulai dari persiapan alat dan bahan, wadah inkubasi, substrat temat penempel

telur, penyuntikan, substrat tempat penempel telur, larutan pembuahan dan

fisiologis, ovulasi dan fertilisasi sampai dengan perawatan larvamenjadi benih dan

penyediaan pakan alami maupun buatan. Penyuntikan dilakukan pada pukul 21:00

WIB. Induk lele disuntik dengan hormon ovaha dengan dosis 0,5 ml/kg untuk

betina, 0,3 ml/kg untuk induk jantan, untuk mengencerkannya tambahkan

akuades. Induk betina disuntik dua kali dengan selang waktu 6 jam, penyuntikan

pertama bertujuan untuk penyeragaman diameter telur sedangkan penyuntikan

kedua untuk ovulasi dan induk jantan disuntik hanya satu kali.

Pembedahan pada induk jantan dan stripping induk betina dilakukan pada

pukul 09.00 WIB. Pembedahan tersebut bertujuan untuk mengambil sperma induk

jantan, agar dapat mencampurnya dengan telur – telur induk betina sehingga dapat

terjadi proses pembuahan. Pada saat proses stripping diusahakan telur tidak

terkena air agar telur tidak rusak. Sperma pada ikan jantan diberi larotan fisiologis

NaCl 0,9 %, larutan fisiologis berguna untuk mengencerkan sperma,

meningkatkan viabilitas dan motilitas sperma. Setelah stripping dan pembedahan

ikan jantan dilakukan fertilisasi yaitu pencampuran sel telur dan sel sperma

sehingga terjadi pembuahan. Pencampuran telur dan sperma diaduk dengan

menggunakan bulu ayam. Setelah fertilisasi telur ditebar pada wadah penetasan

telur.
16

Setelah induk betina distripping dan kemudian dihitung oviposisi diperoleh

sebanyak 129.446 butir yang dikeluarkan oleh induk betina. Menurut Manik et al

(2015) pada dosis 0,5 ml/kg bobot tubuh telur yang dikeluarkan sebanyak 124

butir / g bobot induk atau 8.222 butir/ekor induk. Ini menandakan bahwa induk

yang di stripping telah matang gonad dengan baik sehingga telur yang dikeluarkan

pada saat stripping cukup banyak.

5.2. Penetasan dan Pemeliharaan Larva

Wadah yang digunakan untuk penetasan telur adalah baskom dengan

ukuran sedang. Baskom dibersihkan dengan cara dicuci dengan air bersih

kemudian diisi air bersih secukupnya. Pada baskom dipasang aerasi, tujuannya

agar oksigen terlarut terdapat dalam konsentrasi yang cukup. Telur ditebar diatas

saringan / tepisan santan agar mudah dalam penghitungan telur.

Telur akan menetas setelah satu hari penebaran. Larva diberi pakan dua

hari setelah menetas hal ini disebabkan pada waktu tersebut kuning telur sebagai

cadangan makanan larva sudah habis. Larva diberi pakan berupa kutu air yang

diberi secara adlibitum dengan frekuensi tiga kali sehari. Larva dipelihara selama

dua minggu. Selama dua minggu pemeliharaan didapatkan FR 70,16 %, HR 77,94

% dan SR 3,83%.

Daya tetas telur ikan akan menentukan kualitas larva yang dihasilkan,

menurut Bobe dan Labbé (2010) bahwa kualitas telur dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain status nutrisi induk jantan/betina, penanganan/ manajemen induk

saat pemijahan (tingkat pembuahan), faktor stress dan kondisi lingkungan seperti

suhu, lama pencahayaan. Salah satu faktor yang berperan signifikan dalam

memepengaruhi penetasan telur ikan adalah Suhu. Suhu mempunyai pengaruh


17

penting dalam upaya penyerapan kuning telur, pembentukan organ serta tingkah

laku dari larva (Nwosu& Holzlohnev, 2000).

Beberapa penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa rata-rata daya

tetas telur ikan cenderung meningkat pada kisaran 24 0C-30 0C, dan cenderung

mengalami penurunan daya tetas apabila suhu media berada lebih tinggi dari 30
0
C, (Hakim & Gamal, 2009). Kisaran optimum suhu untuk daya tetas telur juga

berbeda antar satu jenis ikan dengan jenis ikan lainnya. Proses penetasan telur

akan terganggu pada suhu tinggi sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada

jaringan sel telur. Suhu yang sangat tinggi akan mempercepat laju penetasan telur

sehingga telur tidak dapat melewati fase-fase penetasan telur dengan sempurna

(Amri & Khairuman,2013).


18

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1. Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan Tingkat FR, HR dan SR

dipengaruhi oleh kualitas induk, penangan induk, telur, sperma, suhu dan kualitas

air. Untuk itu diperlukan penanganan yang baik dan suhu serta kualitas air yang

optimal. Hasil yang didapat yaitu oviposisi sebanyak 129.446 butir, FR 70,16 %,

HR 77,94 % tingkat kelulushidupan larva umur 14 hari sebesar 3,83%, Rendah

nya SR dipengaruhi oleh suhu, kualitas air dan pakan serta sifat ikan lele yang

kanibal.

VI.2. Saran

Sebaiknya dalam melakukan praktikum, praktikan seharusnya

memperhatikan dengan baik ketika asisten menerangkan langkah-langkah yang

akan dilakukan pada proses penyuntikan dan pemijahan supaya tidak terjadi nya

kesalahan. Dan juga diharapkan peralatan dan bahan praktikum dilengkapkan lagi

agar setiap praktikan dapat melakukan praktikum secara langsung sehingga lebih

mengerti dan paham cara memijahkan ikan lele secara buatan.


19

DAFTAR PUSTAKA

Amri. K, dan Khairuman, 2013. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. PT.
Agromedia Pustaka: Jakarta.

Effendi, 2003. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hakim & Gamal, 2009. 2011. Selection of Brood stocks and management of
finger lings of Clarias Gariepinus Under Dark and Light Environment.
Journal of Agriculture and Veterinary Sciences. Vol. 3. March 2011. 

Hernowo et al, 1999. Budidaya Lele Sangkuriang. Agro Media Pustaka. Jakarta. 

Mujiman H, 2000. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Terpal. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Nugroho,2007. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Sinar baru Algensindo.


Jakarta.

Nwosu& Holzlohnev, 2000. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company,


Philadelphia. 

Prihartono et al, 2000. Peningkatan Produktivitas Usaha Lele Sangkuriang


(Clarias sp). Makalah Desampaikan Pada Temu Usaha Direktorat Jendral
Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan Dan Perikanan, Bandung 04-
07 Oktober 2004. Bandung. 13 Hal.

Setiaji, A. 2009. Efektifitas Ekstrak Daun Pepaya Carica papaya L. Untuk


Pencegahan dan Pengobatan Ikan lele dumbo Clarias sp. yang Diinfeksi
Bakteri Aeromonas hydrophila. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Susanto. H, 2002. Teknik Kawin Suntik Ikan Ekonomis. PT. Penebar Swadaya:
Jakarta.

Suyanto, S. R. 2007. Budidaya ikan lele. Penebar Swadaya. Jakarta.

Yuniarti, 2006. Usaha pembenihan ikan bawal  di berbagai wadah. Penebar


swadaya. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai