Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan keanekaragaman
hayati, misalnya ikan lele (Clarias Batrachus). Budidaya ikan lele sudah banyak
dilakukan oleh masyarakat, terutama dengan semakin maraknya Usaha Warung
Pecel Lele . Ikan lele sudah sejak lama menjadi salah satu komoditas perikanan
yang sangat populer di kalangan masyarakat.
1.2     Tujuan
Adapun tujuan penulisan laporan penelitian ini adalah :
1)     Untuk mengetahui cara-cara yang baik untuk membudidayakan ikan lele.
2)     Untuk mengetahui cara memperoleh bibit unggul.
Untuk mengetahui jenis-jenis ikan lele
4)     Melengkapi tugas Bahasa Indonesia.

1.3     Batasan Masalah
Adapun yang kami teliti tentang ikan lele adalah sebagai berikut :
1.     Jenis-jenis ikan lele.
2.     Klasifikasi dan penyebaran ikan lele.
3.     Perkembang biakan ikan lele.
4.     Habitat dan tingkah laku ikan lele.
5.     Ciri induk dan cara pemijahan.
6.     Cara penebaran benih dan panen.

1.4     Manfaat
Adapun manfaat dari kegiatan penelitian ini yaitu untuk menambah
pengetahuan kita tentang Budidaya Ikan Lele. Dan juga unutk memberikan
informasi pada pembaca tentang tata cara pembudidayaan ikan lele.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1     Dasar Teori
Lele merupakan salah satu komoditas unggulan. Pengembangan
usahanya dapat dilakukan mulai dari benih sampai ukuran konsumsi. Setiap
segmen usaha ini sangat menguntungkan. Selain untuk konsumsi lokal, pasar lele
telah mulai di ekspor dan permintaannya cukup besar.
Tingkat kenaikan produksi lele konsumsi secara Nasional kenaikannya
sebesar 18,3 % per tahun. Pada tahun 1999 produksi lele sebesar 24.991 ton
Pada tahun 2003 produksi lele sebesar 57.740 ton.
Revalitas lele sampai dengan akhir tahun 2009 diperkirakan mencapai
produksi 175.000 ton atau meningkat rata-rata 21,64 % pertahun.
Tingkat kebutuhan benih lele juga meningkat pesat. Pada tahun 1999
dibutuhkan 156 juta ekor, pada tahun 2003 dibutuhkan 360 juta ekor, sedangkan
pada akhir tahun 2009 diperkirakan akan dibutuhkan 1,9 milyar ekor atau
meningkat 46 % per tahun.
2.2     Jenis-jenis Lele yang Dibudidayakan
Jenis lele yang banyak dibudidayakan di Indonesia dan dijumpai di
pasaran saat ini adalah ikan lele dumbo (Clarias Gariepinus). Dalam kegiatan
budidaya secara intensif, ikan lele didorong untuk tumbuh secara maksimum
hingga mencapai ukuran optimal. Lele dumbo merupakan komoditas yang dapat
dipelihara dengan padat tebar tinggi dalam lahan terbatas (hemat lahan) di
kawasan marginal dan hemat air. Untuk kolam ukuran 15 m2 lele dumbo dapat
ditebar sebanyak 5.250 ekor benih. Selama 2, 5 bulan dapat diproduksi lele
sebanyak 450 kg dengan nilai fcr (Fed Caonversion Ratio) satu.
Sementara itu, lele lokal (Clanius Batracus) sudah langka dan jarang
ditemukan karena pertumbuhannya sangat lambat dibandingkan lele dumbo.
Secara umum, sosok lele lokal mirip dengan lele dumbo, hanya ukuran tubuhnya
tidak sebesar lele dumbo. Dalam makalah ini akan banyak dibahas tentang lele
dumbo, khususnya pula tahap pembenihan dan pembesaran.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Pada laporan hasil penelitian ini kami menggunakan metode literatur untuk
menyusun kami membaca dari berbagai literatur.
Yang dimaksud metode literatur adalah penyusunan menggunakan cara
penelitian berdasarkan membaca berbagai literatur tentang objek yang diteliti. Dari
literatur-literatur tersebut, kami dapat menyusun laporan hasil penelitian ini dan
mengetahui seluk beluk pembudidayaan ikan lele dari mulai pembudidayaan
sampai penanganan pasca panen. Selain itu kami juga tahu tentang sifat-sifat dan
habitat hidup lele.
BAB IV
ANALISIS DATA
4.1     Lingkungan Hidup dan Masa Perkawinan Lele
Walaupun kita sudah dapat mengetahui teknik pembudidayaan lele, akan
tetapi itu tidak optimal. Kesalahan dalam pengolahan dapat berakibat buruk dalam
kelangsungan usaha kita membudidayakan ikan lele.
Ø     Klasifikasi
Dalam klasifikasi, ikan lele termasuk famili Clariide, yaitu jenis ikan yang
mempunyai bentuk kepala gepeng dan mempunyai alat pernafasan tambahan.
Adapun sistematika dan klasifikasinya adalah sebagai berikut :
     Filum                :   Chordata (bangsa hewan bertulang belakang)
     Kelas               :    Pisces (bernafas dengan insang)
     Sub Kelas        :    Tekstol (ikan yang bertulan keras)
     Ordo                :    Ostariophysi (ikan yang rongka perus bagian atas memiliki
tulang : sebagai alat perlengkapan keseimbangan yaitu disebut tulang
weber).
     Sub Ordo         :     Silurodea (ikan yang bentuk tubuhnya panjang tidak bersisik
dan licin).
     Genus               :   Clarias
     Spesies             :    Clarias Sp

4.2     Perkembangbiakan
Lele di alam memijah pada awal musim penghujan. Rangsangan
memijahnya di alam berhubungan erat dengan bertambahnya volume air yang
biasanya terjadi saat musim hujan, serta ketersediaan jasad renik (pakan alami),
lele terangsang memijah setelah turun hujan lebat dan munculnya bau tanah yang
cukup menyengat (bau ampo) akibatnya tanah kering terkena hujan juga. Karena
terjadi peningkatan kedalaman air, lele suka mijah di tempat teduh dan terlindungi.
Lele berkembang biak secara ovipar (eksternal).
Pada pembenihan lele lokal di kolam dapat dengan dua cara yaitu secara
perpasangan dan secara masal, lele lokal biasanya akan setia pada pasangannya
yaitu dengan cara meletakkan satu lele jantan dan betina dalam satu kolam.
Dengan lele jantan atau betina yang siap memijah, lele akan bergantian untuk
menjaga telurnya. Lele yang dibudidayakan dapat dikawinkan sepanjang tahun
asalkan dikelola dengan baik. Rangsangan yang dilakukan tidak digunakan
dengan menggunakan harman tapi dengan menjernihkan kolam, menjemur dan
mengisinya dan menimbulkan bau ampa. Bau itulah yang merangsang induk ikan
untuk memijah. Pemijahan bisa dilakukan sore atau malam hari, setelah pada hari
kakaban akan dipenuhi telur. Selanjutnya kakaban dipindahkan ke wadah
penetasan baru untuk ditetaskan sampai berukuran benih waktu yang diperlukan
untuk menetas sekitar 24 – 40 jam. Larva yang berumur 1 – 9 hari masih
memperoleh pakan dari kuning telur yang masih melekat di bagian perunya. Maka
larva selanjutnya disebut cacing sutra.
a.      Jenis lele unggul
Ø     Lele Dumbo
Jenis lele yang banyak dibudidayakan dan dijumapi di pasaran saat ini.
Sementara lele lokal sudah jarang ditemukan karena pertumbuhannya lambat
dibandingkan lele dumbo. Perbedaan lele dumbo dan lokal ukuran lele Dumbo
lebih besar dari lele lokal. Perbandingan tingkat pertumbuhan lele dumbo dan lele
lokal umur 2 hari. Lele dumbo 1,2 – 39, sedangkan lele lokal 0,2 – 29. Umur
seminggu lele Dumbo 10 – 159, sedangkan lele lokal 1 – 159.
Ø     Lele Sangkuriang
Salah satu varietas unggulan dumbo adalah lele sangkuriang. Lele
sangkuriang merupakan perkawinan antara lele dumbo betina F2 dengan lele
dumbo jantan F6 menghasilkan lele dumbo jantan F2 – 6. Lalu dikawinkan kembali
dengan lele dumbo betina F2 sehingga menghasilkan lele sangkuriang.
Hasil uji coba dan penelitian terbukti lele jenis sangkuriang lebih unggul
dari jenis lele dumbo. Namun lele sangkuriang masih langka dipasaran.

Ø     Lele Pithon
Lele pithon merupakan hasil perkawinan antara induk betina lele
eks Thailand dengan lele dumbo jantan F6.
Keunggulannya lele pihton lebih cepat pertumbuhannya, tingkat kelulusan
hidup tinggi dan relatif tahan terhadap serangan penyakit.
4.3     Habitat dan Tingkah Laku
Habitat atau lingkungan hidup lele banyak ditemukan pada perairan air
tawar di daerah dataran rendah yang sedikit payau seperti bekas tambak. Daerah
ini banyak warga pantura jawa, seperti Kendal Jawa Barat banyak digunakan
untuk pembesaran ikan lele Dumbo. Di alam ikan lele banyak tinggal di sungai-
sungai yang alirannya mengalir secara perlahan dan banyak juga hidup di daerah
waduk, telaga, rawa, serta genangan air tawar lainnya, seperti kolam dan lainnya.
Karena ikan lele menyukai air yang tenang, seperti daerah tepian yang dangkal
dan terlindungi. Ikan lele memiliki kebiasaan membuat lubang di tepian sungai atau
kolam.
Lele jarang-jarang menampakkan aktivitasnya pada siang hari, lele lebih
menyukai tempat yang gelap dan teduh juga dalam. Karena lele hewan nakturnal
yaitu mempunyai kecenderungan beraktivitas dan mencari makan pada malam
hari. Pada siang hari ikan lele memilih bersembunyi di dalam tempat yang gelap.
Ikan lele relatif dapat bertahan pada lingkungan yang jelek dan kandungan
oksigennya sangat sedikit. Namun, pertumbuhan ikan lele bakal lebih cepa tdan
sehat dipelihara dari sumber air yang cukup bersih, seperti sungai, mata air,
saluran irigasi, ataupun air sumur.
4.4     Kebiasaan Makan
Lele mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan atau kolam. Lele
adalah hewan karnivora (pemakan daging). Di habitat aslinya, lele makan cacing,
siput air, belatung, laron, jentik-jentik serangga, kutu air, dll. Pakan tambahan yang
baik untuk lele adalah yang banyak mengandung protein hewani. Jika pakan yang
diberikan banyak mengandung protein nabati pertumbuhannya lambat. Lele
merupakan hewan yang suka memakan jenisnya sendiri (kanibalisme) jika lele
kekurangan makan. Oleh karena itu jangan sampai terlambat memberi makan sifat
kanibalisme juga timbula karena perbedaan ukuran.
4.5     Persiapan Induk
Induk betina harus dipelihara secara terpisah pada kolam tersendiri
dengan induk jantan. Kolam khusus ini bertujuan mempercepat proses
kematangan Gonad. Penyimpangan induk yang telah dikawinkan, serta
mempermudah dalam pengelolaan, pengontrolan dan menghindarkan terjadinya
pemijahan diluar kehendak pemelihara. Ciri-ciri induk lele betina dan jantan siap
pijah.
Ciri-ciri induk jantan dan betina
Induk Betina Induk Jantan

        Perut membesar / buncit dan          Alat kelaminnya memerah.


terasa lembek jika diraba.          Alat kelamin tampak jelas
        Pergerakannya lambat dan dan meruncing.
jinak.          Tubuh ramping dan
        Alat kelamin bulat, berwarna gerakannya lincah.
kemerahan dan tampak bengkak.          Ada perubahan warna kulit
        Warna tubuh berubah menjadi menjadi coklat kemerahan.
coklat kemerahan.
        Jika perut diurut kadang-
kadang keluar cairan berwarna
kuning tua.
4.6     Pemberokan
Pemberokan adalah tahapan dalam pemijahan yang dilakukan secara
dipuaskan saat induk ikan selesai diseleksi dan sebelum dipijahkan 1 – 2 hari.
Pemberokan induk jantan dan betina harus di wadah terpidah.
Fungsi pemberokan adalah menghilangkan stress pada saat ditangkap.
Selain itu mengurangi kandungan lemak dalam gonad dan meyakinkan hasil
seleksi induk betina.
Setelah diberok kematangan induk lele betina diperiksa kembalik, apabila perut
induk betina menjadi kempes, berarti buncit karena adanya pakan bukan karena
adanya telur.
4.7     Pembenihan dan Cara Pemijahan
Pembenihan adalah usaha untuk menghasilkan benih ikan (lele) pada
ukuran tertentu. Untuk menunjang proses pembenihan lele dibutuhkan kolam
pemijahan, bak penetasan dan kolam pendederan. Berikut ini beberapa macam
alternatif wadah / kolam pemijahan, penetasan telur, dan pendederan yang dapat
digunakan oleh para pembudidaya.

Ø     Kolam Pemijahan
Kolam pemijahan merupakan kolam khusus bagi induk yang akan
memijah. Adapun kolam yang digunakan untuk memijahkan ikan lele yaitu bak
semen, bak terpal plastik dan fiberglass.
1.     Bak Semen
Ukuran bak pemijahan untuk satu pasang induk lele yang akan dipijahkan
yaitu 1 m x 2 m dengan tinggi bak 0,8 m. Sebelum digunakan, bak pemijahan
harus dibersihkan dan dikeringkan. Selanjutnya bak diisi dengan air yang jernih
dan bersihg setinggi 40 – 50 cm.
2.     Bak Terpal Plastik
Pengadaan terpal lebihmudah dibandingkan dengan pembuatan bak
semen. Cara pembuatannya dengan menyusun sejumlah bata atau Batako
disekeliling pinggiran plastik. Ukuran bak terpal untuk pemijahan yaitu lebar 1 m,
panjang 2 m, dan tinggi 0,8 m. Ukuran tersebut digunakan untuk satu pasang
induk lele yang akan dipijahkan.
3.     Faberglass
Ukuran faberglass untuk pemijahan lele, yaitu 1 m x 2 m, dan tinggi 0,8 m.
Ukuran bak tersebut dapat digunakan untuk pemijahan satu pasang induk lele. Bak
Fiberglass tergolong praktis karena lokasinya bisa dipindah-pindahkan, tetapi
harganya masih terlalu mahal.
Ø     Bak Penetasan
Wadah penetasan telur lele dapat berupa aquarium, bak semen, bak
terpal plastik, dan fiberglass yang dilengkapi dengan generator untuk menyuplai
oksigen terlarut. Tetapi pada obyek peternakan lele yang kami teliti menggunakan
bak semen yang ukuran bak penetasannya 1 m x 2 m dengan tinggi bak 0,8 m.

BAB V
PENEBARAN DAN PEMANENAN
5.1     Penebaran Benih
Benih lele sudah dapat didederkan di bak atau tempat terbuka setelah
benih berumur 3 minggu. Saat penebaran benih ikan ketinggian air kolam sekitar
20 – 30 cm, karena benih masih kecil.
Cara penebaran benih lele adalah dengan cara aklimatisasi yaitu wada
berisi benih lele dan diletakkan pelan-pelan, setelah itu benih merasa beradaptasi,
benih akan lepas dengan sendirinya. Kepadatan benih berkisar 300 – 600 ekor /
m2.

Setelah benih berada di dalam kolam, benih lele diberi pakan palet
berbentuk tepung dengan kandungan protein minimal 40 % (Charoen Pokphand
Kode 581). Setelah benih agak besar, pemberian pakan berupa palet berbentuk
butiran kecil dengan kandungan protein 38 % kode FF 999. Semakin besar ukuran
tubuh dan bukaan mulut. Semakin besar ukuran pakan, frekuensi pemberian
pakan lele yang masih kecil yaitu 4 – 5 kali sehari, yaitu pagi, siang, sore dan
malam hari.
5.2     Pemanenan Benih
 

Lama pendederan benih lele untuk menghasilkan benih lele siap terbar
(ukurang 5 – 7 cm / ekor) sekitar 5 – 6 minggu. Pemanenan benih bisa dilakukan
sore atau pagi hari sewaktu suhunya tidak terlalu panas.
Cara pemanenan dengan mengurangi air pelan-pelan hingga air berada
pada kemalir. Air pelan-pelan disurutkan hingga air akan mengumpul pada
kubangan dekat pintu pengeluaran. Pemanenan dilakukan dengan secara
bertahap dengan menggunakan seser halus. Usahakan benih lele tidak luka. Pada
saat pemanenan benih berukuran berkisar 5 – 7 cm / ekor.

5.3     Cara Panen Lele Hasil Pembesaran


Cara memanen lele ukuran konsumsi tergantung sistem kolam. Jika di
kolam semen umumnya menggunakan model pipa goyang atau sistem sipon.
Mekanisme kerja seperti sistem pipa U. sistem ini mempermudah
penggantian air, pipa tersebut dari paralon dengan diameter 3 – 4 inchi. Digunakan
untuk mengatur ketinggian air saat pemeliharaan serta sebagai saluran
pembuangan air saat pemanenan.
Tahap-tahapnya :
1)     Cabut pipa paralon yang menghubungkan saluran pembuangan mendatar untuk
pengurasan.
2)     Pasang saringan atau kasa kawat pada ujung paralon bagian dalam saluran
pembuangan agar lele tidak ikut arus.
3)     Hentikan pengurasan jika ketinggian air mencapai 20 – 30 cm.
4)     Ambil lele dengan menggunakan jaring / seser.
5)     Masukkan lele ke dalam ember krak (ember berlubang).
6)     Angkat dan masukkan ke ember penampungan.
7)     Sortir kembali lele berdasarkan ukuran yang diinginkan (8 – 12 ekor / kg),
kemudian timbang dan masukkan ke wadah pengangkutan.
8)     Pelihara kembali lele yang berukurang kecil hingga mencapai ukuran pasar.
9)     Jadikan lele berukurang besar sebagai indukan atau jual ke tempat
pemancingan.
BAB VI
PENUTUP

6.1     Kesimpulan
Setelah kita mengetahui teknologi pembudidayaan ikan lele, kini
sampailah pada bab terakhir tentang analisis budidaya ikan lele. Ikan lele sudah
banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini didorong oleh semakin
banyaknya dibuka warung pecel lele. Semakin hari peminat pecel lele semakin
meningkat, hal ini mungkin disebabkan karena rasa pecel lele yang sangat lezat.
Padahal sebelum tahun 1990-an masyarakat menganggap bahwa ikan lele
sebagai binatang yang menggelikan. Tetapi pada saat ini keadaan itu berubah.
Pamor ikan lele menjadi meningkat, bahkan menurut Warta Pasar Ikan (2006)

6.2     Saran
Kami sebagai penyusun sangat menyadari bahwa penelitian ini masih
sangat jauh dari sempurna. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan adanya
penelitian lebih lanjut tentang Budidaya Ikan Lele. Kami sangat berharap agar
budidaya ikan lele bisa terus dilestarikan.

DAFTAR PUSTAKA
Mahyudi, Kholis, S.Pi, MM. Pengajuan Lengkap Agribisnis Lele. Jakarta : Penebar
Swadaya. 2004

Anda mungkin juga menyukai