Anda di halaman 1dari 19

Laporan PKL PERBENIHAN IKAN NILA (Oreocromis niloticus)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia memiliki sumberdaya perikanan yang amat kaya dan potensial, baik
di wilayah perairan tawar (darat), pantai maupun perairan laut. Potensi sumber daya
perikanan meliputi keanekaragaman jenis ikan dan lahan perikanan. Ikan Nila
adalah salah satu ikan air tawar yang banyak dibudidayakan di seluruh pelosok
tanah air dan menjadi ikan konsumsi yang cukup populer. Penyebabnya yaitu ikan
nila merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang telah memperoleh
perhatian cukup besar dari pemerintah dan pemerhati masalah perikanan didunia,
terutama berkaitan dengan usaha peningkatan gizi masyarakat di negara-negara
yang sedang berkembang. (Khairuman dan Khairul, 2003).
Awalnya, konsep pengembangan budidaya ikan nila semata-mata hanya
terfokus pada cara agar ikan nila bisa diterima masyarakat di negara-negara
berkembang dengan tujuan meningkatkan gizi masyarakat bertingkatkan ekonomi
rendah. Kuncinya cukup sederhana, yaitu menyebarluaskan ikan yang cepat
berkembang biak dan memiliki harga jual yang murah. Tampaknya konsep tersebut
meniru keberhasilan penyebar luasan ikan mujair untuk mencukupi gizi masyarakat
pada Perang Dunia II berlangsung. Hal ini dapat tercapai dengan mudah karena
tingkat produktivitas dan kemampuan berkembang biak ikan mujair cukup tinggi.
Namun, dalam hal ukuran tubuh, ikan mujair dinilai masih kurang menguntungkan
untuk diusahakan karena bobot tubuhnya relatif kecil dan tidak dapat diupayakan
lagi peningkatannya. Karena itu, fokus perhatian kemudian dialihkan kepada ikan
nila yang mampu mencapai bobot tubuh jauh lebih besar dan tingkat
produktivitasnya juga cukup tinggi. Dengan demikian, penilaian tentang ikan nila
sebagai ikan yang memiliki laju pertumbuhan cepat didunia perikanan. Dalam
perkembangannya, para peneliti ternyata tidak puas dengan hanya
menyebarluaskan ikan nila biasa atau nila lokal yang sudah terbukti memiliki laju
pertumbuhan jauh lebih cepat dibandingkan ikan mujair (Khairuman dan Khairul,
2003).
kegiatan perbenihan Ikan Nila di Balai Bebih Ikan (BBI) Ompo dilakukan mulai
dari Persiapan kolam sampai Panen. Tujuan dilakukan perbenihan ini untuk
memenuhi permintaan benih dari dalam daerah maupun luar daerah dengan jumlah
banyak.

B. Tujuan dan manfaat


Tujuan praktik kerja lapang(PKL) ini pada kegiatan pemijahan ikan nila
(Oreochromis niloticus) adalah sebagai berikut :

1. Tujuan
a) Mendapatkan keterampilan teknis dalam perbenihan ikan Nila.
b) Mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama
praktik kerja lapang yang dapat diterapkan di kemudian hari.

2. Manfaat
Kegiatan praktik lapangan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan penulis mengenai Tehnik Budidaya Perbenihan Ikan Nila di Balai Benih
Ikan (BBI) Ompo, Kabupaten Soppeng, dan menjadi sumber informasi bagi
masyarakat perikanan.
Ikan Nila merupakan salah satu jenis air tawar yang banyak dipelihara oleh
masyarakat, selain karena pertumbuhannya cepat juga kegiatan pemeliharaan dapat
dilakukan di kolam, sungai, danau, rawa, waduk, sawah hinnga tambak. Kebutuhan
akan benih ikan nila di Kabupaten Soppeng dan daerah sekitarnya cukup banyak,
sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka salah satu peran penting Balai
Benih Ikan (BBI) Ompo Kabupaten Soppeng adalah memenuhi kebutuhan akan
benih ikan untuk daerah-daerah sekitarnya. Di balai ini telah dilakukan perbenihan
ikan nila secara alami.
Atas dasar itu pertimbangan tersebut penyusunan mengambil judul
Perbenihan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Balai Benih Ikan (BBI) Ompo
Kabupaten Soppeng.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi dan Morfologi


Klasifikasi Ikan Nila menurut Pauji (2007) adalah sebagai berikut :
Philum : Chordata
Subphilum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Achantopterigii
Ordo : Perciformes
SubOrdo : Percoidei
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromisniloticus.
Awalnya, ikan nila dimasukkan ke dalam jenis Tilapia nilotica atau ikan dari
golongan tilapia yang tidak mengerami telur dan larva didalam mulut induknya.
Dalam perkembangannya, para pakar perikanan menggolongkan ikan nila kedalam
jenis sarotherdonniloticus atau kelompok ikan tilapia yang mengerami telur dan
larvanya didalam mulut jantan dan betinanya.
Para pakar perikanan kemudian memutuskan bahwa nama ilmiah yang tepat
untuk ikan nila adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp. Nama Nilotika
menunjukkan tempat ikan ini berasal, yakni sungai Nil di Benua Afrika. Berdasarkan
morfologinya, kelompok ikan Oreochromis ini memang berbeda dengan kelompok
tilapia. Secara umum, bentuk tubuh Ikan Nila panjang tepinya berwarna putih. Gurat
sisi (Linea literalis) terputus dibagian tengah badan kemudian berlanjut, tetapi
letaknya lebih kebawah daripada letak garis yang memanjang di atas sirip dada.
Jumlah sisik pada gurat sisi jumlahnya 34 buah. Sirip punggung berwarna hitam
dan sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian pinggir sirip dadanya juga tampak
hitam. Bagian pinggir sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam (Khairuman dan
Khairul, 2003).
B. Daur Hidup dan Perkembangbiakan
Secara alami, Ikan Nila bisa memijah sepanjang tahun di daerah tropis,.
Frekuensi pemijahan yang terbanyak terjadi pada musim hujan. Di alamnya, ikan
nila bisa memijah 6-7 kali dalam setahun. Berarti, rata-rata setiap dua bulan sekali,
Ikan Nila akan berkembang biak. Ikan ini mencapai stadium dewasa pada umur 4-5
bulan dengan bobot sekitar 250 gram (Arie, 2000).
C. Makan dan Kebiasaan Makan
Nila tergolong ikan pemakan segala atau omnivora sehingga bisa
mengomsumsi makanan berupa hewan maupun tumbuhan. Karena itulah, ikan ini
sangat mudah dibudidayakan. Ketika masih benih, makanan yang disukai Ikan Nila
adalah zooplankton (plankton hewani), seperti Rotifera sp., Moina sp., Daphnia sp.
Selain itu juga memangsa alga atau lumut yang menempel pada benda-benda
dihabitat hidupnya. Ikan nila juga memakan tanaman air yang tumbuh di kolam
budidaya. Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan nila bisa diberi berbagai
makanan tambahan, misalnya Pellet (Arie, 2000).
D. Habitat dan Penyebaran
Ikan nila memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya
sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau hingga di dataran
tinggi yang berair tawar. Habitat hidup ikan nila cukup beragam, dari sungai, danau,
rawa, waduk, sawah, kolam hingga tambak.
Ikan nila dapat tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14-38C dan dapat
memijah secara alami pada suhu 22-37C. Untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan, suhu optimal bagi ikan nila adalah 25-30C. Pertumbuhan ikan
nila biasanya akan terganggu jika suhu habitatnya lebih rendah dari 14C atau pada
suhu tinggi 38C. Ikan Nila akan mengalami kematian pada suhu 6C atau 42C
(Sucipto dan Prihartono, 2007).
Secara alami ikan ini melakukan migrasi dari habitat aslinya, yakni dibagian
hulu sungai Nil yang melewati Uganda ke arah selatan melewati danau Raft dan
Tanganyika.
Selain itu ikan nila juga terdapat di Afrika bagian tengah dan barat. Populasi
terbanyak ditemukan di kolam-kolam ikan di Chad dan Nigeria dengan campur
tangan manusia, saat ini ikan nila telah menyebar ke seluruh dunia, dari Benua
Afrika, Amerika, Eropa, Asia sampai Australia (Khairuman dan Khairul, 2003).
BAB III
PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang (PKL) berlangsung mulai tanggal 1
Februari sampai dengan 26 mei 2013. Adapun lokasi praktik yang penyusun
tempati, yaitu di UPTD Balai Benih Ikan (BBI) Ompo, yang terletak di Jl.Merdeka
di Kelurahan Lapajung, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng, Provinsi
Sulawesi Selatan. Lokasi bangunan Balai Benih Ikan (BBI) Ompo Soppeng
berjarak kurang lebih 2 km dari pusat kota Soppeng.

Batas-batas wilayah Desa Lapajung, adalah :


1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cenrana
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Botto
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lawo

B. Keadaan Lokasi

Keadaan lokasi dalam suatu daerah sangat berpengaruh terhadap


keberhasilan suatu unit usaha pemijahan ikan. Adapun keadaan lokasi
BBI Ompo adalah sebagai berikut :

1. Topografi

BBI Ompo terletak di wilayah Kecamatan Lalabata mempunyai


ketinggian 200 meter dari permukaan laut dengan keadaaan tanah datar.
2. Vegetasi
Di dalam lokasi BBI tumbuh beragam jenis tumbuhan. Adapun jenis
tumbuhan tersebut antara lain kelapa, ubi kayu, pisang dan berbagai
jenis sayuran yang dapat di manfaatkan untuk dikonsumsi.
3. Suhu

Suhu air pada musim penghujan yaitu 24oC dan pada musim
kemarau mencapai 30oC.
4. Hidrologi

Perolehan air tawar untuk mengairi BBI Ompo berasal dari sumber
mata air Ompo dan dari sungai yang mengalir tepat bersebelahan
dengan unit perbenihan.
5. Keadaan Tanah

Keadaan tanah di lokasi BBI Ompo agak gersang lapisan tanah


humus jauh dibawah permukaan tanah sehingga apabila ingin dijadikan media
budidaya harus benar-benar diolah terlebih dahulu.
6. Status Kepemilikan
BBI Ompo adalah instansi milik pemerintah daerah tingkat II
Soppeng yang dikelola secara teknis oleh dinas peternakan dan
perikanan.
D. KEGIATAN-KEGIATAN
1. Persiapan wadah
Persiapan sangat penting dilakukan sebelum kegiatan dimulai karena dengan
adanya persiapan maka kegiatan yang akan dilakukan dapat dilaksanakan dengan
baik. Adapun persiapan yang dilakukan sebelum pengolahan tanah yaitu dengan
memperhatikan peralatan-peralatan yang dibutuhkan serta kondisi kolam yang akan
digunakan untuk kegiatan pemijahan ikan nila.

a. Pengeringan
Kolam yang digunakan untuk pembenihan ikan nila di Balai Benih Ikan (BBI)
Ompo, yaitu kolam semi intensif dengan luas 24 x 12 cm.
Pengeringan dilakukan dengan cara membuang seluruh air kolam dengan
menutup pintu masuk air dan membuka pintu pengeluaran air dan berlangsung
selama satu hari. Kolam dibiarkan terjemur sinar matahari selama 47 hari
sampai tanah dasar retak-retak jika cuaca mendukung. Pengeringan bertujuan
memberantas hama dan penyakit, memperbaiki struktur tanah dasar dan membuang
gas-gas beracun.(gambar. a)

b. Pembalikan Tanah Kolam


Pembalikan tanah kolam dilakukan dengan menggunakan hand traktor untuk
mempermudah pekerjaan kemudian menggunakan cangkul untuk mengatur
kemiringan kearah pintu pengeluaran air, Pembalikan tanah bertujuan agar tanah
dasar kedap air, dan strukturnya baik.

Sebelum dilakukan Pembalikan tanah kolam terlebih dahulu dilakukan


pengisian air macak-macak, setelah itu baru dilakukan pembalikan tanah dasar
menggunakan hand traktor untuk mempermudah pekerjaan kemudian menggunakan
cangkul untuk mengatur kemiringan kearah pintu pengeluaran air, Pembalikan tanah
bertujuan agar tanah dasar kedap air, strukturnya baik dan bebas dari hama dan
penyakit. (gambar. b)

Gambar 1. Persiapan tanah dasar kolam

a). pengeringan kolam b). pembalikan tanah kolam


c. Pemupukan dan pengapuran
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk urea dengan dosis 250
kg per hektar, Setelah pupuk ditimbang, dilakukan pemupukan ke dasar
kolam.Penebaran pupuk ini dilakukan secara merata keseluruh dasar kolam. Tujuan
dilakukan pemupukan ini yaitu untuk menumbuhkan pakan alami.

Contoh Aplikasi Pemupukan :


Jenis pupuk : Pupuk Urea
Dosis : 250kg/10.000
Gambar 2. Pemupukan

a) Penimbangan Pupuk b). penebaran pupuk

Sedangkan pengapuran menggunakan kapur pertanian dengan dosis 90 kg


per hektar.
Contoh Aplikasi Pengapuran :
Jenis kpur : kapur tohor
Dosis : 90 kg / 10.000 m

Luas kolam :PxL


: 24 x 12 = 450 m

Tujuan dari pengapuran.adalah untuk menetralkan pH tanah. Balai Benih


Ikan (BBI) Ompo ini hanya dilakukan jika diperlukan, Karena di BBI Ompo rata-rata
pH tanah normal yaitu 7-8.
d. Pengisian air
Sebelum pengisian air dilakukan, pintu pengeluaran ditutup, pintu pemasukan
dipasangi saringan supaya hama-hama yang lain tidak masuk kedalam kolam.
Setelah dipasangi saringan, pintu pemasukan dibuka.Pengisian air dilakukan sesuai
dengan kebutuhan. Air yang digunakan berasal dari waduk Ompo melalui saluran
beton, kemudian kolam pemijahan didiamkan selama 2-3 hari untuk menumbuhkan
pakan alami, setelah pakan alami sudah tumbuh kita bisa mengetahuinya dengan
berubahnya warna air kolam menjadi kehijauan.

Gambar 3. Pengisian Air

2. Pemilihan calon induk


a. Seleksi induk Nila jantan dan betina
Induk ikan Nila yang ingin dipijahkan diambil dari kolam induk, Pertama-tama
air pada kolam induk dikurangi dengan membuka pintu pengeluaran air dan
memasang saringan agar ikan tidak keluar dari kolam. Sehingga tersisa air dengan
ketinggian 10 cm untuk mempermudah penangkapan. Calon induk ikan Nila
ditangkap satu persatu dengan menggunakan serok kemudian dilakukan
pengamatan.
Gambar 4. Penagkapan induk
Seleksi induk ikan Nila dilakukan dengan pengamatan dengan
memperhatikan ciri-ciri induk berkualitas baik sebagai berikut :
1) Kondisi sehat
2) Bebas dari hama dan penyakit
3) Bentuk badan normal
4) Sisik besar dan tersusun rapi
5) Kepala relatif kecil dibandingkan dengan badan
6) Badan tebal dan berwarna mengkilap (tidak kusam)
7) Gerakan lincah
Apabila induk tersebut sudah dipanen semua, dilakukan pemilihan induk yang
akan dipijahkan dengan perbandingan jantan dan betina adalah
1 : 3 berat induk yang diseleksi adalah 200 - 300 gr mampu menghasilkan telur
sebanyak 200 - 3000 butir per ekor.
Perbedaan induk jantan dan betina dapat dilihat dari warnanya.Induk betina
lebih cerah dengan warna kehijauan, sedangkan induk jantan warnanya agak kabur
kehitam-hitaman (gambar 5). Induk jantan memiliki 1 lubang kelamin berbentuk
memanjang, yang digunakan sebagai tempat mengeluarkan sperma dan air seni.
Sementara betina memiliki 2 lubang kelamin yang digunakan untuk mengeluarkan
sperma dan air seni. Setelah induk selesai diseleksi, induk ditampung pada hapa
yang sudah disiapkan.

Gambar 6. Hapa yang sudah di siapkan


3. Penebaran induk
induk ikan Nila yang sudah dipilih kemudian ditebar ke kolam pemijahan,
penebaran sebaiknya dilakukan pada pagi hari dengan jumlah induk 32 ekor,
dimana induk jantan berjumlah 8 ekor dan induk betina berjumlah 24 ekor.

Gambar 7. Penebaran induk


4. Pemijahan
Induk ikan Nila yang ingin dipijahkan dipelihara dulu secara khusus di dalam
kolam pemijahan selama 30 - 45 hari.

a. Pemberian pakan
Selama pemijahan, induk ikan diberi makanan khusus yang banyak
mengandung protein tinggi. Upaya untuk memperoleh induk matang telur yang
pernah dilakukan oleh Balai Benih Ikan (BBI) Ompo adalah dengan pemberian
pakan 3 kali sehari (pagi, siang dan sore). Jumlah makanan yang diberikan per hari
sebanyak 3-5% dari jumlah berat total ikan peliharaan. Langkah ini dilakukan untuk
mempercepat kematangan gonad dan mendapatkan kualitas telur yang baik.
Gambar 8. Pemberian pakan pada kolam pemijahan
a).Pakan buatan(pelet) b). Pemberian pakan
b. Pengukuran Kualitas air
Air merupakan media yang digunakan untuk bertahan hidup pertumbuhan dan
reproduksi bagi ikan nila hitam. Kualitas air yang memenuhi persyaratan sangat
diperlukan untuk kenyamanannya. Selain itu, kualitas air yang baik akan
mewujudkan pencapaian target produksi.
Menurut Sucipto, dkk (2007), secara umum ikan nila dapat hidup dalam air
dengan kandungan oksigen 0,3-0,5 mg/liter. Namun demikian, untuk meningkatkan
produktifitas ikan, kandungan oksigen terlarut dalam air sebaiknya dijaga pada level
di atas 5 mg/liter. Pada level dibawah 1 mg/liter dapat menyebabkan penurunan laju
pertumbuhan ikan. Pengukuran oksigen terlarut dilakukan 1 kali dalam seminggu.
Pengukuran ini dilakukan 3 kali sehari, yaitu : pagi, siang dan sore. Hasil
pengukuran kualitas air tertera pada lampiran 3.
Gambar 9. Aplikasi pengukuran kualitas air (oksigen terlarut)
a).DO meter b).Pengukuran
Berdasarkan hasil pengukuran oksigen terlarut di Balai Benih Ikan (BBI)
Ompo, maka layak dilakukan kegiatan produksi Ikan Nila.

c. Proses pemijahan
Setelah ditebar induk-induk ikan Nila tidak langsung memijah secara alami
Ikan Nila punya waktu tersendiri untuk memijah. Bila telah mendapatkan pasangan,
ikan jantan membuat cekungan di dasar kolam sebagai tempat pemjihan.
Cenkungan berbentuk bulat, cekung dengan garis tengah kira-kira 30-50 cm atau
tergantung ukuran induk ikan. Setelah cekungan selesai di buat, pasangan ikan Nila
melakukan Pemijahan pada siang hari pada waktu 09.00-15.00.(Ongkeng, 2012).
Selama proses pemijahan induk betina bearada didalam cekungan kemudian
induk jantan mendekati induk betina dan pada saat itu induk betina mengeluarkan
telurnya. Telur-telur itu tersimpan dalam cekungan dan dalam waktu yang
bersamaan induk jantan menghamburkan spermanya disitu dan terjadilah
pembuahan (fertiliasi).

Gambar 10. Cekungan yang di buat oleh induk jantan

Telur yang telah dibuahi lalu di kulum dan disimpan di dalam mulut induk
betina, selama betina menyimpan telur didalam mulutnya induk betina tidak makan
sehingga kelihatan kurus. Telur menetas setelah 2 hari anak nila (burayak) yang
baru menetas masih mengandung kantong kuning telur. Ukuran burayak yang baru
menetas antara 0,9-1 mm. Burayak ini masih terus tinggal di dalam mulut induknya
sampai 5-7 hari sampai kuning telurnya terserap habis. Setelah itu burayak mulai
mencari makan di luar mulut induknya.

5. Pengecekan
Jika induk ikan sudah mencapai hari ke 30 hari maka dilakukan pengecekan,
apakah sudah terjadi pemijahan/tidak, hal ini dapat di ketahui dengan cara turun
langsung ke dasar kolam pemijahan dengan meraba dengan menggunakan kaki,
jika merasa terdapat banyak lubang maka di situlah terjadi pemijahan, biasanya
puncak pemijahan ikan nila sampai hari ke 45. Jika puncak pemijahan sudah selesai
maka dilakukan pengeringan kolam.

6. Pemindahan induk
Setelah pengecekan maka dilakukan Pengeringan dengan menyisakan air
10 cm, pengeringan dilakukan untuk mempermudah penangkapan induk ikan nila,
dan mempermudah penanganan telur yang dikeluarkan dari mulut induk ikan nila
betina.

Gambar 11. Pengeringan Kolam Pemijahan

Ikan-ikan yang ada dalam kolam harus dipanen semua karena jika ada yang
tertinggal dapat mempengaruhi pertumbuhan benih Ikan Nila dan mempengaruhi
Survival Rate (Kelangsungan Hidup). Sebagaimana kita ketahui bahwa ikan nila
merupakan ikan kanibal dapat memakan benih ikan nila yang baru menetas. Dalam
pemanenan induk maksimal 2 orang yang ada dalam kolam, karena di khwatirkan
telur-telur yang ada di dalam kolam yang tidak menetas bisa terinjak jika terlalu
banyak melakukan panen induk.

Gambar 12. Pemindahan induk

7. Pengisian air pada kolam pemijahan sekaligus pendederan 1


Apabila ikan-ikan yang ada dalam kolam sudah dipanen semua maka segera
lakukan pengisian air kembali. karna telur ikan nila berada di dasar kolam, sebab
induk ikan nila mengeluarkan telur dari mulutnya jika merasa terancam, di situlah
semua telur-telur keluar semua (Ongkeng, 2012). Pintu pengeluaran ditutup kembali
dan diisi air. Sebelum air dimasukkan, terlebih dahulu dipasang saringan pada pintu
pemasukan supaya ikan-ikan lain tidak masuk ke dalam kolam.
Gambar 13. Pengisian air Pada Kolam Pemijahan
8. Perawatan larva
Telur yang sudah menetas akan menjadi larva, pada perawatan larva ini
harus dilakukan pengontrolan dengan baik, hal ini dikarenakan larva ikan sangat
rentan terhadap perubahan kualitas air, jika ini terjadi langkah yang harus dilakukan
adalah pemasangan kincir atau blower agar oksigen dapat masuk kedalamkolam
dan karbon dioksida berkurang dan tidak terjadi persaingan oksigen (Ongkeng,
2012).
Selama masa pemeliharaan larva, Pakan merupakan salah satu unsur yang
sangat penting dalam pemeliharaan larva ikan nila karena dapat mempengaruhi
pertumbuhan larva Ikan Nila. Benih berumur sehari belum perlu diberi makanan
tambahan dari luar karena masih mempunyai cadangan makanan berupa yolk sac
atau kuning telur.
Pakan tambahan di berikan pada larva ikan pada saat berumur 7-10 hari,
pakan tambahan dapat berupa pelet yang di haluskan dengan cara di gerus
kemudian di saring dengan menggunakan tapisan teh tujuannya agar larva dapat
mencerna dengan mudah, Selama pemeliharaan larva ikan nila, pemberian pakan
dilakukan 3 kali dalam sehari, yaitu : pagi antara 07.00-08.00 WITA, siang antara
12.00-13.00 WITA dan sore hari antara jam 16.00-17.00 WITA.
9. Panen dan pemasaran
a. panen
Sebelum pemanenan dilakukan, kolam pendederan disurutkan airnya sekitar
jam 04.00 atau jam 05.00 pagi pagi. Air disurutkan secara perlahan-lahan agar benih
ikan tidak mudah stres. Setelah air surut benih mulai dipanen menggunakan seser
halus dan diangkut menggunakan ember untuk di tampung di tempat yang sudah
disiapkan. Pada umumnya dasar kolam telah dirancang miring dan ada saluran di
tengah kolam. Setelah itu pada dasar kolam tersebut ada bagian kolam yang lebih
dalam sehingga ketika air disurutkan maka benih akan mengumpul pada bagian
dalam tersebut, benih ikan yang ada di dalam kolam kemudian ditangkap semua.
Gambar 14. Pemanen pada kolam benih
a). Panen b). Tempat penampungan benih
b. Pemasaran

Gambar 15. Benih yang siap dipasarkan


Pemsaran yang dilakukan di BBI Ompo ada 3 cara yaitu :

1. Pembeli langsung datang ke lokasi pemasaran, biasanya pembeli yang langsung


datang di lokasi ini berasal dari Kabupaten Soppeng maupun luar Soppeng.
Biasanya sebelum pembeli datang mereka terlebih dahulu memesan beberapa
jumlah benih yang mereka butuhkan karena terkadang benih tersebut habis di
sebabkan oleh banyaknya pembeli. Pemasaran benih di BBI Ompo sangat lancar
karena kualitas benih yang bagus sehingga disukai banyak orang.
2. Pemasaran melalui kelompok tani. Setelah di pasarkan melalui kelompok tani,
mereka biasanya datang sendiri ke tempat pemasaran dan mengambil benih yang
sudah di panen. Setelah itu mereka tebar di sawah dan akan memasarkan sendiri.
3. Pembeli hanya memesan atau tidak datang langsung ke lokasi pemasaran.
Biasanya pembeli seperti ini berada di luar provinsi, jadi mereka hanya memesan
beberapa jumlah benih yang mereka perlukan.
Adapun cara packing yang dilakukan yaitu kantong diisi air sebanyak dari
ketinggian kantong . yang sudah dihitung di masukkan ke dalam kantong yang telah
di isi air. Kemudian kantong diisi oksigen murni dan diikat menggunakan karet
gelang kemudian kantong dimasukkan dalam kardus yang telah di sediakan.

Gambar 16. packing


Tabel 3. Ukuran dan harga Benih Ikan Nila
No. Ukuran (cm) Harga (Rp)
1. 13 50 250
2. 35 250 500
3. 58 500 1000
4. 8 12 1000 - 1.500
BAB IV
MASALAH DAN PEMECAHAN
A. Masalah
1. Seringkali pemanenan dilakukan pada suhu yang tinggi, ini dikarnakan air pada
kolam terlambat keluar atau habis
2. Induk ikan Nila terkadang memakan benihnya sendiri.
3. Biasanya mulai bulan april-juni terdapat banyak hama karena air disekitar BBI
Ompo kurang. Karena pada saat itu sawah sementara panen.
B. Pemecahan
1. Pintu pengeluaran sebaiknya di buka pada tengah malam sehingga pada pagi hari
kolam sudah surut dan bisa dilakukan pemanenan.
2. Jika masa peeliharaan sudah sampai maka lakukan pengecekan, setelah sudah
banyak lubang di dapat maka lakukan segera pengeringan kolam untuk
memindahkan induk Ikan Nila.
3. Lakukan pengecekan/pengontrolan secara berkala. Agar jika ada masalah bisa
cepat ditanggulangi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka penulis menyimpulkan sebagai
berikut:

1. Induk ikan nila hitam yang digunakan untuk pemijahan memiliki berat 200-300
gr/ekor baik jantan maupun betina dengan perbandingan 1:3 (1 jantan : 3 Betina).
2. Teknik produksi benih Ikan Nila hitam dilakukan selama 3 bulan mulai dari
persiapan wadah sampai panen.
3. Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari baik pemeliharaan induk maupun
pemeliharaan benih.
4. Benih yang dihasilkan 2 cm dengan jumlah 18.000 ekor.
B. Saran
1. Dalam pemeliharaan induk harus diperhatikan waktu pemeliharaan.
2. Pemberian pakan harus diperhatikan supaya pertumbuhannya sesuai dengan
keinginan.
DAFTAR PUSTAKA

Arie, U. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Nila Gift. Penebar Swadaya. Jakarta.

Cahyono, B. 2002.Budidaya Ikan Air Tawar, Kanisius. Yogyakarta.


Judantari, Sri., Khairuman dan Amri. 2008. Nila Nirwana Prospek Bisnis dan Tekhnik
Budidaya Nila Unggul.Gramedia. Jakarta.

Khairuman dan Khairul, A 2003.Budidaya ikan Nila secara Intensif. Agromedia Pustaka.
Jakarta.

Pauji, A. 2007.Beberapa teknik Produksi Induk Unggul ikan nila dan ikan Mas.Disampaikan
pada pelatihan tenaga teknis sewilayah timur Indonesia.BBAT Tatelu, Manado.

Sucipto, A. dan Prihartono, E. 2007.Pembesaran Nila Merah Bangkok. Penebar Swadaya,


Jakarta.
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Struktur Organisasi UPTD Balai Benih Ikan (BBI) Ompo Kabupaten Soppeng,
Sulawesi Selatan
Lampiran 2. Denah Lokasi UPTD Balai Benih Ikan (BBI) Ompo Kabupaten
Soppeng.

Lampiran 3. Hasil pengukuran kualitas air (Oksigen terlarut)

Anda mungkin juga menyukai