Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TETAP

PRATIKUM DASAR-DASAR AKUAKULTUR

Kelompok 10 (Sepuluh)
Muhamad Haris Kerta Negara
NIM : 05051281722017

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN DAN


TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2018

Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia mempunyai potensi sektor perikanan yang sangat besar,
namun produksinya baru sekitar 10 juta ton selama tahun 2009. Produksi tersebut
diharapkan bisa ditingkatkan minimal menjadi 12 juta ton dalam tahun
2010.Potensi perikanan budidaya Indonesia sebenarnya jauh di atas China jika
dilihatdari ketersediaan lahan budidaya dan spesies komersial yang berhasil
dibudidayakan. Dilihat dari potensi, Indonesia jauh mengungguli China. Sebagai
contoh, panjang garis pantai China hanya 32 ribu km, Indonesia lebih dari 95
ribukm. Perairan teluk China hanya 168 ribu ha, sedangkan Indonesia memiliki
4,2 juta ha. Luas sungai China yang dapat digunakan budidaya air tawar 371 ribu
ha dibandingkan Indonesia yang memiliki luas sungai sebesar 5,9 juta ha.
Potensi perikanan di Indonesia dapat ditingkatkan dengan cara pembudidayaan
perikanan dan meningkatkan nilai konsumsi terhadap ikan.Konsekuensi dari
peningkatan usaha budi daya berbagai jenis ikan ekonomis penting, dalam skala
nasional maupun internasional telah menyebabkan terjadinya peningkatan
kebutuhan akan benih dan induk dalam jumlah yang besar. Benihdan induk sangat
diperlukan dalam proses budi daya perikanan dan merupakan sarana produksi
yang sangat penting bagi kelanjutan dan keberhasilan usaha budidaya ikan itu
sendiri.Salah satu ikan yang mudah dibudidayakan yaitu ikan Nila (
Oreochromisniloticus
). Ikan Nila merupakan jenis ikan air tawar kesukaan masyarakat luas baik untuk
dikonsumsi maupun untuk dibudidayakan. Selain karena rasa dagingnya yang
lezat dan nilai jual yang tinggi, pertumbuhan ikan nila sangat pesat, mudah
dipelihara, bobot tubuhnya lebih besar, serta toleransinya yangtinggi terhadap
lingkungan. Oleh karena itu, ikan nila memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi
dibanding ikan air tawar lainnya. Bukan hanya itu saja, ikannila merupakan jenis
ikan ekonomis dan sudah dibudidayakan secara intensif karena dalam
pengembangannya, pemerintah menyiapkan beberapa programkhusus untuk
komoditas ikan nila.Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan sebagai generasi

Universitas Sriwijaya
muda sudahseharusnya ikut meningkatkan potensi perikanan di Indonesia. Salah
satu cara meningkatkan potensi perikanan di Indonesia adalah dengan cara
membudidayakan perikanan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu
diperlukan praktikum ini sebagai bekal dasar dalam meningkatkan potensi
perikanan diIndonesia dalam masa yang akan datang.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum dasar-dasar akuakultur ini adalah
mengaplikasikan materi yang diperoleh pada saat mata kuliah dasar-dasar
akuakultur berlangsung di lingkungan, menerapkan prinsip dasar akuakultur.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila


Menurut Saanin, 1984 ikan nila ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
kingdom : Animalia
filum : Chordata
kelas : Osteichyes
ordo : Percomorphi
famili : Cichlidae
genus : Oreochromis
spesies : Oreochromis nilaticus

Ikan nila dapat di morfologikan berdasarkan bentuk fisiologis yaitu


memiliki bentuk tubuh bulat pipih, pungung agak tinggi, badan, sirip ekor dan
sirip punggung terdapat garis lurus memanjang. Ikan ini memiliki lima buah sirip
yaitu sirip punggung, sirip data, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Dengan
adanya sirip tersebut sangat membantu pergerakan ikan nila semakin cepat di
perairan air tawar.Selain itu, tanda lainnya yang dapat dilihat dari ikan nila adalah
memiliki warna tubuh hitam dan agak keputihan. Bagian tubuh insang bewarna

Universitas Sriwijaya
putih, sedangkan ikan lokal memiliki warna kekuninang. Sisik ikan nila memiliki
ukuran besar, kasar dan tersusun dengan rapi. Bagian kepala pada ikan ini
memiliki ukuran relatif kecil dibandingkan dengan mulut yang berada pada bagian
ujung kepala serta memiliki mata yang besar

2.2 Habitat dan Penyebaran Ikan Nila

Ikan Nila berasal dari daerah Afrika bagian timur, terutama di Sungai Nil dan
perairan yang terhubung dengan sungai tersebut, seperti Danau Tanganyika. Oleh
karena itulah ikan nila memiliki nama latin sesuai dengan nama asal habitatnya,
Orechromis Niloticus. Ikan tersebut kemudian mulai menyebar ke daerah Timur
Tengah, Amerika, Eropa dan negara-negara Asia, setelah dibawa oleh bangsa
Eropa. Saat ini, ikan nila telah dibudidayakan di semua propinsi di Indonesia.

Habitat atau lingkungan tempat tumbuh dan berkembang biak ikan nila sangat
bervariasi. Memang, ikan ini dikenal memiliki daya adaptasi yang sangat bagus
terhadap perubahan lingkungan hidup. Oleh karena itu, ikan nila dapat
dibudidayakan di berbagai tempat dengan kondisi perairan yang bervariasi, baik
di dataran rendah maupun dataran tinggi. Kondisi perairan yang bisa dijadikan
sebagai tempat untuk pemeliharaan ikan nila adalah air tawar, air payau, bahkan
masih mampu bertahan hidup di air asin, dengan nilai pH air berkisar antara 6-8,5.
Kadar garam yang ideal untuk pertumbuhannya antara 0-35 permil. Ikan nila air
tawar dapat dipindahkan ke air asin dengan adaptasi yang bertahap, dengan kadar
garam yang ditingkatkan sedikit demi sedikit. Jika pemindahan dilakukan secara
mendadak, dari air tawar ke air asin dengan kadar garam tinggi, dapat
mengakibatkan stress, bahkan berpotensi menimbulkan kematian dalam jumlah
besar.Ikan nilai kecil relatif lebih mudah beradaptasi dibanding dengan ikan nila
dewasa, oleh sebab itu, pemindahan ikan nila ke habitat lain sebaiknya dilakukan
saat masih anakan. Ikan ini juga mampu bertahan hidup baik di perairan dangkal
maupun dalam. Oleh sebab itu, ikan ini juga sering dibudidayakan di waduk-
waduk yang memiliki perairan relatif dalam, dengan sistem budidaya Karamba
Jaring Apung. Bahkan akhir-akhir ini, budidaya ikan nila sudah dilakukan dengan

Universitas Sriwijaya
sistem Karamba Jaring Apung dilaut.
Suhu optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya antara 25-30 derajat
Celcius, sehingga budidaya ikan nila akan lebih efisien jika dilakukan di dataran
rendah hingga menengah. Untuk mengetahui bagaimana cara budidaya ikan nila
yang efektif, silahkan baca pada artikel Budidaya Ikan Nila.

2.2. Kebiasaan Makan ikan nila


kan nila memakan makanan alami berupa plankton, perifiton dan
tumbuhtumbuhan lunak seperti hydrilla, ganggang sutera dan klekap. Oleh karena
itu, ikan nila digolongkan ke dalam omnivora (pemakan segala). Untuk
budidaya,ikan nila tumbuh lebih cepat hanya dengan pakan yang mengandung
proteinsebanyak 20 - 25%. Dari penelitian lebih lanjut kebiasaan makan ikan nila
berbeda sesuai tingkat usianya. Benih-benih ikan nila ternyata lebih suka
mengkomsumsizooplankton, seperti rototaria, copepoda dan cladocera. Ikan nila
ternyata tidakhanya mengkonsumsi jenis makanan alami tetapi ikan nila juga
memakan jenismakanan tambahan yang biasa diberikan, seperti dedak halus,
tepung bungkilkacang, ampas kelapa dan sebagainya. Ikan nila aktif mencari
makan pada siang hari. Pakan yang disukai oleh ikan nila adalah pakan ikan yang
banyak mengandung protein terutama dari pakan buatan yang berupa pelet.Ikan
nila (Oreochromis niloticus) merupakan genus ikan yang dapat hidupdalam
kondisi lingkungan yang memiliki toleransi tinggi terhadap kualitas air yang
rendah, sering kali ditemukan hidup normal pada habitat-habitat yang ikan dari
jenis lain tidak dapat hidup. Bentuk dari ikan nila panjang dan ramping berwarna
kemerahan atau kuning keputih-putihan. Perbandingan antara panjang total dan
tinggi badan 3 : 1. Ikan nila merah memiliki rupa yang mirip dengan ikan mujair,
tetapi ikan ini berpunggung lebih tinggi dan lebih tebal, ciri khas lain adalah garis-
garis kearah vertikal disepanjang tubuh yang lebih jelas dibanding badan sirip
ekor dan sirip punggung. Mata kelihatan menonjol dan relatif besar dengan tepi
bagian mata berwarna putih (Sumantadinata, 1999).

Ikan nila merah mempunyai mulut yang letaknya terminal, garis


rusukterputus menjadi 2 bagian dan letaknya memanjang dari atas sirip dan
dada,bentuk sisik stenoid, sirip kaudal rata dan terdapat garis-garis tegak

Universitas Sriwijaya
lurus.Mempunyai jumlah sisik pada gurat sisi 34 buah. Sebagian besar tubuh
ikan ditutupii oleh lapisan kulit dermis yang memiliki sisik. Sisik ini tersusun
seperti genteng rumah, bagian muka sisik menutupi oleh sisik yang lain (Santoso,
1996).

2.3. FCR dan Episiensi Pakan


2.3.1. Food Convertion Ratio
Food Convertion Ratio adalah suatu ukuran yang menyatakan ratio jumlah
pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg ikan kultur. Nilai FCR= 2
artinya untuk memproduksi 1 kg daging ikan dalam sistem akuakultur maka
dibutuhkan 2 kg pakan. Semakin besar nilai FCR, maka semakin semakin banyak
pakan yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 kg ikan daging kultur. FCR
seringkali dijadikan indikator kinerja teknis dalam mengevaluasi suatu usaha
akuakultur. Konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah bobot pakan
dalam keadaan kering yang diberikan selama kegiatan budidaya yang dilakukan
dengan bobot total ikan pada akhir pemeliharaan dikurangi dengan jumlah bobot
ikan mati dan bobot awal ikan selama pemeliharaan.
Satu faktor lagi yang sangat penting untuk diketahui, yaitu umur ikan. Ikan
berumur muda lebih cepat dari ikan yang lebih tua. Bila tidak percaya, coba saja
bandingkan antara pertumbuhan anak-anak dengan orang dewasa. Pertumbuhan
anak-anak pasti lebih cepat dari orang dewasa, baik tinggi maupun berat
badannya. Bahkan kalau sudah tua tidak tumbuh lagi. Demikian juga dengan ikan.
Karena itu ikan patin yang dipelihara di kolam pembesaran harus yang berumur
muda. Sudah pasti pertumbuhannya juga cepat. Demikian pula dengan FCR-nya,
bisa jadi kurang dari satu

2.4.2 Efisiensi Pakan


Pada garis besarnya, efisiensi pakan mengukur tingkat penggunaan input,
yaitu pakan dan output yang dihasilkan berupa bobot daging ikan. Efisiesi pakan
berkaitan erat dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh pembudidaya.
Komponen perhitungan efisiensi pakan berkaitan erat dengan pertambahan berat,

Universitas Sriwijaya
konsumsi pakan, dan konversi pakan. Sehingga semakin tinggi efisiensi
pemberian pakan berarti semakin efisiensi ikan memanfaatkan pakan yang
dikonsumsi untuk pertumbuhan.

Universitas Sriwijaya
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu


Praktikum ini dillaksanakan pada 19 Februari 2018 – 16 April 2018 pukul
15.00 WIB di Laboratorium Lapangan Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat, Bahan dan Cara Kerja


3.2.1. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Dasar-Dasar
Akuakultur adalah Alat Tulis,Waring,Akuarium,Do meter,Penggaris,pH
meter,Thermometer,Timbangan,Tali,Ember. Sedangkan Bahan-bahan yang
digunakan pada praktikum adalah Ikan di akuarium 50 ekor,Ikan di keramba 600
ekor,Pelet 2 kg.

3.2.2. Cara Kerja


Adapun cara kerja dari praktikum dasar-dasar akuakultur meliputi du acara
yaitu di akuarium dan di tambak :

3.2.1. Cara kerja di Akuarium


Siapkan dan pilih akuarium yang masih kosong, Lalu pilih tempat untuk
meletakkan akuarium di atasnya, Kemudian bersihkan akuarium tersebut
dengan menggunakan air yang bersih, Setelah di cuci letakkan kembali
akuarium tersebut ditempat yang telah dipilih sebelumnya, Isi akuarium
dengan air hingga mencapai ketinggian 7 cm, Sebelum ikan dimasukkan
dalam akuarium, rendamlah ikan di air yang akan digunakan untuk akuarium.
Agar ikan tersebut dapat beradaptasi dan tidak stress, Lalu masukkan ikan
yang sudah direndam ke dalam akuarium, Lakukan pengukuran suhu dan pH
pada air yang ada di akuarium, Lakukan pengukuran panjang dan berat ikan
untuk menghitung panjang awal dan bobot awal ikan, Setelah itu, pasang air

Universitas Sriwijaya
asi untuk akuarium, Jangan lupa memberi jadwal pakan ikan setiap hari dan
menyipon ikan minimal 1 kali dalam 3 hari

3.2.2. Cara kerja di Tambak


Pertama tama siapkan alat dan bahan lalu Lihat terlebih dahulu tempat
strategis untuk pembuatan tambak di atas rawa, selanjutnya ukur kira-kira
kedalaman kolam agar kayu yang dipasang sebagai penyangga tambak nanti,
Lalu cari kayu-kayu sebagai penyangga dan penguat tambak, Jika kayu sudah
terkumpul banyak, maka siap untuk dibuatkan tambaknya, Untuk yang
cewek, siapkan jaring waring untuk dipasang tambak nanti, Setelah pondasi
tambak sudah dibangun maka pasanglah waring, Kemudian masukkan ikan
ke dalamnya, Jangan lupa memberi pakan pada ikan tersebut

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Bambang, 2009., Akuakultur Indonesia. (Diambil dari jurnal Akuakultur


Indonesia Volume 17, Nomor 1).

Effendi, 1997., Kebiasaan makan ikan. (Diambil dari jurnal ilmiah mahasiswa
kelautan dan perikanan Volume 1, Nomor 2 : 177-184).

Harno., 2000. Kebiasaan makanan ikan betook anabas testudineus. (online).


https://nanopdf.com/download/kebiasaan-makanan-ikan-betok-anabas-
testudineus_pdf (diakses pada tanggal 5 april 2018)

Khairuman., 2013. Budidaya Ikan Nila. Jakarta : Agro Media.

Kordi K. M.Gufran H., 2000. Budidaya Ikan Nila di Tambak Sistem Monosex
Kultur. Dahara Prize. Semarang

Septian, R., 2013. Pengaruh Pemberian Kombinasi Pakan Ikan. (Diambil dari
Jurnal of Aquaculture Management and Tecnology Volume 2, Nomor 1 :
13-24).

Sudarmadji., 2000. Budidaya ikan. Jakarta : Citra Aditya Bakti.

Suyanto., 2010. Pembenihan dan Pembesaran Ikan Nila. Bandung : PT Niaga


Swadaya.

Ziraa., 2015. Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
yang diberi pakan buatan berbasis kiambang). (Diambil dari jurnal
Mahasiswa Pertanian Volume 40, Nomor 1 : 18-24).

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai