BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Kegunaan
Praktek Kerja Lapang ini merupakan kegiatan di luar kampus yang
mempunyai manfaat serta kegunaan antara lain :
1. Menambah wawasan pengetahuan tentang dunia perikanan terutama
masalah pemeliharaan Ikan Nila khususnya pada teknik pembesaran ikan
nila Srikandi (Oreochromis aureus x niloticus).
2. Syarat standar kelulusan mata kuliah yang wajib ditempuh mahasiswa.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor KEP.09/MEN/2012 Klasifikasi Ikan Nila Srikandi sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Percomorphi
Family : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis aureus x niloticus
2.2 Morfologi
Berdasarkan bentuk morfologinya bagian kepala ikan nila ukurannya
relatif kecil dengan mulut berada diujung kepala. Ikan nila memiliki bentuk
mulut yang mengarah keatas, letak mulut subterminal dan meruncing, mata
tampak menonjol, besar dan tepi mata berwarna putih (Kottelat et al., 1993). Dagu
nila jantan berwarna kemerahan atau kehitaman, sedangkan dagu nila betina
berwarna putih (Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng, 2010). Ikan Nila memiliki
bentuk badan yang pipih kesamping memanjang. Tubuhnya memiliki garis linea
lateralis yang terputus antara bagian atas dan bawahnya. Linea lateralis bagian
atas memanjang mulai dari tutup insang hingga belakang sirip punggung sampai
pangkal sirip ekor (Kottelat et al., 1993).
sirip ekor. Ada sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil. Sirip
anus hanya satu buah dan berbentuk agak panjang. Sementara itu, sirip ekornya
berbentuk berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah (Amri & Khairuman,
2002: 17-18).
Ikan nila yang masih kecil belum tampak perbedaan alat kelaminnya.
Setelah berat badannya mencapai 50 gram, dapat diketahui perbedaan
antara jantan dan betina. Perbedaan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat
pada lubang genitalnya dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan,
di samping lubang anus terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil
meruncing sebagai saluran pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh ikan jantan
juga berwarna lebih gelap, dengan tulang rahang melebar ke belakang yang
memberi kesan kokoh, sedangkan yang betina biasanya pada bagian perutnya
besar.
Gambar 3. (a) alat kelamin jantan terlihat ada tonjolan, dan (b) alat kelamin
betina terlihat ada cekungan (Sumber: Anonim, 1998).
lainnya (Kottelat et al., 1993). Ikan nila dapat hidup di air tawar, air payau, dan air
laut dengan kadar garam antara 0-35 ppt, karena ikan nila
bersifat euryhaline (Fitria, 2012). Ikan Nila dari air tawar yang dipindahkan ke air
asin dengan proses adaptasi bertahap, yaitu dengan menaikan kadar garam sedikit
demi sedikit (Fitria, 2012). Habitat hidupnya cukup beragam, yaitu di sungai,
danau, waduk, rawa, sawah, kolam, hingga tambak (Amri dan Khairuman, 2008).
lumpur, pasir dan tanah liat. Sebaiknya dibangun tanggul penahan angin atau
gelombang yang terbuat dari batu kali atau batu karang guna mencegah
kemungkinan kerugian yang tidak diinginkan. Luas tambak sedikitnya 0,3-0,4 ha
dengan kedalaman air 50-60 cm. Tambak sebaiknya mempunyai dua saluran
(jalan air), yang satu sebagai saluran masuk dan yang satunya lagi sebagai saluran
keluar. Dasar tambak sebainya sedikit miring ke arah pintu keluar, 30- 40 cm
lebih dalam dari pada kedalaman rata-rata dasar tambak, gunanya untuk
memudahkan drainase (Akmal, 2011).
2.6 Pemberian Pakan
Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam
keberhasilan usaha budidaya perikanan. Pakan dalam dunia perikanan dibagi
menjadi dua kelompok yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami adalah
pakan yang berasal dari alam dan dapat dibudidayakan baik secara selektif
maupun non selektif. Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dari berbagai
sumber bahan baku dengan komposisi yang dibuat oleh manusia sesuai dengan
kebutuhan ikan (Gusrina, 2005). Selain itu, pakan buatan sengaja dibuat untuk
menggantikan sebagian besar atau keseluruhan pakan alami (Darwisito,
2006). Biaya pakan dalam usaha budidaya dapat mencapai 60-70% dari seluruh
biaya produksi (Adi, 2011 dalam Zaidin et al., 2013).
Pemberian pakan dalam suatu usaha budidaya sangat bergantung kepada
beberapa faktor antara lain adalah jenis dan ukuran ikan, lingkungan ikan itu
hidup dan teknik budidaya yang akan digunakan (Gusrina, 2008). Dosis
pemberian pakan sebaiknya sebanyak 3-4% dari berat keseluruhan ikan yang ada
dalam kolam pemeliharaan ikan nila. Manajemen pemberian pakan ikan nila
srikandi sangat perlu diperhatikan. Pemberian pakan yang baik adalah tepat
waktu, tepat ukuran, dan juga tepat dosis (Agus, 2013).
Pengaturan frekuensi pemberian pakan dilakukan berdasarkan
pertimbangan bahwa tiap jenis dan ukuran ikan mempunyai interval waktu untuk
makan yang berbeda, bergantung pada kapasitas dan laju pengosongan
lambungnya (Gwither and Grove, 1981). Data tentang frekuensi pemberian pakan
pada setiap jenis ikan relatif sama berkisar antara 3 – 4 kali dalam sehari, menurut
Prahasta Arief dan Masturi Hasanawi (1998), frekuensi Pemberian pakan pada
pembesaran nila sebaiknya tiga kali sehari, yakni pada pukul 08.00, 12.00, dan
16.00. Frekuensi pemberian pakan yang tepat waktu dan teratur akan membuat
ikan nila terbiasa dengan kebutuhan makannya. Frekuensi pemberian pakan
merupakan salah satu faktor penting kaitannya dengan laju pertumbuhan, jika
frekuensi pemberian pakan ini diberikan tidak sesuai dengan aturan, maka dapat
menyebabkan akumulasi bahan organikdalam dasar tambak semakin meningkat
yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas air, sehingga daya dukung tambak
menurun drastis.
10
2.8 Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada saat ikan mencapai ukuran 200 gram hingga
500 gram atau disesuaikan dengan permintaan konsumen. Pemanenan sebaiknya
dilakukan pada pagi atau sore hari untuk mengurangi resiko kematian ikan. Panen
ikan dapat dilakukan secara bertahap atau total. Panen bertahap dilakukan dengan
cara menggunakan jaring seret dengan ukuran mata jaring 1-2 inchi. Ikan yang
diperoleh selanjutnya dipisahkan berdasarkan ukuran. Ikan yang berukuran lebih
kecil dari yang diinginkan ditebarkan kembali di tambak untuk dipanen pada
periode berikutnya. Panen total dilakukan dengan cara menyurutkan air tambak
hingga tersisa 30 %. Selanjutnya ikan ditangkap dengan menggunakan jaring
seret.
11
organ luar. Penampakan penyakit ini seperti benang halus berwarna putih
atau putih kecoklatan. Pengobatan dilakukan dengan merendam telur atau
ikan yang terserang dalam larutan malachite green 1 mg/liter selama 1
jam, atau larutan formalin 200-300 mg/liter selama 1-3 jam, atau NaCl 5
gram/liter selama 15 menit.
c) Epistylis spp. Parasit ini umumnya menyerang organ-organ bagian luar
seperti kulit, insang dan sirip. Ciri-ciri ikan yang terserang bagian
insangnya berwarna merah kecoklatan, ikan sukar bernapas, gerakan
lambat, dan pertumbuhannya terhambat. Penularan penyakit terjadi karena
kontak langsung dengan ikan yang sakit. Pencegahannya dengan
mengurangi padat tebar ikan. Pengobatannya dengan merendam ikan
dalam larutan formalin 200 mg/liter selama 40 menit, atau KMnO4 20
mg/liter selama 15-20 menit.
d) Bercak merah. Penyakit ini disebabkan oleh
bakteri Aeromonas dan Pseudomonas. Menyerang organ bagian dalam dan
luar. Ciri-cirinya ada pendarahan pada bagian tubuh yang terserang, sisik
terkelupas, perut membusung. Bila menyerang kulit akan terlihat borok.
Ikan terlihat lemah dan sering muncul ke permukaan kolam. Bila di bedah
bagian dalamnya mengalami pendarahan pada hati, ginjal dan limpa.
Pengobatan bisa dilakukan dengan cara menyuntik, perendaman atau
dengan mencampur obat pada pakan. Obat
perendaman kaliumpermanganat 10-20 mg/liter selama 30-60 menit.
Penyuntikan dengan tetramysin 0,05 ml per 100 gram bobot ikan atau
kanamysin 20-40 mg/kg bobot ikan. Pencampuran pada pakan
dengan oxytetracylin 50mg/kg pakan, diberikan setiap hari selama 7-10
hari.
B. Sedangkan penyakit non-infeksi yang banyak ditemukan dalam budidaya
ikan nila disebabkan oleh:
a) Kualitas air. Kualitas air yang buruk membahayakan perkembangan ikan.
Oleh karena itu kualitas air harus terus dipantau. Pastikan saluran masuk
dan keluar tetap lancar. Bila air disirkulasikan untuk beberapa kolam,
penggunaan bak penyaringan air lebih direkomendasikan. Air yang
13
berkualitas akan membuat ikan selalu berada dalam kondisi bugar dan
sehat.
b) Pakan. Pemberian pakan harus tepat jenis dan takaran. Pakan yang tersisa
akan mengendap di dasar kolam, menurunkan kualitas air dan
menimbulkan gas-gas berbahaya bagi ikan.
c) Keracunan. Keracunan pada ikan biasanya disebabkan oleh pemberian
pakan yang salah, misalnya pakan kadaluarsa. Bisa juga disebabkan oleh
adanya senyawa beracun dalam kolam, seperti H2S yang timbul dari
pembusukan material organik di dasar kolam. Atau, polutan berbahaya
yang terbawa dari sumber air.
d) Penanganan ikan. Dalam menangani ikan usahakan secara hari-hati.
Misalnya saat penebaran atau pemindahan kolam, jangan sampai tubuh
ikan terluka karena jaring atau benda keras lainnya. Luka pada tubuh ikan
akan memicu penyakit.
e) Genetis. Gunakan selalu benih ikan yang baik. Penyakit juga bisa
disebabkan oleh keturunan. Misalnya, bentuk tubuh ikan yang tidak
sempurna atau cacat.
b. Larva cybister
Hama ini dikenal dengan nama ucrit, lebih mematikan dibanding notonecta.
Warnanya kehijauan dan dapat bergerak dengan cepat. Bagian depan terdapat
taring untuk menjepit mangsa, sedangkan di bagian belakangnya terdapat
sengatan. Ucrit biasanya menyerang benih ikan. Ucrit menyukai lingkungan
kolam yang banyak mengandung material organik. Untuk mencegahnya,
bersihkan kolam secara rutin dari gulma dan sampah organik. Bila sudah dewasa
akan bermetamorfosis menjadi kumbang yang bisa meloncat antar kolam. Bahan
kimia yang mematikan bagi ucrit, akan mematikan juga bagi benih ikan nila. Oleh
karena itu, hama ucrit hanya dianjurkan untuk diberantas secara mekanis dan
mengefektifkan pencegahan.
d) Mengurangi kepadatan ikan agar tidak terjadi kontak antar ikan secara
langsung. Dengan jarangnya populasi, kadar oksigen terlarut dalam air
kolam akan lebih banyak.
e) Berikan pakan dengan takaran yang tepat untuk menghindari terjadinya
penumpukan sisa pakan dalam kolam. Sisa pakan akan membusuk
sehingga menurunkan kualitas lingkungan kolam dan menjadi tempat
berkembangbiaknya bibit penyakit.
f) Lakukan penanganan ikan secara hati-hati pada saat penebaran atau
pemindahan antar kolam, agar ikan tidak terluka yang memicu infeksi
penyakit.
BAB III
MATERI DAN METODE
10. Aerator
Pompa udara ( Aerator ) yang berfungsi sebagai supply Oksigen ( O 2 )
didalam kolam .
Pada saat ikan berukuran 16-18 cm dengan berat berkisar antara 100-125
gram per ekor diberikan pakan terapung sebanyak 2 kg setiap kolam diberi pakan
buatan dengan ukuran seri pakan Hi-provite 781-4. yang diberikan 3 kali sehari.
Kemudian saat ikan berukuran 18-25 cm dengan berat berkisar antara 250-
300 gram per ekor diberikan pakan terapung sebanyak 2 kg setiap kolam di beri
pakan buatan dengan seri pakan Hi-provite 781-4. yang diberikan 3 kali sehari
Pada ukuran 2-25 cm ika nila srikandi di berikan pakan jenis terapung,
karena pada ukuran ini ikan cenderung sering berada dipermukaan perairan.
antara 70-77 gram per ekor. Kemudian setelah 2 minggu dilakukan lagi proses
grading, sampling ikan berukuran 16-18 cm dengan berat berkisar antara 100-125
gram per ekor. Kemudian setelah 1 bulan dilakukan lagi proses grading, sampling
ikan berukuran 18-25 cm dengan berat berkisar antara 250-300 gram per
ekor.Pada proses ini ikan yang berukuran besar akan dipisahkan dan ditaruh pada
kolam yang berbeda untuk memudahkan proses pemanenan.
Suhu
Prosedur kerja untuk mengukur suhu adalah sebagai berikut:
1. Siapkan thermometer air raksa
2. Ukur suhu bagian permukaan perairan dengan cara memasukkan
thermometer kedalam air kurang lebih 10cm dari permukaan selama
beberapa menit (2-4 menit) sehingga diperoleh suhu yang konstan.
3. Dengan cara yang sama dengan diatas, ukur suhu dalam perairan bagian
pertengahan dan dasar perairan.
4. Lakukan pengukuran diatas pada beberapa tempat masing – masing tiga
kali ulangan untuk keseluruhan kolam. Pengukuran juga dilakukan
ditempat yang berbeda, mialnya pintu pemasukan air, pintu pengeluaran
air, tengah kolam, di bawah pohon, dan lainnya.
5. Selama pengukuran suhu perairan, thermometer harus dilindungi dari
pengaruh sinar matahari langsung dan thermometer ditempatkan pada
posisi 45°.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
6. Tali PE
Berbahan polietilen (PE) dengan diameter 5 mm sesuai dengan kebutuhan
ukuran kolam tersebut digunkan untuk mengaitkan selang aerasi.
7. Selang Aerasi
selang aerasi bahan silicon yang digunakan sebagai penyalur udara dari
mesin aerator.
8. Batu aerasi
Air stone untuk aerasi dalam air bentuk round( bulat ).
9. Pompa air pengisian kolam
Pompa air yang menggunakan mesin diesel berbahan bakar solar / bensin
berfungsi untuk memompa air dengan volume debit air yang besar.
10. Aerator
Pompa udara ( Aerator ) yang berfungsi sebagai supply Oksigen ( O 2 )
didalam kolam .
Seluruh bagian dari konstruksi bisa di lihat pada lampiran 2.
siang hari, dan sore hari. Untuk ukuran ikan nila srikandi 2-3 cm dan 5-7 cm
pemberian pakan nya menggunakan metode adlibithum (di berikan makanan
sekenyangnya) dengan menggunakan pakan terapung yang di campur air
secukupnya. Pakan buatan pabrik yang berseri Hi-provite 781-1. Karena pada
ukuran ini ikan cenderung berada di permukaan perairan sehingga diberikan
pakan terapung
Ketika benih pada ukuran 12-13 cm dengan berat berkisar antara 40-45
gram per ekor diberi pakan terapung yang seri pakan Hi-provite 781-2 yang
diberikan sebanyak 3 kali sehari dengan pemberian 1 kali makan 1 kg untuk setiap
kolamnya. Pada saat ikan berukuran 14-15 cm dengan berat berkisar antara 70-77
gram per ekor yang akan di berikan pakan sebanyak 1,5 kg setiap kolamnya
diberikan pakan terapung yang dengan seri pakan Hi-provite 781-3 yang
diberikan 3 kali sehari.
Pada saat ikan berukuran 16-18 cm dengan berat berkisar antara 100-125
gram per ekor diberikan pakan terapung sebanyak 2 kg setiap kolamnya dengan
seri pakan Hi-provite 781-4. yang diberikan 3 kali sehari.
Kemudian saat ikan berukuran 18-25 cm dengan berat berkisar antara 250-
300 gram per ekor diberikan pakan terapung sebanyak 2 kg setiap kolamnya
dengan seri pakan Hi-provite 781-4. yang diberikan 3 kali sehari
Pada ukuran 2-25 cm ika nila srikandi di berikan pakan terapung, karena
pada ukuran ini ikan cenderung sering berada dipermukaan perairan.
Hadadi, dkk., 2009, berpendapat bahwa pakan memegang peranan penting
dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan selama budidaya dapat mencapai
sekitar 60-70% dari biaya operasional budidaya.
Pakan yang diberikan pada ikan dinilai baik tidak hanya dari komponen
penyusun pakan tersebut melainkan juga dari seberapa besar komponen yang
terkandung dalam pakan mampu diserap dan dimanfaatkan oleh ikan dalam
kehidupannya, sehingga pakan yang diproduksi dengan harga mahal pun belum
tentu memiliki kualitas yang baik oleh karena itu, perlu dicari alternatif bahan
pakan yang dapat membantu dalam proses pencernaan pakan. Salah satu bahan
pakan yang dapat digunakan adalah serat kasar (Ratna et.al., 2012).
29
Dalam pemberian pakan ikan nila diberikan setiap hari dengan komposisi
pakan alami dan juga pakan tambahan. Pakan ikan nila ini bisa terdiri dari dedak,
ampas kelapa, pelet dan juga sisa-sisa makanan dapur. Umumnya pemberian
pakan dilakukan dengan ukuran seperti berikut ini:
1. Protein 20-30%;
2. Lemak 70% (maksimal.);
3. Karbohidrat 63 - 73%.
Proses pemberian pakan dapat dilihat pada lampiran 5.
Setelah berumur 2 bulan dilakukan lagi proses grading ukuran kecil dan
besar kemudian dilakukan proses sampling yang di cari adalah ukuran panjang
12-13 cm dengan berat 40-45 gram per ekor yang akan di sendirikan pada kantong
jaring apung yang lain. Setelah 2 minggu dilakukan lagi proses grading dan
sampling diperoleh panjang ikan berkisar antara 14-15 cm dan berat berkisar
antara 70-77 gram per ekor. Kemudian setelah 2 minggu dilakukan lagi proses
grading, sampling ikan berukuran 16-18 cm dengan berat berkisar antara 100-125
gram per ekor. Kemudian setelah 1 bulan dilakukan lagi proses grading, sampling
ikan berukuran 18-25 cm dengan berat berkisar antara 250-300 gram per
ekor.Pada proses ini ikan yang berukuran besar akan dipisahkan dan ditaruh pada
kolam yang berbeda untuk memudahkan proses pemanenan.
Grading berasal dari kata grade yang berarti tingkat/ukuran.
Grading dalam istilah perikanan merupakan suatu upaya pengelompokan
ikan/hasil ikan menjadi beberapa ukuran (grade) sehingga masing-masing ukuran
memiliki kualitas mutu yang seragam.
Tujuan dari proses grading adalah untuk memisahkan antara ukuran besar
dan kecil agar pertumbuhannya optimal sehingga diperoleh ukuran ikan nila
Jatimbulan yang seragam.
Menurut (Sudjana,2005), Sampling adalah proses dan cara mengambil
sampel/ contoh untuk menduga keadaan suatu populasi. Contoh ikan diambil
dari suatu area untuk diduga berbagai karakteristik populasinya seperti kepadatan
populasi, sebarannya dalam habitat, jumlah relatif masing-masing stadia, dan
fluktuasi jumlah ikan tersebut menurut waktu. Penarikan contoh diperlukan
karena tidak mungkin pengamatan terhadap keseluruhan populasi dilakukan.
Proses sampling untuk mengukur panjang dan berat ikan nila Jatimbulan
yang bertujuan menentukan prosentase pemberian pakan pelet untuk ikan nila
Jatimbulan.
Proses grading dan sampling tersaji pada lampiran 7.
31
terikat sebagai ion bikarbonat (HCO3) dan ion karbonat (CO3-2) CO2 bebas
menggambarkan keberadaan gas CO2 di perairan yang membentuk
kesetimbangan dengan CO2 di atmosfer. Nilai CO2 yang terukur biasanya
berupa CO2 bebas (Effendi, 2003).
Faktor-Faktor yang mempengaruhi CO2 adalah Adanya arus dan
angin diduga menyebabkan bergeraknya massa CO 2 terlarut ini. Selain
faktor cuaca seperti kecepatan angin, arah angin dan curah hujan, salinitas
dan pH juga mempengaruhi konsentrasi karbondioksida terlarut (CO 2
larut) bakker et al 1996 dalam Sukatno dan Bayu. 2010). karbondioksida
yang terdapat di perairan berasal dari berbagai sumber yaitu Difusi dari
atmosfer, karbondiosida yang terdapat di atmosfer, air hujan, air yang
melewati tanah organik, karbondioksida hasil dekomposisi ini akan
terlarut dalam air, respirasi tumbuhan, hewan dan bakteri aerob maupun
anaerob respirasi tumbuhan dan hewan mengeluarkan karbondioksida.
Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman pada budidaya ikan nila Srikandi di Unit
Pelaksanaan Teknis Pengembangan Budidaya dan Penangkapan Ikan
Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik adalah pH 7 untuk pertumbuhan
yang optimal. Karana bersifat netral dan bagus untuk kegiatan budidaya
ikan nila Srikandi.
Effendi, 2003 Berpendapat bahwa pH adalah derajat keasaman
yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang
dimiliki oleh suatu larutan. didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion
hidrogen (H+) yang terlarut dalam suatu perairan. Rumus pH= -log (H+)
dan menunjukkan suasana air tersebut apakah asam atau basa. Koefisien
aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga
nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala
absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-
nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional.
pH normal memiliki nilai 7. Sementara bila nilai pH lebih dari 7
menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa, sedangkan nilai pH lebih
kecil dari 7 menyatakan suatu zat yang bersifat asam. Adapun nilai pH 0
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktek kerja lapang tentang pembesaran ikan nila Srikandi
(Oreochromis aureus x niloticus) di Unit Pelaksana Teknis Pengembangan
Budidaya dan Penangkapan Ikan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik.
- Konstruksi terbuat dari bata putih atau kapur yang sangat cocok pada
daerah tersebut.
- Pemberian makan menggunakan pakan ikan pelet buatan pabrik dengan
seri Hi-provite 781-1,2,3 dan 4 yang di berikan selama proses pembesaran.
- Penyiponan dilakukan 2 minggu sekali sebelum proses grading/sizing dan
sampling.
- Teknik pembesaran ikan nila Srikandi dilakukan dengan cara grading dan
sampling. Teknik pembesaran ini menghasilkan ukuran konsumsi yang
relatif lebih seragam dan berkualitas pada saat panen
- Parameter kualitas air pada budidaya ikan nila Srikandi adalah sebagai
berikut:
1. Oksigen terlarut berkisar antara 2-4 ppm.
2. Karbondioksida berkisar antara 1-2,5 ppm.
3. pH memiliki nilai 7 yang berarti memiliki pH yang normal/netral.
4. Salinitas berkisar antara 15-20
5. Kecerahan/intensitas sinar matahri yang menembus perairan
berkisar antara 0,40-0,50 meter
6. Suhu untuk petumbuhan optimum berkisar antara 13-380C
- Proses pemanenan dilakukan secara total dan di jual sebagai ikan
konsumsi.
36
5.2 Saran
- Sebaiknya dilakukan penyuluhan untuk masyarakat sekitar agar dapat
membudidayakan ikan nila Srikandi dalam media air tawar dan air laut
sebagai hasil tambahan penghasilan masyarakat pada daerah sekitar. Agar
pada waktu masyarakat tidak melaut dan bertani masih bisa
berpenghasilan.
37
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K., Khairuman. 2008. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. PT Agro Media
Pustaka, Jakarta.
Effendi, 2003 Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan
Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Kanisius, Yogyakarta.
Hendrawati., Tri, H.P., Nuni, N.R. 2009. Analisis Kadar Phosfat dan N-Nitrogen
(Amonia, Nitrat, Nitrit) padaTambak Air Payau akibat Rembesan Lumpur
Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Program Studi Kimia FST UIN Syarif
Hidayatullah. Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Jakarta. 9 hal.
http://3.bp.blogspot.com/-9XRsJFTIK7o/VVGjJLEr4lI/AAAAAAAAADM/
fN9Mo9QUJ7c/s1600/IMG_9671.JPG
38
http://afiesh.blogspot.co.id/2012/12/ikan-nila-oreocromis-niloticus.html
http://alamtani.com/hama-dan-penyakit-ikan-nila.html
http://boosterfish.com/sistim-penyiponan-sederhana/
http://budidaya-ikan.com/kkp-kembali-rilis-ikan-nila-srikandi
http://docplayer.info/82440-Bab-ii-kajian-pustaka-1-reproduksi-ikan-nila-
oreochromis-niloticus-l-setiap-jenis-hewan-air-berbeda-beda-tergantung-
kondisi-lingkungan.html
http://ptnasa.net/blog/budidaya-ikan-nila/
http://tegal30.blogspot.co.id/2016/04/ikan-nila-salin.html
http://urbanina.com/perikanan/ikan-gurame/cara-penyiponan-kolam-budidaya-
gurame/
http://www.bibitikan.net/mengenal-ikan-nila-salin-nila-srikandi-yang-tahan-di-
air-asin
http://www.bibitikan.net/penyiponan-pekerjaan-wajib-dalam-budidaya-gurame-
kolam-terpal/
http://zulkhairiansyah.blogdetik.com/2011/03/25/laporan-ikan-nila
https://4.bp.blogspot.com/C2EcyDvc58k/WKQnaVdWhII/AAAAAAAAANU/
20C5_k7TzukQLVLzMCR7-neaNi8GFbLaACLcB/s1600/image017.jpg
https://www.google.co.id/imgres?imgurl=http ikan-nila-oreocromis-
niloticus.html&docid=uTKJ8qZ7rVQ67M&tbnid=10ahUKEwj8tqCOpJvTAh
VNtJQKHQlBCGMQMwgpKAcwBw..i&w=651
https://www.tneutron.net/wp-content/uploads/2015/12/image_thumb-32.png
Islami, E.Y, dkk., 2013. Analisa Pertumbuhan Ikan Nila Larasati (Oreochromis
niloticus) yang Dipelihara Pada KJA Wadaslintang.
Mardjono, M., M. Soleh., Lisa. R., Agus, B., Aris, S., Subianto., Teguh, I.
2011.Produksi Calon Induk dan Benih Ikan Nila Salin Unggul Melalui
Pemeliharaan Dalam Media Air Payau. Laporan Kegiatan. BBPBAP Jepara.
15 hal.
Pujiastuti, P., Bagus, I., Pranoto. 2013. Kualitas dan Beban Pencemaran Perairan
Waduk Gajah Mungkur. Jurnal EKOSAINS, 5 (1) : 59-75.
39
Safitri, D., Sugito., Sumarti, S. 2013. Kadar Hemoglobin Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) yang Diberi Cekaman Panas dan Pakan yang Disuplementasi Tepung
Daun Jaloh (Salix tetrasperma Roxb). Jurnal Medika Veterinaria, 7 (1) : 39-
41.Salinitas. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar: Prosiding.
Usni Arie. 2004. Pembenihan dan pembesaran nila gift. Penebar Swadaya.
40
LAMPIRAN- LAMPIRAN
1. Peta lokasi
2. Tempat PKL
1. Kolam Ikan
1. Kolam budidaya
2. Pipa pembuangan
2. Pemberian pakan
Sumber: https://www.google.co.id/search?
q=cara+penyiponan+dasar+kolam+ikan+nila&dcr=0&source=lnms&tbm=isch&s
a=X&ved=0ahUKEwiLrK2-
w_PWAhXBo48KHQsHDWAQ_AUICigB&biw=1354&bih=681#imgrc=venKA
nVRNz80hM:
2. Pengukuran Karbondioksida