Anda di halaman 1dari 19

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perairan umum daratan merupakan habitat yang penting bagi banyak jenis

ikan, sebanyak 1300 jenis ikan air tawar berada di Indonesia (Haryono, et al.,

2017). Ikan air tawar Indonesia di Indonesia tercatat sebanyak 1300 spesies,

jumlah tersebut merupakan jumlah terbanyak di Asia (Prianto, et al., 2016).

Penelitian ikan air tawar di perairan Sungai Cisadane mengalami laju

kehilangan spesies sekitar 72,1% dari 86 spesies menjadi 24 spesies. Jumlah

spesies ikan air tawar tersebut dapat turun dikarenakan 1) adanya kegiatan

pemancingan yang berlebih, 2) perubahan fisik-kimiawi perairan, dan adanya

ikan introduksi (Sadili, et al., 2015).

Sungai merupakan salah satu sungai yang ada di Wilayah Sumatera

Selatan. Hulu Sungai Kelingi berada di Bukit Barisan, Rejang Lebong Provinsi

Sumatera Selatan (Samitra & Rozi, 2018). Sungai Kelingi saat ini telah

mengalami kerusakan dikarenakan adanya aktivitas kegiatan membuang limbah

dari rumah tangga, industri dan pertanian sehingga menurunkan kualitas air

sungai (Ariansyah, et al., 2013). Adanya perubahan kualitas sungai berdampak

kepada struktur komunitas ikan baik secara kualitas maupun kuantitas (Haryono

et al., 2017). Ikan air tawar di Sungai Kelingi bagian hulu teridentifikasi

sebanyak 13 spesies (Samitra & Rozi, 2018). Jumlah tersebut sedikit

dibandingkan dengan sungai-sungai lain. Tercatat sebanyak 79 jenis

teridentifikasi di Sungai Musi Sumatera Selatan (Samitra & Rozi, 2018), Sungai

1
2

Tenayan, Riau teridentifikasi 31 spesies.

Bendungan T2 Purwakarya berada di Kecamatan Purwodadi. Saat ini

Bendungan T2 Purwakarya Kecamatan Purwodadi mengalami sidementasi

(Trianto, et al., 2016). Informasi dari masyarakat sekitar bendungan bahwa hasil

tangkapan ikan mengalami penurunan. Sampai saat ini belum ada informasi

mengenai data ikan di Bendungan T2 Purwakarya padahal Sumatera Selatan

tercatat memiliki bermacam-macam jenis ikan, seperti 13 jenis ikan di Sungai

Kelingi, 79 jenis teridentifikasi di Sungai Musi, Sumtera Selatan (Samitra, D.,

& Rozi Z.F, 2019). Oleh sebab itu perlu adanya penelitian mengenai

keanekaragaman ikan di Bendungan T2 Purwakarya, sehingga data yang

diperoleh menjadi pedoman dalam upaya konservasi ikan di Bendungan T2

Purwakarya berada di Kecamatan Purwodadi.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dapat diidentifikasikan masalah yang

ada sebagai berikut :

1. Apa saja jenis-jenis ikan di Bendungan T2 Purwakarya Kecamatan

Purwodadi?

2. Bagaimana morfologi jenis-jenis ikan di Bendungan T2 Purwakarya

Kecamatan Purwodadi?

3. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui Keanegaragaman hayati ikan di Bendungan T2


Purwakarya Kecamatan Purwodadi.

b. Untuk mendeskripsikan morfologi jenis-jenis ikan di Bendungan T2

Purwakarya Kecamatan Purwodadi


3

4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat tentang keberagaman jenis ikan air di Bendungan T2 Purwakarya

Kecamatan Purwodadi.

5. Kerangka Pikir

Jumlah spesies ikan di Indonesia mengalami penurunan, hal tersebut

dikarenakan penangkapan berlebih dan adanya kerusakan habitat. Data

keanekaragaman ikan air tawar di Bendungan T2 Purwakarya tidak ada,

sehingga perlu adanya penelitian. Penelitian ini Adapun gambar kerangka pikir

penelitian ini, yaitu:

Bendungan T2
Purwarkaya

Diduga memiliki keberagaman jenis-jenis ikan

Melakukan Sampling

Pengumpulan Data

Pengelompokkan jenis berdasarkan ciri-ciri morfologi ikan

Metode Analisis Data

Identifikasi Morfologi

Rekomendasi
Gambar 1. Kerangka Pikir
4

TINJAUAN PUSTAKA

1. Keanekaragaman Hayati Jenis Ikan

Keanekaragaman hayati merupakan kekayan atau seluruh makhluk hidup

yang ada di rattanan maupun di lautan. Keanekaragaman hayati ini memiliki

hubungan dengan jumlah jenis dan jumlah individu dari suatu komunitas

(Kottelat et al., 2013).

Kekayaan jenis sendiri memiliki hubungan positif dengan area atau daerah

yang ditempati dan tergantung pada dua faktor, yaitu peningkatan jumlah

microhabitat dan variasi habitat dari daerah tersebut. Semakin panjang dan lebar

ukuran sungai atau waduk maka akan semakin banyak pula jumlah jenis ikan

yang ada didalammnya (Kottelat et al., 2013).

Ada korelasi positif antara kekayaan spesies dan wilayah yang ditempati,

yang bergantung pada dua faktor yaitu pertama peningkatan jumlah habitat

mikro akan meningkatkan keanekaragaman. Kedua, sebagai perbandingan,

wilayah yang lebih luas biasanya memiliki lebih banyak habitat. Sebab,

semakin panjang dan lebar sungainya, semakin banyak pula spesies ikannya

menempati (Kottelat et al., 2013).

Penelitian Faradiana (2018) tentang Keragaman ikan di Waduk Mulur

Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia. Penelitian tersebut berisi tentang

keanekearagaman jenis ikan yang hidup di Waduk Mulur Sukoharjo. Pada

kawasan inlet dan tengah Waduk Mulur Sukoharjo mempunyai nilai

kenakeragaman yang lebih tinggi daripada bagian oulet. Kawasan inlet dan
5

tengah memiliki tingkat keanekaragaman yang tergolong sedang, sedangkan

pada kawasan outlet I dan II memiliki tingkat keanekaragaman yang tergolong

rendah karena pengaruh penetrasi cahaya dan kecepatan arus seningga dapat

mempengaruhi keanakaragaman jenis ikan yang ada di Waduk Mulur. Ikan yang

memiliki tubuh ramping atau streamline kebanyakan hidup di kecepatan arus

yang tinggi. Analisis dendogram menunjukkan bahwa ikan yang hidup di Waduk

Mulur saling mengelompok jika dilihat dari segi karakter morfologinya

meskipun habitatnya berbeda satu sama lain (Faradiana, 2018).

2. Karakteristik Ikan

Ikan termasuk dalam vertebrata akuatik yang memiliki alat pernapasan

berupa insang. Namun beberapa jenis ikan juga dapat bernapas dengan cara

mengubah cara berenang atau dengan bantuan gelembung udara. Otak ikan

terbagi menjadi beberapa area yang terbungkus berupa tengkorak (tengkorak)

dan tulang rawan (cartilage) atau tulang bertulang.

Kepala ikan terdiri atas sepasang mata, mulut ditopang dagu, dan telinga

yang hanya terdiri atas telinga bagian dalam dan berbentuk saluran. Setengah

lingkaran berfungsi sebagai organ keseimbangan. Hati ikan berkembang dengan

baik. Sirkulasinya terkait dengan seluruh proses darah mengalir dari jantung ke

seluruh bagian tubuh lainnya melalui bagian lain. Jenis ikan ginjal adalah pred

menjadi salah satu bukti bahwa pola adaptasi dari setiap ikan berbeda-beda

tergantung dari wilayah yang ditempatinya. Adaptasi sendiri merupakan proses

evolusi dari suatu individu yang menyebabkan suatu organisme mampu bertahan

hidup pada lingkungan tertentu. Ikan-ikan yang ada di perairan sungai


6

mengalami perubahan morfologi sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada

disekitarnya. (Nurudin, 2013).

Kepala terdiri dari bagian moncong mulut terdepan hingga ujung

operculum paling belakang. Bagian mulut ini terdapat rahang atas dan rahang

bawah, gigi, hidung, mata, insang, dan alat tambahan lainnya. Menurut (Kottelat

et al., 2013) letak mulut ikan dibagi menjadi empat jenis yaitu; inferior,

subterminal, terminal, dan superior.

a. Inferior, adalah mulut yang terletak di bawah hidung.

b. Subterminal, adalah mulut terletak di dekat ujung namun posisinya agak

kebawah.

c. Terminal, yaitu mulut terletak pada bagian ujung hidung.

d. Superior, yaitu posisi mulut ikan terletak di atas hidung.

Gambar 2. Bentuk Mulut Ikan (Kottelat et al., 2013)

Bentuk posisi mulut ikan merupakan hasil adaptasi dari ikan dalam

persaingan untuk mendapatkan makanan. Ikan inferior memungkinkan mencari

makan di dasar sungai, missal ikan family Clariidae yang mampu mencari

makanan dari organisme kecil yang ada di dasar sungai. Ikan dengan tipe mulut

protractile ini memungkinkan untuk mendapatkan makanan yang ada ditepi

sungai maupun dasar tunai. Contoh ikan yang memiliki tipe mulut ini adalah
7

family Cyprinidae. Pada tipe mulut superior ini pada umumnya dimiliki oleh

ikan kecil pemakan planton. Rahang bawah pada ikan juga memiliki beberap

tipe yaitu incisor, canine, molar dan filiform.

Badan pada ikan merupakan bagian yang memiliki fungsi untuk

melindungi organ dalam. Pada ikan yang memiliki bentuk tubuh tipis dan kuat

ini memudahkan dalam berenang. Bagian yang disebut badan ini bermula dari

belakang operculum sampai belakang anus. Anggota badan meliputi: sirip, baik

tunggal maupun berpasangan. Sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur disebut

sirip sederhana. Sirip dada dan sirip perut disebut sirip berpasangan. Pada ikan

dengan dua sirip punggung, bagian depan terdiri dari duri dan bagian kedua

terdiri dari duri di bagian depan, diikuti oleh jari-jari lunak dan umumnya

bercabang. Pada individu ikan sirip punggung, bagian depan tidak terisolasi dan

dapat mengeras, sedangkan jari-jari kaki belakang lunak atau terisolasi dan

umumnya bercabang. (Kottelat et al., 2013). Sirip punggung berpasangan

maupun tunggal. Bagian anggota badan yang lain adalah sisik. Sisik disebut

sebagai rangka dermal yang memiliki hubungan dengan rangka luar

(exoskeleton). Sisik memiliki sifat yang sangat fleksibel pada ikan-ikan modern,

menurut bentuknya sisik ikan dibedakan atas beberapa tipe yaitu (Kottelat et al.,

2013):

a. Cosmoid, yang terdapat pada ikan yang telah punah.

b. Placoid, yaitu sisik yang berbentuk seperti tonjolan kulit, banyak terdapat

pada ikan yang termasuk kelas Chondrichthyes.


8

c. Ganoid, merupakan sisik yang terbentuk atas garam-garam ganoin, dan

banyak terdapat pada ikan dari golongan Actinopterygii.

d. Cycloid, merupakan sisik berbentuk seperti lingkaran, biasanya terdapat pada

ikan berjari- jari lemah (malacopterygii)

e. Ctenoid, memiliki bentuk seperti sisir, biasanya ditemukan pada ikan berjari-

jari sirip keras (Acanthopterygii)

Gambar 3. Bentuk Sisik Ikan (Kottelat et al., 2013)

Ukuran ikan seringkali erat kaitannya dengan di mana dan bagaimana

mereka hidup. Secara umum, tubuh ikan simetris atau simetris kiri-kanan, yaitu

jika ikan dibelah di tengah tubuh (sagital cut), maka akan dibagi menjadi dua

bagian yang sama di sisi kiri dan kanan. Selain itu, ada beberapa jenis ikan yang

memiliki bentuk bilateral asimetris. Jika tubuh ikan dibelah secara melintang

maka sisi kanan dan kiri tubuh berbeda, bentuk tubuh simetris ikan dapat

dibedakan atas (Kottelat et al., 2013):

a. Fusiform atau torpedo (berbentuk cerutu), yaitu bentuk yang sangat ramping

yang dapat bergerak di tengah tanpa menemui banyak rintangan. Tinggi


9

badan hampir sama dengan lebar badan, dan panjang badan beberapa kali

tinggi badan. Bentuk kedua ujung tubuhnya hampir meruncing.

b. Compressed atau pipih, ini adalah bentuk tubuh yang rata. Dibandingkan

dengan ketebalan bagian samping (lebar bodi), tingginya jauh lebih tinggi.

Lebar badan juga kurang dari panjang badan.

c. Depressed atau pipih, yaitu tubuh datar ke bawah. Dibandingkan dengan

ketebalan bodi samping (lebar tubuh), tingginya jauh lebih kecil.

d. Anguilliform atau ular atau sidat atau belut, yaitu bentuk tubuh ikan

memanjang, dengan penampang agak silindris dan kerucut atau ujung kecil.

e. Filiform atau berbentuk tali, yaitu bentuk badan yang mirip dengan tali.

f. Taeniform atau pita, yang merupakan bentuk tubuh yang ramping dan tipis,

mirip dengan pita.

g. Sagittiform atau panah, yang merupakan bentuk tubuh yang mirip dengan

panah.

h. Globirofm atau bulat, dikatakan bentuk tubuh ikan mirip bola.

i. Ostraciform atau bentuk kotak, yaitu bentuk tubuh ikan yang berbentuk

kotak.

Gambar 4. Bentuk Tubuh Ikan (Kottelat et al., 2013)


10

Ekor adalah bagian tubuh yang terdapat di permulaan sirip dubur sampai

ujung sirip ekor terbelakang. Pada bagian ini terdapat anus, sirip dubur dan sirip

ekor. Bentuk ekor dibagi menjadi empat macam berdasarkan perkembangan

ujung belakang notochrord atau vertebrate, yaitu:

a. Protocercal, memiliki ujung belakang vertebrate berakhir lurus di ujung ekor,

biasanya ditemukan pada ikan-ikan yang masih embrio dan ikan Cyclostoma.

b. Heterocercal, memiliki ujung vertebrate belakang ekor berbentuk agak

membelok ke arah dorsal sehingga caudal terbagi secara tidak simetris.

c. Homocercal, ujung belakang notochord di bagian ekor agak membelok ke

arah dorsal namun cauda tidak terbagi secara simetris bila dilihat dari dalam,

namun simetris apabila dilihat dari arah luar.

d. Diphycercal atau Isocercal, memiliki ujung notochord yang lurus kearah

cauda sehingga sirip ekor terbagi secara simetris baik dari arah luar maupun

arah dalam.

Gambar 5. Tipe Tulang Sirip Ekor (Kottelat et al., 2013)

Adapun tipe-tipe utama sirip ekor ikan jika ditinjau dari bentuk luar sirip

ekor, maka secara morfologis dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk sirip ekor,

antara lain:
11

a. Rounded atau membundar

b. Truncate atau berpinggiran tegak

c. Pinted atau meruncing

d. Wedge shape atau berbentuk baji

e. Emarginate atau berpinggiran berlekuk tunggal

f. Double emarginate atau berpinggiran berlekuk ganda

g. Forked atau bercagak

h. Lunate atau berbentuk sabit

i. Epicercal atau bagian sirip atas lebih besar

j. Hypocercal atau bagian daun sirip bawah lebih besar

Gambar 6. Bentuk Ekor Ikan (Kottelat et al., 2013)

Morfometrik merupakan metode pengukuran karakter morfologi yang

diukur untuk pengukuran bagian-bagian tertentu dari struktur eksternal ikan,

biasanya karakter ini meliputi: Panjang total atau PT, panjang standar atau PS,

tinggi dan lebar badan atau PB, tinggi dan panjang ekor atau PSE, tinggi dan

panjang sirip, diameter mata dan lain-lain. Pengukuran ini dapat digunakan

untuk mengidentifikasi ikan.


12

Gambar 7. Morfometrik Ikan (Arga, 2021)

Panjang total mengacu pada jarak antara ujung kepala utama dan ujung

belakang sirip ekor. Panjang standar adalah jarak dari ujung kepala utama ke

pangkal sirip ekor. Panjang tubuh adalah jarak antara pangkal kepala dan

pangkal sirip ekor. Panjang kepala adalah jarak antara tepi depan kepala dan

pangkal kepala. Panjang sirip ekor adalah jarak antara jari-jari pertama dan

posisi selaput sirip di belakang jari terakhir (Priyani dan Julita, 2016).

3. Bendungan

Bendungan merupakan konstruksi yang mempunyai dimensi dan sengaja

dibangun untuk menampung aliran air. Kata bendungan semuanya dapat

ditelusuri kembali ke Negara Inggris dan Belanda di abad pertengahan, seperti

kita ketahui pada nama-nama dari beberapa kota yang berada dinegara tersebut.

Bendungan di Mesopotamia pada awalnya digunakan untuk mengontrol

tingkat air, dikarenakan terdapat pengaruh cuaca di sekitar sungai Eufrat dan

Tigris dimana pengaruh yang bisa sangat tidak terduga. Pembangunan ini yang

paling awal terjadi di Mesopotamia dan Timur Tengah.

Beberapa tujuan dari adanya pembangunan bendungan, diantaranya

mencakup untuk penyediaan air irigasi,pertanian ataupun pasokan untuk

kebutuhan kota, meningkatkan kualitas navigasi, menciptakan penampungan


13

baru air untuk memberi pasokan kebutuhan air bagi industri, menghasilkan

pembangkit listrik tenaga air, menciptakan area wisata air, menjadi area

perikanan, , ataupun dapat mencegah aliran dari limbah dari pabrik yang

mengalir ataupun pertambangan untuk mengalir ke sungai secara langsung.

Beberapa bendungan mempunyai lebih dari satu tujuan dlam

pembuatannya, sehingga membutuhkan kreteria tertentu dalam pembuatan

bendungan. Berikut adalah fungsi bendungan secara umum:

a. Untuk Menstabilkan aliran air/irigasi: Hal yang utama dari sebuah bendungan

sering digunakan untuk mengontrol dan menstabilkan aliran air, pertanian dan

irigasi. Bendungan dapat membantu menstabilkan tingkat air danau dan laut

pedalaman. Bendungan menyimpan air untuk kebutuhan minum dan

kebutuhan manusia secara langsung.

b. Sebagai untuk turunan yang lain dari bendungan pembangkit Listrik tenaga

air adalah sumber utama listrik di dunia, dimana negara yang memiliki sungai

dengan aliran air yang memadai, yang dapat langsung dibendung.

4. Penelitian Relevan

Sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan keaslian dalam penelitian

ini adalah beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai

keanekaragaman hayati ikan. Keaslian dari penelitian ini karena sebelumnya

belum pernah dilakukan penelitian mengenai Identifikasi Jenis-Jenis Ikan dan

sekaligus menentukan strategi pengelolaan secara berkelanjutan di Bendungan

T2 Purwakarya Kecamatan Purwodadi.

Beberapa kajian atau penelitian terdahulu yang pernah dilakukan


14

digunakan sebagai referensi sekaligus perbandingan untuk menunjukkan

keaslian penelitian ini. Penelitian yang terkait dengan keanekaragaman jenis-

jenis ikan adalah sebagai berikut:

1. Dian Samitra, Ivoni Susanti , Evi Tamala Sari (2018). Hasil penelitian ini

ikan-ikan Sungai Kelingi di Kecamatan Tuah Negeri Kabupaten Musi

Rawas teridentfikasi 9 jenis ikan yang tergolong dalam 5 famili dan 3 ordo.

Rasbora caudimaculta adalah jenis ikan yang paling banyak ditangkap

selama penelitian

2. Sampe Harahap, Syafriadiman dan Erian Huri (2010), Ikan yang berhasil

terkoleksi di Waduk PLTA Koto Panjang sebanyak 44 jenis. Jenis-jenis ikan

ini termasuk ke dalam 6 bangsa (Ordo), 17 suku (Famili) dan 30 marga

(Genus). Jenis-jenis ikan yang ditemukan, 30 jenis diantaranya tergolong

sebagai ikan hias, 33 jenis tergolong ikan konsumsi dan 7 jenis tegolong

ikan budidaya. Dari semua jenis yang terkoleksi jumlahnya tidak semuanya

mencapai 5 ekor per spesies, hal ini dikarenakan ada beberapa spesies ikan

yang telah sulit ditemukan di Waduk PLTA Koto Panjang antara lain : daro

putih (Albulichtys albuloides), Tabin galan (Amblyrhynchichtys truncates),

lelan (O. pleurotaenia/ Labeo pleurotaenia), tali-tali (Nemachilus

selangoricus).

3. Sriwidodo DEW, Budiharjo A, Sugiyarto (2013). Keanekaragaman jenis

ikan di kawasan inlet dan outlet Waduk Gajah Mungkur Wonogiri.

Bioteknologi 10: 43-50. Waduk Gajah Mungkur seluas 8.800 ha merupakan

hasil pembendungan Sungai Bengawan Solo dan beberapa anak sungai.


15

Saluran inlet dan outlet perairan Waduk Gajah Mungkur memiliki faktor

biotik dan abiotik yang berbeda yang dianggap mempengaruhi

keanekaragaman jenis ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

keragaman spesies ikan di Waduk Gajah Mungkur di outlet lebih tinggi

(1,87) daripada lokasi inlet I, II, III (1,02, 0,71 dan 1,23). Faktor abiotik

memiliki pengaruh yang signifikan pada distribusi dan penyebaran ikan.


16

METODOLOGI PENELITIAN

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Bendungan T2 Desa Purwakarya,

Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. Penelitian

dimulai pada Agustus 2023 selama 1 minggu. Pengamatan dilakukan pada waktu

pagi hari 07.00-10.00 WIB dan sore hari pukul 15.00-17.00 WIB di sekitar

bendungan T2. Kondisi bendungan T2 dapat dilihat pada gambar berikut ini:

LOKASI PENELITIAN

KEBERAGAMAN IKAN AIR


TAWAR DENGAN ALAT
TANGKAP PANCING TAJUR DI
BENDUNGAN T2 PURWAKARYA

KABUPATEN MUSI RAWAS

DISUSUN OLEH :
SETIONO
NIM : 1903020011

Gambar 8. Peta Bendungan T2 Purwakarya

Adapun waktu penelitian ini sesuai dengan jadwal penelitian yang telah

ditentukan oleh kalender akademik.


17

Tabel 1. Jadwal Penelitian


Juli Agustus September
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal

Seminar
2
Proposal

Perbaikan
3
Proposal

Pelaksanaan
4
Penelitian

Pengelolaan dan Penyusunan


5
Laporan Hasil Penelitian

6 Seminar/Ujian Hasil Penelitian

7 Perbaikan Hasil Penelitian

Sumber : Data Diolah, 2023

2. Alat dan Bahan

a. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah jaring pencar,

tangguk, kantong plastik, mistar, alat tulis, kertas label dan kamera handpone.

b. Bahan

Bahan yang digunakan adalah larutan formalin 10% dan alkohol 70%

untuk pengawetan hasil ikan yang tertangkap.

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

experiment fishing, yaitu dengan melakukan kegiatan pemancingan di

Bendungan T2 Purwakarya. Peletakan pancing dilakukan secara acak. Setting

dilakukan pada pukul 08.00 WIB dan hauling dilakukan pada pukul 17.00 WIB.
18

4. Cara Kerja

Tahapan penelitian di Bendungan T2 Purwakarya Kecamatan Purwodadi

yaitu:

a. menentukan lokasi pengambilan sampel.

Lokasi pengambilan sampel sebanyak 3 stasiun, penomoran sampel dari hulu

ke hilir (Samitra & Rozi, 2018)

b. persiapan alat dan bahan

c. pengambilan sampel ikan

d. identifikasi

e. analisis data

5. Parameter Pengamatan

Parameter pengamatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu,

a. Pengambilan sampel menggunakan jala pencar dan tangguk

b. Sampel ikan yang tertangkap diawetkan dalam larutan 4- 10% tergantung

ukurannya (Haryono et al., 2017)

c. Sampel ikan yang telah direndam formalin dicuci bersih dan di rendam ke

dalam alkohol 70%

d. Sampel yang diperoleh dibawa ke laboratorium Universitas Bina Insan

Lubuklinggau untuk diidentfikasi, kegiatan identifikasi menggunakan buku

Kottelat, et al., (2013)

1. Analisis Data

Analisis deskriptif pada seluruh sampel ikan yang di dapatkan

meliputi pencatatan secara manual mengenai karakter ikan yang diduga akan
19

berubah ketika dilakukan pengawetan terhadap sampel ikan tersebut.

Karakter yang diamati meliputi bentuk tubuh, panjang tubuh, tipe sisik, pola

warna, bentuk moncong, bentuk sirip, jumlah sirip, dan bentuk ekor.

Identifikasi ikan ini dilakukan dengan buku-buku panduan untuk mengetahui

ordo, famili, genus dan spesies. Buku panduan yang digunakan adalah

Freshawater Fishes Of Western Indonesia and Sulawesi (Kottelat et al.,

2013).

Setelah teridentifikasi dilakukan pengukuran dan perhitungan pada

sampel ikan yang dikumpulkan. Karakteristik morfometrik yang diukur

dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Arga (2021), meliputi: panjang

total (PT), panjang standar (PS), panjang badan (PB), panjang kepala (PK)

dan panjang kepala dan ekor. sirip (PSE). Pengukuran dilakukan dengan

penggaris.

Anda mungkin juga menyukai