Anda di halaman 1dari 14

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepuluan dengan wilayah laut yang lebih luas dari
pada daratan. Jumlah pulau di Indonesia sebanyak 17.499 pulau (sebelumnya disbut
17.508 pulau) dan garis pantai sepanjang 95.181 km. sekitar tiga perempat (5,8 juta
km2) wilayah Indonesia adalah perairan laut yang terdiri dari laut pesisir, laut lepas,
teluk, dan selat. Keseluruhannya adalah perairan laut territorial dengan luas sekitar
3,1 juta km2. Indonesia juga memiliki hak pengelolaan dan pemanfaatan ikan di
zona ekonomi ekskusif (ZEE) sekitar 2,7 juta km2 selain laut Indonesia juga
memiliki perairan umum atau perairan tawar kurang lebih 54 juta hektar yang terdiri
dari sungai, danau, waduk, rawa-rawa, dan genangan air lainnya yang ada di
perairan (Ghufran dan Kordi, 2012).
Ikan adalah binatang bertulang belakang (vertebrata) yang berdarah
dingin, hidup dalam lingkungan air, pergerakan dan persetimbangan tubuhnya
terutama menggunakan sirip, dan umumnya bernfas dengan insang. Dalam
golongan vertebrata jumlah spesies ikan berkisar lebih kurang 20.000 spesies,
malahan ad juga yang menduga sekitar 40.000 spesies. Ikan tergantung terutama
kepada insang untuk mengambil oksigen terlarut dalam air. Ikan tidak dapat
bertahan lama pada keadaan dimana kurang oksigen. Kebutuhan minimal akan
oksigen 1 ppm, dan untuk hidup yang optimal diperlukan lebih kurang 5 ppm
oksigen terlarut. Beberapa ikan masih mampu hidup pada kondisi yang miskin akan
oksigen, karena dirinya diperlengkapi oleh alat pernafasan tambahan yang ada pada
sebagian ikan (Sitepu, 20012).
Kekayaan jenis ikan di Indonesia sangat tinggi dan diperkirakan 8500 jenis
hidup di perairan Indonesia yang merupakan 45% dari jumlah jenis global di dunia.
Dari jumlah tersebut, 1300 jenis menempati perairan tawar. Akan tetapi informasi
tentang kekayaan jenis ikan di Indonesia hingga saat ini masih tergolong rendah,
rendahnya pengetahuan akan kekayaan jenis ikan menjadi kendala dalam
pemanfaatannya (Bhagawati, dkk., 2013).
Ikan air tawar adalah jenis ikan yang menjalani sebagian atau seluruh
siklus hidupnya di habitat air tawar. Habitat air tawar yang banyak didiami oleh
2

ikan-ikan air tawar adalah sungai, danau, lebak, lebung dan rawa-rawa atau habitat
lainnya yang digolongkan perairan taawar dengan kadar garam dibawah 0,5 ppt.
ikan air tawar beradaptasi secara fisiologis terhadap perbedaan tekanan osmosis
tubuh dan perairan tawar dengan mengatur keseimbangan konsentrasi elektrolit di
dalam tubuhnya (Anggranie dkk., 2015).
Ikan mujair hidup di perairan tawar, seperti danau, waduk dan rawa.
Toleransinya yang luas terhadap salinitas, menyebabkan ikan ini juga dapat hidup
di air payau dan air laut. Ikan mujair bersifat herbivora, tetapi ikan ini juga
mengkonsumsi detritus, crustacea, bentos, dan berbagai bentuk makanan suplemen
yang tersedia di air. Ikan mujair (O. mossambicus) mempunyai kecepatan
pertumbuhan yang relatif lebih cepat, tetapi setelah dewasa percepatan
pertumbuhannya akan menurun. Telur mujair dierami di dalam mulut induk betina
selama 3-4 hari. Larva yang baru menetas akan hidup dari kuning telurnya selama
5-7 hari. Larva ikan mujair mulai bisa makan pada hari ke delapan. Selama periode
14-17 hari larva mujair dilindungi oleh induk betina di dalam mulutnya. Pada waktu
tertentu larva ikan keluar dari mulut induk, berenang di sekitar induk untuk
mendapatkan pakan. Ketika lepas dari perlindungan mulut induk betina, larva
mujair biasanya sudah mencapai ukuran 9-10 mm (Pulungtana, dkk., 2011).
Ikan memiliki keanekaragaman bentuk, ukuran, habitat serta distribusi
jenis berdasarkan perbedaan ruang dan waktu sehingga membutuhkan pengetahuan
tentang pengelompokan atau pengklasifikasian ikan. Pada umumnya bentuk tubuh
ikan berkaitan erat dengan habitat dan cara hidupnya secara umum bentuk tubuh
ikan adalah simetris bilateral, yang berarti jika ikan tersebut dibelah pada bagian
tengah-tengah tubuhnya (potongan sagittal) akan terbagi menjadi dua bagian yang
sama antara sisi kanan dan sisi kiri. Selain itu, terdapat beberapa jenis ikan
berbentuk non-simetris bilateral, yaitu jika tubuh ikan tersebut dibelah secara
melintang (crosssection) maka terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri
tubuh ((Bhagawati, dkk., 2013).
Rangka pada ikan berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang atau
menyokong organ-organ tubuh. Secara tidak langsung rangka juga menentukan
bentuk tubuh ikan yang beranekara gaman. Dengan demikiandapat dikatakan
bahwa tulang-tulang yang membentuk sistem rangka berkaitan dengan sistem otot
3

serta mengalami evolusi seiring dengan adaptasi kedua sistem tersebut terhadap
lingkungan secara terus menerus. Rangka yang menjadi penegak tubuh ikan ada
yang terdiri dari tulang rawan saja, da nada yang terdiri atas tulang sejati dan tulang
rawan.kelompok ikan yang betulang rawan saja dinamakan chondrichthyes.
Kelompok ikan yang bertulang sejati dan bertulang rawan dikelopokkan
osteichthyes (Rahardjo dkk., 2010).

Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Morfologi Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus)
2. Untuk mengetahui sistem Rangka Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus)
3. Untuk mengetahui Susunan Rangka pada Ikan Mujair (Oreochromis
mossambicus)

Manfaat Praktikum
Manfaat praktikum ini adalah agar mahasiswa mengetahui tentang sistem
rangka ikan dan bagian-bagiannya dan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
praktikal test di laboratorium Iktiologi Program Studi Manajemen Sumberdaya
Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
4

TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi Ikan Mujair


Karakterisasi ikan-ikan asli Indonesia perlu segera dilakukan mengingat
pengetahuan tentang jenis ikan asli tersebut masih relatif rendah. Keadaan tersebut
menahan lajunya percepatan pemanfaatan keanekaragaman hayati ikan di
Indonesia. Spesies ikan air tawar terdiri atas 170 familia dan dibedakan dalam
beberapa ordo, yaitu: Characiformes, Cypriniformes, Siluriformes, Gymnotiformes,
Perciformes, dan Cyprino-dontiformes. Biogeografi distribusi genus dan spesies
ikan air tawar tersebut, masing-masing terdiri atas 705 genus dengan 4.035 spesies
di daerah Neurotropik, 390 genus dengan 2.938 spesies di Afrotropik, 440 genus
dengan 2.345 spesies di Oriental, 380 genus dengan 1.844 spesies di Palaearktik,
298 genus dengan 1.411 spesies di Nearktik, dan 94 genus dengan 261 spesies di
Australia (Bhagawati dkk., 2013).
Ikan memiliki keanekaragaman bentuk, ukuran, habitat serta distribusi jenis
berdasarkan perbedaan ruang dan waktu sehingga membutuhkan pengetahuan
tentang pengelompokan atau pengklasifikasian ikan. Pada umumnya bentuk tubuh
ikan berkaitan erat dengan habitat dan cara hidupnya. Secara umum bentuk tubuh
ikan adalah simetris bilateral, yang berarti jika ikan tersebut dibelah pada bagian
tengah-tengah tubuhnya (potongan sagittal) akan terbagi menjadi dua bagian yang
sama antara sisi kanan dan sisi kiri. Selain itu, terdapat beberapa jenis ikan
berbentuk non-simetris bilateral, yaitu jika tubuh ikan tersebut dibelah secara
melintang (crosssection) maka terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri
tubuh (Bhagawati dkk., 2013).
Ikan mujair dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain mujair biasa
mujair merah dan mujair albino. Berdasarkan warna sisik, ikan ini dapat dibedakan
ke dalam lima varitas, yaitu mujair dengan warna sisik abu-abu, abu abu bercak
putih, putih, hitam dan merah. Ikan Mujair merupakan jenis ikan konsumsi air
tawar, bentuk badan pipih dengan warna abu-abu, coklat atau hitam. Mujair
memiliki bentukbadan yang pipih dan memanjang, bersisik kecil-kecil bertipe
stenoid, tubuh memiliki garis vertikal, sirip ekor memiliki garis berwarna merah.
Warna ikan ini tergantung pada lingkungan atau habitat yang di huni. Mulutnya
5

agak besar dan mempunyai gigi-gigi yang halus. Letak mulut terminal atau di ujung
tubuh. Posisi sirip perut terhadap sirip dada adalah thoracic. Linea lateralis tidak
sempurna atau terputus menjadi dua bagian (Pulungtana, dkk., 2011).
Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) merupakan organisme perairan
tawar yang dapat bertahan terhadap perubahan kondisi lingkungan perairan,
diantaranya kadar oksigen yang rendah dan perubahan salinitas yang cukup ekstrim.
Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) merupakan ikan yang telah beradaptasi
luas di Indonesia berkat kemampuan berkembangbiaknya yang cepat. Ikan Mujair
(Oreochromis mossambicus) tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia, baik
waduk, sungai maupun rawa-rawa (Suyantri dkk., 2011).
Klasifikasi ikan mujair Menurt (Pulungtana, dkk., 2011) sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis mossambicus
Banyak orang keliru membedakan antara ikan nila dan ikan mujair. Letak
perbedaan keduanya dapat dilihat dari perbandingan antara panjang total dan tinggi
badan. Perbandingan ukuran tubuh ikan nila adalah 3:1 dan ikan mujair 2:1 selain
itu, terlihat adanya garis-garis vertikal yang terlihat sangat jelas di sirip ekor ada
enam buah dan di sirip punggung ada delapan buah. Garis dengan pola yang sama
(garis vertical) juga terdapat di kedua sisi tubuh ikan nila dengan jumlah delapan
buah (Aribowo, 2010).
Ciri-ciri khas dari ikan mujair yaitu dagu berwarna kekuning-kuningan dan
tanda tersebut biasanya akan terelihat lebih jelas pada ikan jantan yang sudah
dewasa. Ikan ini memiliki panjang tubuh dua sampai tiga kali dari tinggi badannya.
Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) Ciri-ciri yang perlu diperhatikan untuk
membedakan induk jantan dan induk betina, yaitu pada betina terdapat tiga buah
lubang pada urogenital, yaitu dubur, lubang pengeluaran telur dan lubang urin.
Ujung sirip berwarna pucat kemerah-merahan, warna perut lebih putih, warna dagu
6

putih, dan jika perut ditekan tidak mengeluarkan cairan. Induk jantan memiliki dua
buah lubang pada urogenital, yaitu anus dan lubang sperma merangkap lubang urin.
Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas. Warna perut lebih
gelap/kehitam hitaman, warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan, dan
jika perut ditekan akan mengeluarkan cairan. Pada betina terdapat tiga buah lubang
pada urogenital, yaitu dubur, lubang pengeluaran telur dan lubang urin. Ujung sirip
berwarna pucat kemerah-merahan, warna perut lebih putih, warna dagu putih, dan
jika perut ditekan maka ikan tersebut tidak mengeluarkan cairan hal ini adalah salah
satu yang dapat membedakan antara jantan dan betiana (Pulungtana dkk., 2011).

Sistem Rangka Ikan Mujair (Oreochromis Mossombicus)


Seperti golongan vertebrata lainnya, rangka pada ikan berfungsi untuk
menegakkan tubuh, menunjang atau menyokong organ-organ tubuh, melindungi
organ-organ tubuh, dan berfungsi pula dalam pembentukan butir darah merah. Pada
beberapa ikan modifikasi tulang penyokong sirip menjadi penyalur sperma kedalam
saluran reproduksi ikan betina. Secara tida langsung rangka mentukan bentuk tubuh
ikan yang beranekaraga. Bentuk tubuh ikan sebenarnya merupakan interaksi antara
sistem rangka dengan sistem otot serta evolusi dalam adaptasi kedua sistem tersebut
terhadap lingkungannya (Sitepu, 2012).
Tidak semua jenis ikan memiliki bentuk tubuh dengan satu kategori,
namun terdapat pula jenis ikan yang memiliki bentuk kombinasi. Misalnya pada
anggota Ordo Siluriformes, terdapat ikan yang memiliki kepala berbentuk picak,
bagian badan berbentuk cerutu, dan bagian ekor berbentuk pipih. Ordo Siluriformes
merupakan kelompok ikan berkumis meliputi beberapa familia dan masing-masing
memiliki karakter morfologi yang spesifik (Bhagawati dkk., 2013).
Rangka ikan dibedakan menjadi tiga macam. Rangka pertama adalah
rangka aksial, yang merupakan proses yang memberikan bentuk dasar ikan. Rangka
kedua adalah rangka visceral yang meliputi semua bagian tulanglengkung insang
dan derivat-derivatnya. Rangka ketiga adalah rangka apendikular yaitu tulang yang
menyokong sirip dan pelekatnya, ketiga rangka tersebutlah yang menyusun
terbentuknya rangka ikan (Rahardjo dkk., 2010).
Rangka Axial yaitu tulang punggung dan tulang rusuk berkembang sacara
embriologik, dari sclerotome yang terdapat di sekeliling notechorda dan batang
7

saraf. Tiap-tiap pasang sclerotome berkembang menjadi empat pasang rahang yang
dinamakan arculia. Masing-masing tulang dinamakan arcule. Dua pasang arcule
terletak diatas notochordata, yang didepan namakan basidorsal dan yang belakang
dinamakan interdorsal. Tulang punggung didaerah badan berbeda dangan yang
didaerah ekor. Tiap-tiap ruas didaerah badan dilengkapi oleh sepasang tulang rusuk
kiri dan kanan untuk melindungi organ-organ didalam rongga badan. Pada batang
ekor tiap-tiap ruasnya dibagian bawah hanya terdapat satu cucuk haemal.dibagian
atas ruas tulang punggung terdapat cucuk neural (Sitepu, 2012).
Rangka viseral terdiri atas struktur yang menyokong insang dan
megelilingi tegak. Struktur ini terdiri atas tujuh tuang lengkung insang. Dua
lengkung insang utama menjadi bagian dari tulang-tulang tengkorak, sedangkan
yang lima lainnya berfungsi sebagi penyokong insang. Pada beberapa jenis ikan
hiulengkung insang pertama tidak ada, jika ada tulang ini berubah bentuk menjadi
tulang rawan labial (Rahardjo dkk., 2010).
Tulang rangka appendicular adalah tulang-tulang penyokong kulit dan
pelekatnya. Pada ikan terdapat lima macam sirip yaitu sirip tunggal, (sirip pungung,
sirip ekor dan sirip dubur) dan sirip berpasangan (sirip perut dan sirip dada) sirip
punggung yang terdapat pada ikan-ikan kelas chondrichtyes disokong oeh keping-
keping tulang rawan yang dinamakan rawan basal yang terletak di bagian bawah
tertumpu pada cucuk neural, dan rawan radial yang terletak diatas rawan basal
menunjang jari-jari sirip (Sitepu, 2012).

Habitat dan Penyebaran Ikan Mujair


Ikan mujair berasal dari perairan Afrika, yaitu sekitar dataran rendah
Zambezi, Shiré dan dataran pantai delta Zambezi sampai pantai Algoa. Pada saat
ini, ikan mujair telah tersebar luas sekurang-kurangnya ke-90 negara di dunia,
termasuk Indonesia. Ikan mujair diperkenalkan sebagai ikan budi daya atau ikan
komersial dan di Indonesia, ikan Mujair awalnya diperkenalkan sebagai ikan hias
(Pulungtana, dkk., 2011).
Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) merupakan organisme perairan
tawar yang dapat bertahan terhadap perubahan kondisi lingkungan perairan,
diantaranya kadar oksigen yang rendah dan perubahan salinitas yang cukup ekstrim
Untuk mendapatkan pertumbuhan ikan yang optimum, perlu ditambahkan pakan
8

tambahan yang berkualitas tinggi, yaitu pakan yang memenuhi kebutuhan nutrisi
ikan. Nilai gizi pakan ikan pada umumnya dilihat dari komposisi zat gizinya, seperti
kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Selain nilai gizi
makanan, perlu diperhatikan pula bentuk dan ukuran yang tepat untuk ikan yang
dipelihara (Dani dkk., 2005).
Ikan mujair dapat berkembang pesat di kolam, sawah dan sungai air deras.
Kolam dengan sistem pengairan yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan fisik ikan mujair. Keasaman air (pH) yang baik untuk perkembangan
ikan mujair berkisar antara 5-8, dengan suhu air berkisar antara 20 27ºC. Ikan
mujair dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian
antara 150-1000 m dpl. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mujair harus bersih,
tidak terlalu keruh, tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan limbah pabrik.
Berat ikan dapat mencapai 120 sampai 200 gram dalam waktu empat bulan dengan
sedikitnya 80% yang dapat bertahan hidup. Panjang total maksimum yang dapat
dicapai ikan mujair adalah 40 cm. Ikan ini mulai bisa berkembang biak pada umur
3 bulan, dan setelah itu ikan mujair dapat berkembang biak setiap 1½ bulan sekali
(Pulungtana, dkk., 2011).
Pada suhu lingkungan turun mendadak akan terjadi degradasi eritrosit
sehingga proses respirasi (pernafasan atau pengambilan oksigen) terganggu.
Sebaliknya, pada suhu yang meningkat tinggi akan menyebabkan ikan bergerak
aktif, tidak mau berhenti makan, dan metabolisme cepat meningkat sehingga
kotoran menjadi lebih banyak. Kotoran yang banyak akan menyebabkan kualitas
air disekitarnya menjadi buruk. Sementara kebutuhan oksigen meningkat, tetapi
ketersediaan oksigen air buruk sehingga ikan akan kekurangan oksigen dalam
darah. Akibatnya ikan menjadi stres dan terganggu keseimbangan tubuhnya
(Bangsa dkk., 2015).
9

METODELOGI

Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 03 juni 2016 pukul
14-00 WIB sampai 15-30 WIB, di laboratorium Iktiologi Prodi Manajemen
Sumberdaya, Perairan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah pensil, penghapus karet,
kertas A4, polpen, dan pengaris
Bahan yang digunakan adalah kerangka ikan Mujair (Oreochromis
Mossambicus).

Prosedur Kerja
1. Semua alat dan bahan disediakan diatas meja
2. Rangka bagian tengkorak diamati
3. Sirip yang berpasangan diamati
4. Setelah semua bagian-bagian rangka telah diamati dicatat dan digambarkan
paa kertas A4 sebagai laporan sementara
10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Adapun hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

Gambar ikan Mujair (oreochromis mossombicus)


Klasifikasi ikan mujair Menurt (Pulungtana, dkk., 2011) sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis mossambicus
11

Pembahasan
Ciri-ciri khas dari ikan mujair yaitu dagu berwarna kekuning-kuningan dan
tanda tersebut biasanya akan terelihat lebih jelas pada ikan jantan yang sudah
dewasa. Ikan ini memiliki panjang tubuh dua sampai tiga kali dari tinggi badannya.
Hal ini sesuai dengan literatur Pulungtana dkk (2011), yang menyatakan bahwa
Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) Ciri-ciri yang perlu diperhatikan untuk
membedakan induk jantan dan induk betina, yaitu pada betina terdapat tiga buah
lubang pada urogenital, yaitu dubur, lubang pengeluaran telur dan lubang urin.
Ujung sirip berwarna pucat kemerah-merahan, warna perut lebih putih, warna dagu
putih, dan jika perut ditekan tidak mengeluarkan cairan. Induk jantan memiliki dua
buah lubang pada urogenital, yaitu anus dan lubang sperma merangkap lubang urin.
Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas
Rangka ikan dibedakan menjadi tiga macam. Hal ini sesuai dengan
literatur Rahardjo dkk (2010) yang menyatakan bahwa Rangka pertama adalah
rangka aksial, yang merupakan proses yang memberikan bentuk dasar ikan. Rangka
kedua adalah rangka visceral yang meliputi semua bagian tulanglengkung insang
dan derivat-derivatnya. Rangka ketiga adalah rangka apendikular yaitu tulang yang
menyokong sirip dan pelekatnya, ketiga rangka tersebutlah yang menyusun
terbentuknya rangka ikan
Ikan memiliki keanekaragaman bentuk, ukuran, habitat serta distribusi
jenis berdasarkan perbedaan ruang dan waktu sehingga membutuhkan pengetahuan
tentang pengelompokan atau pengklasifikasian ikan. Hal ini sesuai dengan literatur
Bhagawati dkk. (2013) yang menyatakan bahwa . Secara umum bentuk tubuh ikan
adalah simetris bilateral, yang berarti jika ikan tersebut dibelah pada bagian tengah-
tengah tubuhnya (potongan sagittal) akan terbagi menjadi dua bagian yang sama
antara sisi kanan dan sisi kiri. Selain itu, terdapat beberapa jenis ikan berbentuk
non-simetris bilateral, yaitu jika tubuh ikan tersebut dibelah secara melintang
(crosssection) maka terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri tubuh
Rangka Axial yaitu tulang punggung dan tulang rusuk berkembang sacara
embriologik, dari sclerotome yang terdapat di sekeliling notechorda dan batang
saraf. Hal ini sesuai dengan literatur Sitepu, (2012) yang menyatakan bahwa Tiap-
tiap pasang sclerotome berkembang menjadi empat pasang rahang yang dinamakan
12

arculia. Masing-masing tulang dinamakan arcule. Dua pasang arcule terletak diatas
notochordata, yang didepan namakan basidorsal dan yang belakang dinamakan
interdorsal. Tulang punggung didaerah badan berbeda dangan yang didaerah ekor.
Tiap-tiap ruas didaerah badan dilengkapi oleh sepasang tulang rusuk kiri dan kanan
untuk melindungi organ-organ didalam rongga badan. Pada batang ekor tiap-tiap
ruasnya dibagian bawah hanya terdapat satu cucuk haemal.dibagian atas ruas tulang
punggung terdapat cucuk neural.
Rangka viseral terdiri atas struktur yang menyokong insang dan
megelilingi tegak Hal ini sesuai dengan literatur Rahardjo dkk (2010) yang
menyatakan bahwaStruktur ini terdiri atas tujuh tuang lengkung insang. Dua
lengkung insang utama menjadi bagian dari tulang-tulang tengkorak, sedangkan
yang lima lainnya berfungsi sebagi penyokong insang. Pada beberapa jenis ikan
hiulengkung insang pertama tidak ada, jika ada tulang ini berubah bentuk menjadi
tulang rawan labial
Tulang rangka appendicular adalah tulang-tulang penyokong kulit dan
pelekatnya. Hal ini sesuai dengan literatur Sitepu, (2012) yang menyatakan bahwa
Pada ikan terdapat lima macam sirip yaitu sirip tunggal, (sirip pungung, sirip ekor
dan sirip dubur) dan sirip berpasangan (sirip perut dan sirip dada) sirip punggung
yang terdapat pada ikan-ikan kelas chondrichtyes disokong oeh keping-keping
tulang rawan yang dinamakan rawan basal yang terletak di bagian bawah tertumpu
pada cucuk neural, dan rawan radial yang terletak diatas rawan basal menunjang
jari-jari sirip
13

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) merupakan organisme perairan tawar
yang dapat bertahan terhadap perubahan kondisi lingkungan perairan,
diantaranya kadar oksigen rendah dan perubahan salinitas yang cukup ekstrim.
2. Rangka pada ikan Mujair berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang atau
menyokong organ-organ tubuh, melindungi organ-organ tubuh, dan berfungsi
pula dalam pembentukan butir darah merah.
3. Pada ikan Mujair terdiri dari 3 rangka. Rangka pertama adalah rangka aksial,
yang merupakan proses yang memberikan bentuk dasar ikan. Rangka kedua
adalah rangka visceral yang meliputi semua bagian tulanglengkung insang dan
derivat-derivatnya. Rangka ketiga adalah rangka apendikular yaitu tulang yang
menyokong sirip dan pelekatnya, ketiga rangka tersebutlah yang menyusun
terbentuknya rangka ikan

Saran
Saran dari praktikum ini adalah semoga alat-alat praktikum terpenuhi dan
kepada asisten selalu mengarahkan kami di setiap praktikum seperti halnya yang
sudah dilakukan sebelumnya, agar terciptanya suasana praktikum yang aman dan
nyaman.
14

DAFTAR PUSTAKA

Anggranie D.T,. Qomariyah dan Khalidah, 2015. Penyebaran dan Budidaya Ikan
Air tawar di Pulau Jawa Berbasis WEB. Universitas Gunadarma. Bekasi.
Bangsa P.C., Sugito., Zuhrawati., R. Daud., N. Asmilia dan Azhar, 2015. Pengaruh
Penigkatan Suhu Terhadap Jumlah Eritrosit Ikan nila (Orechromis
niloticus). Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Bhagawati D., M.N Abulias dan A Amurwanto, 2013. Fauna Ikan Siloriformes Dari
Sungai Serayu, Banjaran, dan Tajum di Kabupaten Banyumas. Universitas
Jenderal Soedirman. Bayumas.
Dani N.P., A. Budiharjo dan S Listyawati, 2005. Komposisi Pakan Buatan Untuk
Meningkatkan Pertumbuhan dan Kandungan Protein Ikan Tawes (puntius
javanicus Blkr.). Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Ghufran H.M dan Kordi K, 2015. Pengelolaan Perikanan Indonesia. Pustaka Baru
Press. Yogyakarta.
Pulungtana J.Y., A Effendi., Yendris K dan Syamruth, 2011. Ikan Mujair Sebagai
Salah Satu Sumber Kesehatan (Gizi) Bagi Masyarakat Kita. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Rahardjo M.F., Djadja S., Sjafei., R Affandi dan Sulistino 2010. Iktiologi. Lubuk
Agung. Bandung.
Sitepu F.G, 2012. Iktiologi Fungsional Anatomi Ikan. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Suryantri E., Aunurohim., D.N Abdulgani, 2011. Sintasan (Survival Rate) Ikan
Mujair (Oreochromis Mossambicus) Secara IN-SITU di Kali Mas
Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai