BAB I
PENDAHULUAN
Ikan tambakan (Helostoma temminckii) adalah salah satu jenis ikan air
tawar yang berasal dari wilayah tropis, tepatnya Asia Tenggara. Ikan ini
pada awalnya berasal dari Thailand hingga Indonesia sebelum akhirnya
diintroduksi ke seluruh dunia.
Ikan ini juga dikenal dengan nama gurami pencium karena
kebiasaannya "mencium" saat mengambil makanan dari permukaan benda
padat maupun saat berduel antara sesama pejantan. Di Indonesia sendiri,
ikan ini memiliki banyak nama seperti bawan, biawan, hingga ikan
Samarinda.
Ikan tambakan (Helostoma temminckii) di beberapa daerah dikenal
sebagai ikan terbakan (Jawa Barat), tambakan (Jawa Tengah), tambakalang
(Jambi), ikan sapil (Sumsel) dan biawan (Kalimantan) merupakan ikan
sungai atau rawa yang cocok dipelihara di kolam yang sirkulasi airnya
kurang lancar atau miskin Oksigen.
Di Indonesia ikan tambakan termasuk ikan ekonomis penting yang
harganya cukup tinggi terutama di pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan.
Untuk Provinsi Jambi saja misalnya harga ikan tambakan dapat mencapai
Rp 18.000/Kg, ini masih tergolong rendah, karena ikan ini masih banyak
terdapat di perairan Jambi. Jika ikan ini di budidaya dan dijual ke daerah
yang sedikit terdapat diperairannya, harga ikan ini bisa melonjak hingga Rp.
30.000 - 40.000/kg untuk ukuran 100 gram atau 10 ekor/kg dengan
permintaan pasar mencapai 7000 kg/tahun untuk tahun 2009 untuk dalam
negeri. Berarti ikan tambakan menghendaki tempat yang hangat, yang
biasanya berada pada ketinggian antara 150 - 750 m dari permukaan air laut.
Suhu air optimum yang memberikan hasil yang baik bagi pemeliharaan ikan
ini antara 27 – 30 0C.
1
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari kegiatan praktik kerja industri ini adalah untuk
mengembangkan dan meningkatkan wawasan dan pikiran yang ilmiah
dalam mengantisipasi permasalahan yang akan ditemui di lapangan.
Sebagai sumber informasi yang layak bagi pihak-pihak yang memerlukan
informasi mengenai bagaimana cara pemijahan ikan tambakan (Helostoma
temmickii) secara semi buatan (Induced spewning).
2
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
3
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi
2.2 Morfologi
4
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
5
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
6
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
BAB III
METODOLOGI
7
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
8
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
9
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
Letak geografis
Kepala UPT
Elzan Fiqri, S.Pi
3.2.1 Alat
Spuit/injeksi
Genset
Timbangan
Sisiran atau hapa
Aerasi
Blower
Serok
Akuarium untuk pemijahan
Corong penetasan artemia
Handuk
Baskom untuk menampung indukan
Rangsang
Ember
Cangkul
Kolam pendederan
Batu aerasi
11
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
3.2.2 Bahan
1. Induk jantan dan betina yang telah matang gonad dan sehat untuk
dipijahkan induk betina dengan jumlah 25 ekor memiliki berat
diatas 2,5 kg dan induk jantan memiliki berat diatas 1,5 kg dan
berumur 1 tahun.
2. Air sebagai media hidup
3. Ovaprim
4. Pupuk kandang
5. Larutan NaCl/aquabidets
6. Artemia
7. Garam
12
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
1. Metode Partisifatif
Dalam metode ini siswa langsung turun kelapangan untuk melakukan
semua kegiatan pembenihaan dengan bantuan pembimbing lapangan yang
memberikan arahan sehingga dapat meningkatkan wawasan dan
keterampilan siswa dalam menerapkan ilmu yang didapat dibangku sekolah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
13
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
dan menutup pintu saluran inlet dengan menggunakan karung, kayu dan besi
lempengan. Adapun pengertian Inlet adalah saluran pemasukan air dan
Outlet adalah saluran pengeluaran air. Setelah air surut dilakukan
pembersihan kolam dari kotoran dan hama. Hama pada ikan biasanya
berupa keong dan ikan-ikan kecil, termasuk ikan gabus.
Pembersihan kolam dengan menggunakan sekop atau cangkul. Pada
pemeliharaan induk ini dilakukan pengapuran tapi pemupukan tidak
dilakukan karena pada kolam induk masih ada unsur-unsur hara yang
dibutuhkan buat menumbuhkan pakan alami. Pengapuran bertujuan untuk
membunuh hama-hama pengganggu pada induk tambakan. Tanah dasar
kolam induk diolah dengan cara membalikkan tanah menggunakan sekop
yang ditarik secara merata. Pengisian air dilakukan setelah selama satu hari
dikeringkan. Ketinggian air untuk kolam pemeliharaan induk yang
berkedalaman 100 cm diisi air setinggi 80 cm dengan ukuran kolam 25 x 10
m yang berbentuk persegi.
Calon induk diambil dari alam yang lokasi induknya berada di daerah
sekitar Kabupaten Tabalong. Kemudian induknya dipelihara di kolam
pemeliharaan induk yang telah disiapkan. Calon induk dipelihara pada
kolam air tenang yang kadar oksigennya rendah, ikan tambakan masih dapat
hidup karena ikan tambakan mempunyai alat pernapasan tambahan yang
berupa labirynth. Induk jantan dan induk betina dipelihara dalam satu
kolam. Induk yang dipelihara pada kolam pemeliharaan induk hanya
14
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
menggunakan satu kolam, dengan luas 250 m2. Dengan frekuensi 100 ekor
induk jantan dan 100 ekor induk betina.
Pakan yang diberikan adalah pakan buatan yang berupa pellet. Jenis
pellet yang diberikan adalah pellet jenis tenggelam dengan merk ‘CPP 888-3
SM’. Pellet tersebut dibuat di pabrik pakan yang berada di daerah
Karawang. Kandungan nutrisi pellet ‘CPP 888-3 SM’ Dapat dilihat pada
tabel 1.4
15
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
16
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
17
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
4.6 Pemberokan
18
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
19
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
Warnanya mulai dari dagu keperut lebih gelap dari pada ikan
betina.
Jika perutnya dicoba ditekan maka akan keluar cairan putih yang
tidak lain adalah sperma.
Pada punggung dan pipi sampai dagu terdapat banyak sisik yang
berwarna kehitam-hitaman.
- Secara rata-rata panjang ikan jantan 19,67 cm dengan bobot 106,53
gram. Sedangkan untuk panjang rata-rata ikan betina 22,75 cm dan
bobot total ikan betina 188,27 gram.
20
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
- Induk betina dan jantan yang telah ditampung didalam baskom secara
terpisah ditangkap menggunakan serok kemudian dipasangkan handuk
guna mempermudah kita dalam penyuntikan nanti.
- Sebelum dilakukan penyuntikan maka dilakukan pengambilan sample
pada induk yang akan dipijahkan. Untuk 25 ekor induk betina
ditimbang dengan menggunakan timbangan dengan berat 2,5 kg jadi
untuk 1 ekor induk betina dengan berat rata-rata 100 gram/ekor.
Sedengkan untuk 25 ekor induk jantan dengan berat 1,5 kg, jadi untuk 1
ekor induk betina dengan berat rata-rata 50 gram/ekor. Hal ini
dilakukan untuk mempermudah dalam pengambilan dosis.
- Induk betina disuntik dengan campuran ovaprim dan aquabidets/
larutan NaCl sebanyak 0,1 ml/ekor. Adapun cara mengetahui dosis
tersebut maka dilkukan penghitungan dengan rumus :
: 0,1 kg/ekor
: 0,05 ml/kg
21
Dicampur
Praktik Kerjadengan larutan
lapangan di BBI NaCl
Kambitin : dosis ovaprim yang sudah diambil+
dosis aquabidets sama dengan dosis
ovaprim
SMK Negeri 1 Banua Lawas
: 0,05 kg/ekor
: 0,025 ml/kg
Dicampur dengan larutan NaCl : dosis ovaprim yang sudah diambil + dosis
larutan NaCl sama dengan dosis ovaprim
: 0,025 ml/kg (avaprim) + 0,025 ml/kg
(larutan NaCl)
: 0,05 ml/ekor
- Setelah ikan jantan dan betina digabung kemudian suhu air di cek
dengan menggunakan pH meter, Termometer dan DO meter. Adapun
22
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
suhu untuk pemijahan ikan tambakan berkisar 26,8 0C, pH nya 6,99
ppm, DO nya 5,1. Kemudian selang aerasi di pasang kedalam
aquarium tersebut.
- Tutup semua akuarium menggunakan trifleks guna menghindari ikan
keluar dari akuarium.
- Keesokan harinya biasanya induk ikan tambakan sudah mulai memijah.
Induk betina mengeluarkan telur dan kemudian diikuti oleh induk
jantan membuahi sel telur dengan mengeluarkan sperma. Proses
pemijahannya terjadi diluar tubuh ikan (eksternal). Pagi harinya sekitar
pukul 07.00 WIB biasanya proses pemijahan telah selesai dan telur
telah dibuahi sepenuhnya. Kemudian pindahkan induk ke dalam kolam
pemeliharaan induk yang telah disediakan menggunakan serok.
23
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
FR = JD/JK × 100%
= 71.353/73073 × 100%
= 97,6%
Keterangan :
FR : Derajat pembuahan
JD : jumlah telur yang dibuahi
JK : jumlah telur keseluruhan
24
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
setelah dua jam telur keluar pada pukul 08:45 – 09:15 WIB. Jadi jumlah
diameter rata-rata telur yang telah diukur adalah 0,99 mm.
Telur yang telah terbuahi mulai menetas berkisar antara 16 - 20 jam,
pada kegiatan yang saya lakukan telur akan menetas pada pukul 21.30 WIB.
Di karenakan suhu penetasan pada telur sangat bagus sehingga telur akan
cepat menetas.
Telur dihitung dengan mengambil tiga kali ulangan, tiap ulangan diisi
telur sebanyak ± 200 butir telur. Kemudian telur dimasukkan ke tiga
saringan. Adapun cara penghitungan derajat pembuahan telur dengan rumus
dibawah ini.
= 68173/71353 × 100%
= 95,5%
Keterangan :
HR : Derajat penetasan (%)
PT : Jumlah telur yang menetas
PO : Jumlah telur yang dibuahi
25
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
26
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
Adapun larva tambakan yang masih berumur satu hari belum dapat
berenang didalam perairan. Larva baru dapat berenang didalam perairan
setelah larva berumur 3 hari. Larva bersifat tenang dan tidak mau bergerak,
tapi ada sebagian larva yang sudah langsung bergerak bebas dan berenang
didalam perairan. Larva yang baru menetas akan terapung dengan perut
diatas dan ukuran larva yang baru menetas berukuran 2,5 mm. Larva yang
baru menetas tidak diberi pakan terlebih dahulu karena didalam tubuhnya
masih memiliki makanan cadangan berupa kuning telur. Kuning telur larva
tambakan akan habis setelah larva tambakan berumur 3 hari. Dalam masa
pemeliharan larva diberi pakan alami berupa naupli artemia, dimulai pada
hari ke empat dengan dosis 20 % dari berat biomas, pemberian pakan pada
larva dilakukan dengan cara adlibitum (sekenyang-kenyagnya). Frekuensi
pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali sehari yaitu : pada jam 06.00
pagi, 12.00 siang dan 18.00 sore sebanyak 12 gram/hari sampai umur 3 hari
dan 20 gram/hari sampai umur 7 hari.
27
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
28
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
SR = NT/NO × 100%
= 1.322.440/1.704.325 × 100%
= 77,6%
Keterangan :
29
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
30
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
1. Hama
2. Penyakit
31
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
3. Jamur
4. Bakteri
32
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
5. Parasit
33
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
B. PEMBAHASAN
Fekunditas adalah jumlah telur yang dihasilkan satu induk betina atau
jumlah telur per bobot ikan, teknis yang dilaksanakan dalam perhitungan
fekunditas ini adalah dimulai dengan pengambilan sampel.
Derajat kelangsungan hidup adalah presentasi jumlah telur yang
menetas menjadi larva dari jumlah telur yang di buahi. Untuk mengetahui
telur yang menetas dilakukan dengan cara menghitung jumlah larva yang
ada pada akuarium sampel baik yang hidup atau mati setelah semua telur
yang dibuahi menetas.
Faktor-faktor penyebab telur tidak menetas antara lain :
34
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
Dua hari setelah telur menetas, barulah pergantian air kami lakukan
sekaligus untuk menghitung derajat penetasannya. Hal itu dikarenakan
larva ikan tambakan masih dapat bertahan pada keadaan air seperti itu..
35
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
menyipon kotoran organik yang terdapat didalam air. Selama kami berada
di Balai Benih Ikan Lokal (BBIL) Kambitin kami melakukan penyiponan
sebanyak dua kali saja, yaitu pada pagi hari mulai jam 08.00 sampai selesai.
Selain itu hal yang kami lakukan adalah memberikan pakan larva ikan
tambakan berupa artemia. Pemberian pakan yang kami lakukan 3x sehari
yaitu pagi (06.00), siang (12.00) dan sore (18.00).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
36
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
5.2 Saran
Dari hasil praktik kerja lapang maka saran yang dapat diambil yaitu :
Agar aktivitas kegiatan pembudidayaan ikan menjadi semakin maju
perlu diadakan alih teknologi kepada masyarakat dengan tujuan untuk
menarik perhatian masyarakat mengenai budidaya ikan yang baik.
Dalam pemijahan ikan tambakan, induk harus ditangani secara hati –
hati agar induk yang hendak dipijahkan tidak mengalami stres sehingga
kegagalan dapat dihindari.
Perlu dilakukan pemisahan terhadap induk tambakan yang telah selesai
dipijahkan dengan yang belum matang gonad.
Sebaiknya pada saat melakukan pendederan larva ikan tambakan jangan
di pindahkan di bak beton luar Hatchery, tetapi biarkan saja dulu larva
tersebut masih tetap di dederkan di dalam baskom. Karena larva masih
rentan terhadap suhu dingin.
Perlu dilakukan pengkulturan pakan alami yang cukup bagi larva dan
benih tambakan.
37
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
DAFTAR PUSTAKA
38
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
LAMPIRAN-LAMPIRAN
39
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
G
ambar 5. Seleksi induk betina
40
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
Gambar 14. Pengulahan dasar tanah, penjemuran dan pengisian air kolam
pendederan larva tambakan
41
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas
Gambar 15. Pengukuran kualitas air Gambar 16. Pendederan larva tambakan
42
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin