Anda di halaman 1dari 42

SMK Negeri 1 Banua Lawas

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan tambakan (Helostoma temminckii) adalah salah satu jenis ikan air
tawar yang berasal dari wilayah tropis, tepatnya Asia Tenggara. Ikan ini
pada awalnya berasal dari Thailand hingga Indonesia sebelum akhirnya
diintroduksi ke seluruh dunia.
Ikan ini juga dikenal dengan nama gurami pencium karena
kebiasaannya "mencium" saat mengambil makanan dari permukaan benda
padat maupun saat berduel antara sesama pejantan. Di Indonesia sendiri,
ikan ini memiliki banyak nama seperti bawan, biawan, hingga ikan
Samarinda.
Ikan tambakan (Helostoma temminckii) di beberapa daerah dikenal
sebagai ikan terbakan (Jawa Barat), tambakan (Jawa Tengah), tambakalang
(Jambi), ikan sapil (Sumsel) dan biawan (Kalimantan) merupakan ikan
sungai atau rawa yang cocok dipelihara di kolam yang sirkulasi airnya
kurang lancar atau miskin Oksigen.
Di Indonesia ikan tambakan termasuk ikan ekonomis penting yang
harganya cukup tinggi terutama di pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan.
Untuk Provinsi Jambi saja misalnya harga ikan tambakan dapat mencapai
Rp 18.000/Kg, ini masih tergolong rendah, karena ikan ini masih banyak
terdapat di perairan Jambi. Jika ikan ini di budidaya dan dijual ke daerah
yang sedikit terdapat diperairannya, harga ikan ini bisa melonjak hingga Rp.
30.000 - 40.000/kg untuk ukuran 100 gram atau 10 ekor/kg dengan
permintaan pasar mencapai 7000 kg/tahun untuk tahun 2009 untuk dalam
negeri. Berarti ikan tambakan menghendaki tempat yang hangat, yang
biasanya berada pada ketinggian antara 150 - 750 m dari permukaan air laut.
Suhu air optimum yang memberikan hasil yang baik bagi pemeliharaan ikan
ini antara 27 – 30 0C.

1
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

Keberhasilan usaha budidaya ikan sangat ditentukan oleh ketersedian


benih yang cukup jumlahnya dan bermutu baik. Ketersediaan benih yang
cukup digunakan untuk kegiatan budidaya dan juga digunakan untuk
cadangan diperairan umum, sehingga keberadaan ikan tersebut tetap lestari.
Oleh karena itu, perlu diupayakan usaha pembenihannya.
Komoditas ikan tambakan (Helostoma temminckii) tidak semua UPT
mengerjakannya. Balai Benih Ikan Lokal Kambitin merupakan salah satu
lembaga dibawah Departemen Perikanan dan Kelautan yang berperan dalam
pengembangan teknologi pembenihan ikan air tawar, termasuk ikan
tambakan, sehinggga pada kesempatan ini penulis memilih tempat di Balai
Benih Ikan Lokal Kambitin, sebagai tempat melaksanakan praktek kerja
lapangan komoditas air tawar.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktek kerja lapangan ini adalah :


1. Untuk mengetahui teknik pembenihan dan budidaya ikan tambakan
serta sistem usahanya di BBI Kambitin.
2. Mengikuti dan terjun langsung dalam kegiatan pembenihan ikan
tambakan. Agar mampu mengaplikasikan ilmu yang didapatkan
selama praktik kerja lapangan dalam kegiatan pembenihan ikan
tambakan.
3. Untuk peningkatan ilmu pengetahuan dan dapat menerapkan ilmu
serta belajar memasuki dunia kerja sehingga memperoleh pengalaman
dan keterampilan.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari kegiatan praktik kerja industri ini adalah untuk
mengembangkan dan meningkatkan wawasan dan pikiran yang ilmiah
dalam mengantisipasi permasalahan yang akan ditemui di lapangan.
Sebagai sumber informasi yang layak bagi pihak-pihak yang memerlukan
informasi mengenai bagaimana cara pemijahan ikan tambakan (Helostoma
temmickii) secara semi buatan (Induced spewning).

2
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

Diharapkan dengan dilakukannya kegiatan praktek kerja lapangan ini,


di harapkan siswa/siswi dapat memadukan teori yang diperoleh selama
berada di bangku sekolah dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan.
Hasil dari laporan PKL yang saya buat ini diharapkan dapat memberi
informasi dan pengetahuan yang dapat menunjang penelitian lebih lanjut
bagi pengembangan usaha pembenihan, khususnya budidaya ikan tambakan
(Helostoma temminckii).

3
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi

Menurut Heru Susanto tahun 1999 ikan tambakan diklasifikasikan


dalam :
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Upaordo : Anabantoidei
Famili : Helostomatidae
Genus : Helostoma
Spesies : Helostoma temminckii
Nama Lokal : Ikan Tambakan

2.2 Morfologi

Ikan tambakan memiliki tubuh berbentuk pipih vertikal. Sirip


punggung dan sirip analnya memiliki bentuk dan ukuran yang hampir
serupa. Sirip ekornya sendiri berbentuk nyaris bundar atau mengarah
cembung ke luar, sementara sirip dadanya yang berjumlah sepasang juga
berbentuk bundar. Di kedua sisi tubuhnya terdapat gurat sisi, pola berupa
garis tipis yang berawal dari pangkal celah insangnya sampai pangkal sirip
ekornya. Kurang lebih ada sekitar 43 - 48 sisik yang menyusun gurat sisi
tersebut. Ikan tambakan diketahui bisa tumbuh hingga ukuran 30 cm (Heru
Susanto. 1999).
Salah satu ciri khas dari ikan tambakan adalah mulutnya yang
memanjang. Karakteristik mulutnya yang menjulur ke depan membantunya
mengambil makanan misal lumut dari tempatnya melekat. Bibirnya
diselimuti oleh semacam gigi bertanduk, namun gigi-gigi tersebut tidak
ditemukan di bagian mulut lain seperti faring, premaksila, dentary dan
langit-langit mulut. Ikan tambakan juga memiliki tapis insang (gill raker)

4
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

yang membantunya menyaring partikel-partikel makanan yang masuk


bersama dengan air (Heru Susanto. 1999).
Ada dua jenis ikan tambakan berdasarkan warnanya, namun mereka
masih termasuk dalam spesies yang sama: ikan tambakan berwarna hijau
dan ikan tambakan berwarna pucat atau merah muda. Belakangan ini ada
juga jenis ikan tambakan yang ukurannya lebih kecil dari ikan tambakan
kebanyakan dan bentuknya bundar menyerupai balon. Variasi genetis ikan
tersebut biasa dikenal dengan nama "gurami pencium kerdil" atau "balon
merah muda" (Mashudi, Ediwarman dan Maskur. 2001).

2.3 Habitat dan Penyebaran

Ikan tambakan merupakan ikan air tawar yang bersifat bentopelagik


(hidup di antara permukaan dan wilayah dalam perairan). Wilayah asli
tempatnya tinggal umumnya adalah wilayah perairan tropis yang dangkal,
berarus tenang dan banyak terdapat tanaman air. Pada awalnya ikan
tambakan hanya ditemukan di perairan air tawar Asia Tenggara, namun
belakangan ini mereka menyebar ke seluruh wilayah beriklim hangat
sebagai binatang introduksi (EVY, R. 2001).

2.4 Pakan dan Kebiasaan Makan

Ikan tambakan adalah ikan omnivora yang mau memakan hampir


segala jenis makanan. Makanannya bervariasi, mulai dari lumut, tanaman
air, zooplankton dan serangga air. Bibirnya yang dilengkapi gigi-gigi kecil
membantunya mengambil makanan dari permukaan benda padat misal batu.
Ikan tambakan juga memiliki tapis insang (gill raker) yang membantunya
menyaring partikel plankton dari air. Saat sedang mencabut makanan yang
menempel di permukaan benda padat memakai mulutnya itulah, ikan ini
bagi manusia terlihat seolah-olah sedang "mencium" benda tersebut
(Mashudi, Ediwarman dan Maskur. 2001).

2.5 Reproduksi dan Perkembangbiakan

5
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

Ikan tambakan termasuk ikan yang mudah berkembang biak. Di alam


liar, dalam waktu kurang dari 15 bulan, populasi minimum mereka sudah
bisa bertambah hingga dua kali lipat populasi awalnya. Reproduksi ikan
tambakan sendiri terjadi ketika periode musim kawinnya sudah tiba. Di
Thailand misalnya, musim kawin ikan tambakan terjadi antara bulan Mei
hingga Oktober perkawinan antara kedua ikan tambakan yang berbeda jenis
kelamin terjadi di bawah tanaman air yang mengapung. Ikan tambakan
betina selanjutnya akan melepaskan telur-telurnya yang kemudian akan
mengapung di antara tanaman air. Tidak seperti anggota subordo
Anabantoidei lainnya, ikan tambakan tidak membuat sarang maupun
menjaga anak-anaknya sehingga anak ikan tambakan yang baru menetas
sudah harus mandiri. Sehari setelah pertama kali dilepaskan ke air, telur-
telur tersebut akan menetas dan setelah sekitar dua hari, anak-anak ikan
tambakan sudah bisa berenang bebas (Mashudi, Ediwarman dan Maskur.
2001).

6
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Pelaksanaan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) ini dilaksanakan


selama 3 (tiga) bulan, yaitu dari tanggal 19 Januari 2015 sampai dengan 23
April 2015 yang bertempat di Balai Benih Ikan Lokal Kambitin Kabupaten
Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan.

Profil BBI Kambitin

Balai Benih Ikan Lokal (BBI) Kambitin adalah sarana milik


Pemerintah Kabupaten Tabalong yang bertugas melaksanakan, penerapan,
teknik pembenihan ikan. Sarana untuk menghasilkan induk ikan, benih yang
bemutu, dapat menjamin jumlah serta mutu benih yang dihasilkan oleh
BBIL Kambitin dibangun diatas tanah 5 Ha yang terletak di Desa Kambitin
Kabupaten Tabalong.

Tujuan utama pembangunan Balai Benih Ikan (BBI) Kambitin :

a. Menyediakan benih ikan yang unggul dan berkualitas.


b. Adaptasi teknologi budidaya yang terus menerus berkembang.
c. Sebagai tempat pelaksanaan penilitian atau adaptasi teknik pemberian
benih yang baik.
d. Meningkatkan produksi perikanan dan dapat berpatisipasi dalam
meningkatkan pembangunan daerah Kabupaten Tabalong melalui
pendapatan asli daerah (PAD)
BBI Kambitin dibangun sebagai antisipasi perkembangan budidaya
perikanan di Kalimantan Selatan yang tentu kebutuhan benih juga terus-
menerus meningkat. Sarana dan prasarana balai benih ikan (BBI) Kambitin
saat ini dapat dilihat pada tabel 1.1

7
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

Tabel 1.1 Fasilitas yang ada di (BBIL) Kambitin

No Fasilitas Yang Ada Jumlah


.
1 Kolam permanen 70 buah
2 Kolam semi permanen 2 buah
3 Kantor 1 buah
4 Aula (Gedung Serbaguna) 1 buah
5 Ruang Pakan 1 buah
6 Gudang Peralatan 1 buah
7 Indoor 1 buah
8 Outdor 1 buah
9 Laboratoriom Praktik 1 buah
10 Rumah Karyawan 5 buah
11 Ruang Genset 1 buah
12 Mobil 1 buah
13 Motor 4 buah

Didalam laboratorium praktek terdapat ± 125 aquarium, 13 buah bak


fiber dan masih banyak peralatan lainnya yang mendukung kegiatan
pembenihan. Adapun perkolaman yang ada di BBIL Kambitin terdiri dari :

Tabel 1.2 Kolam yang ada di (BBIL) Kambitin

N Jenis Kolam Kolam Juml


o. Komuditas Pemelihar Pendede ah

8
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

Ikan aan Induk ran


1 Ikan Papuyu 4 buah 6 buah 10
buah
2 Ikan Gurame 2 buah 2 buah 4
buah
3 Ikan Patin 4 buah 4 buah 8
Siam buah
4 Ikan Mas Koi 1 buah _ 1
buah
5 Ikan 1 buah 3 buah 4
Tambakan/Bia buah
wan
6 Ikan Sapat 1 buah _ 1
Siam buah
7 Ikan Lele 3 buah 3 buah 6
buah
8 Ikan Nila 4 buah _ 4
buah
9 Ikan Mas 2 buah _ 2
buah
1 Ikan Baung 1 buah _ 1
0 buah
1 Total kolam _ _ 41
1 yang aktif buah
1 Total kolam _ _ 31
2 yang tidak buah
aktif

Adapun komintas yang ada di BBIL Kambitin antara lain yaitu :

Tabel 1.3 Komuditas yang ada di (BBIL) Kambitin

No Jenis Ikan Asal Usul


.
1 Ikan Papuyu (betok) Mandiangin
2 Ikan Gurame Banjar Baru
3 Ikan Patin Siam Mandiangin
4 Ikan Mas Koi Banjar Baru

9
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

5 Ikan Lele Mandiangin


6 Ikan Nila Mandiangin
7 Ikan Mas Banjar Baru
8 Ikan Baung Daerah Sekitar
Tabalong
9 Ikan Sapat Siam Daerah Sekitar
Tabalong
10 Ikan Tambakan (biawan) Daerah Sekitar
Tabalong

 Letak geografis

Secara geografis, Balai Benih Ikan (BBI) Lokal Kambitin berada


disaluan irigasi (Check Dam) dari air pegunungan. BBI Kambitin berada di
Desa Kambitin Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong Provinsi
Kalimantan Selatan dengan letak geografis :

 Bujur Timur : 115o91-115o471


 Lintang Selatan : 1o181-2o 251

Sementara Batas Wilayahnya :

 Sebelah Utara : Provinsi Kalimantan Timur


 Sebelah Selatan : Kelurahan-Hikun
 Sebelah Barat : Kelurahan- Jangkung
 Sebelah Timur : Desa Kambitin Raya
 STRUKTUR ORGANISASI BBIL KAMBITIN
Secara struktural Balai Benih Ikan (BBI) Kambitin dipimpin oleh
seorang kepala UPT, sedangkan tenaga administrasi tergabung dalam bagian
petugas tata usaha, sedangkan tenaga teknis tergabung dalam jabatan
fungsional, struktur organisasi Balai Benih Ikan (BBI) Kabitin dapat dilihat
pada bagian beriku :

Kepala UPT
Elzan Fiqri, S.Pi

Sub Bagian Tata Usaha


Agustian Rizani, S.Pi
10
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Akhmad Jayadi Wahyuni, S.Pi Samlani


M. Rezkan F Marliyani Sarpani
M.Rusdi Wahyudi Norman
Nuriadi Muslih
Samiran

Gambar 1. Struktur Organisasi

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Adapun alat yang digunakan sebagai berikut :

 Spuit/injeksi
 Genset
 Timbangan
 Sisiran atau hapa
 Aerasi
 Blower
 Serok
 Akuarium untuk pemijahan
 Corong penetasan artemia
 Handuk
 Baskom untuk menampung indukan
 Rangsang
 Ember
 Cangkul
 Kolam pendederan
 Batu aerasi

11
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

3.2.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan sebagai berikut :

Gambar 2. alat dan bahan

1. Induk jantan dan betina yang telah matang gonad dan sehat untuk
dipijahkan induk betina dengan jumlah 25 ekor memiliki berat
diatas 2,5 kg dan induk jantan memiliki berat diatas 1,5 kg dan
berumur 1 tahun.
2. Air sebagai media hidup
3. Ovaprim
4. Pupuk kandang
5. Larutan NaCl/aquabidets
6. Artemia
7. Garam

3.3 Rancangan Pelaksanaan Praktik

Adapun kegiatan-kegiatan praktik yang dilaksanakan selama


melakukan praktik kerja industri adalah sebagai berikut :

1. Persiapan wadah, baik pemijahan ataupun pendederan


2. Seleksi induk
3. Penyiapan penyuntikan dengan hormon ovaprim
4. Pemijahan
5. Perawatan telur dan larva

12
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

3.4 Metode Pelaksanaan Praktik

Adapun metode yang digunakan dalam praktik kerja industri adalah :

1. Metode Partisifatif
Dalam metode ini siswa langsung turun kelapangan untuk melakukan
semua kegiatan pembenihaan dengan bantuan pembimbing lapangan yang
memberikan arahan sehingga dapat meningkatkan wawasan dan
keterampilan siswa dalam menerapkan ilmu yang didapat dibangku sekolah.

2. Metode Studi Pustaka


Metode pustaka ini dengan cara membaca literatur-literatur yang
berhubungan bengan pembenihan ikan tambakan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

4.1 Persiapan Kolam Pemeliharaan Induk

Persiapan wadah pada pemeliharaan induk dimulai dengan


menyurutkan air sampai habis dengan cara membuka pintu saluran outlet

13
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

dan menutup pintu saluran inlet dengan menggunakan karung, kayu dan besi
lempengan. Adapun pengertian Inlet adalah saluran pemasukan air dan
Outlet adalah saluran pengeluaran air. Setelah air surut dilakukan
pembersihan kolam dari kotoran dan hama. Hama pada ikan biasanya
berupa keong dan ikan-ikan kecil, termasuk ikan gabus.
Pembersihan kolam dengan menggunakan sekop atau cangkul. Pada
pemeliharaan induk ini dilakukan pengapuran tapi pemupukan tidak
dilakukan karena pada kolam induk masih ada unsur-unsur hara yang
dibutuhkan buat menumbuhkan pakan alami. Pengapuran bertujuan untuk
membunuh hama-hama pengganggu pada induk tambakan. Tanah dasar
kolam induk diolah dengan cara membalikkan tanah menggunakan sekop
yang ditarik secara merata. Pengisian air dilakukan setelah selama satu hari
dikeringkan. Ketinggian air untuk kolam pemeliharaan induk yang
berkedalaman 100 cm diisi air setinggi 80 cm dengan ukuran kolam 25 x 10
m yang berbentuk persegi.

Gambar 3 kolam pemeliharaan induk ikan tambakan


4.2 Penebaran Induk

Calon induk diambil dari alam yang lokasi induknya berada di daerah
sekitar Kabupaten Tabalong. Kemudian induknya dipelihara di kolam
pemeliharaan induk yang telah disiapkan. Calon induk dipelihara pada
kolam air tenang yang kadar oksigennya rendah, ikan tambakan masih dapat
hidup karena ikan tambakan mempunyai alat pernapasan tambahan yang
berupa labirynth. Induk jantan dan induk betina dipelihara dalam satu
kolam. Induk yang dipelihara pada kolam pemeliharaan induk hanya

14
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

menggunakan satu kolam, dengan luas 250 m2. Dengan frekuensi 100 ekor
induk jantan dan 100 ekor induk betina.

4.3 Pemberian Pakan

Pakan yang diberikan adalah pakan buatan yang berupa pellet. Jenis
pellet yang diberikan adalah pellet jenis tenggelam dengan merk ‘CPP 888-3
SM’. Pellet tersebut dibuat di pabrik pakan yang berada di daerah
Karawang. Kandungan nutrisi pellet ‘CPP 888-3 SM’ Dapat dilihat pada
tabel 1.4

Tabel 1.4 Kandungan Nutrisi Pakan Ikan


N Kandungan Nutrisi Kadar (%)
o
1. Protein 30-32
2. Lemak 3-5
3. Serat 4-6
4. Abu 5-8
5. Kadar Air 11-13

Kandungan protein pada pakan ikan 30 - 32% diberikan sebanyak 3%


dari bobot tubuh ikan perhari. Dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali
sehari atau 3 kg perhari dan pemberian pakan dilakukan pada pagi hari jam
07.00 WIB dan sore hari diberikan jam 16.00 WIB. Pemberian pakan yang
cukup dapat merangsang pematangan gonad pada induk. Pakan diberikan
dengan cara ditebar di satu tempat saja atau tidak boleh memencar. Untuk
membuat induk ikan datang dan mengumpul di satu tempat maka dipasang
hapa dengan ukuran 50 cm x 50 cm dengan mengunakan kayu yang lurus
kemudian dididirikan dengan hapa yang membentuk setengah lingkaran.
Kemudian pemberian paakan dilakukan denagan cara melimpar pakan
ketempat yang telah disediakan.

15
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

Gambar 4 pemberian pakan induk ikan tambakan

4.4 Pengelolaan Kualitas Air

Kondisi lingkungan terutama kondisi perairan sangat mempengaruhi


keberhasilan budidaya. Pengelolaan air pada pemeliharaan induk dilakukan
dengan pergantian air secara overflow atau secara terus-menerus yaitu air
yang keluar sebanding dengan air yang masuk. Pergantian air dilakukan
dengan membuka pipa saluran inlet dan mengisi air sampai penuh atau
sampai batas pipa outlet. Pipa outlet tersebut ditutup dengan saringan atau
kain. Tujuannya agar ikan yang ada di kolam tidak akan keluar walaupun
airnya penuh sampai batas pipa outlet.
Pipa saluran inlet perlu dipasang saringan karena air yang masuk
kedalam kolam belom tentu bersih dari sampah dan kotoran. Kualitas air
pada kolam pemeliharaan induk dapat dilihat pada tabel 1.5.

Tabel 1.5 Kualitas Air Kolam Pemeliharaan Induk Tambakan


N Parameter Nilai
o
1. Suhu (0c) 25-30 0C
2. Ph 7,55
3. DO (mg/l) 5,0
4. Kecerahan (cm) 20
5. Warna Perairan Kuning kehijau-hijauan

16
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

Jadi ikan tambakan dapat hidup walaupun warna perairannnya coklat


kemerahan (keruh). Alat untuk mengukur kualitas air adalah sebagai
berikut:
1. pH meter dan Termometer
2. DO meter
3. Seichi disk
Cara kerja pH meter dengan cara pH meter dicelupkan kedalam air,
kemudian dicatat berapa pH yang ada didalam kolam. Termometer dengan
cara dicelupkan kedalam air, yang cara penggunaannya hampir sama dengan
pH meter. Kemudian dicatat berapa suhu yang ada di kolam tersebut. DO
meter dengan cara DO meter dimasukkan kedalam perairan tersebut dan
biarkan sampai angka yang ditunjukkkan baru berhenti, kemudian angka
yang telah berhenti tersebut dicatat. Sedangkan untuk Seichi disk cara
kerjanya adalah dengan cara seichi disk dimasukkan kedalam kolam
tersebut dan diamati sampai kedalaman berapa seichi disk tidak akan terlihat
lagi, kemudian dicatat berapa kecerahannya. Untuk pengukuran kualitas air
ini dilakukan tiap sepuluh hari sekali yaitu hanya pada pagi hari hanya
untuk kolam induk.

17
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

Gambar 5 pengukuran kualitas air pada kolam pemeliharaan induk ikan


tambakan

4.5 Persiapan Wadah Pemijahan


Pemijahan ikan tambakan dilakukan pada akuarium yang terkontrol
dengan volume air akuarium sekitar 23 liter. Akuarium yang disiapkan
sebanyak 25 buah akuarium, kemudian akuarium dibersihkan Setelah itu
akuarium yang digunakan dibilas dengan air bersih. Kemudian akuarium
yang telah dibersihkan dikeringkan selama satu hari agar kuman-kuman dan
bibit penyakit mati. Keesokan harinya isi akuarium dengan volume 23 liter
air. Adapun persiapan akuarium ini dilakukan di hatchery satu yang
tertutup.
Setelah akuarium dikeringkan selama satu hari, kemudian air diisi
kedalam akuarium tersebut dengan volume 23 liter air. Kemudian aerasi
dipasang kemasing-masing akuarium sebanyak satu buah selang aerasi
untuk satu buah akuarium dan aerasi harus di cek setiap hari.

4.6 Pemberokan

Pemberokan adalah tidak memberi makan ikan ketika ingin dipijahkan


(dipuasakan). Pemberokan dilakukan agar dapat mengetahui apakah yang
ada didalam perut induk betina itu telur atau pakan. Pemberokan dilakukan
selama 1 hari sebelom seleksi induk, pemberokan ini dilakukan di kolam
pematangan gonad.

4.7 Seleksi Kematangan Gonad

Sebelum induk dipijahkan terlebih dahulu diberok dengan tujuan


untuk mengosongkan perut ikan dari kotorannya (feces). Sebelum ikan
dipijahkan dilakukan penangkapan induk dengan menggunakan jaring/hapa
(penangkapan induk bisa juga dilakukan dengan melakukan pengeringan air
kolam). Ukuran mata jaring yang digunakan untuk menangkap induk jantan
dan betina dengan diameter jaring 1 cm. Kemudian ikan digiring dengan

18
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

cara mempersempit ruang gerak ikan didalam air, penggiringan disini


memerlukan 8 - 10 orang.

Gambar 6 penangkapan induk yang akan diseleksi

Adapun ciri-ciri induk yang matang godad antara lain :


- Induk yang akan dipijahkan harus diseleksi terlebih dahulu karena
proses seleksi induk akan menentukan keberhasilan dalam proses
pemijahan. Induk yang dipilih adalah induk yang sehat, anggota
tubuhnya tidak cacat dan gerakannya aktif.
- Sedangkan untuk seleksi kematangan gonad dilakukan dengan
pengecekan induk. Kemudian induk tambakan ditimbang bobotnya
dan diukur panjang total ikan. Seleksi induk yang akan dipijahkan
dilakukan pada pagi hari untuk menghindari ikan mengalami stress
karena pengaruh suhu. Seleksi dilakukan dengan menangkap induk
dari kolam pemeliharaan induk dan ditempatkan didalam ember besar
untuk dipindahkan kedalam akuarium untuk dipijahkan.
- Ukuran induk tambakan yang sudah siap memijah berumur 12 - 18
bulan dengan panjang 20 - 24 cm dan berat 150 - 300 Gram/ekor.
Jumlah telur yang dihasilkan 73.073 butir/ekor induk. Induk yang
telah matang kelamin dapat dilihat ciri-cirinya sebagai berikut :
 Betina badannya relatif tebal agak membulat, jinak.
 Sisiknya terutama mulai dari dagu keperut lebih putih bersih dari
pada jantan.
 Perut mengembang dengan pangkal sirip dada berwarna kemerah-
merahan.
Sedangkan induk jantan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
 Jantan badannya relatif lebih tipis, memanjang dan kelihatan liar.

19
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

 Warnanya mulai dari dagu keperut lebih gelap dari pada ikan
betina.
 Jika perutnya dicoba ditekan maka akan keluar cairan putih yang
tidak lain adalah sperma.
 Pada punggung dan pipi sampai dagu terdapat banyak sisik yang
berwarna kehitam-hitaman.
- Secara rata-rata panjang ikan jantan 19,67 cm dengan bobot 106,53
gram. Sedangkan untuk panjang rata-rata ikan betina 22,75 cm dan
bobot total ikan betina 188,27 gram.

Gambar 7 ciri- ciri induk betina ikan tambakan

Gambar 8 ciri-ciri induk jantan ikan tambakan

4.8 Pemijahan dan Penyuntikan

Pemijahan dilakukan didalam akuarium dengan ketinggian air 20 - 25


cm, dengan perbandingan jantan dan betina 1 : 1. Pemijahan ikan tambakan
yang kami lakukan adalah secara semi buatan yaitu dengan cara
memberikan hormon perangsang (ovaprim) dengan cara menyuntikan ke
bagian 5 sisik kebelakang dan 3 sisisk ke bawah dan dengan dosis 1 ml/kg

20
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

induk. Pemijahan ikan tambakan dilakukan dengan cara menyuntik induk


betina dan induk jantan. Jumlah induk yang ditangkap sebanyak 25 jantan
dan 25 betina. Pemijahan ini dilakukan secara massal dengan teknik
pemijahan secara semi buatan. Pemijahan ini tidak menggunakan substrat
pemijahan, karena telur bersifat melayang/mengapung di permukaan air.
Induk dipijahkan pada waktu pagi hari. Proses pemijahan berlangsung pada
sore hari, apabila induk telah memijah akan ditandai dengan bau amis pada
wadah pemijahan dan adanya minyak pada permukaan air. Apabila dalam 24
jam induk belum memijah maka tunggu hingga 48 jam. Hingga 48 jam
induk belum memijah maka angkat induk dan dikembalikan pada kolam
pemeliharaan induk.

Berikut langkah-langkah Penyuntikan induk ikan tambakan yang kami


lakukan :

- Induk betina dan jantan yang telah ditampung didalam baskom secara
terpisah ditangkap menggunakan serok kemudian dipasangkan handuk
guna mempermudah kita dalam penyuntikan nanti.
- Sebelum dilakukan penyuntikan maka dilakukan pengambilan sample
pada induk yang akan dipijahkan. Untuk 25 ekor induk betina
ditimbang dengan menggunakan timbangan dengan berat 2,5 kg jadi
untuk 1 ekor induk betina dengan berat rata-rata 100 gram/ekor.
Sedengkan untuk 25 ekor induk jantan dengan berat 1,5 kg, jadi untuk 1
ekor induk betina dengan berat rata-rata 50 gram/ekor. Hal ini
dilakukan untuk mempermudah dalam pengambilan dosis.
- Induk betina disuntik dengan campuran ovaprim dan aquabidets/
larutan NaCl sebanyak 0,1 ml/ekor. Adapun cara mengetahui dosis
tersebut maka dilkukan penghitungan dengan rumus :

Rumus ketentuan : Berat induk × dosis ovaprim (0,5ml/kg)

Berat induk betina untuk satu ekor : 100 gram/ekor

: 0,1 kg/ekor

Ovaprim yang digunakan : 0,1 kg/ekor × 0,5 ml/kg

: 0,05 ml/kg
21
Dicampur
Praktik Kerjadengan larutan
lapangan di BBI NaCl
Kambitin : dosis ovaprim yang sudah diambil+
dosis aquabidets sama dengan dosis
ovaprim
SMK Negeri 1 Banua Lawas

- Tampung induk betina di dalam akuarium yang telah disediakan


- Induk jantan ditangkap dan kemudian disuntik dengan campuran
ovaprim dan aquabidest sebanyak 0,05 ml/ekor. Adapun cara
mengetahui dosis tersebut maka dilakukan penghitungan dengan rumus
sebagai berikut :

Rumus ketentuan : Berat induk × dosis ovaprim (0,5 ml/kg)

Berat induk jantan untuk satu ekor : 50 gram/ekor

: 0,05 kg/ekor

Ovaprim yang digunakan : 0,05 kg/ekor × 0,5 ml/kg

: 0,025 ml/kg

Dicampur dengan larutan NaCl : dosis ovaprim yang sudah diambil + dosis
larutan NaCl sama dengan dosis ovaprim
: 0,025 ml/kg (avaprim) + 0,025 ml/kg
(larutan NaCl)
: 0,05 ml/ekor

Jadi ∑ dosis Penyuntikan : 0,05 ml/ekor

- Tampung (campurkan) induk jantan dengan induk betina yang sudah


ada di akuarium dan biarkan memijah sendiri.

- Setelah ikan jantan dan betina digabung kemudian suhu air di cek
dengan menggunakan pH meter, Termometer dan DO meter. Adapun

22
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

suhu untuk pemijahan ikan tambakan berkisar 26,8 0C, pH nya 6,99
ppm, DO nya 5,1. Kemudian selang aerasi di pasang kedalam
aquarium tersebut.
- Tutup semua akuarium menggunakan trifleks guna menghindari ikan
keluar dari akuarium.
- Keesokan harinya biasanya induk ikan tambakan sudah mulai memijah.
Induk betina mengeluarkan telur dan kemudian diikuti oleh induk
jantan membuahi sel telur dengan mengeluarkan sperma. Proses
pemijahannya terjadi diluar tubuh ikan (eksternal). Pagi harinya sekitar
pukul 07.00 WIB biasanya proses pemijahan telah selesai dan telur
telah dibuahi sepenuhnya. Kemudian pindahkan induk ke dalam kolam
pemeliharaan induk yang telah disediakan menggunakan serok.

Gambar 9 penyuntikan induk ikan tambakan yang akan dipijahkan

Adapun tingkah laku pemijahannya adalah sebagai berikut, ikan


jantan akan mengejar-ngejar ikan yang betina. Kemudian warna air akan
berubah menjadi keruh dan airnya bau amis dan kelihatan ada gelembung-
gelembung kecil di air tersebut kemudian ikan jantan akan memutar-
mutarkan badannya dan membelitkannya kepada betina. Ikan betina yang
sudah memijah akan terlihat bekas luka akibat gigitan dari ikan jantan yang
cukup keras. Kemudian akan mulai memijah dan melakukan ovulasi pada
pagi hari yaitu pada pukul 06.35 WIB telur akan mulai banyak yang keluar
dan terbuahi. Kemudian induk jantan dan betina akan selesai memijah dan

23
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

setelah itu induk dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk pada pukul


delapan pagi.
Ciri-ciri telur yang dibuahi dan yang tidak dibuahi adalah sebagai
berikut: Telur yang dibuahi berwarna kuning dan bening transparan,
sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih dan jika dibiarin terlalu
lama akan ada jamur yang tumbuh. Telur tersebut bersifat melayang di
permukaan air. Untuk mengetahui derajat pembuahan (Fertilization Rate)
maka dilakukan penghitungan telur dengan cara mengangkat aerasi
kemudian didiamkan beberapa saat untuk mempermudah dalam
penghitungan. Di BBI Kambitin penghitungan FR untuk satu buah wadah
penetasan telur dengan meggunakan rumus di bawah ini.

FR = JD/JK × 100%

= 71.353/73073 × 100%

= 97,6%

Keterangan :
FR : Derajat pembuahan
JD : jumlah telur yang dibuahi
JK : jumlah telur keseluruhan

4.9 Penetasan Telur


Setelah induk ikan dipisahkan lakukan pengontrolan kualitas air.
Adapun hasil pengontrolan dari praktik kerja industri yang saya lakukan
antara lain : Suhu dari ke 25 akuarium tersebut adalah 27,37 0C, sedangkan
untuk ph 7,13 dan DO nya 6,98 ppm. Telur yang dibuahi kemudian diukur
diameternya dengan menggunakan mikroskop. Adapun alat dan bahan yang
digunakan untuk mengukur diameter telur adalah sebagai berikut:
Mikroskop elektron, cawan petrik, gelas objek, tissue, jarum pentul, wadah
plastic. Kemudian telur diambil sebanyak 50 butir, diameter telur diukur

24
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

setelah dua jam telur keluar pada pukul 08:45 – 09:15 WIB. Jadi jumlah
diameter rata-rata telur yang telah diukur adalah 0,99 mm.
Telur yang telah terbuahi mulai menetas berkisar antara 16 - 20 jam,
pada kegiatan yang saya lakukan telur akan menetas pada pukul 21.30 WIB.
Di karenakan suhu penetasan pada telur sangat bagus sehingga telur akan
cepat menetas.
Telur dihitung dengan mengambil tiga kali ulangan, tiap ulangan diisi
telur sebanyak ± 200 butir telur. Kemudian telur dimasukkan ke tiga
saringan. Adapun cara penghitungan derajat pembuahan telur dengan rumus
dibawah ini.

HR (%) = PT/PO × 100%

= 68173/71353 × 100%

= 95,5%
Keterangan :
HR : Derajat penetasan (%)
PT : Jumlah telur yang menetas
PO : Jumlah telur yang dibuahi

Derajat penetasan dihitung dengan cara menghitung satu-satu jumlah


larva yang menetas. Untuk jumlah telur, derajat penetasan HR adalah 95,5
%, FR 97,6% dan suhu air yang bagus buat pemijahan 27 - 30 0C sedangkan
SR nya 77,6 %.

25
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

Gambar 10 telur ikan tambakan


4.10 Pemeliharaan Larva

Pada saat kegiatan praktik kerja industri proses pemeliharaan larva


dilakukan dengan menggunakan akuarium dengan ukuran 60 x 40 x 45 cm
yang diisi air dengan ketinggian 35 – 40 cm. Dengan kepadatan 25 ekor
larva/liter. Setelah larva ikan tambakan berumur 2 hari setelah menetas
maka dilakukan kultur artemia. Adapun wadah kultur artemia yang
dibutuhkan sebanyak 3 buah corong penetasan artemia. Kemudian
bersihkan wadah penetasan artemia sampai sekiranya bersih. Setelah itu
larutkan garam yang dimasukkan kedalam saringan kemudian dilarutkan
dengan menggunakan air yang bersih kedalam wadah corong penetasan
artemia dengan volume 30 liter air. Di BBI Kambitin untuk satu buah
corong penetasan artemia dengan bobot garam sebanyak 1 kg/buah corong
penetasan artemia. Setelah garam tersebut larut kedalam air tunggu sekitar
4 - 5 menit guna untuk mengumpulkan butiran-butiran pasir yang terdapat
pada garam yang telah dilarutkan. Kemudian sipon pasir yang terkumpul
pada dasar corong penetasan artemia. Setelah itu masukkan cest artemia
yang sudah ditakar kedalam corong penetasan artemia yang dilengkapi
dengan aerasi dan heater. Telur artemia akan menetas berkisar antara 24 -
30 jam pada kadar garam 30 ppm.

Setelah larva ikan tambakan menetas, air akuarium diganti sebanyak


setengah dan telur yang tidak menetas disipon. Pergantian air dan

26
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

penyiponan dilakukan 2 hari sekali selama 7 hari pemeliharaan. Pergantian


air dilakukan bersamaan dengan penyiponan dilakukan dengan cara
mengunakan sifonan agar menghilangkan kotoran yang ada dalam
aquarium. Kemudian air yang telah berkurang diisi kembali dengan air
yang baru. Selama pemeliharaan larva didalam akuarium lakukan
pengontrolan kualitas air pada pagi dan sore hari.

Adapun larva tambakan yang masih berumur satu hari belum dapat
berenang didalam perairan. Larva baru dapat berenang didalam perairan
setelah larva berumur 3 hari. Larva bersifat tenang dan tidak mau bergerak,
tapi ada sebagian larva yang sudah langsung bergerak bebas dan berenang
didalam perairan. Larva yang baru menetas akan terapung dengan perut
diatas dan ukuran larva yang baru menetas berukuran 2,5 mm. Larva yang
baru menetas tidak diberi pakan terlebih dahulu karena didalam tubuhnya
masih memiliki makanan cadangan berupa kuning telur. Kuning telur larva
tambakan akan habis setelah larva tambakan berumur 3 hari. Dalam masa
pemeliharan larva diberi pakan alami berupa naupli artemia, dimulai pada
hari ke empat dengan dosis 20 % dari berat biomas, pemberian pakan pada
larva dilakukan dengan cara adlibitum (sekenyang-kenyagnya). Frekuensi
pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali sehari yaitu : pada jam 06.00
pagi, 12.00 siang dan 18.00 sore sebanyak 12 gram/hari sampai umur 3 hari
dan 20 gram/hari sampai umur 7 hari.

Gambar 11 pemanenan cest artemia dan pemberian pakan larva ikan


artemia

4.11 Pemanenan Larva Tambakan

27
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

Pemanenan larva dilakukan dilakukan pada saat larva berumur 7 hari,


pemanenan larva dilakukan dengan cara mengurangi air akuarium ¼ bagian.
Setelah itu angkat akuarium kemudian larva yang ada diakuarium
dimasukkan didalam baskom yang diletakkan dilantai.
Sebelom dilakukan pendederan larva ikan tambakan dihitung dengan
menggunakan sendok takar 5 ml. Dalam satu senduk takar tersebut terdapat
± 3680 ekor larva ikan tambakan. sebelumnya larva ikan telah dihitung
berapa takar larva yang didapat dalam satu sendok takar. Kemudian panjang
larva tambakan diukur dengan menggunakan mikroskop proyektor.

4.12 Pendederan Larva Tambakan

Sebelom larva didederkan terlebuh dahulu wadah pemeliharaan


(kolam beton) dipersiapkan terlebih dahulu. Adapun persiapan kolam
pemeliharaan larva dilkukan 7 hari sebelom dilkukannya pendederan.
Adapun hal yang harus diperhatikan dalam melakukan persiapan wadah
pemeliharaan.
Persiapan wadah pada pemeliharaan larva dimulai dengan
menyurutkan air sampai habis dengan cara membuka pintu saluran outlet
dan menutup pintu saluran inlet dengan menggunakan karung, kayu dan besi
lempengan. Adapun pengertian Inlet adalah saluran pemasukan air dan
Outlet adalah saluran pengeluaran air. Setelah air surut dilakukan
pembersihan kolam dari kotoran dan hama. Hama pada ikan biasanya
berupa keong dan ikan-ikan kecil, termasuk ikan gabus.
Pembersihan kolam dengan menggunakan sekop atau cangkul. Pada
kolam ini dilakukan pemupukan karena pada kolam pendederan masih ada
unsur-unsur hara yang dibutuhkan buat menumbuhkan pakan alami. Tanah
dasar kolam induk diolah dengan cara membalikkan tanah menggunakan
sekop yang ditarik secara merata. Pengisian air dilakukan setelah selama
satu hari dikeringkan. Ketinggian air untuk kolam pemeliharaan larva yang
telah didederkan berkedalaman 100 cm diisi air setinggi 40 cm dengan

28
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

ukuran kolam 31 x 16 m berbentuk persegi dan ukuran kolam yang luasnya


4500 m2 berbentuk segitiga.
Larva tambakan ditebar di kolam beton yang telah disiapkan dan
yang telah tumbuh pakan alaminya buat pakan larva tambakan. Setelah
umur larva tambakan 8 hari larva akan mulai memakan pakan alami yang
ada di kolam beton berupa Plankton.
Pada kolam pendederan I penebaran larva dilakukan pada pukul 08:00
- 09:300 WIB dengan cara larva diserok dengan menggunakan serokan kain.
Kemudian larva di takar dengan menggunakan sendok takar 5 ml dan
dimasukkan kedalam baskom. Kolam I diisi 158 takar (581.440) dan kolam
II diisi 200 takar (736.000) dengan kapasitas air 5000 liter. Tiap satu takar
sendok ukuran 5 ml berjumlah ± 3.680 ekor larva. Jadi jumlah larva yang
menetas keseluruhannya 1.322.440 Pakan yang diberikan pada pendederan
I berupa tepung pellet, selain itu larva makan pakan alami yang tumbuh di
kolam beton.

Gambar 12 kolam pendederan 1 dan kolam pendederan II larva ikan


tambakan

Adapun cara penghitungan SR nya sebagai berikut :

SR = NT/NO × 100%

= 1.322.440/1.704.325 × 100%

= 77,6%

Keterangan :

29
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

SR : Tingkat kelangsungan hidup


NT : Jumlah ikan diakhir pemeliharaan
NO : Jumlah ikan diawal pemeliharaan

4.13 Pemberian Pakan Larva Tambakan

Ketersediaan pakan alami merupakan salah satu faktor yang sangat


menentukan keberhasilan pemeliharaan larva ikan tambakan. Jenis, mutu,
dosis dan frekuensi pemberian pakan yang tepat sangat berpengaruh
terhadap hasil salinitas larva ikan tambakan sampai ukuran panen.

Pakan yang dipersiapkan untuk larva tambakan terdiri dari cest


artemia, pakan fermentasi dan pakan buatan atau biasa disebut pelet.
Ukuran larva yang sangat kecil memerlukan pakan yang sesuai dengan
bukaan mulutnya
Selain plankton larva tambakan dapat diberikan pellet yang lebih
halus buat larva tambakan. Tetapi pellet dapat diberikan setelah semua larva
dapat bergerak dan berenang bebas dan kuning telur telah habis sebagai
pakan cadangan. Pemberian pakan dilakukan setelah larva berumur 8 - 30
hari dengan cara menebarkan pakan diatas permukaan air.
Frekuensi pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari sebanyak 30
gram/hari sampai umur 15 hari dan 50 gram/hari sampai umur 30 hari
(panen dilakukan). Untuk pemberian pakan dengan cara Micro diet
dilakukan dengan cara dilarutkan kedalam air kemudian di tebar ke
permukaan air.

4.14 Pengelolaan Kualitas Air

Pengelolaan kualitas air dikolam yaitu dengan mengalirkan air masuk


secara terus menerus ke dalam kolam. Selain itu, pengelolaan pakan sesuai
dosis dan frekuensi yang tepat dapat mencegah turunnya kualitas air di
media pemeliharaan ikan tambakan.

30
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

4.15 Pengendalian Hama dan Penyakit

Faktor lain yang sering menimbulkan kematian selama proses


pemeliharaan ikan tambakan dari larva sampai menjadi benih atau ukuran
konsumsi adalah adanya hama dan penyakit. Hama yang biasa menyerang
ikan tambakan bersifat predator yaitu pemangsa larva atau benih ikan
tambakan. Sedangkan penyakit yang menyerang ikan tambakan berupa
parasit dan non parasit.

1. Hama

Hama yang biasa menyerang ikan tambakan pada pemeliharaan di


kolam adalah katak dan serangga air seperti ucrit, notonecta dan kini-kini.
Tindakan untuk menanggulangi serangan hama dengan cara memasang
saringan di pintu pemasukan air, tidak membuka karung pupuk, mengurangi
padat tebar dan menyiramkan minyak tanah ke permukaan air kolam
mengurangi benda atau tanaman air yang digunakan sebagai media bertelur
serangga air.

2. Penyakit

Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang ikan tambakan berupa


parasit, jamur, bakteri dan cacing. Dalam pemeliharaan larva ikan tambakan
dari kegiatan pembenihan dan pembesaran di kolam, dijumpai penyakit
sebagai berikut :

31
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

3. Jamur

Jamur merupakan salah satu organisme yang dapat menimbulkan


penyakit infeksi pada ikan tambakan. Penyakit ini biasa terjadi karena
adanya luka pada tubuh ikan akibat goresan atau gesekan kulit. Jenis jamur
yang menyerang adalah Saprolegnia sp. Ikan yang terserang jamur dapat
diketahui dengan mudah yaitu pada bagian organ luar ikan ditumbuhi
benang-benang halus seperti kapas, biasanya di bagian kepala, tutup insang
dan sirip atau kulit yang telah terluka.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan dengan menjaga kualitas
air dalam kondisi baik dan melakukan penanganan saat panen/sampling
dengan hati-hati agar tubuh ikan tidak terluka. Untuk pengobatan dapat
dilakukan dengan perendaman NaCl dosis 20 ppm selama 1 jam atau 5 %
selama 1 – 2 detik. Obat lain yang dapat digunakan adalah Methylene Blue
dengan cara melarutkan 2 – 4 ml larutan baku (1 %) ke dalam 4 liter air dan
merendam ikan yang sakit selama 24 jam. Pengoatan ini dilakukan
berulang-ulang sebanyak 3 – 5 kali ulangan sampai ikan benar-benar
sembuh.

4. Bakteri

Penyakit bakteri yang menyerang ikan tambakan adalah bakteri


Aeromonas dan bakteri perusak sirip yaitu Pseudomonas sp. Serangan baru
terlihat apabila ketahanan tubuh ikan menurun akibat stress yang
ditimbulkan oleh penurunan kualitas air, kekurangan pakan atau penanganan
ikan yang kurang baik.
Ikan yang terserang terlihat berwarna gelap, mata ikan rusak dan
menonjol, kemampuan berenang menurun, sirip dan insang menjadi rusak,
perut ikan kembung, timbul pendarahan dan luka di tubuh. Karena penyakit
ini menular maka ikan yang terkena dan keadaannya cukup parah harus
dibuang atau dimusnahkan.
Pengobatan dapat dilakukan dengan perendaman atau dicampur
dengan pakan. Perendaman dilakukan dalam larutan PK (Kalium
Permanganat) dosis 10 – 20 ppm selama 30 – 60 menit, oxytetracycline 5

32
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

ppm selama 24 jam. Sedangkan pemberian pakan yang dicampur


oxytetracycline 50 mg/kg pakan yang diberikan setiap hari selama 7 – 10
hari berturut-turut. Ikan yang diobati dengan antibiotik baru dapat
dikonsumsi 2 minggu setelah pengobatan.

5. Parasit

Parasit yang menyerang ikan tambakan adalah Dactylogirus dan


Trichodina. Dactylogirus menyerang pada insang ikan dengan gejala ikan
terlihat kurus , kulit pucat, produksi lendir tidak normal, kesulian dalam
bernafas, sering muncul di permukaan air atau berenang mendekati
pemasukan air dan menggosokkan badan ke dasar kolam. Trichodina
menyerang kulit dan sirip ikan yang menimbulkan luka pada organ yang
diserang dengan disertai infeksi sekunder. Penanggulangan penyakit ini
dengan pemberian pakan yang cukup, memindahkan ikan ke kolam yang
lain, mengeringkan dan mengapur kolam. Pengobatan dilakukan dengan
perendaman dalam larutan garam NaCl dosis 12,5 – 13 g/m 3 selama 24 – 36
jam atau Methylene Blue dosis 3 g/m3 selama 24 jam.

4.16 Pemanenan Benih dan Pengepakan (Packing)

Sebelum melakukan pemanenan benih tambakan, benih dipuasakan


terlebih dahulu selama satu hari (diberok) gunanya untuk mengosongkan
perut dan mengurangi amoniak pada ikan sewaktu dikirim. Pemanenan bisa
dilakukan dengan menggunakan jaring, di BBI Kambitin pemanenan benih
dilakukan dengan cara membuka saluran pembuangan air yang disaring
dengan menggunakan saringan (keranjang) yang ditutupi dengan hapa guna
menghindari benih ikan tambakan keluar mengikuti saluran pembuangan air.
Benih ditangkap dengan menggunakan bendungan kemudian benih yang
telah ditangkap ditampung didalam hapa.
Sebelum benih tambakan dikirim, larva tambakan ditampung didalam
hapa, yang telah dipasang sebelumnya didekat kolam benih. Selanjutnya
lakukan seleksi benih (grading) dengan menggunakan surtiran dengan
ukuran 4 × 6 cm. Benih yang telah disortir dipisahkan sesuai ukuran dan

33
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

pemeliharaan didalam hapa penampungan. Kemudian lakukan pengemasan


benih (packing) dengan air sebanyak ½ volume kantong plastic dari 2/3
volume untuk oksigen. Selanjutnya lakukan pendistribusian sesuai
kebutuhan konsumen.

B. PEMBAHASAN

Fekunditas adalah jumlah telur yang dihasilkan satu induk betina atau
jumlah telur per bobot ikan, teknis yang dilaksanakan dalam perhitungan
fekunditas ini adalah dimulai dengan pengambilan sampel.
Derajat kelangsungan hidup adalah presentasi jumlah telur yang
menetas menjadi larva dari jumlah telur yang di buahi. Untuk mengetahui
telur yang menetas dilakukan dengan cara menghitung jumlah larva yang
ada pada akuarium sampel baik yang hidup atau mati setelah semua telur
yang dibuahi menetas.
Faktor-faktor penyebab telur tidak menetas antara lain :

 Kualitas air yang kurang baik


Kualitas air yang kurang baik dikarenakan air yang digunakan dalam
akuarium tidak ditampung atau diendapkan terlebih dahulu serta pada saat
pengisian akuarium, air yang masuk tidak disaring terlebih dahulu sehingga
menyebabkan adanya kotoran yang masuk ke dalam akuarium.

 Aerator yang tidak kencang


Aerator yang tidak kencang sehingga membuat telur tidak melayang dan
tidak bisa menyuplay DO secara terus menerus selama penetasan
berlangsung dikarenakan kurangnya ketelitian selama penetesan tersebut
berlangsung.
 Keterlambatan Pengangkatan Induk
Pemijahan induk betina dan jantan yang diperkirakan akan berlangsung 8 –
12 jam setelah penyuntikan ternyata lebih cepat dari perkiraan tersebut

34
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

sehingga telur ikan tambakan yang sifatnya melayang/ mengapung ternyata


menumpuk pada dinding wadah pemijahan.
 Listrik Mati
Kematian listrik dapat membuat aerasi tidak dapat berfungsi, sehingga tidak
adanya DO yang masuk kedalam air dan menyebabkan telur tidak bisa
melayang-layang di air dan menyebabkan telur tersebut mengendap didasar
akuarium.

Survival Rate (Derajat Kelangsungan Hidup)

Selama di pelihara 7 hari untuk tingkat kelangsungan hidup larva (SR)


sebanyak 1.322.440 larva dari 1.704.325 larva yang menetas, jadi derajat
kelangsungan hidup larva 77,6 %.
Penyebab larva tidak dapat melanjutkan kelangsungan hidupnya
kemungkinan di pengaruhi oleh saat di aquarium aerasinya mati, pH, suhu
dan pemberian pakan terlambat.

Penetasan Telur dan Perawatan Larva

Wadah yang digunakan untuk penetasan telur adalah akuarium dengan


ukuran 60 x 40 x 45 cm.
Sebelum melakukan pemijahan didalam akuarium, akuarium harus
dibersihkan terlebih dahulu dengan cara menyikat kerak-kerak yang ada
diakurium. Kemudian akuarium dikeringkan guna menghilangkan bibit
penyakit, kemudian akuarium diisi air dengan ketinggian 30 cm yang
dilengkapi dengan aerasi pada suhu 27,37 0C dengan kepadatan 73.073 per
akuarium. Telur akan menetas dalam waktu 16 - 20 jam.

Dua hari setelah telur menetas, barulah pergantian air kami lakukan
sekaligus untuk menghitung derajat penetasannya. Hal itu dikarenakan
larva ikan tambakan masih dapat bertahan pada keadaan air seperti itu..

Pada saat pemeliharaan larva hal yang dilakukan adalah menjaga


kondisi kualitas air agar tetap baik diantaranya yang dilakukan adalah

35
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

menyipon kotoran organik yang terdapat didalam air. Selama kami berada
di Balai Benih Ikan Lokal (BBIL) Kambitin kami melakukan penyiponan
sebanyak dua kali saja, yaitu pada pagi hari mulai jam 08.00 sampai selesai.

Selain itu hal yang kami lakukan adalah memberikan pakan larva ikan
tambakan berupa artemia. Pemberian pakan yang kami lakukan 3x sehari
yaitu pagi (06.00), siang (12.00) dan sore (18.00).

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil kegiatan praktik kerja industri (PRAKERIN) Di Balai


Benih Ikan Lokal (BBIL) Kambitin Kecamatan Tanjung Kabupaten
Tabalong pembenihan ikan tambakan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pemijahan ikan tambakan(Helostoma temminckii) dilakukan secara semi


buatan diperlukan keterampilan dan kecermatan dalam kegiatan tersebut.
2. Penetasan telur ikan tambakan di lakukan dalam akuarium lama penetasan
16 – 20 jam .
3. Pemberian pakan berupa artemia untuk larva dilakukan 3 kali sehari yaitu
pagi, siang dan sore hari.
4. Untuk mencapai ukuran 4 × 6 cm diperlukan waktu sekitar 30 hari yaitu
dari tingkat larva sampai siap panen didalam kolam pedederan.

36
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

5. Tujuan dalam pemijahan adalah untuk menghasilkan benih yang


berkuantitas dan berkualitas yang tinggi.
6. Tujuan dalam seleksi induk adalah untuk memperoleh induk ikan
tambakan yang dapat menghasilkan benih ikan tambakan dengan
kuantitas dan kualitas yang baik.
Dari kegiatan pemijahan ikan tambakan di aquarium dapat
disimpulkan bahwa derajat pembuahan (FR) pada aquarium 97,6% dan
jumlah telur yang menetas (HR) 95,5 % dan suhu air yang bagus buat
pemijahan 27-30 0C sedangkan SR nya 77,6%.
Keberhasilan dari kegiatan perekayasaan ini dapat memberikan
pengetahuan guna mempercepat proses ahli teknologi pemeliharaan ikan
tambakan dan untuk dikembangkan melalui usaha perikanan yang akhirnya
akan dapat menjadikan usaha ekonomis yang menguntungkan.

5.2 Saran

Dari hasil praktik kerja lapang maka saran yang dapat diambil yaitu :
 Agar aktivitas kegiatan pembudidayaan ikan menjadi semakin maju
perlu diadakan alih teknologi kepada masyarakat dengan tujuan untuk
menarik perhatian masyarakat mengenai budidaya ikan yang baik.
 Dalam pemijahan ikan tambakan, induk harus ditangani secara hati –
hati agar induk yang hendak dipijahkan tidak mengalami stres sehingga
kegagalan dapat dihindari.
 Perlu dilakukan pemisahan terhadap induk tambakan yang telah selesai
dipijahkan dengan yang belum matang gonad.
 Sebaiknya pada saat melakukan pendederan larva ikan tambakan jangan
di pindahkan di bak beton luar Hatchery, tetapi biarkan saja dulu larva
tersebut masih tetap di dederkan di dalam baskom. Karena larva masih
rentan terhadap suhu dingin.
 Perlu dilakukan pengkulturan pakan alami yang cukup bagi larva dan
benih tambakan.

37
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam teknologi pemeliharaan


benih, pendederan dan pembesaran supaya tingkat kelangsungan
hidupan ikan tambakan tinggi, sehingga usaha pembenihan ikan
tambakan dapat efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Heru Susanto. 1999. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Mashudi, Ediwarman dan Maskur. 2001. Pemijahan ikan tambakan


(Helostoma temmincki). Balai Budidaya Air Tawar Jambi. Jambi.

EVY, R. 2001. Usaha perikanan di Indonesia. Mutiara Sumber Widya, Jakarta.

38
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Gambar 1. Wadah pemijahan Gambar 2. Membersihkan wadah pemijahan

39
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

Gambar 3. Pengisisan air Gambar 4. Seleksi induk

G
ambar 5. Seleksi induk betina

Gambar 6. Seleksi induk jantan

Gamabar 7. Penyuntikan induk Gambar 8. Memasukkan induk kedalam


aquarium

40
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

Gambar 9. Pengembalian induk Gambar 10. Telur ikan tambakan

Gambar 11. Kultur artemia

Gambar 12. Pemanenan artemia Gambar 13. Pemberian pakan larva

Gambar 14. Pengulahan dasar tanah, penjemuran dan pengisian air kolam
pendederan larva tambakan

41
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin
SMK Negeri 1 Banua Lawas

Gambar 15. Pengukuran kualitas air Gambar 16. Pendederan larva tambakan

Gambar 17. Pemanenan larva tambakan

42
Praktik Kerja lapangan di BBI Kambitin

Anda mungkin juga menyukai