Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

(PKL)

SELEKSI INDUK IKAN NILA (Oreochromis Niloticus)

UPTD BALAI BENIH IKAN (BBI) LOKAL TATANGA KOTA PALU

IMELDA
NISN : 3045158366

BIDANG KEAHLIAN : BUDIDAYA PERIKANAN


PROGRAM KEAHLIAN : AGRIBISNIS PERIKANAN AIR TAWAR (APAT)
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)
NEGERI 1 KASIMBAR
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


(PKL)

SELEKSI INDUK IKAN NILA (Oreochromis Niloticus)

DALAM RANGKA SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK


MENGIKUTI UJI KOMPETENSI

DI SUSUN DAN DIAJUKAN OLEH :

IMELDA

DISAHKAN PADA TANGGAL :

Kepala Program Pembimbing

Surianti, S.Pi Nurdin Tamrin, S.Pi

Mengetahui
Kepala SMK Negeri 1 Kasimbar

Rustam Abdi, S.Pd.,M.Pd


NIP : 19701005 200701 1 04

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT. Yang telah memberikan
petunjuk, rahmat dan karunia-nya, Sehingga Penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Laporan Kerja Praktek Lapangan (PKL) dengan judul : “Seleksi
Induk Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)”.
Laporan praktek kerja lapangan (PKL) ini disusun sebagai pelengkap
praktek kerja lapangan (PKL) yang telah di laksanakan selama 2 bulan di UPR
Pembenihan Budidaya perikanan
Air tawar,dengan selesainya laporan praktek kerja lapangan (PKL) Ini,tidak
terlepas dari bantuan penulis banyak pihak yang telah memberikan masukan
masukan kepada penulis untuk itu menucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Orang tua tercinta yang mana telah mendukung segalah aktifitas penulis.
2. Bapak Rustam Abdi,S,Pd.,M.Pd. Selaku kepala sekolah SMK Negeri 1
Kasimbar
3. Ibu Adriani Jonatan.S.IK, Selaku kepala UPTD Balai Benih ikan
(BBI)local tatanga dinas pertanian dan ketahanan pangan Kota Palu
4. Bapak Hedher Yunus,S.Pi,MM selaku pembimbing utama
5. Bapak fadlin
6. Ibu surianti,S.Pi.Selaku kepala jurusan perikanan SMK Negeri 1 Kasimbar
dan juga selaku pembimbing laporan
7. Seluruh teman-teman yang telah mendukung penulis dalam pembuatan
laporan praktek kerja lapangan.
Penulis menyadari bahwa laporan ii masih banyak kekurangan,untuk itu saran dan
kritiknya sangat di butuhkan guna lebih menyempurnakan laporan ini, penulis
berharap semoga laporan ini dapat bagi pembaca pada umum-nya
Laemanta Utara, Desember 2021

Penulis
iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................. iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ vi
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Tujuan............................................................................................................. 2
1.3 Manfaat.......................................................................................................... 2
BAB II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)............................................................. 3
2.2 Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)........................................... 4
2.3 Laju Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)............................. 4
2.4 Habitat Ikan Nila (Oreochromis niloticus)................................................ 5
2.5 Daya Hidup Ikan Nila.................................................................................. 6
2.6 Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan Nila...................................................... 6
BAB III.METODE PELAKSANAAN PRAKTEK............................................ 7
3.1 Gambaran Umum Perusahaan / Instansi.................................................... 7
3.2 Sarana dan Prasarana.................................................................................... 8
BAB IV.PEMBAHASAN DAN TEMUAN
4.1 Seleksi Induk.............................................................................................. 10
4.2 Pemeliharaan Induk................................................................................... 12
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan.................................................................................................. 14
5.2 Saran............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sarana dan Prasarana di Balai Benih Ikan (BBI) Lokal Tatanga...............8
Tabel 1. Ciri-ciri induk jantan dan induk betina....................................................10

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus).........................................................1


Gambar 2. Kolam UPR Bungi Tatanga...................................................................7
Gambar 3. Struktur Organisasi UPR........................................................................9
Gambar 4. Induk Matang Gonad............................................................................13

vi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan nila (Oreochromis niloticus ikan air tawar merupakan komoditas


perikanan air tawar yang saat ini menghasilkan keuntungan dalam proses
budidaya. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia
terutama di Jawa Barat dan kebutuhan akan bahan pangan serta gizi yang
baik permintaan ikan akan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Gambar 1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


Klasifikasi Ikan Nila Nirwana Sistematika ikan nila Nirwana tidak
jauh berbeda dalam pengelompokan sistematikanya dengan jenis nila
lainnya, karena nila Nirwana hanya berbeda pada rekayasa genetikanya.
Menurut Trewavas 1980 dalam (Suyanto R, 2003). Sistematika ikan nila
(Oreochromis niloticus) dapat dijelaskan sebagai berikut :
Filum : Chordata.
Sub-filu : Vertebrata.
Kelas : Osteichthyes.
Sub kelas : Acanthoptherigii.
Ordo : Percomorphi.
Sub-ordo : Percoidea.
Famili : Cichlidae.
Genus : Oreochromis.
Species : Oreochromis niloticus

1
Ikan nila Nirwana ini menggunakan metode seleksi individu
mengajukan permohonan untuk dilakukan penilaian terhadap jenis ikan nila
Nirwana baru dengan kelas induk dasar (Grand Parent Stock) yang layak
untuk dilepas atau diperbanyak. Terdapat tiga bagian dalam proses budidaya
ikan nila Nirwana diantaranya pembenihan, pendederan dan pembesaran.
Proses pembenihan dan pendederan ikan nila
Kegiatan yang dilakukan mulai dari pemeliharaan induk sampai
menghasilkan larva yang berukuran 1-1,5 cm. Pada tahap pembenihan ini
pembudidaya menggunakan induk ikan nila Nirwana yang masa
produktifnya 1,5 – 2 tahun. Pada tahap pendederan menghasilkan benih
ukuran 5-8 cm yang biasa disebut belo, dan ukuran 8-12 cm yang biasa
disebut dengan ukuran sangkal.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktek kerja industry (PRAKERIN) untuk mengetahui


tentang cara seleksi induk yang baik dan benar ini adalah

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari praktek kerja industry adalah untu


mengembangkan dan meningkatkan wawasan dan pikiran yang ilmia dalam
mengantisipasi masalahan yang akan ditemui dilapangan sebagai sumber
informasi yang layak bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi
mengenai bagaimana cara pemijahan ikan nila dalam hal ini seleksi induk
nila

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang


termasuk dalam famili Cichlidae dan merupakan ikan asal Afrika (Boyd,
2004). Ikan ini merupakan jenis ikan yang di introduksi dari luar negeri,
ikan tersebut berasal dari Afrika bagian Timur di sungai Nil, danau
Tangayika, dan Kenya lalu dibawa ke Eropa, Amerika, Negara Timur
Tengah dan Asia. Di Indonesia benih ikan nila secara resmi didatangkan
dari Taiwan oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969.
Ikan ini merupakan spesies ikan yang berukuran besar antara 200-400 gram,
sifat omnivora sehingga bisa mengkonsumsi makanan berupa hewan dan
tumbuhan (Amri dan Khairuman, 2003).

Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah ikan air tawar yang banyak
dibudidayakan di Indonesia dan merupakan ikan budidaya yang menjadi
salah satu komoditas ekspor. Departemen Perikanan dan Akuakultur FAO
(Food and Agriculture Organization) menempatkan ikan nila di urutan
ketiga setelah udang dan salmon sebagai contoh sukses perikanan budidaya
dunia. Ikan nila termasuk ikan air tawar yang mempunyai nilai ekonomis
tinggi, memiliki kandungan protein tinggi dan keunggulan berkembang
dengan cepat. Kandungan gizi ikan nila yaitu protein 16-24%, kandungan
lemak berkisar antara 0,2-2,2% dan mempunyai kandungan karbohidrat,
mineral serta vitamin. Ikan nila mempunyai pertahanan yang tinggi terhadap
gangguan dan serangan penyakit. Namun demikian, bukan berarti tidak ada
hama dan penyakit yang akan mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan
ikan nila, terlebih pada fase benih (Mulia, 2006). Menurut Amri dan
Khairuman (2003), ikan Nila tergolong ikan pemakan segala (Omnivore),
sehingga bisa mengkonsumsi makanan, berupa hewan dan tumbuhan. Larva

3
ikan nila makanannya adalah, zooplankton seperti Rotifera sp, Daphnia sp,
serta alga atau lumut yang menempel pada benda-benda di habitat hidupnya.

2.2 Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Berdasarkan morfologinya, ikan nila umumnya memiliki bentuk tubuh


panjang dan ramping, dengan sisik berukuran besar. Matanya besar,
menonjol, dan bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi (linea literalis)
terputus dibagian tengah badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih ke
bawah dari pada letak garis yang memanjang di atas sirip dada. Sirip
punggung, sirip perut, dan sirip dubur mempunyai jari-jari keras dan tajam
seperti duri. Sirip punggungnya berwarna hitam dan sirip dadanya juga
tampak hitam. Bagian pinggir sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam.
Ikan nila memiliki lima sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip dada
(pectoral fin), sirip perut (venteral fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor
(caudal fin). Sirip punggung memanjang, dari bagian atas tutup insang
hingga bagian atas sirip ekor. Ada sepasang sirip dada dan sirip perut yang
berukuran kecil. Sirip anus hanya satu buah dan berbentuk agak panjang.
Sementara itu, sirip ekornya berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah
(Amri & Khairuman, 2002).

2.3 Laju Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Menurut Wahyuningsih dan Barus (2006), pertumbuhan dapat


didefinisikan sebagai pertumbuhan ukuran berupa panjang dan berat pada
waktu tertentu atau perubahan kalori yang tersimpan menjadi jaringan
somatik dan reproduksi. Pada proses pertumbuhan laju anabolisme akan
melebihi laju katabolisme. Menurut Effendie (2002), pertumbuhan
merupakan proses biologis yang kompleks yang akan dipengaruhi berbagai
faktor dimana pertumbuhan akan menunjukkan adanya pertambahan
panjang, berat dalam suatu satuan waktu. Ikan nila memiliki ketahanan yang
4
tinggi terhadap penyakit, tahan terhadap lingkungan air yang kurang baik.
Menurut Lagler, Bardac, and Miller (1962), pertumbuhan dipengaruhi 2
faktor yaitu: faktor internal dan faktor eksternal, factor internal adalah faktor
yang berasal dari dalam tubuh sukar dikontrol, diantaranya ialah keturunan,
sex, dan umur. Sedangkan factor eksternal (Faktor luar) yang utama
mempengaruhi pertumbuhan adalah makanan, jumlah populasi, parasit,
penyakit, dan parameter kualitas lingkungan perairan.

Ikan nila jantan memiliki laju pertumbuhan lebih cepat dibandingkan


dengan ikan nila betina. Laju pertumbuhan ikan nila jantan rata-rata 2,1
gram/hari, sedangkan laju pertumbuhan ikan nila betina rata-rata 1,8
gram/hari (Ghufran, 2009). Pada waktu pemeliharaan 3-4 bulan, dapat
diperoleh ikan nila berukuran rata-rata 250gram dari berat awal ikan nila 30-
50 gram (Cholik, 2005). Selain pertumbuhannya yang cepat, ikan nila juga
memiliki tingkat kelangsungan hidup yang tinggi pada masa pemeliharaan.
Wiryanta et al (2010) menjelaskan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan
nila dalam kegiatan pembenihan adalah 80%, kemudian untuk kegiatan
pembesaran adalah 65-75%.

2.4 Habitat Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nila umumnya hidup di perairan tawar, seperti sungai, danau,


waduk, rawa, sawah dan saluran irigasi, tetapi toleransi yang luas terhadap
salinitas sehingga ikan nila dapat hidup dan berkembang biak pada perairan
payau dengan salinitas yang disukai antara 0-35%. Ikan nila air tawar dapat
dipindahkan ke air payau, dengan proses adaptasi yang bertahap ikan nila
yang masih kecil 2–5 cm, lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dari
pada ikan yang sudah besar. Pemindahan secara mendadak dapat
menyebabkan ikan tersebut stress bahkan mati (Kordi, 2000). Ikan nila
memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan
sekitarnya. Ikan ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan

5
hidupnya, sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau
maupun dataran tinggi dengan suhu yang rendah.

2.5 Daya Hidup Ikan Nila

Faktor biotik dan abiotik mempengaruhi daya hidup ikan nila. Daya
hidup merupakan perbandingan antara jumlah individu pada akhir
percobaan dengan jumlah individu pada awal percobaan. Faktor biotik yang
mempengaruhi sintasan yaitu parasit, kompetitor, predator, umur,
kemampuan adaptasi, penanganan manusia dan kepadatan populasi. Faktor
abiotik yang mempengaruhi sintasan yaitu sifat fisik dan kimia dari suatu
lingkungan air (Rika, 2008).

2.6 Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan Nila

Pakan ikan nila di habitat asli berupa plankton, perifiton, dan tumbuh-
tumbuhan lunak, seperti Hydrilla dan ganggang. Ikan nila tergolong ke
dalam hewan omnivora (pemakan segala/hewan dan tumbuhan) cenderung
herbivora. Pada masa pemeliharaan, ikan nila dapat diberi pakan buatan
(pelet) yang mengandung protein antara 20%-25%. (Ghufran, 2009). Pada
masa pemeliharaan tersebut ikan nila sangat responsif terhadap pakan
buatan (pelet) baik pellet terapung maupun pelet tenggelam (Cholik, 2005).
Pemberian pakan untuk benih ikan nila dilakukan 3-4 kali dalam sehari,
yaitu pada pagi, siang, sore, dan malam hari. Jumlah pakan yang diberikan
untuk benih berukuran 5-7cm adalah sebanyak 4-6% dari total berat tubuh
ikan (Ghufran, 2010).

6
BAB III
METODE PELAKSANAAN PRAKTEK

3.1 Gambaran Umum Perusahaan / Instansi

Berdirinya Unit Pembenihan Rakya (UPR) Bungi Tatanga,dimulai


dengan dibentuknya kelompok usaha pertanian bernama Kelompok Tani
Bungi Tatanga berangotakan petani sawa dengan masa menanam padi dan
petani kolam dengan usaha pemeliharaan ikan Mas.Kelompok terbentuk
pada tahun 2002 beranggotakan 15 orang.

Gambar 2. Kolam UPR Bungi Tatanga

Pada tahun 2006 Kelompok Tani Bungi Tatanga tersebut bubar tetapi
berpropesi sebagai petani ikan menghimpun diri dalam suatu wadah badan
usaha kelompok bernama Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Bungi Tatanga
yang usahanya memproduksi beni ikan air tawar jenis ikan Mas. Kelompok
ini berangotakan 7 orang dengan struktur keanggotaan terdiri dari ketua,
skrestaris, bendahara dan anggota sejak tahun 2006 hinga sekarang,UPR
tetap eksis dengan usaha pembenihan ikan air tawar dan mengalami
perkembangan ikan yaitu ikan mas, lele dan nila dengan pembesaran
semakin dibawa bimbingan Dinas Pertanian Kehutanan Dan Kelautan Kota
Palu.
Lokasi Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Bungi Tatanga, Kota Palu
Provinsi Sulawesi Tengah, terletak di sebelah Kota Palu,tertera pada gambar

7
Secara administratif Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Bungi Tatanga
berbatasan dengan wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah utara: Kelurahan Nunu
b. Sebelah selatan: Sungai palu
c. Sebelah timur: Palupi – Tinggede
d. Sebelah barat : Kelurahan Nunu

Akses jalan raya yang cukup baik disertai dengan pemukiman


penduduk disekitar Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Memberikan dampak
positif terhadap tingkat kelancaran transportasi dan Pembesarannya.
Jaringan yang ada di UPR Bungi Tatanga tersebut berjalan dengan mudah.

3.2 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana UPR Bungi Tatanga


Sarana yang digunakan pada kegiatan budidaya di UPR Bungi Tatanga
Tabel 1. Sarana dan Prasarana di Balai Benih Ikan (BBI) Lokal Tatanga
No Sarana dan Prasarana Jumlah Ukuran
1. Gedung Khusus Pakan 1 Unit -
2. Gedung Peralatan 1 Unit -
3. Laboratorium Basah 1 Unit -
4. Laboratorium Kering 1 Unit -
5. Perpustakaan 1 Unit -
6. Gedung Pemijahan 1 Unit -
7. Kaisar 1 Unit -
8. Traktor 1 Unit -
9. Kolam Pendederan 8 Unit 30 x 15 x 1,50 m
10. Kolam Induk 5 Unit 4x2x1m
11. Bak Pemijahan 3 Unit 3x2x1m
12. Saluran Masuk Air Irigasi 2 Saluran -

8
1. Uraian Kerja
Metode yang digunakan dalam praktek kerja lapangan adalah metode
survey dan pola magang serta berpartisipasi secara langsung dalam
berbagai kegiatan yang berhubungan dengan usaha seleksi induk ikan nila,
sehingga dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilaan. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam pelaksanaan PKL adalah metode
observasi dan wawancara.
2. Jadwal kegiatan
a. Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) dengan Seleksi Induk Ikan
Nila (Oreochromis Niloticus)
b. waktu pelaksanaan pada 11 Oktober 2021-11 Desember 2021 di
Balai Pembenihan UPR Pembenihan Bungi.

Berikut Struktur Organisasi Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Bungi


Tatanga terdapat pada

Ketua UPR Bungi Tatanga

Sekretaris

Bendahara Anggota

Gambar 3. Struktur Organisasi UPR

9
BAB IV
PEMBAHASAN DAN TEMUAN

4.1 Seleksi Induk

Pengelolaan induk dalam kegiatan usaha pembenihan mempunyai


peran yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan, karena induk
merupakan salah satu faktor utama yang akan menentukan kualitas dan
kuantitas benih yang dihasilkan. Jumlah induk ikan nila pada suatu
area/kolam pemijahan ditentukan oleh induk jantan dan ukuran induk.
Hal ini disebabkan sifat ikan nila memijah adalah dimana induk jantan
akan membuat suatu daerah teritorial yang tidak boleh digangggu ikan lain.
Jumlah ikan betina umumnya lebih banyak dari pada ikan jantan agar
mudah memberi kesempatan pada jantan untuk dapat menemukan betina
yang matang gonad Ikan nila yang ukurannya masih kecil belum
menampakkan perbedaan alat kelamin. Setelah mencapai bobot tertentu
perbedaan kelamin sudah mulai dapat terlihat.

Tabel 2. Ciri-ciri induk jantan dan induk betina

Cici-ciri Induk jantan Induk betina


Bentuk tubuh Lebih tinggi dan Lebih rendah dan
membulat memanjang
Warnah tubuh Lebih cerah Lebih gelap
Jumlah lubang kelamin Satu lubang (untuk Dua lubang :
mengeluarkan sperma 1. Untuk
sekaligus air seni ) mengeluarkan
telur
2. Untuk
mengeluarkan air
seni
Bentuk kelamin Tonjolan agak meruncing Tidak menonjol dan

10
berbentuk bulat
Warna sirip ekor Didominasi merah Hitam

Kematangan gonad ikan nila diketahui dengan cara melakukan


pengurutan perut kearah anus dan akan mengeluarkan cairans kental
berwarna bening dan di sekitar perut sampai kepala bagian bawah berwarna
merah. Kematangan gonad ikan diketahui dengan cara meraba perut dan
pengamatan bagian anus, yaitu ditunjukkan dengan telur yang berwarna
kuning kehijauan, bagian perut melebar, lunak jika diraba, bagian anus
menonjol dan kemerahan. Keberhasilan Usaha pembenihan ikan nila sangat
ditentukan oleh kualitas induk, secara umum ciri-ciri induk yang baik adalah
sebagai berikut:
1. Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kualitas
yang tinggi.
2. Pertumbuhannya sangat cepat.
3. Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.
4. Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.
5. Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif
buruk.
6. Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih
perekor dan berumur sekitar 4-5 bulan Induk yang akan digunakan
adalah induk yang siap memijah atau bakalan induk yang belum siap
memijah. Induk yang berkualitas baik kondisi sehat, bentuk badan
normal, sisik besar dan tersusun rapi, kepala relatif kecil dibandingkan
dengan badan, badan tebal dan berwarna mengilap (tidak kusam),
gerakan lincah dan memiliki respon yang baik terhadap pakan tambahan.

4.2 Pemeliharaan Induk

11
a. Kolam pemeliharaan induk merupakan kolam pemeliharaan calon
induk atau induk yang dipijahkan hingga menjelang akan dipijahkan.
Selain itu, kolam ini dapat diartikan sebagai kolam pematangan
gonad. kolam pemijahan adalah suhu air berkisar antara 28 - 29 0
C;
kedalaman air 100 cm
b. pakan yang berikan selama pemeliharaan induk adalah pakan
berbentuk pellet.jumlah pakan yang diberikan 3% dari bobot biomasa
ikan.pemberikan pakan 2 kali per hari pagi dan sore hari.

Jantan Induk Betina Bentuk tubuh Lebih tinggi dan membulat Lebih
rendah dan memanjang Warna tubuh Lebih cerah Lebih gelap Jumlah
lubang kelamin Satu lubang (untuk mengeluarkan sperma sekaligus air
seni) Dua lubang :
1) Untuk mengeluarkan telur
2) Untuk mengeluarkan air seni
Bentuk kelamin Tonjolan agak meruncing Tidak menonjol dan
berbentuk bulat Warna sirip ekor Didominasi merah Hitam kematangan
gonad ikan diketahui dengan cara meraba perut dan pengamatan bagian
anus, yaitu ditunjukan dengan telur yang berwarna kuning kehijauan, bagian
perut melebar, lunak jika diraba, bagian anus menonjol dan kemerahan.
Keberhasilahan usaha pembenihan ikan nila sangat ditentukan oleh kualitas
induk,secara umum ciri-ciri induk yang baik adalah sebagai berikut:
1. Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kualitas
yang tinggi.
2. Pertumbuhannya sangat cepat.
3. Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.
4. Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit. Dapat hidup
dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.
5. Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relative
buruk.

12
6. Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu, 120-180 gram lebih
per ekor dan berumur sekitar 4-5 bulan.
7. Induk yang akan digunakan adalah induk yang siap memijah atau
bakalan induk yang belum siap memijah. Induk yang berkualitas baik
kondisi sehat, bentuk badan normal, sisik besar dan ersusun rapi,
kepala relatif kecil dibandingkan dengan badan, badan tebal dan
berwarna mengilap (tidak kusam), gerakan lincah dan memiliki
respon yang baik terhadap pakan tambahan.

Gambar 4. Induk Matang Gonad

4.3 Pemasukan Induk

Setelah selesai induk diseleksi induk dimasukkan ke kolam pemijahan


dengan jumlah keseluruhan induk 78. Perbandingan induk jantan dan betina
1 banding 3, jumlah betina 52 dan jantan 26 induk dimasukkan ke kolam
pemijahan pada jam 14.00 Wita.

13
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan praktek kerja lapangan yang dilakukan Di UPR


Bungi Tatanga dalam kegiatan seleksi induk ikan nila (Oreochromis
Niloticus) dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tujuan dari seleksi induk adalah untuk menghasilkan benih yang
berkuantitas dan berkualitas tinggi.
2. Tujuan dari pemberokan adalah untuk mengosongkan kotoran dalam
perut dan menggurangi lemak pada gonad sehingga ikan pada saat
memijah tidak mengeluarkan kotoran.

5.2 Saran
Seleksi induk ikan nila (Oreochromis Niloticus) yang telah di ajarkan
di Balai Benih Ikan (BBI) Lokal Tatanga sudah sangat baik, semoga seleksi
induk ikan nila kedepannya bisa lebih baik lagi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Amri, K. dan Khairuman. 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. PT.
Agromedia Pustaka. Jakarta. hal 34 dan 84.

Boyd. 2004. SNI 01-6139-1999 (Produksi induk ikan nila hitam, Oreochromis
niloticus). Jakarta 4 hal.

Cholik, F. et al. 2005. Akuakultur. Masyarakat Perikanan Nusantara. Taman


Akuarium Air Tawar. Jakarta.

Effendi H. 2002. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Jakarta.

Ghufran, M dan Kordik, K. 2009. Budidaya Perairan. PT. Citra Aditya Bakti.
Bandung.

Kordi, K. 2000 . Budidaya ikan Nila. Rineka Cipta. Jakarta.

Lagler, K. F. Bardach, J. E. dan R. R. Miller. 1962. Ichtyology. John Willey and


Sons, Inc. New York. 545pp.

Mulia, D.S. 2006. Tingkat Infeksi Ektoparasit Proozoa Pada Benih Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) di Balai Benih Ikan (BBI) Pandak dan Sidabowa,
Kabupaten Banyumas. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Purwokerto.

Rika. 2008. Seminar hasil dan Pengabdian Masyarakat.Unila. Lampung

Wiryanta, B.T.W., S.P. Sunaryo, Astuti, S.P., dan M.B. Kurniawan. 2010. Budi
Daya dan Bisnis Ikan Nila. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta

Wahyuningsih, H dan Barus,2006. Ikhtiologi Departemen Biologi FMIPA USU,


Medan

15

Anda mungkin juga menyukai