Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN MAGANG

PEMBESARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI


BALAI LAYANAN USAHA PRODUKSI PERIKANAN
BUDIDAYA BLUPPB, KABUPATEN KARAWANG, JAWA
BARAT

Oleh :

Muhamad Fauzan
NIT. 21.3.04.107

PRODI BUDIDAYA IKAN

POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN KARAWANG

2023
PEMBESARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI
BALAI LAYANAN USAHA PRODUKSI PERIKANAN
BUDIDAYA BLUPPB, KABUPATEN KARAWANG, JAWA
BARAT

Oleh :

Muhamad Fauzan
NIT. 21.3.04.107

PRODI BUDIDAYA IKAN

POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN KARAWANG

2023
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) Di Balai Layanan


Usaha Produksi Perikanan Budidaya BLUPPB, Kabupaten Karawang,
Jawa Barat

Nama : Muhamad Fauzan

NIT : 21.3.04.107

Laporan praktek magang ini telah dibuat dan diajukan kepada pembimbing
lapangan dan Dosen untuk disahkan :

Pembimbing lapangan, Pembimbing akademik,

………. Crisoetanto P. Pattirane, S.Pi., M.Si


NIP. NIP.

Disetujui Oleh :

Kepala Prodi Budidaya Ikan

Dzikri Wahyudi, S.St.Pi., M.Si


NIP.
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas anugerah
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Magang dengan
judul “Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) Di Balai Layanan
Usaha Produksi Perikanan Budidaya BLUPPB, Kabupaten Karawang, Jawa Barat”.
Laporan Magang Program Studi Budidaya Ikan ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk melaksanakan praktik magang di Politeknik Kelautan dan
Perikanan Karawang. Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak menerima
bantuan dari beberapa pihak. Maka dengan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada:

1. Bapak DH Guntur Prabowo, A.Pi., M.M selaku Direktur Politeknik Kelautan


dan Perikanan Karawang
2. Bapak Dzikri Wahyudi.,S.St.Pi.M.Si selaku Kepala Prodi Budidaya Ikan
3. Bapak Chrisoetanto P.Pattirane., S.Pi, M.Si selaku Sekretaris Prodi Budidaya
Ikan
4. …..selaku pembimbing Lapangan.
5. Orang tua yang telah memberikan do’a, dorongan dan semangat selama
penyusunan proposal magang ini.

6. Teman – teman Prodi BDI/3 2022 yang telah memberi support tanpa henti untuk
untuk segera menyelesaikan laporan.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam memperoleh data, membantu proses
penulisan dan penyelesaian laporan.

Penulis menyadari bahwa laporan Magang ini masih jauh dari kata
sempurna.Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk penyempurnaan laporan ini.

Karawang,../../..

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Udang vanname (Litopenaeus vannamei) merupakan komoditas perikanan
yang berasal dari perairan Amerika Latin. Udang vaname secara resmi
diperkenalkan pada masyarakat pembudidaya pada tahun 2001 setelah menurunnya
produksi udang windu karena berbagai masalah yang dihadapi dalam proses
produksi (Subyakto 2009). Sifat dari udang vaname yaitu aktif pada kondisi gelap,
dapat hidup pada kisaran salinitas lebar (euryhaline), kanibal, dan tipe pemakan
lambat tetapi terus–menerus (Haliman dan Adijaya 2005).
Udang vannamei merupakan salah satu jenis udang yang potensial
untuk dibudidayakan karena memiliki laju pertumbuhan yang relatif cepat serta
kemampuan adaptasi yang relative tinggi terhadap perubahan lingkungan seperti
perubahan suhu dan salinitas (Adiwijaya et al., 2003). Peningkatan produksi
budidaya udang vannamei selalu dilakukan dengan cara meningkatkan padat
tebar dengan lahan dan sumber air yang terbatas sehingga mengakibatkan
penurunan kualitas air budidaya (Ariawan,2004).
Menurut Ditjen Perikanan Budidaya (2014), produksi perikanan budidaya
ke depan optimis meningkat dengan kenaikan pencapaian target produksi sebesar
353 %. Pemanfaatan lahan budidaya untuk tambak masih sangat luas dengan
potensi wilayah sebesar 2.963.717 ha yang harus dimanfaatkan sekitar 22.18 % ha.
(Ditjen Perikanan Budidaya, 2014).
Menurut Argina (2013), produksi udang nasional Sebagian besar
merupakan udang vaname yang mencapai 85 %. Dijelaskan oleh Direktorat Jendral
Perikanan Budidaya pada tahun 2013, Perikanan budidaya baru memproduksi
udang vaname sebesar 500.000 ton/tahun, hasil tersebut belum mencukupi semua
kebutuhan pasar dunia, maka pada tahun 2014 target produksi udang vaname
ditingkatkan menjadi 699.000 ton/tahun agar dapat memenuhi kebutuhan pasar
dunia walau tidak semua terpenuhi.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari Praktek Kerja Magang ini adalah :
• Mempelajari sistem Teknik Pembesaran Udang Vanname di BLUPPB
Karawang
• Mengetahui secara langsung permasalahan yang terjadi di tambak udang yang
ada di BLUPPB Karawang
• Sebagai syarat mengikuti perkuliahan di Politeknik KP Pangandaran
• Menjadikan taruna/i yang berkopetensi di bidang budidaya perikanan
• Menambah pengalaman secara langsung dilapangan dan sebagai bekal ilmu
untuk nantinya di dunia kerja

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari Praktek Kerja Magang ini adalah :
• Taruna/i dapat mengetahui dan menguraikan tentang Teknik Pembesaran
Udang Vanname (Litopenaeus vannamei) secara intensif,
• Taruna/i dapat memahami upaya – upaya dalam budidaya udang vanname,
guna meningkatkan hasil produksi udang yang lebih dan berkelanjutan.
• Taruna/i mampu mengimplementasikan sedikit banyak teori yang didapatkan
di kampus dan dapat diterapkan di lapangan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Udang Vaname


Menurut Haliman R. W dan Adijaya D.S (2005), klasifikasi udang vaname (Litopenaeus
vannamei) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia
Sub kingdom : Metazoa
Filum : Arthropoda
Sub filum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Sub kelas : Eumalacostraca
Super ordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Gambar 1. Udang Vannamei
Sub ordo : Dendrobranchiata
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei

2.2 Morfologi Udang Vannamei


Tubuh udang vannamei dibentuk oleh dua cabang (biramous) yaitu
exopodite dan endopodite. Seluruh tubuhnya tertutup oleh eksoskeleton yang
terbuat dari bahan kitin. Tubuhnya beruas-ruas dan mempunyai aktivitas bergantik
ulit luar (eksoskeleton) secara periodik (molting). Bagian tubuh udang vannamei
sudah mengalami modifikasi, sehingga dapat digunakan untuk beberapa keperluan
antara lain: makan, bergerak dan membenamkan diri ke dalam lumpur, menopang
insang, karena struktur insang udang mirip bulu unggas serta organ sensor seperti
antenna dan antennulae (Haliman dan Adijaya, 2005). Tubuh udang yang dilihat
dari luar terdiri dari bagian, yaitu bagian depan yang disebut cephalothorax, karena
menyatunya bagian kepala dan dada serta bagian belakang (perut) yang disebut
abdomen dan terdapat ekor (uropod) di ujungnya (Suyanto dan Mudjiman, 2001).
Gambar 2. Morfologi udang vannamei

1. Kelopak Mata 8. Pleopod 13. Hepatik (Hati)


2. Antennulae 9. Rostrum 14. Cardia Cregion
3. Antenna 10. Antennal Spine 15. Telson
4. Rahang Atas II 11. Supraorbital Spine 16. Uropod
5. Rahang Atas III 12. Orbital Spine
6. Periopod 13. Hepatic Spirse

Cephalothorax udang vannamei terdiri dari antenna, antennulae, mandibula


dan dua pasang maxillae. Kepala ditutupi oleh cangkang yang memiliki ujung
runcing dan bergigi yang disebut rostrum. Kepala udang juga dilengkapi dengan
tiga pasang maxilliped dan lima pasang kaki jalan (periopod). Maxilliped sudah
mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk makan (Haliman dan
Adijaya, 2005).
Bagian abdomen terdiri dari enam ruas, terdapat lima pasang kaki renang
pada ruas pertama sampai kelima dan sepasang ekor kipas (uropoda) dan ujung ekor
(telson) ada ruas yang keenam. Di bawah pangkal ujung ekor terdapat lubang dubur
(anus) (Suyanto dan Mudjiman, 2001).
Ciri khusus yang dimiliki oleh udang vannamei adalah adanya pigmen
karotenoid yang terdapat pada bagian kulit. Kadar pigmen ini akan berkurang
seiring dengan pertumbuhan udang, karena saat mengalami molting sebagian
pigmen yang terdapat pada kulit akan ikut terbuang. Keberadaan pigmen ini
memberikan warna putih kemerahan pada tubuh udang (Haliman dan Adijaya,
2005).
Udang jantan dan betina dapat dibedakan dengan melihat alat kelamin
luarnya. Alat kelamin luar jantan disebut petasma, yang terletak di dekat kaki
renang pertama, sedangkan lubang saluran kelaminnya terletak di antara pangkal
kaki jalan keempat dan kelima (Adiyodi, 1970).

2.3 Habitat dan Siklus Hidup


Udang vanammei adalah jenis udang laut yang habitat aslinya di
daerahdasar dengan kedalaman 72 meter. Udang vannamei dapat ditemukan di
perairan atau lautan Pasifik mulai dari Mexico, Amerika Tengah dan Selatan.
Habitat udang vannamei berbeda-beda tergantung dari jenis dan persyaratan hidup
dari tingkatan-tingkatan dalam daur hidupnya. Umumnya udang vannamei bersifat
bentis dan hidup pada permukaan dasar laut. Adapun habitat yang disukai oleh
udang vannamei adalah dasar laut yang lumer (soft) yang biasanya campuran
lumpur dan pasir.
Menurut Muhammad (2005), bahwa induk udang vannamei ditemukan
diperairan lepas pantai dengan kedalaman berkisar antara70-72 meter (235 kaki).
Udang ini menyukai daerah yang dasar perairannya berlumpur. Sifat hidup dari
udang vannamei adalah catadromous atau dua lingkungan, dimana udang dewasa
akan memijah di laut terbuka. Setelah menetas, larva dan yuwana udang vannamei
akan bermigrasi kedaerah pesisir pantai atau mangrove yang biasa disebut daerah
estuarine tempat nurseri groundnya, dan setelah dewasa akan bermigrasi kembali
ke laut untuk melakukan kegiatan pemijahan seperti pematangan gonad (maturasi)
dan perkawinan. Perkembangan siklus hidup udang vanname adalah dari
pembuahan telur menjadi naupli, Mysis, post larva, juvenile dan terakhir
berkembang menjadi udang dewasa.
Udang dewasa memijah secara seksual di air laut dalam. Masuk ke stadia
larva dari stadia naupli sampai pada stadia juvenil berpindah ke perairan yang lebih
dangkal dimana terdapat banyak vegetasi yang dapat berfungsi sebagai tempat
pemeliharaan. Setelah mencapai remaja, mereka kembali ke laut lepas menjadi
dewasa dan siklus hidup berlanjut kembali. Habitat dan siklus hidup udang
vannamei dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.
Gambar 3. Siklus hidup udang vannamei

Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) semula digolongkan kedalam


hewan pemakan segala macam bangkai (omnivorusscavenger) atau pemakan
detritus. Usus udang menunjukkan bahwa udang ini adalah merupakan omnivora,
namun cenderung karnivora yang memakan crustace1a kecil dan polychaeta.
Adapun sifat yang dimiliki udang vannamei (Litopenaeus vannamei), adalah
sebagai berikut :
a. Nokturnal
Secara alami udang mereupakan hewan nocturnal yang aktif pada malam hari
untuk mencari makanan, sedangkan pada siang hari sebagian dari mereka
bersembunyi di dalam substrat atau lumpur.
b. Kanibalisme
Udang vanname suka menyerang sesamanya, udang yang sehat akan
menyerang udang yang lemah terutama pada saat moulting atau udang sakit. Sifat
kanibal akan muncul terutama bila udang tersebut dalam keadaan kekurangan
pakan pada padat tebar tinggi.
c. Omnivora
Udang vanname termasuk jenis hewan pemakan segala, baik dari jenis
tumbuhan maupun hewan (omnivora) , sehingga kandungan protein pakan yang di
berikan lebih rendah dibandingkan dengan pakan untuk udang windu yang bersifat
cenderung karniora, sehingga biaya pakan relative lebih murah.

2.4 Perkembangan Larva Udang


Naupli merupakan stadia paling awal pada stadia larva udang vannamei,
kemudian berubah menjadi stadia zoea. Zoea merupakan stadia kedua pada larva
udang vannamei, kemudian bermetamorfosa ke stadia mysis. Stadia mysis
merupakan stadia ketiga dari larva udang vannamei yang merupakan stadia terakhir
pada larva udang vannamei. Mysis mempunyai karakteristik menyerupai udang
dewasa, seperti bagian tubuh, mata, dan karakteristik ekornya. Stadia mysis akan
berakhir pada hari ke tiga atau hari keempat, dimana selanjutnya akan
bermetamorfosa menjadi post larva (PL), (Muhammad, 2005).

Nauplius I : Bentuk badan bulat telur dan mempunyai anggota badan tiga pasang
Nauplius II : Pada ujung antena pertama terdapat seta (rambut), yang satu panjanhg
dan dua lainnya
Nauplius III : Furcal dua buah mulai jelas masing-masing dengan tiga duri (spine),
tunas maxilla dan maxilliped
Nauplius IV : Pada masing-masing furcal terdapat empat buah duri, exopoda pada
antenna kedua
Nauplius V : Organ pada bagian depan sudah tampak jelas disertai dengan
tumbuhnya benjolan
Nauplius VI : Perkembangan bulu-bulu semakin sempurna dari duri pada furcal
tumbuh makin Panjang

a. Stadia nauplii
Pada stadia ini, naupli berukuran 0,32-0,58 mm. Sistem pencernaannya belum
sempurna dan masih memiliki cadangan makanan serupa kuning telur sehingga pada
stadia ini benih udang vannamei belum membutuhkan makanan dari luar. Fase naupli
ini larva mengalami enam kali pergantian bentuk dengan tanda-tanda sebagai berikut:

Gambar 4. Fase nauplis udang vannamei, (a. nauplis 1), (b. nauplis 2), ), (c.
nauplis 3), (d. nauplis 4), (e. nauplis 5), (f. nauplis 6).
b. Stadia zoea
Stadia Zoea terjadi setelah naupli ditebar di bak pemeliharaan sekitar 15-24
jam. Larva sudah berukuran 1,05-3,30 mm. Pada stadia ini, benur udang mengalami
moulting sebanyak 3 kali, yaitu stadia zoea 1, zoea 2, dan zoea 3. Lama waktu
proses pergantian kulit sebelum memasuki stadia berikutnya (mysis) sekitar 4-5
hari. Fase zoea terdiri dari tingkatan-tingkatan yang mempunyai tanda-tanda yang
berbeda sesuai dengan perkembangan dari tingkatannya, seperti diuraikan berikut :

Gambar 5. Fase zoea udang vannamei, (a. zoea 1), (b. zoea 2), (c. zoea 3)

c. Stadia mysis
Pada stadia ini, benur sudah menyerupai bentuk udang yang dicirikan
dengan sudah terlihat ekor kipas (uropoda) dan ekor (telson). Ukuran larva berkisar
3,50-4,80 mm.Fase ini mengalami tiga perubahan dengan tanda-tanda sebagai
berikut :
Mysis I : Bentuk badan sudah seperti udang dewasa, tetapi kaki renang
(Pleopoda) masih belum nampak.
Mysis II : Tunas kaki renang mulai nampak nyata, belum beruas-ruas.
Mysis III : Kaki renang bertambah panjang dan beruas-ruas.

Gambar 6. Fase mysis udang vannamei, (a. Mysis 1), (b. Mysis 2), (c. Mysis 3)
d. Stadia post larva (PL)
Stadia ini, benur udang vannamei sudah tampak seperti udang dewasa.
Hitungan stadia yang digunakan sudah berdasarkan hari. Misalnya, PL1 berarti post
larva berumur 1 hari. Pada stadia ini udang mulai aktif bergerak lurus ke depan.

Gambar 7. Post larva udang vannamei

2.5 Ekologi
Di alam, populasi udang vannamei dapat ditemukan di Pantai Pasifik Barat,
sepanjang Peru bagian Utara, melalui Amerika Tengah dan Selatan sampai Meksiko
bagian utara, yang mempunyai suhu air normal lebih dari 20° C sepanjang tahun.
Udang vannamei hidup di habitat laut tropis. Udang dewasa hidup dan memijah di
laut lepas dan larva akan bermigrasi dan menghabiskan masa larva sampai post
larva di pantai, laguna atau daerah mangrove.
Udang vannamei sangat toleran dan dapat bertahan hidup pada suhu yang
rendah (di bawah 15° C), walaupun pertumbuhannya akan sedikit terganggu. Sifat
ini memungkinkan budidaya udang ini di musim dingin. Namun, pertumbuhan
terbaik dicapai pada suhu berkisar antara 23-30° C, dengan pertumbuhan optimum
pada suhu 30° C untuk udang muda (dengan berat rata-rata satu gram) dan suhu 27°
C untuk udang yang lebih besar (12-18 gram). Udang vannamei juga mempunyai
kisaran toleransi yang tinggi terhadap salinitas. Udang ini mampu hidup pada
salinitas yang berkisar antara 0,5-45 ppt (Brown, 1991).
BAB III PROFIL TEMPAT MAGANG

3.1 Letak Geografis BLUPPB


Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya merupakan unit
pelaksana teknis di bidang layanan usaha produksi perikanan budidaya yang berada
di bawah dan tanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perikanan Budidaya,
Kementerian Kelautan dan Perikanan.

BLUPPB Karawang terletak di dusun Sukajadi desa Pusakajaya Utara RT 04/RW


01, kecamatan Cilebar, kabupaten Karawang, provinsi Jawa Barat. Secara
geografis, letak BLUPPB Karawang berbatasan langsung dengan:
• sebelah utara berbatasan dengan Pantai Utara Jawa
• sebelah selatan berbatasan dengan dusun Cimunclak.
• sebelah timur berbatasan dengan sungai Ciwadas
• sebelah timur berbatasan dengan sungai Ciwadas

3.2 Sejarah BLUPPB


Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang
semula bernama Proyek Pandu Tambak inti Rakyat (PP TIR) sesuai KEPPRES No.
18 Tahun 1984 Tujuan pembentukan PP-TIR adalah untuk mewujudkan kawasan
percontohan usaha budidaya udang yang maju, ramah lingkungan dan
berkelanjutan guna memandu pengembangan usaha budidaya udang nasional.
Seiring dengan perkembangan waktu dan bergulinya Reformasi 1998, manajemen
PP-TIR ikut mengalami imbas negatif yang mengakibatkan terhendinya kegiatan
operasional Memasuki masa masa sulit tersebut terjadilah perarahan aset dan
pengkaptingan lahan. Pada tanggal 5 Jun 2002 PP-TIR diserahterimakan oleh
Sekretariat Negara Rl kepada Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai
Departemen Teknis dengan tujuan membentuk wadah percontohan dan
pendampingan teknologi perikanan budidaya.
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya No.
11/DPB 01/2006, tertang penunjukkan Kepala Unit Tambak Pandu Karawang
(TPK) dan eks PP-TR berubah nama menjadi Salker Pengembangan Kawasan
Tambak Pandu Karawang (TPK). Dijelaskan tugas pokok TPK adalah
melaksanakan sebagian tugas Direktorat Jenderal Penkanan Budidaya dalam
melaksanakan pembinaan, pengembangan dan pengendalian sistem
pembudidayaan penkanan nasional yang dapat berperan sebagai Aquaculture
Techno Park sekaligus menjadi inkubator bisnis bagi kegiatan pembinaan perkunan
nasional.
Memasuki TA 2009, unit kerja ini ditetapkan merad Balai Layanan Usaha
Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang sebagai Unit Pelaksana Teknis
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya berdasarkan Kepmen No.
PERL07/MEN/2009 tanggal 13 Maret 2009.

3.3 Visi Dan Misi BLUPPB


1. Visi
Balai layanan usaha produksi perikanan budidaya memiliki visi yaitu
meningkatkan Pelayanan prima di bidang perikanan budidaya.
2. Misi
Balai layanan usaha produksi perikanan budidaya memiliki misi untuk
terwujudnya pelayanan prima dibidang perikanan budidaya yang sesuai
dengan standar pelayanan.

3.4 Struktur organisasi BLUPPB


Struktur organisasi Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya
terdiri dari:
a. Kepala Balai;
b. Ka Sub Bag Umum;
c. Sub Koordinator Teknik Usaha Produksi;
d. Sub Koordinator Pelayanan Teknik;
e. Sub Koordinator Sarana Teknik
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Kepala BLUPPB

Ka Sub Bag Umum

Sub Koordinator Sub Koordinator Sub Koordinator


Teknik Usaha Pelayanan Teknik Sarana Teknik
Produksi

Kelompok
Jabatan
Fungsional
Gambar struktur organisasi Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya

3.5 Sarana dan Prasarana Produksi


BAB IV METODOLOGI

4.1. Waktu dan Tempat


Kegiatan magang tentang pembesaran udang vanname (Litopenaus
vannamei) yang dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2023 – 30 Juni 2023. Yang
bertempat di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB)
Karawang, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat.

4.2.Metode Pengambilan Data


Metode pengambilan data yang diterapkan dalam pelaksanaan praktek
integrasi adalah metode observasi dengan pola praktek kerja lapang terintegrasi
magang yaitu mengikuti semua kegiatan yang ada khususnya berkaitan dengan
pembesaran udang vaname di BLUPPB Karawang.

4.1.1. Data Primer


Data ini diambil dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan dengan
mengikuti dan mencatat secara aktif seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan
di lokasi praktek. Pengambilan data yang dilakukan berupa wawancara, observasi,
partisipasi aktif dan juga pengamatan secara langsung dengan menggunakan alat
sebagai berikut:

a. Wawancara yang dilakukan ialah dengan cara mengumpulkan data melalui


cara tanya jawab dengan karyawan dan juga teknisi mengenai kegiatan
pembesaran udang yang dilakukan secara sistematis.
b. Observasi yang dilakukan ialah pengamatan secara langsung tanpa
menggunakan alat bantu, terhadap kegiatan pembesaran udang vanname yang
dilakukan seperti persiapan alat dan wadah budidaya, pemeliharaan dan juga
pemanenan.
c. Partisipasi aktif yang dilakukan ialah dengan cara terlibat secara langsung
dalam suatu kegiatan yang dilakukan di lapangan. Kegiatan yang dilakukan
adalah pembesaran udang vaname. Kegiatan tersebut diikuti secara langsung
mulai dari persiapan alat dan wadah budidaya, pemeliharaan dan pemanenan
serta kegiatan lainnya yang yang berkaitan dengan Praktek Integrasi yang
dilakukan.
4.1.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui studi literatur, standar-standar SNI, arsip-
arsip dan dokumen-dokumen yang dimiliki oleh instansi yang terkait dengan judul
praktek. Data sekunder yang akan diambil selama praktek integrasi adalah keadaan
umum lokasi praktek, susunan struktur organisasi perusahaan dan data kegiatan
pembesaran budidaya sebelumnya. Selain itu data sekunder yang akan
dikumpulkan meliputi data informasi tentang hasil pemeliharaan yang biasa
dilakukan. Berdasarkan data dan informasi yang telah dikumpulkan, selanjutnya
dilakukan pengkajian dengan cara membandingkan kondisi lapangan dengan
literatur yang ada. Hasil kajian dari perbandingan dibahas dan diambil kesimpulan.

4.3. Prosedur Kerja


4.3.1. Persiapan Wadah
a. Pembersihan Tambak
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB VI. PENUTUP

Kesimpulan

Saran
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai